Anda di halaman 1dari 12

AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No.

1, Maret 2018

HAUL SINDUJOYO DI KELURAHAN LUMPUR KECAMATAN GRESIK


KABUPATEN GRESIK TAHUN 1965-2005

SULFIYAH
Jurusan Pendidikan Sejarah
Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya
Email :sfiya9929@gmail.com

Agus Trilaksana
S-1 Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum
Universitas Negeri Surabaya

Abstrak

Tradisi haul Sindujoyo merupakan tradisi yang diselenggarakan setahun sekali untuk mendo’akan dan
mengenang jasa Mbah Sindujoyo. Keunikan tradisi haul Sindujoyo yaitu berada dalam tata pelaksanaannya,
yang dilakukan dibeberapa tempat, dan adanya akulturasi antara Hindu dan Islam. Permasalahan yang dibahas
dalam penelitian ini yaitu (1) Bagaimana prosesi pelaksanaan haul Sindujoyo di Kelurahan Lumpur Kecamatan
Gresik Kabupaten Gresik tahun 1965-2005. (2) Bagaimana perkembangan tata laksana haul Sindujoyo di
Kelurahan Lumpur Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik tahun 1965-2005. (3) Bagaimana perubahan makna
dalam perkembangan tradisi haul Sindujoyo di Kelurahan Lumpur Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik tahun
1965-2005.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa (1) Prosesi pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo dilakukan
dilima tempat yaitu di Bale Kambang, Bale Cilik, Bale Purbo, Bale Wonorejo dan Bale Pesusuan. Prosesi
pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo yang ada di Bale Cilik dilakukan di laut yang dinamakan dengan tradisi
Bandugan. (2) Perkembangan tradisi haul Sindujoyo memiliki banyak perkembangan, namun perkembangan
tersebut tanpa menghilangkan unsur-unsur asli dari haul Sindujoyo. (3) Tradisi haul Sindujoyo dari awal
berdirinya hingga tahun 2005 mengalami perubahan makna, yang disebabkan oleh banyaknya penambahan
prosesi pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo.

Kata kunci: Haul, Sindujoyo, Perkembangan, Lumpur.

Abstract
Haul Sindujoyo Tradition is a tradition that be held for praying and reminding of Mbah Sinduyojo’s
merit. The uniqueness of haul Sinduyono tradition is in the process of its held, in which it takes place in some
places, and there is an acculturation, between Hindu and Islam. The research problems that will be discussed in
this study are (1) How the procession of haul Sindujoyo tradition is held in Lumpur district, Gresik sub district,
regency of Gresik on 1965-2005. (2) How is the development of the haul Sindujoyo tradition’s agenda in
Lumpur district, Gresik sub district, regency of Gresik on 1965-2005. (3) How is the meaning alteration in the
development of haul Sindujoyo tradition Lumpur district, Gresik sub district, regency of Gresik on 1965-2005.

The result of this study can be concluded; (1) the procession of haul Sindujoyo tradition is held in five
places, those are in Bale Kambang, Bale Cilik, Bale Purbo, Bale Wonorejo and Bale Pesusuan. The procession
of haul Sindujoyo tradition in Bale Cilik took place in sea, which is named as Bandungan tradition. (2) The
development of haul Sindujoyo tradition has many development, however its development without omitting the
nature subtances of haul Sindujoyo. (3) The haul Sindujoyo tradition has meaning alteration from the first began
until years of 2005, it is caused by many additional procession of haul Sindujoyo tradition.

Keywords: Haul, the Development, Lumpur.

145
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

PENDAHULUAN
Sentuhan teknologi modern telah untuk menyebarkan ajaran agama Islam di wilayah
mempengaruhi dan menyentuh lapisan masyarakat tersebut, salah satunya di Kabupaten Gresik.
tanpa terkecuali seiring dengan perkembangan Kabupaten Gresik yang dikenal dengan
zaman. Pengaruh modernisasi yang tanpa batas kabupaten yang sangat kental dengan semangat
terkadang malah membawa dampak negatif, namun Islamnya, sehingga menjadikan kabupaten ini
juga terdapat banyak dampak positif yang dapat memiliki banyak tradisi yang bernuansa Islam.
diambil. Suatu perubahan yang terjadi dalam Gresik juga sangat kental sekali dengan kegiatan
masyarakat akan berpengaruh terhadap segala religinya, yang dibuktikan dengan banyaknya
bidang. Hal tersebut juga berpengaruh terhadap tradisi yang bernuansa Islam yang sampai saat ini
tradisi dan budaya yang berkembang diseluruh masih dilaksanakan seperti tradisi haul.
lapisan masyarakat. Tradisi haul masih banyak dilakukan di
Indonesia merupakan salah satu negara yang wilayah Gresik, salah satunya tradisi haul yang ada
memiliki keragaman budaya, tradisi dan kesenian. di Kelurahan Lumpur Kecamatan Gresik. Tradisi
Keragaman tradisi tersebut didasarkan pada haul yang dilakukan di Kelurahan Lumpur tersebut
keragaman budaya dan etnik yang tersebar masih sangat kental dan belum banyak terjadi
diseluruh wilayah Indonesia.1 Setiap tradisi yang perubahan, namun pasti terdapat perkembangan
ada pasti memiliki kekhasan tersendiri, bergantung dalam tata laksana maupun maknanya.
pada daerah masing-masing. Tradisi bernuansa Tradisi haul yang ada di Kelurahan Lumpur
Islam yang terdapat di Jawa tidak lepas dari dinamakan tradisi haul Sindujoyo. tradisi ini
peranan wali sanga. Wali sanga telah menyebarkan merupakan tradisi yang dilakukan untuk
agama Islam di wilayah Jawa dengan cara mengenang jasa Mbah Sindujoyo. Mbah Sindujoyo
memanfaatkan tradisi dan kebudayaan lokal yang merupakan orang yang pertama kali membuka
telah dianut oleh masyarakat setempat. lahan Kelurahan Lumpur, sehingga untuk
Tradisi yang diajarkan oleh wali sanga mengenang jasa beliau terhadap Kelurahan
tersebut dilakukan melalui proses akulturasi, tanpa Lumpur, maka diadakanlah peringatan tradisi haul
menghilangkan tradisi yang telah berkembang Sindujoyo.
dalam masyarakat. Ajaran yang dikembangkan Pada awalnya tradisi yang diperuntukkan
oleh sembilan wali tersebut dikenal dengan sebutan untuk mengenang jasa Mbah Sindujoyo di
Islam kultural, yaitu Islam yang berpijak pada Kelurahan Lumpur bernama wayang bumi, namun
tradisi dan budaya lokal, sehingga cukup pada tahun 1965 tradisi wayang bumi berganti
akomodatif dalam menerima kesenian dan tradisi- menjadi tradisi haul Sindujoyo. Pergantian wayang
tradisi lokal yang ada. Sembilan wali yang tersebar bumi menuju ke haul Sindujoyo, dilatar belakangi
di wilayah Jawa tersebut, secara tidak langsung oleh meletusnya G30S/PKI. Banyak prosesi
memberikan konstribusi dalam keragaman tradisi peringatan tradisi wayang bumi yang disalah
yang ada di Jawa. gunakan untuk kegiatan maksiat seperti, adanya
Sunan Giri (Raden Paku atau Prabu tayuban, saweran dan minum-minuman keras,
Satmata) dan Syekh Maulana Malik Ibrahim sehingga tradisi tersebut cenderung dianggap
merupakan salah satu wali yang banyak sebagai tradisi yang bernuansa LEKRA (lembaga
menyebarkan agama Islam di Kabupaten Gresik. kebudayaan rakyat) milik PKI.
Pengaruh keduanya bukan hanya di Kabupaten Menghindari adanya tuduhan sebagai
Gresik saja, melainkan bersama ketujuh temannya anggota PKI, karena telah menjalankan kesenian
menyebarkan agama Islam di daerah-daerah pesisir wayang bumi, sehingga banyak masyarakat yang
utara pulau Jawa, terlebih setelah kerajaan mendekat kepada kyai untuk meminta saran, agar
Majapahit berada dalam ambang keruntuhan.2 tradisi wayang bumi tidak dianggap sebagai
Kesembilan wali tersebut memanfaatkan momen kesenian milik PKI. Usulan-usulan tersebut
ditanggapi oleh para kyai, sehingga berdasarkan
kesepakatan masyarakat, maka masyarakat
1 Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di
mengutus salah seorang kyai dari Kelurahan
Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 2002), hlm. 7 Lumpur untuk bersilaturrahmi dan meminta saran
2
Danny Indrakusuma, 90 Tahun Mengabdi mengenai tradisi wayang bumi yang dijalankan di
Untuk Seni Tradisi MASMUNDARI Mutiara Dari
Tanah Pesisir, (Gresik, 2003), hlm. 18 -19

