Proposal Penelitian
Diajukan oleh :
Dini Agustin
NIM 1175010036
1
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan karunianya, shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi dan Rasul kita
Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya dan para sahabatnya serta sampai kepada kita
selaku umatnya.
Berkat rahmat dan ridha Allah saya dapat melaksanakan penelitian yang berjudul
“Tradisi Ngikis Di Situs Karangkamulyan Ciamis (1950-2017)”. Proposal penelitian ini
diajukan untuk mendapat persetujuan dan arahan dari dosen pembimbing Praktek Profesi
Lapangan (PPL) bapak Dr. H. Setia Gumilar, M. SI.. Saya menyadari bahwa dalam
penulisan proposal ini masih banyak kekurangan dalam penulisan maupun penyusunan dan
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna memperbaiki kesalahan dimasa yang akan datang.
Akhir kata penyusun memohon maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekurangan,
kealpaan serta kecerobohan dalam bertutur kata dalam penulisan makalah ilmiah ini karena
keterbatasan kemampuan penulis dalam tahap pembelajaran.
2
LEMBAR PERSETUJUAN PROPOSAL PENELITIAN
NIM: 1175010036
Mengetahui/ Menyetujui,
Dosen Pembimbing
3
A. Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang terdiri dari beranekaragam suku bangsa. Salah
satu etnis terbesar adalah suku Sunda. Banyak sekali adat istiadat atau tradisi yang
dilakukan orang Sunda, yang setiap daerah suku Sunda pun mempunyai tradisinya
masing-masing. Disini saya tertarik dengan satu tradisi yang ada di Ciamis Jawa Barat
yang tepatnya berada di desa Karangkamulyan, kecamatan Cijeungjing.
Situs Karangkamulyan merupakan peninggalan Kerajaan Galuh yang bercorak
Hindu-Budha terdapat di Ciamis Jawa Barat. Menurut masyarakat setempat
mempercayainya bahwa Karangkamulyan merupakan pusat kerajaan Galuh pada
waktu itu,karena banyak sekali peninggalan dari kerajaan Galuh ini. Salah satunya
adalah adanya situs Pangcalikan. Pancalikan atau pelinggihan ini merupakan sebuah
batu bertingkat tingkat berwarna putih berbentuk segi empat, merupakan tempat
pemujaan yang tempatnya terbalik dan digunakan untuk altar.
Di situs Karangkamulyan ini terdapat suatu tradisi turun temurun yang
dilakukan mejelang bulan suci Ramadhan, tradisi ini terus dipertahankan sampai saat
ini. Tradisi ini adalah tradisi ngikis.
Upacara adat ngikis merupakan upacara adat yang sudah ada sejak lama, yaitu
sejak sekitar 150 tahun yang lalu. Upacara adat ini sudah dilaksanakan secara turun-
temurun oleh masyarakat Karangkamulyan dari dulu sampai sekarang. Ngikis ini
berasal dari bahasa Sunda yaitu “kikis” yang berarti pager awi anu kerep (pagar
bambu yang rapat). (Satjadibrata, 1948: 147).
Ngikis secara harfiah yaitu memagar. Pada masalalu ngikis ini bersifat fisik
yaitu memagar yakni mengganti pagar singgasana Raja Galuh di situs Pangcalikan.