146
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

Kelurahan Lumpur kepada KH. Mas Muhammad digunakan dalam pelaksanaan tradisi haul
Nur yang berasal dari Branjangan Surabaya. Sindujoyo dan adanya tradisi sambatan dalam
Saran yang diberikan oleh KH. Mas pengumpulan dana yang digunakan untuk
Muhammad Nur terhadap tradisi masyarakat pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo.
Kelurahan Lumpur adalah agar tata pelaksanaan Berawal dari keunikan-keunikan itulah
maupun prosesi tradisi wayang bumi dirubah peneliti mengangkat judul mengenai “Haul
menjadi tradisi yang bernuansa Islami, karena Sindujoyo di Kelurahan Lumpur Kecamatan Gresik
dinilai prosesi wayang bumi, dalam hal tata laksana Kabupaten Gresik Tahun 1965-2005”. Tujuan yang
banyak disalah gunakan sebagai kegiatan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan penelitian ini
banyak melanggar syaria’at Islam. Atas antara lan:
kesepakatan masyarakat dan untuk menghindari 1. Menjelaskan prosesi pelaksanaan haul Sindujoyo di
tuduhan sebagai anggota PKI, serta agar tradisi Kelurahan Lumpur Kecamatan Gresik Kabupaten
yang ada tetap lestari, maka masyarakat bersepakat Gresik tahun 1965-2005.
untuk merubah wayang bumi menjadi tradisi haul 2. Menganalisis perkembangan tata laksana haul
Sindujoyo. Merubah tradisi yang ada tidak Sindujoyo di Kelurahan Lumpur Kecamatan Gresik
semudah membalikkan tangan, untuk itu tradisi Kabupaten Gresik tahun 1965-2005.
dirubah secara bertahap agar tidak ada masyarakat 3. Menganalisis perubahan makna perkembangan
yang merasa dirugikan dengan adanya tradisi yang haul Sindujoyo di Kelurahan Lumpur Kecamatan
baru yaitu tradisi haul Sindujoyo.3 Gresik Kabupaten Gresik tahun 1965-2005.
Haul Sindujoyo yang digagas oleh para kyai
dan masyarakat tersebut mendapat sambutan yang METODE PENELITIAN
bagus dari masyarakat Kelurahan Lumpur, Metode penelitian yang digunakan dalam
sehingga pada tahun 1965 dilakukanlah acara haul karya tulis ilmiah ini adalah metode penelitian
Sindujoyo untuk pertama kalinya. Antusias dari sejarah. Terdapat empat tahapan atau metode dalam
masyarakat setempat yang ingin terus melestarikan penelitian sejarah antara lain:
tradisi ini sangatlah besar, sehingga tidak heran jika Heuristik
haul Sindujoyo di Kelurahan Lumpur dari tahun ke Heuristik yaitu cara mengumpulkan data
tahun semakin ramai. Terbuktikan dengan atau sumber yang dilakukan dengan mencari
banyaknya pengunjung yang datang dalam acara dokumen, pustaka, wawancara, dan observasi. 4
tersebut. Bukan hanya masyarakat lokal dari Pengumpulan sumber yang dilakukan dengan
Kelurahan Lumpur saja, melainkan banyak observasi terdapat dua cara yaitu observasi secara
pendatang dari kelurahan lain yang ikut langsung dan observasi secara tidak langsung.
meramaikan peringatan ini. Observasi secara langsung yaitu peneliti secara
Prosesi pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo langsung datang ke lokasi yang diteliti, sedangkan
di Kelurahan Lumpur dilakukan dilima bale atau observasi secara tidak langsung yaitu peneliti
tempat, yaitu Bale Kambang, Bale Cilik, Bale melihat video, foto-foto yang berkaitan dengan
Purbo, Bale Wonorejo dan Bale Pesusuan. prosesi pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo dari
Pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo dimulai dari tahun1965-2005.
Bale Kambang, lalu seminggu berikutnya Kritik Sumber
dilakukan di Bale Cilik. Pelaksanaan tradisi haul Kritik sumber merupakan pengujian
Sindujoyo yang ada di Bale Cilik, pelaksanaannya terhadap sumber-sumber yang telah ditemukan
dilakukan di laut, yang disebut dengan tradisi dengan tujuan untuk menyeleksi data yang
Bandungan. Tradisi Bandungan merupakan diperoleh untuk dijadikan fakta.5 Setelah data
serangkaian tradisi haul Sindujoyo yang dilakukan diperoleh, peneliti berusaha melakukan kritik
di laut yang dalam prosesinya merupakan hasil sumber yang meliputi intern dan ekstern. Pada
akulturasi antara Hindu dengan Islam. Adanya tahap kritik sumber peneliti melakukan verifikasi
akulturasi dalam tradisi Bandungan membuat yang berfungsi untuk menguji validitas terhadap
keunikan tersendiri dalam pelaksanaan tradisi haul
Sindujoyo, selain itu keunikan tradisi haul 4
Koentjaraningrat, Metode-metode
Sindujoyo juga ada pada banyaknya bale yang Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia,
1981), hlm. 126
3 Wawancara 5
Bapak Kasripan (Nelayan Aminuddin Kasdi, Memahami Sejarah,
Lumpur), tanggal 9 Mei 2016. (Surabaya: University Press, 2005), hlm. 17

147
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

data-data yang diperoleh untuk mendapatkan data diinterpretasi untuk diuraikan dan disajikan secara
yang relevan sesuai dengan fakta mengenai tradisi tertulis sebagai suatu cerita sejarah yang utuh dan
haul Sindujoyo di Kelurahan Lumpur tahun 1965- sistematik berdasarkan fakta mengenai tradisi haul
2005. Sindujoyo di Kelurahan Lumpur tahun 1965-2005.
Interpretasi
Interpretasi yaitu berusaha menganalisa dan HASIL DAN PEMBAHASAN
memberi interpretasi atau penafsiran terhadap data- Kata Haul dalam bahasa Arab al haulu atau
data yang objektif dan relevan dengan masalah al-haulaini yang artinya kekuasaan, daya, upaya,
yang erat kaitannya dengan judul yang dibahas. kekuatan, perpindahan, perubahan, setahun, dua
Interpretasi atau penafsiran sejarah yang sering tahun, pemisah.8 Menurut istilah haul adalah
disebut dengan analisa sejarah. Analisis data adalah upacara peringatan ulang tahun wafatnya tokoh
proses mengorganisasikan dan mengurutkan data masyarakat maupun tokoh agama Islam, yang
ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, dilakukan dengan berbagai peringatan, yang
sehingga dapat ditemukan tema dan dapat diawali dengan berziarah ke makam seseorang
dirumuskan dugaan awal seperti yang disarankan yang diperingati haul. Akulturasi unsur-unsur
oleh data.6 antara Islam dan Jawa berdampingan tergambar
Proses analisa data merupakan suatu proses jelas dalam tradisi haul.9 Tradisi haul tersebut
penelaan data secara mendalam. Proses analisa merupakan fenomena suatu kebudayaan,
dapat dilakukan pada saat yang bersamaan dengan berdasarkan pada suatu tradisi yang merupakan
pelaksanaan pengumpulan data, meskipun pada praktek kebudayaan yang diselenggarakan oleh
umumnya dilakukan setelah data terkumpul.7 orang tertentu.
Proses analisa data dimulai dengan menelaah Tradisi haul awalnya dicetuskan oleh Sunan
seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber Prapen yang merupakan cucu dari Sunan Giri.
yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah Sunan Prapen memegang kekuasaan di Giri
ditulis dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, Kedaton pada tahun 1548-1605, dan membawa Giri
dokumen resmi, gambar, foto dan video. Kedaton pada puncak kejayaan pada masanya.
Serat Sindujoyo yang menjadi salah satu Sunan Prapen melakukan tradisi haul pertama kali
sumber yang digunakan peneliti untuk menulis untuk mengenang Sunan Giri yang telah wafat.
haul Sindujoyo membutuhkan menafsiran atau Pelaksanaan tradisi haul tersebut masih ditiru oleh
interpretasi untuk bisa dipahami, agar bisa menjadi masyarakat Kabupaten Gresik hingga saat ini untuk
referensi dalam penelitian karya tulis ilmiah ini. mengenang jasa seseorang yang beragama Islam
Interpretasi juga dapat dilakukan dengan cara yang telah berjasa dalam penyebaran agama Islam
membandingkan sumber-sumber yang ada untuk di lingkungan tertentu, yang dilakukan setahun
menyingkap peristiwa yang timbul pada waktu sekali pada hari wafatnya.10 Salah satu pelaksanaan
yang sama, jadi untuk mengungkap sebab-sebab tradisi haul yang ada di Kabupaten Gresik seperti
peristiwa sejarah, maka dibutuhkan data-data tradisi haul Sindujoyo di Kelurahan Lumpur yang
tentang masa lalu, sehingga peneliti bisa dinamakan tradisi haul Sindujoyo.
mengetahui situasi pelaku, tempat terjadinya dan Tradisi haul Sindujoyo merupakan tradisi
tindakan tentang suatu peristiwa dengan jelas dan khas yang dimiliki oleh masyarakat Kelurahan
sistematik dari tradisi haul Sindujoyo. Lumpur yang diadakan setahun sekali pada hari
Historiografi wafatnya Mbah Sindujoyo, dengan tujuan untuk
Historiografi adalah tahap terakhir dalam mengenang jasa Mbah Sindujoyo, dan mendo’akan
metode sejarah untuk menulis sejarah. Tahap orang-orang Kelurahan Lumpur yang telah
penelitian ini, peneliti mengorganisasikan data-data
tersebut untuk kemudian dibentuk tulisan ilmiah,
dengan memberikan keterangan dan penjelasan 8
Dewan redaksi, Ensiklopedi Islam,
yang sesuai dan mudah dipahami. Tahap ini (Jakarta: PT. Ichtiyar baru van hoeve, 1994), hlm.
peneliti merangkai data-data yang telah dikritik dan 104 - 105
9
Jajat burhanudin, Ulama & Kekuasaan
Pergumulan Elite Muslim Dalam Sejarah
6
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Indonesia, (Jakarta: mizan publika, 2010), hlm. 352
10
Sebagai Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rierneka Imron Abu Amar, Peringatan khaul
Cipta, 1998), hlm.114. bukan dari ajaran Islam adalah pendapat yang
sesat, (Kudus: menara Kudus, 1986), hlm. 9

148
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

meninggal, agar semua amal ibadah yang pernah pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo di Bale
dilakukan di dunia diterima oleh Tuhan YME. Kambang pada pagi hari dilakukan khataman Al-
Qur’an hingga selesai. Pada malam harinya
A. Prosesi Pelaksanaaan Tradisi Haul merupakan acara inti dari pelaksanaan tradisi haul
Sindujoyo Di Kelurahan Lumpur Sindujoyo yang ada di Bale Kambang, acara
Pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo di tersebut dibuka dengan sholawat banjari, lalu
Kelurahan Lumpur dilakukan setahun sekali pada dilanjutkan dengan pembacaan yasin, tahlil dan
bulan suro’, namun generasi muda saat ini jarang dilanjutkan dengan ceramah agama. Ceramah
sekali yang hafal nama bulan Jawa, oleh sebab itu agama tersebut biasanya bertemakan tentang kiat-
pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo ditetapkan pada kiat untuk selalu menjalankan perintah Tuhan
bulan Mei. Penetapan bulan Mei sebagai bulan YME dan menjauhi segala larangannya, serta
dilaksanakannya tradisi haul Sindujoyo bertujuan sedikit cerita mengenai Mbah Sindujoyo dalam
untuk mempermudah masyarakat dalam mengingat menyebarkan agama Islam yang bisa diteladani.
bulan pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo. Tata Acara yang terakhir yakni ditutup dengan do’a dan
pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo di Kelurahan pemberian sedekah atau makanan, pahala dari
Lumpur dimulai dengan berziarah ke makam Mbah pemberian sedekah tersebut dihadiahkan kepada
Sindujoyo yang dilakukan pada sore hari sebelum orang yang diperingati haul.
dilaksanakannya tradisi haul Sindujoyo. Pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo yang
Ziarah dilakukan didua lokasi yaitu ke kedua dilakukan di Bale Cilik, yang
makam Mbah Sindujoyo yang ada di Kelurahan pelaksanaannya dilakukan di laut. Pelaksanaan
Karangpoh, dan ke makam Mbah Sindujoyo yang tradisi haul Sindujoyo yang dilakukan di laut
ada di komplek makam Sunan Prapen. Belum dinamakan tradisi Bandungan. Prosesi pertama
diketahui secara pasti dimana Mbah Sindujoyo di pelaksanaan tradisi Bandungan yaitu masyarakat
makamkan, namun masyarakat setempat percaya yang mengikuti tradisi bandungan berkumpul di
bahwa makam Mbah Sindujoyo yang asli berada di Bale Cilik, untuk didata oleh panitia. Pendataan
Kelurahan Karangpoh, sedangkan makam Mbah tersebut digunakan untuk mengetahui jumlah orang
Sindujoyo yang berada di Komplek makam Sunan yang mengikuti tradisi Bandungan dengan tujuan
Prapen merupakan petilasan dari Mbah Sindujoyo, untuk mempermudah pengelompokkan dalam
dengan alasan bahwa Mbah Sindujoyo merupakan penumpang perahu, jadi ada perahu yang
murid yang sangat tunduk kepada Sunan Prapen dikhususkan hanya boleh dinaikki oleh para
semasa hidupnya, sehingga untuk mengenang pemimpin tradisi Bandungan saja.
Mbah Sindujoyo sebagai murid Sunan Prapen Perahu yang dinaikki oleh para pemimpin
maka makamnya diabadikan di komplek makam tradisi Bandungan biasanya, didalam perahu
Sunan Prapen. Mengenai kepastian dimana makam tersebut diisi dengan sesaji yang nanti akan
Mbah Sindujoyo berada tidak ada yang tahu, dan dihanyutkan ke tengah laut. Macam-macam sesaji
hingga saat ini masih menjadi polemik dikalangan yang akan dihanyutkan yaitu kembang tujuh rupa,
masyarakat setempat, semua cerita itu hanya bubur panca warna, nasi tumpeng beserta telur
kepercayaan turun temurun dari masyarakat rebus, dan kemenyan. Perahu yang digunakan
setempat mengenai kebenaran dimana makam dalam pelaksanaan tradisi Bandungan yaitu perahu
Mbah Sindujoyo yang asli.11 milik masyarakat Kelurahan Lumpur.
Prosesi kedua dalam pelaksanaan tradisi Pelaksanaan selanjutnya yaitu masyarakat
haul Sindujoyo setelah melakukan ziarah ke bersama-sama berjalan menuju ke laut, lalu
makam Mbah Sindujoyo pada sore hari, maka menaikki perahu sesuai dengan nomer yang sudah
malamnya dilakukan di Bale Kambang, yaitu dibagikan oleh panitia. Pembagian penumpang
pembacaan macapat Sindujoyo. Pembacaan perahu berdasarkan kepentingan, biasanya terdapat
macapat Mbah Sindujoyo dilakukan pada malam dua perahu yang hanya dinaiki oleh orang yang
hari hingga larut malam, pembacaan macapat bertugas sebagai pemimpin dan juga anggota
Sindujoyo tersebut bertujuan untuk mengenang banjari, sedangkan perahu yang lain ditumpangi
Mbah Sindujoyo semasa hidupnya. Hari kedua oleh masyarakat yang mengikuti tradisi
Bandungan. Mayoritas yang mengikuti tradisi
11
Wawancara dengan Bapak Kasripan bandungan adalah laki-laki, tetapi ada beberapa
(Nelayan Kelurahan Lumpur), tanggal 22 Agustus perempuan yang ikut serta dalam pelaksanaan
2017.