Pada saat itu khususnya di situs Karangkamulyan belum adanya pagar permanen, jadi
masyarakat di seliling di sekitar situs Karangkamulyan itu membawa bambu yang
sudah diiris yang sudah diukur ukuran nya sama, yang tujuannya nya nanti pada saat
upacara ngikis itu masyarakat ini memagar, setelah memagar pagarnya sudah
terbentuk rapi nanti dipasang bersama sama, yang tujuan magarnya itu untuk
melindungi cagar budaya agar supaya tidak dirusak oleh tangan-tangan jahat. Bisa
dihubungkan kenapa tradisi upacara adat ini dilakukan menjelang bulan ramadhan
yaitu karena dengan upacara adat ngikis kita sama hal nya memagar diri dari
perbuatan dosa dan maksiat, karena bulan ramdhan merupakan bulan yang suci maka
hatipun harus suci dari perbuatan-perbutan jahat. (Agus Abdul Haris, 18 November
2019)
4
Selain itu tradisi ngikis ini bertujuan untuk menghormati roh nenek moyang
atau menghormati leluhur Galuh sebagai cikal bakal pendiri Kerajaan. Geerzt (1981:
1030 mengatakan bahwa pemujaan terhadap roh nenek moyang dewasa ini, tidak
lebih dari suatu pernyataan hormat yang tulus kepada almarhum (orang yang sudah
meninggal dunia), ditambah suatu kesadaran yang hidup tentang perlunya berlaku
baik terhadap almarhum atau nenek moyang. Itu semua menjamin bahwa sekedar nasi
dan bunga-bungaan akan disampaikan kepada mereka. Apa yang disampaikan Geerzt
ini sesuai dengan apa yang dilakukan oleh masyarakat Desa Karangkamulyan melalui
Upacara Adat Ngikis sebagai bentuk pernyataan hormat dan kesadaran dari orang
yang hidup tentang perlunya berbuat baik terhadap orang yang sudah tiada yaitu
nenek moyang mereka. Karena mereka menyadari bahwasannya dengan
mempertahankan tradisi ini yaitu agar tidak putus “putus wekas” (putus jejak
keturunan) atau istilah lain yaitu pareum obor.
Tradisi ini merupakan akulturasi antara Islam, Hindu dan kebudayaan lokal.
Selain itu pastinya banyak tujuan lain atau manfaat lain bagi masyarakat mengapa
tradisi ini dilakukan sampai sekarang. Belum ada yang menyebutkan secara pasti
kapan tradisi ini mulai dilakukakan, disini saya mencoba menggali mengenai tradisi
ngikis ini seperti apa perkembangannya.
Latar belakang diadakannya penelitian ini adalah kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang kebudayaan lokal, khususnya Tradisi Ngikis di Situs
Karangkamulyan ini. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: Sejarah dan
perkembangan Tradisi Ngikis di Ciamis dari tahun 1950-2019. Sebenarnya tradisi
Ngikis ini sudah ada sejak dahulu kala namun tidak dapat secara pasti kapan awal
mula tradisi ini dilakukan. Tanpa penyebutan mengenai titik awal dimulainya Upacara
Adat Ngikis. Sukar ditetapkan angka tahun yang relatife tepat. Sepanjang penelaah
yang peneliti lakukan sampai saat ini belum ada bukti-bukti otentik yang dapat
dijadikan landasan, karena tidak ada dokumen tertulis yang membahasnya. Namun
dari penjelasan beberapa narasumber yang penulis wawancarai, dapat diperkirakan
bahwa Ngikis ini sudah ada sejak 1800-an, sesuai dengan penjelasan Agus
(Wawancara 18 November 2019). Tradisi ngikis ini sudah diadakan kurang lebih 8
orang kuncen yang terdiri atas 1) Wangsa Dikara, 2) Karta Wisastra, 3) Haji Jakaria,
4) Jaya, 5) Basri, 6) Enden Sumarsana, 7) Perdi, 8) Kistia. Jika dihitung mundur dari
beberapa lama kuncen itu menjabat, maka dapat diperkirakan Ngikis sudah ada sejak
1800-an atau sekitar 150 tahun yang lalu.
5
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang saya ambil berdasarkan latar belakang diatas adalah :
1. Bagaimana sejarah tradisi ngikis di situs Karangkamulyan Ciamis?
2. Bagaimana perkembangan upacara adat tradisi ngikis di situs Karangkamulyan
Ciamis 1950-2019?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat diketahui apa tujuan penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui sejarah tradisi ngikis di situs Karangkamulyan Ciamis.
2. Untuk mengetahui perkembangan tradisi ngikis yang dilakukan di situs
Karangkamulyan Ciamis (1950-2019)
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti menambah pengetahuan dan wawasan mengenai Tradisi Ngikis di
Ciamis supaya mengetahui lebih dalam dan memaknai dari tiap-tiap pelaksanaan
nya.
2. Diharapkan kepada para pembaca akan pentingnya membaca sejarah karena
sejarah itu sangat penting dalam kehidupan kita dapat mengetahui peristiwa yang
sudah terjadi di masa lampau. Tidak hanya peristiwa peperangan, politik dan
penguasa saja, tetapi membaca soal tradisi dan kebudayaanpun sangat penting
karena kita dapat mengetahui keadaan masyarakat dari segi kebiasaan yang
menjadi suatu budaya dan tradisi yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat itu
sendiri. Setiap tradisi mempunyai makna masing-masing begitu pun tradisi Ngikis
di Ciamis ini, masih banyak sekali yang harus kita kupas.