149
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

tradisi bandungan. Setelah semua masyarakat yakni pembacaan yasin dan tahlil yang dibaca
sudah menaikki perahu, maka prosesi selanjutnya secara bersama-sama. Pemimpin pembacaan yasin
yaitu pembacaan manaqiban atau sholawat banjari dan tahlil dari tokoh agama Kelurahan Lumpur.
di laut. Prosesi selanjutnya setelah pembacaan yasin
Ketika perahu sudah sampai di tengah laut, dan tahlil adalah ceramah agama, pemimpin
maka perahu akan berkeliling di laut selama ceramah agama bukan orang dari Kelurahan
beberapa menit, agar posisi perahu sesuai dengan Lumpur, melainkan tokoh agama dari Kabupaten
yang diinginkan. Posisi perahu ketika acara inti lain. Adanya penceramah dari luar Kelurahan
tradisi Bandungan harus lurus dengan makam Lumpur, diharapkan agar nasihat yang diberikan
Sunan Giri dan Bale Kambang, jika belum lurus dapat memotivasi masyarakat untuk lebih giat lagi
dengan kedua tempat tersebut, maka sesaji belum dalam beribadah. Orang yang menjadi pemimpin
boleh dihanyutkan ke laut. Penghanyutan sesaji ceramah agama, setiap tahunnya selalu berubah
diiringi dengan pembacaan sholawat banjari, dalam sesuai dengan kesepakatan panitia.
prosesi ini tergambar jelas adanya akulturasi Hindu Ceramah agama tersebut bertujuan untuk
dan Islam. Adanya penghanyuta sesaji yang terdiri mengingatkan dan memberi motivasi-motivasi
dari kemenyan, kembang tujuh rupa dan bubur yang dapat meningkatkan keimanan masyarakat
panca warna yang merupakan ajaran Hindu, terhadap Tuhan YME. Prosesi yang terakhir yakni
sedangkan adanya pembacaan sholawat banjari pembacaan do’a yang dipimpin oleh tokoh agama
yang digunakan untuk mengiringi tradisi Kelurahan Lumpur, setelah acara selesai maka
Bandungan hingga selesai yang menunjukkan dilakukan makan bersama dan pemberian bingkisan
adanya prosesi Islami. kepada semua tamu undangan yang hadir dalam
Prosesi selanjutnya yakni do’a bersama tradisi haul Sindujoyo. Peringatan tradisi haul
yang dilakukan di tengah laut setelah dilakukannya Sindujoyo yang dilakukan di Bale Purbo, Bale
penghanyutan sesaji. Ketika selesai berdo’a Wonorejo dan Bale Pesusuan memiliki tata
bersama seluruh perahu yang mengikuti tradisi pelaksanaan yang sama, namun yang membedakan
bandungan merapat untuk makan bersama. Panitia hanyalah tanggal pelaksanaan tradisi haul
menyiapkan makanan yang digunakan untuk Sindujoyo. Pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo
makan bersama-sama, makanan tersebut terdiri dari dilakukan secara urut dimulai dari Bale Kambang,
nasi tumpeng beserta lauknya, jajanan pasar dan Bale Cilik, Bale Purbo, Bale Wonorejo dan Bale
buah-buahan. Setelah makan bersama selesai dan Pesusuan.
ada aba-aba dari panitia yang menyatakan tradisi
Bandungan selesai, maka perahu bisa kembali ke B. Perkembangan Tata Laksana Tradisi Haul
tepi laut. Berakhirlah sudah prosesi tradisi Sindujoyo Di Kelurahan Lumpur tahun
Bandungan. 1965-2005
Tempat ketiga yang digunakan sebagai Perkembangan yang terjadi dalam tradisi
pelaksaan tradisi haul Sindujoyo yaitu Bale Purbo, haul Sindujoyo disesuaikan dengan perkembangan
dan yang keempat dilakukan di Bale Wonorejo, zaman, namun dengan adanya perkembangan
yang terakhir dilakukan di Bale Pesusuan. tersebut tidak meninggalkan kesakralan dari tradisi
Pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo ditiga bale haul Sindujoyo. Tujuan dilakukannya
tersebut memiliki persamaan dalam tata perkembangan tradisi tersebut, agar tradisi haul
pelaksanaannya. Tradisi haul Sindujoyo yang Sindujoyo tetap eksis di tengah maraknya
dilakukan ditiga Bale masing-masing dilakukan modernisasi. Perkembangan tradisi tersebut tidak
selama satu hari. Prosesi pelaksanaan ditiga bale serta merta menghilangkan jati diri tradisi,
tersebut dimulai pada pagi hari yaitu khataman Al- melainkan perkembangan yang terjadi tersebut
Qur’an hingga selesai, biasanya khataman Al- lebih kepada perkembangan tata pelaksanaan
Qur’an tersebut berakhir pada sore hari. Setelah tradisi haul Sindujoyo yang lebih kepada ajaran
selesai khataman, maka malamnya dilanjutkan agama Islam.
dengan acara inti. Sholawat hadrah menjadi awal Tahun 1965 menjadi awal adanya tradisi
pembukaan tradisi haul Sindujoyo pada acara inti haul Sindujoyo, awalnya tradisi ini bernama
yang dilakukan dimasing-masing bale. Orang yang wayang bumi. Tradisi wayang bumi yang ada di
memimpin sholawat hadrah adalah orang Kelurahan Lumpur tersebut dalam tata
Kelurahan Lumpur sendiri. Prosesi selanjutnya pelaksanaanya banyak disalah gunakan sebagai