3. Tradisi ngikis ini merupakan tradisi yang dilakukan secara turun temurun, bagi
kita khususnya yang merupakan suku Sunda penting sekali untuk mengetahui
tradisi-tradisi yang diwariskan oleh leluhur kita salah satunya mengetahui tradisi
Ngikis. Sebagai penerus bangsa kita harus ikut serta melestarikan dan menjaga
kearifan lokal.
4. Diharapkan hasil penelitian ini menjadi referensi bagi peneliti yang akan datang.
6
E. Tinjauan Pustaka
1
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu 1999. Hlm 53.
7
Menurut Danang Suyonto (2013: 22) Studi lapangan adalah suatu metode
yang dilakukan oleh peneliti dengan cara pengamatan langsung terhadap
kegiatan yang dilakukan. Disini peneliti melakukan studi lapangan dengan
cara mengunjungi situs Karangkamulyan dan melakukan wawancara dengan
tokoh dan pelaku.
2
Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah. (Jakartta. Universitas Indonesia (UI-PRESS), 1985) cetakan keempat,
hlm 35.
3
Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah. (Jakartta. Universitas Indonesia (UI-PRESS), 1985) cetakan keempat,
hlm 35.
8
1. Buku
1) Judul: Ungkapan Tradisonal Daerah Jawa Barat
Penulis: Proyek IDKD Jawa Barat yang dipimpin Drs. Ruswandi
Zarkasih
Penerbit: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek
Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah 1983/1984
Tempat Terbit: Bandung
Tahun Terbit: 1984
Halaman: 295
2) Judul: Upacara Tradisional Daerah Jawa Barat
Penulis: Proyek IDKD Jawa Barat yang dipimpin Drs. Ruswandi
Zarkasih
Penerbit: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek
Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah 1981/1982
Tempat Terbit: Bandung
Tahun Terbit: 1982
Halaman:
3) Judul: Pandangan Hidup Orang Sunda Seperti Tercermin Dalam
Tradisi Lisan dan Sastra Sunda (Penelitian Tahap II Konsistensi dan
Dinamika)
Penulis: Prof. Dr. Suwarsih Warnaen, Dodong Djiwapradja, S.H., Drs
Wahyu Wibisana. DKK
Penerbit: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Kebudayaan Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan
Sunda.
Tempat Terbit: Bandung
Tahun Terbit: 1987
Halaman:
4) Judul: Kerajaan Galuh (Legenda, Tahta, dan Wanita)
Penulis: Her Suganda
Penerbit: Kiblat
Tempat Terbit:
Tahun Terbit: 2015
Halaman: 147 halaman
9
5) Judul: Pengantar Ilmu Sejarah
Penulis: Prof. Dr Kuntowijoyo
Penerbit: Bentang (PT Bentang Pustaka)
Tempat Terbit: Yogyakarta
Tahun Terbit: 2005
Halaman: 215 halaman
6) Judul: Ilmu Budaya Dasar/ISBD
Penulis:Dr. M. Munandar Sulaeman
Penerbit: PT Reflika Aditama
Tempat Terbit: Bandung
Tahun Terbit: 2012
Halaman:265 halaman
7) Judul: Metode Penelitian Sejarah
Penulis: Dudung Abdurrahman
Penerbit: PT Logos Wacana Ilmu
Tempat Terbit: Jakarta
Tahun Terbit: 1999
Halaman: 231 halaman
2. Sumber Lisan/ Wawancara
1) Agus Abdul Haris (41 tahun)
Tradisi Ngikis di Situs Karangkamulyan (Sejarah dan Pelaksanaan),
Wawancara. Ciamis 18 November 2019. Pukul 10.20 WIB.
Peran: Panitia Pelaksana
2) Siti Maemunah (22 Tahun)
3. Koran
1) Pikiran Rakyat. Tradisi Ngikis, Memagari Diri dari Pengaruh Jahat.
Nurhandoko: 30 April 2019.
2) Kompas. Mengenal Ritual Adat Ngikis di Situs Karangkamulyan
Jelang Bulan Ramadhan. Andri M Dani: 29 April 2019
10
4. Makalah dan Jurnal
Jurnal: Nilai Nilai Kearifan Lokal Upacara Adat Ngikis di Situs
Karangkamulyan Kabupaten Ciamis. Syarif Hidayatullah. Universitas
Galuh Ciamis: 27 Maret 2019.