150
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

kegiatan yang mengarah kepada kemaksiatan tradisi haul Sindujoyo dilakukan di makam Mbah
seperti minum-minuman keras, saweran dan Sindujoyo dan dilima Bale yaitu Bale Kambang
tadaan. Adanya G30S/PKI dan adanya peningkatan atau Bale Gede, Bale Cilik, Bale Purbo, Bale
pengetahuan masyarakat Kelurahan Lumpur Wonorejo dan Bale Pesusuan. Perkembangan
tentang ajaran agama Islam yang semakin baik, tempat pelaksanaan tradisi tersebut didasarkan pada
maka terjadilah perubahan tradisi tersebut. adanya bangunan-bangunan bale yang baru di
Pengetahuan mengenai keagamaan yang lebih baik, Kelurahan Lumpur mulai dari tahun 1965-2005.
secara tidak langsung akan mempengaruhi perilaku Kelima bale tersebut digunakan sebagai tempat
yang dilakukan. Perilaku keagamaan yang untuk peristirahatan para nelayan, sehingga para
dilakukan menurut tata kelakuan yang formal nelayan sepakat untuk memperingati tradisi haul
disebut upacara keagamaan atau religious Sindujoyo ditiap bale-bale tersebut.
ceremonies.12 Setiap upacara keagamaan maupun Pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo juga
tradisi yang dilakukan pasti memiliki lima mengalami perkembangan dalam hal prosesi tradisi
komponen, antara lain: haul Sindujoyo. Pada awalnya prosesi tradisi haul
1. Tempat peringatan tradisi Sindujoyo dimulai dengan masyarakat Kelurahan
2. Pelaksanaan peringatan tradisi Lumpur secara bersama-sama menuju makam
3. Sesaji dalam peringatan tradisi Mbah Sindujoyo yang ada di Kelurahan Karangpoh
4. Orang-orang yang melakukan dan orang yang lalu menuju ke makam Mbah Sindujoyo yang
memimpin peringatan tradisi berada di komplek makam Sunan Prapen, namun
5. Perolehan dana peringatan haul Sindujoyo seiring dengan perkembangan zaman terjadi
Lima komponen tersebutlah yang biasanya perkembangan dalam prosesinya yaitu sebelum
mengalami perubahan dan perkembangan dalam ziarah ke makam Mbah Sindujoyo, masyarakat
tradisi haul Sindujoyo. Perkembangan yang terjadi Kelurahan Lumpur berkumpul di Bale Kambang
dalam tradisi haul Sindujoyo tidak serta merta lalu masyarakat Kelurahan Lumpur bersama-sama
dilakukan dengan sepihak, melainkan menuju ke makam Mbah Sindujoyo yang ada di
perkembangan tersebut didasarkan atas Kelurahan Karangpoh yang diiringi dengan kirap.
kesepakatan bersama. Perkembangan tradisi haul Adanya kirap yang mengiringi masyarakat
Sindujoyo yang ada di Kelurahan Lumpur pada Kelurahan Lumpur menunjukkan ke makam Mbah
awal berdirinya tahun 1965 perkembangannya Sindujoyo, merupakan perkembangan dalam
tidak begitu signifikan, karena masih awal dan prosesi tradisi haul Sindujoyo. Perlengkapan yang
bukan perkembangan yang terjadi, melainkan lebih dikirap terdiri dari keris pusaka peninggalan Mbah
kepada perubahan dari wayang bumi menuju tradisi Sindujoyo dan beberapa nasi tumpeng. Tata
haul Sindujoyo. pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo yang juga
Pada masa kepemimpinan mengalami perkembangan ada pada sesaji yang
Mangoendihardjo tahun 1965 sangat berpengaruh digunakan dalam prosesi pelaksanaan tradisi haul
terhadap tradisi haul Sindujoyo yang ada saat ini, Sindujoyo, jika dalam tradisi Bandungan masih
karena berawal dari masa kepemimpinan inilah menggunakan sesaji, yang merupakan hasil
tradisi yang awalnya wayang bumi yang disalah peninggalan Hindu seperti kemenyan, bubur panca
gunakan sebagai tradisi yang banyak mengandung warna, dan kembang tujuh rupa, tetapi ketika
kemaksiatan berubah menjadi tradisi haul pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo yang dilakukan
Sindujoyo yang bernuansa Islami sesuai dengan di darat atau di bale tidak lagi menggunakan sesaji
agama yang dianut oleh mayoritas masyarakat seperti yang masih digunakan dalam tradisi
Kelurahan Lumpur yaitu agama Islam. Bandungan. Pelaksanaan tradisi Bandungan dalam
Perkembangan tata laksana tradisi haul prosesinya masih terdapat adanya akulturasi antara
Sindujoyo dari tahun 1965-2005 mengalami Hindu dan Islam sehingga sesaji yang digunakan
banyak perkembangan, dimulai dari tempat banyak mendapatkan pengaruh akulturasi.
peringatan yang dulu hanya dilakukan di dua Pada awal tahun 1965 sesaji yang digunakan
tempat saja yaitu di makam Mbah Sindujoyo dan di dalam peringatan tradisi haul Sindujoyo, masih
Bale Kambang, kini pada tahun 2005 pelaksanaan banyak yang berbau mistis, seperti adanya
pemberian kembang tujuh rupa dilima bale sebelum
12
Koentjaningrat, Beberapa Pokok pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo. Masyarakat
Antropologi Sosial, (Jakarta: PT Dian Rakyat, Kelurahan Lumpur pada tahun 1965-1990 masih
1974), hlm. 252 - 253

151
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

memiliki kepercayaan bahwa sebelum pelaksanaan proposal kepada perusahaan-perusahaan yang


tradisi haul Sindujoyo dilakukan harus adanya letaknya berada didekat Kelurahan Lumpur.
pemberian kembang tujuh rupa ke masing-masing
bale, sebagai wujud meminta restu kepada leluhur C. Perubahan Makna Tradisi Haul Sindujoyo
yang ada dimasing-masing bale. Kepercayaan Perkembangan kebudayaan bangsa
masyarakat Kelurahan Lumpur tersebut pudar Indonesia untuk menuju masyarakat yang modern,
ketika sudah banyaknya masyarakat yang paham telah membawa perubahan pada dasar kebudayaan
akan agama Islam dan syariatnya, sehingga masyarakat Jawa yang selalu memakai simbolis
masyarakat Kelurahan Lumpur tidak menggunakan dalam memaknai sebuah tradisi. Sikap dan
sesaji kembang tujuh rupa tersebut dimasing-masig pandangan hidup yang simbolis telah mengeser
bale dan mengantinya dengan makanan yang dapat dari aspek batiniah yang bersifat magis dan mistik
dikonsumsi oleh manusia dan memberikan manfaat menuju aspek baru yang ilmiah dengan simbol ilmu
bagi masyarakat. pengetahuan fungsional. Pergeseran aspek batiniah
Perkembangan tradisi haul Sindujoyo dari menuju aspek rasional mengakibatkan terjadinya
tahun 1965-2005 memberikan perkembangan perubahan sikap dan pandangan hidup masyarakat
dalam hal orang-orang yang melakukan tradisi haul Jawa, baik secara religious maupun secara
Sindujoyo. Pada awal pelaksanaan tradisi haul tradisional.
Sindujoyo orang yang melakukan tradisi haul Tradisi haul Sindujoyo di Kelurahan
Sindujoyo hanya keturunan dari Mbah Sindujoyo Lumpur dalam perkembangannya mengakibatkan
saja, namun seiring dengan banyaknya terjadinya perubahan makna. Perubahan makna
perkembangan yang terjadi dalam tata laksana tersebut didasari dengan adanya perkembangan
tradisi haul Sindujoyo, sehingga tradisi haul zaman, yang menuntut manusia untuk berfikir
Sindujoyo diikuti oleh masyarakat Kelurahan berdasarkan pengetahuan yang rasional. Sebagian
Lumpur baik yang berprofesi sebagai nelayan masyarakat masih menganggap bahwa tradisi yang
maupun yang berprofesi lain. Pada tahun 2005 dijalankan merupakan tradisi yang sangat
dengan adanya penambahan prosesi pelaksanaan berpengaruh terhadap sistem religi yang
tradisi haul Sindujoyo yaitu dengan adanya jamaah dipercayainya secara turun temurun, namun ada
Al-khidmah di Bale Gede, sehingga tradisi haul sebagian lagi yang memaknai tradisi yang
Sindujoyo boleh diikuti oleh siapapun baik orang dijalankan sebagai budaya lokal yang harus
Kelurahan Lumpur sendiri maupun orang di luar dilestarikan. Adanya perbedaan generasi, secara
Kelurahan Lumpur semuanya boleh mengikutinya. tidak langsung akan memandang suatu tradisi dari
Perkembangan tradisi haul Sindujoyo sisi yang berbeda sesuai dengan pengetahuan dan
juga terdapat dalam tata cara perolehan dana, pengalaman yang dimiliki, oleh sebab itu terjadi
dimana pada awal pelaksanaan tradisi haul perubahan makna dalam perkembangan tradisi haul
Sindujoyo, dana yang digunakan hanya berasal dari Sindujoyo. Perubahan makna tradisi haul
sambatan nelayan. Sambatan nelayan merupakan Sindujoyo pada tahun 1965 merupakan tahun
dana yang diperoleh dari hasil gotong royong pergantian tradisi dari wayang bumi menjadi haul
nelayan. Tata laksana tradisi sambatan nelayan Sindujoyo, maka secara tidak langsung akan
yaitu masyarakat Kelurahan Lumpur yang merubah makna dalam tradisi yang dilaksanakan.
berprofesi sebagai nelayan secara bersama-sama Pada tahun 1965 tradisi haul Sindujoyo dimaknai
melaut selama satu hari, lalu hasil tangkapan ikan oleh masyarakat Kelurahan Lumpur, sebagai tradisi
selama satu hari tersebut setengahnya diberikan yang memiliki nilai kesakralan yang harus
kepada panitia pelaksana tradisi haul Sindujoyo. dijalankan setiap tahunnya. Masyarakat Kelurahan
Pada awalnya pelaksanaan tradisi haul Lumpur percaya, jika tradisi haul Sindujoyo tidak
Sindujoyo hanya boleh diikuti oleh para nelayan dilaksanakan tiap tahunnya, maka Kelurahan
saja, sehingga dana yang diperoleh hanya berasal Lumpur akan mengalami peristiwa yang tidak
dari sambatan nelayan, namun seiring dengan diinginkan selama setahun kedepan. Adanya
perkembangan tradisi haul Sindujoyo yang boleh kepercayaan tersebut membuat masyarakat yakin
diikuti oleh seluruh masyarakat Kelurahan Lumpur, bahwa Mbah Sindujoyo masih menjaga Kelurahan
maka dana yang diperoleh bukan hanya berasal dari Lumpur, sehingga untuk mengenang Mbah
sambatan nelayan saja, melainkan dari sambatan Sindujoyo dilakukan pelaksanaan tradisi haul
becak, sambatan nambangi dan dari pengajuan Sindujoyo tiap tahunnya. Pemaknaan masyarakat

152
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

terhadap tradisi haul Sindujoyo tidak serta merta Sambutan terhadap pelaksanaan tradisi tersebut
tumbuh dan berkembang begitu saja, melainkan terlihat ketika ada sebagian masyarakat Kelurahan
pemaknaan tersebut menjadi kepercayaan turun Lumpur yang bekerja di luar kota, lalu rela pulang
temurun dalam masyarakat. demi akan mengikuti pelaksanaan tradisi haul
Pada awal pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo. Antusiasme masyarakat dalam
Sindujoyo seluruh masyarakat Kelurahan Lumpur peringatan tradisi haul Sindujoyo sangatlah besar,
mempercayai bahwa prosesi tradisi haul Sindujoyo oleh sebab itu makna yang terkandung dalam
yang dilakukan memiliki nilai kesakralan yang tradisi haul Sindujoyo pada periode ini adalah
tinggi yang akan berpengaruh terhadap para leluhur adanya makna sosial kemasyarakatan yang baik
yang menjaga Kelurahan Lumpur. Adanya alasan antara individu yang satu dengan individu yang
tersebut menjadikan prosesi tradisi haul Sindujoyo lain, yang ditunjukkan dengan antusias masyarakat
pada awalnya hanya dilakukan oleh laki-laki dalam pencarian dana yang dilakukan secara
dewasa saja. Masyarakat menganggap bahwa gotong royong.
tradisi yang sangat sakral tidak boleh diikuti oleh Perkembangan tata laksana dalam tradisi
anak kecil, agar tidak menganggu kesakralan saat haul Sindujoyo tahun 2000-2005, secara tidak
prosesi pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo langsung akan mempengaruhi perubahan makna.
berlangsung. Pemaknaan tradisi haul Sindujoyo Adanya penambahan prosesi dengan adanya
Tahun 1966-1981 belum banyak terjadi jamaah Al-khidmah dalam tradisi haul Sindujoyo,
perkembangan, sehingga perubahan makna tradisi maka akan muncul adanya pasar dadakan selama
haul Sindujoyo tidak begitu signifikan, namun pada prosesi peringatan tradisi haul Sindujoyo. Pasar
tahun 1984-1988 dengan adanya perkembangan dadakan yang ada dalam tradisi haul Sindujoyo,
dalam tata laksana tradisi haul Sindujoyo yang menjadi hal baru dalam tradisi ini, sehingga ketika
lebih kental dengan nuansa Islamnya, maka akan mengadakan pelaksanaan tradisi haul
pemaknaan tradisi haul Sindujoyo dari sakral Sindujoyo yang disiapkan sebagian masyarakat
menjadi tradisi yang memiliki makna religi. tidak sama lagi dengan dulu. Jika pada awal adanya
Pemaknaan tersebut didasarkan pada tata laksana pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo sebagian
tradisi haul Sindujoyo sudah tidak adanya minum- masyarakat membantu panitia untuk menyiapkan
minuman keras lagi dalam prosesinya dan telah tumpeng, maka pada periode ini sebagian
meniadakan sesaji yang dianggap tidak sesuai masyarakat disibukkan dengan membuat jajanan
dengan ajaran agama Islam. yang akan dijual belikan disalah satu prosesi haul
Perubahan makna tradisi haul Sindujoyo Sindujoyo yaitu ketika adanya jamaah Al-khidmah,
pada tahun 1988-2000 merupakan tradisi yang karena pada prosesi ini terdapat banyak masyarakat
memiliki makna sakral dalam tata laksananya. luar yang mengikutinya.
Perubahan makna yang terjadi pada periode ini Periode sebelumnya sebagian masyarakat
terjadi pada cara pencarian dana untuk peringatan menyambut peringatan tradisi haul Sindujoyo
tradisi haul Sindujoyo. Pencarian dana dalam sebagai tradisi yang sakral, maka seiring dengan
tradisi haul Sindujoyo dinamakan dengan tradisi perkembangan zaman, serta adanya perkembangan
sambatan atau gotong royong. Gotong royong yang prosesi membuat sebagian masyarakat bersaing
terjadi dalam proses pencarian dana untuk dalam hal ekonomi. Persaingan tersebut terlihat
pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo, secara tidak jelas dalam jajanan yang dijual di pasar dadakan
langsung akan memberikan andil dalam pemaknaan yang ada dalam tradisi haul Sindujoyo, individu
tradisi haul Sindujoyo. Antusias masyarakat dengan individu lain akan bersaing agar apa yang
Kelurahan Lumpur sangat baik sekali dalam dijual belikan laku. Adanya perubahan
mencari dana yang dilakukan secara gotong royong penyambutan tradisi haul Sindujoyo menjadikan
yang disebut sambatan. Adanya tradisi sambatan masyarakat akan sedikit kehilangan sikap gotong
akan menjalin hubungan sosial yang baik antara royong untuk menyambut peringatan tradisi haul
individu yang satu dengan individu yang lain. Sindujoyo.
Haul Sindujoyo secara tidak langsung Perkembangan zaman yang terjadi di
memberikan konstribusi yang baik dalam hubungan masyarakat dan pengetahuan serta pengalaman
sosial kemasyarakatan. Tradisi yang dijalankan yang dimiliki individu akan berpengaruh terhadap
setahun sekali ini menjadikan masyarakat pemaknaan suatu tradisi yang dilakukan. Jika pada
Kelurahan Lumpur antusias untuk menyambutnya. awal dilakukannya tradisi haul Sindujoyo sebagai