Makalah: TRADISI NGIKIS Sebuah Ritual Tradisi Budaya dan Agama
(Studi Kasus di Karangkamulyan Kabupaten Ciamis Jawa Barat. RsNida.
2012.
5. Foto dan Video
Foto langsung ke tempat Situs Ciungwanara. Dan penelusuran Google dan
Youtube sebagai tambahan, serta dokumentasi yang disimpan oleh panitia
atau pengurus situs Karangkamulyan.
2. Kritik
a. Kritik Eksternal
Kritik eksternal merupakan cara melakukan verifikasi atau pengujian
terhadap aspek-aspek luar dari sumber sejarah. Atas dasar berbagai alasan
atau syarat, setiapa sumber harus dinyatakan dahulu autentik dan
itegralnya. Saksi-mata atau penulis itu harus diketahui sebagai orang yang
dapat dipercayai (credible).5 Kritik ekstern yaitu digunakan untuk meneliti
otentisitas sumber secara bentuk dengan menguji material kertas atau
bahan, tanggal, dan tanda yang terdapat di dalam teks.
3. Interpretasi
4
Sjamsudin, Helius, Metodologi Sejarah, ( Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2016), cetakan ketiga. Hlm 83
5
Sjamsudin, Helius, Metodologi Sejarah, ( Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2016), cetakan ketiga. Hlm 84
11
Interpretasi atau penafsiran sering disebut sebgai biang subjektivitas, sebagian itu
benar tetapi sebagian itu salah. Benar karena tanpa penafsiran sejarawan data tidak
bisa berbicara. Sejarawan yang jujur akan mencantumkan data dan keterangan dari
mana data itu diperoleh.6 Penafsiran dalam metode metode sejarah dapat
menimbulkan subjektivitas sejarah, sangat sukar dihindari karena ditafsirkan oleh
sejarawan (si subjek), sedangkan yang objektif adalah fakta. Penafsiran model sejarah
tersebut dapat diterapkan pada ilmu antropologi, seni pertunjukan, studi agama,
filologi, arkeologi dan ilmu sastra.7
4. Hisoriografi
6
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: PT Bintang Pustaka, 2005. Hlm 101
7
Sugeng Priyadi, Metode Penelitian Pendidikan Sejarah, Yogyakarta: Ombak. 2012. Hlm 79
8
Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu 1999. Hlm 67
9
Sugeng Priyadi, Metode Penelitian Pendidikan Sejarah, Yogyakarta: Ombak. 2012. Hlm 76
12
mentoring dan dosen
pembimbing
6 15-16 Oktober 2019 Penelusuran Sumber
7 17 Oktober - 29 Penelusuran sumber primer
November 2019 dan sumber sekunder baik
sumber tulis, benda maupun
lisan
8 17 Oktober -29 Mencari dan mengumpulkan
November 2019 sumber dari perpustakaan
9 30 November 2019 Studi Pustaka memilih dan
memilah (klarifikasi) data
dan fakta sejarah
12 2 Desember 2019 Konsultasi dengan dosen
Pembimbing
13 2 Desember 2019 Proses tahapan kritik ekstern
dan intern terhadap sumber,
proses historiogrfi atau
penulisan, penyusunan
kerangka penulisan
14 3 Desember 2019 Melakukan penyusunan
(rekontruksi)
Menyusun penulisan atau
daft pertama
15 3 Desember 2019 Penyerahan pertama rencana
draft penelitian
16 6 Desember 2019 Lokakarya II
17 9-17 Desember 2019 Penyusunan draft akhir RP&
Portofolio, executive
summary dan makalah
18 18- 20 Desember 2019 Proses penelitian dan
persiapan panitia,
pengumuman kelulusan MK
Praktek Profesi 2019.
13
1. Persiapan
14 Oktober- 31 Oktober 2019
2. Pelaksanaan
1 November- 24 November
14
3. Penulisan
25 November-13 Desember
Wawancara:
Tempat: Situs Karangkamulyan Ciamis
Tanggal : 17 dan 22 November 2019
H. Daftar Pustaka
Abdurrahman Dudung. Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu 1999.
http://www.seputar pengetahuan.co.id
15