153
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

tradisi yang sakral dan banyak pantangan yang tradisi haul Sindujoyo menjadi hal unik, karena
tidak boleh dilakukan serta masih adanya terdapat satu rangkaian peringatan haul Sindujoyo
pemikiran yang mengarah kepada kepercayaan di Bale Cilik pelaksanaannya di laut, yang
mistis. Seiring dengan perkembangan zaman dan dinamakan tradisi Bandungan. Tradisi Bandungan
pengetahuan yang dimiliki masyarakat yang lebih merupakan tradisi yang dalam prosesinya,
memandang sesuatu dengan pengetahuan yang dilakukan berdasarkan hasil akulturasi Hindu
rasional, maka akan terjadi perubahan pemaknaan dengan Islam.
dalam memandang suatu tradisi, oleh sebab itu Prosesi pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo
terjadinya perubahan makna tradisi haul Sindujoyo. yang pertama yaitu dilakukan di Bale Kambang
Perubahan makna yang terjadi tersebut dan Bale Gede yang dilakukan selama tiga hari,
tanpa menghilangkan kesakralan dari tradisi haul lalu selang beberapa hari dilakukan di Bale Cilik
Sindujoyo yang dilakukan oleh masyarakat yang diselenggarakan di laut yang dinamakan
Kelurahan Lumpur, serta antusias masyarakat tradisi Bandungan. Minggu berikutnya tradisi haul
masih begitu besar dalam mengadakan peringatan Sindujoyo dilakukan di Bale Purbo, lalu selang
tradisi haul Sindujoyo. Adanya perkembangan beberapa hari lagi dilakukan di Bale Wonorejo dan
dalam prosesi tradisi haul Sindujoyo diharapkan, yang terakhir dilaksanakan di Bale Pesusuan.
agar tradisi haul Sindujoyo dapat diterima oleh Pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo yang ada di
seluruh masyarakat dan tetap lestari. Bale Purbo, Bale Wonorejo dan Bale Pesusuan,
dilakukan masing-masing selama satu hari dengan
PENUTUP selang waktu satu minggu. Ketiga bale tersebut
A. Kesimpulan memiliki prosesi yang sama dalam
Tradisi haul Sindujoyo merupakan tradisi penyelenggaraan tradisi haul Sindujoyo hanya saja
yang berkembang di Kelurahan Lumpur dilakukan dalam tanggal yang berbeda.
Kecamatan Gresik Kabupaten Gresik. Tradisi ini Tradisi haul Sindujoyo mengalami
dilaksanakan dalam rangka untuk mengenang jasa perkembangan dalam hal tata laksana. Terdapat
Mbah Sindujoyo. Mbah Sindujoyo merupakan beberapa perkembangan tata laksana haul
murid Sunan Prapen yang berasal dari Dusun Sindujoyo dari tahun 1965-2005. Perkembangan
Klating Kecamatan Tikung Kabupaten Gresik. tersebut dimulai dari adanya penambahan prosesi
Mbah Sindujoyo adalah orang yang pertama kali hingga meniadakan hal-hal yang berkaitan dengan
membuka lahan Desa Lumpur. kepercayaan adanya sesaji untuk nenek moyang.
Desa Lumpur pada awalnya merupakan tepi Adanya perkembangan tata laksana tersebut tidak
pantai yang berlumpur yang tidak ada menghilangkan kesakralan dari pelaksanaan haul
penghuninya, namun karena kedatangan Mbah Sindujoyo. Perkembangan tersebut dilakukan, agar
Sindujoyo ke Desa Lumpur menjadi awal adanya tradisi haul Sindujoyo tetap eksis dan lestari
pemukiman di Desa Lumpur. Tahun 1988 Desa ditengah banyaknya budaya barat yang masuk.
Lumpur berganti menjadi Kelurahan Lumpur. Perkembangan tradisi haul Sindujoyo secara
Pergantian tersebut didasarkan pada peraturan tidak langsung akan mempengaruhi perubahan
pemerintahan Kabupaten Gresik, adanya pergantian makna tradisi haul Sindujoyo. Terjadi perubahan
dari nama desa menjadi Kelurahan secara tidak makna tradisi haul Sindujoyo yang disebabkan oleh
langsung mempengaruhi tradisi yang ada di berkembangnya ilmu pengetahuan yang dimiliki
Kelurahan Lumpur. masyarakat, sehingga dapat mempengaruhi pola
Beberapa tradisi yang ada di Kelurahan pikir dan pandangan masyarakat dalam memaknai
Lumpur yang masih lestari, salah satunya adalah tradisi haul Sindujoyo. Pemaknaan masyarakat
tradisi haul Sindujoyo. Tradisi haul Sindujoyo terhadap pelaksanaan tradisi dari generasi ke
merupakan tradisi khas Kelurahan Lumpur yang generasi mengalami perbedaan. Jika pada awalnya
dilaksanakan setahun sekali, tepatnya pada bulan pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo dimaknai
Suro. Keunikan tradisi haul Sindujoyo ada pada masyarakat sebagai tradisi yang sangat sakral dan
keberagaman tempat dan prosesi pelaksanaannya. hanya boleh dilaksanakan oleh laki-laki dewasa
Terdapat lima tempat atau bale yang digunakan saja. Pemaknaan tersebut akan berbeda dengan
dalam pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo yaitu yang terjadi di tahun 2005, bahwa masyarakat
Bale Kambang, Bale Cilik, Bale Purbo, Bale memaknai tradisi haul Sindujoyo sebagai tradisi
Wonorejo dan Bale Pesusuan. Prosesi pelaksanaan turun temurun yang wajib diperingati untuk

154
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

mengenang jasa Mbah Sindujoyo, serta sebagai menengah atas saja tetapi dimulai dari sekolah
ajang untuk melakukan dagang. Hal tersebut di dasar, karena selama ini jarang sekali peserta
karena pada tahun 2005 terdapat adanya didik yang mengetahui tradisi lokal yang ada di
penambahan prosesi dengan adanya jamaah Al- Kabupatennya sendiri, padahal banyak sekali
Khidmah dalam prosesi haul Sindujoyo, sehingga tradisi lokal yang memiliki nilai pedagogik
akan mengundang banyak tamu yang hadir, maka yang dapat digali dan diterapkan dalam
dimanfaatkan masyarakat untuk berdagang selama kehidupan bermasyarakat.
prosesi berlangsung. 4. Bagi masyarakat Kelurahan Lumpur khususnya
Dibalik pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo para pemuda agar selalu kompak dalam
yang masih lestari hingga saat ini, tentu banyak menjaga dan melestarikan tradisi haul
orang yang terlibat didalamnya salah satunya Sindujoyo. Masyarakat Kelurahan Lumpur
terdapat peran Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, supaya selalu mengadakan tradisi turun
peran pemerintahan Kelurahan Lumpur dan peran temurun ini agar generasi selanjutnya
masyarakat. Pelaksanaan tradisi haul Sindujoyo mengetahui tradisi asli dari Kelurahan Lumpur.
juga memiliki nilai-nilai pedagogik yang dapat 5. Bagi penelitian selanjutnya yang ingin
diambil, oleh sebab itu tradisi haul Sindujoyo mengembangkan tema ini, agar bisa melakukan
masih lestari di zaman modern ini. Nilai-nilai penelitian yang lebih spesifik terhadap upaya
pedagogik yang dapat diambil seperti, nilai pemerintah dalam menciptakan toleransi
pendidikan Ketuhanan, nilai pendidikan sosial dan terhadap tradisi haul Sindujoyo di Kelurahan
kemasyarakatan serta nilai pendidikan moral. Lumpur.
Terdapat banyak nilai pedagogik yang terkandung
DAFTAR PUSTAKA
dalam tradisi haul Sindujoyo, sehingga tradisi yang
Aminuddin Kasdi. 2005. Memahami Sejarah.
ada tersebut wajib untuk dijaga dan dilestarikan Surabaya: University Press.
sebagai tradisi asli dari Kabupaten Gresik
khususnya Kelurahan Lumpur. Bernard. T Adeney. 2000. Etika Sosial Lintas
B. Saran Budaya. Yogyakarta: Pustaka Teologi dan
Hasil penelitian tentang haul Sindujoyo di Gandu Mas.
Kelurahan Lumpur Kecamatan Gresik Kabupaten
Gresik, maka dapat ditemukan beberapa saran Budiono Herusatoto. 2000. Simbolisme Dalam
sebagai berikut: Budaya Jawa. Yogyakarta: Hanindita.
1. Tradisi haul Sindujoyo Kelurahan Lumpur
perlu adanya perhatian dari dinas pariwisata dan Cholib Narbuko. 2003. Metodologi penelitian.
Jakarta: PT Bumi Aksara.
kebudayaan Kabupaten Gresik, agar tradisi haul
Sindujoyo tetap lestari. Pelatihan dan kerjasama Davis Cullom. Dkk, Oral History From Tape To
dalam melestarikan tradisi haul Sindujoyo dari Type. 1978. Chicago: American Library
dinas pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Association.
Gresik sangat dibutuhkan oleh masyarakat
Kelurahan Lumpur, agar masyarakat lebih Deddy Mulyana. 2001. Metodologi Penelitian
bersemangat lagi dalam memperingati tradisi Kualitatif. Bandung: Rosda Karya.
haul Sindujoyo, karena adanya dukungan dari
Departemen Pendidikan dan Budaya.1993. Kamus
dinas pariwisata dan kebudayaan Kabupaten Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Gresik. Pustaka.
2. Pemerintah Kabupatan Gresik agar memberikan
kebijakan kepada tradisi haul Sindujoyo, Dukut Imam Widodo,dkk. 2004. Grissee Tempo
supaya tradisi yang ada lebih dikenal Doeloe, “Teropong Budaya Pelataran”.
Pemerintahan Kabupaten Gresik.
masyarakat luar bukan hanya masyarakat
Kelurahan Lumpur saja. Garraghan, S.J, Gilbert J. 1948. A Guide to
3. Dinas pendidikan Kabupaten Gresik supaya Historical Method. New York: Fordham
memperkenalkan dan memberikan pemahaman University Press.
cara untuk menjaga dan melestarikan tradisi
lokal yang ada, terutama tradisi lokal yang ada Henri Supriyanto. 1997. Upacara Adat Jawa
di Kabupaten Gresik. Upaya pemahaman Timur. Dinas P Dan K Provinsi Daerah
Tingkat 1 Jawa Timur.
tersebut bukan hanya diberikan pada sekolah

155
AVATARA, e-Journal Pendidikan Sejarah Volume 6, No. 1, Maret 2018

I Gede Widja. 1991. Sejarah Lokal Suatu Suharsimi Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian
Perspektif Dalam Pengajara Sejarah. Sebagai Pendekatan Praktek. Jakarta:
Bandung: Angkasa. Rierneka Cipta.

Imron Abu Amar. 1986. Peringatan khaul bukan Tedi Sutardi. 2007. Antropologi: Mengungkap
dari ajaran Islam adalah pendapat yang Keragaman Budaya. Bandung: PT Setia
sesat. Kudus: Menara Kudus. Purna Inves.

Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kuanlitatif. Thomas Wiyasa Brata Widjaja. 2000. Upacara
Jakarta: PT. Gramedia. Tradisional Masyarakat Jawa. Jakarta:
Jajat Burhanudin. 2010. Ulama & kekuasaan Sinar Harapan.
pergumulan elite muslim dalam sejarah
Indonesia. Jakarta: mizan publika. Yatim Rianto. 1996. Metodologi Penelitian
Pendidikan: Suatu Tinjauan Dasar.
Jumeiri Siti Rumidjah. 1984. Upacara Tradisional Surabaya: Perc. SIC.
Dalam Kaitannya Dengan Peristiwa Alam
Dan Kepercayaan Daerah Istimewa
Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen
Pendidikan Kebudayaan.

Kartini Kartono. 1980. Pengantar Metodologi


Research Sosial. Bandung: Perc. Alumni.

Ki Tarub Agung. 1850. Serat Sindujoyo.


Sukodono: Gresik.

Koentjaraningrat. 2002. Manusia dan Kebudayaan


di Indonesia. Jakarta: Djambatan.

. 1981. Metode – Metode


Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT.
Gramedia.

Kuntowijoyo. 2003. Metodologi Sejarah.


Yogyakarta: PT. tiara wacana yogya.

Masri dan Sofian Efendi Singarimbun. 1987.


Metodologi Penelitian Survei. Jakarta:
Perc. LP3S.

Moloeng, Lexy J.. 2001. Metode Penelitian


Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya.

Mustakim. 2010. Gresik Dalam Lintasan Lima


Zaman Kajian Sejarah Ekonomi, Politik,
Sosial, Dan Budaya. Jogjakarta: Pustaka
Eureka.

Neils Mulder. 1984. Kepribadian jawa dan


pengembangan nasional. Yogyakarta:
Gajah Mada Press.

Sudarto. 1997. Metodologi Penelitian Filsafat.


Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sudarwan Danim. 2002. Menjadi Peneliti


Kualitatif. Bandung: CV. Pustaka Setia.

156

Anda mungkin juga menyukai