Anda di halaman 1dari 5

MENGURUS JANAZAH

Fardhu Kifayah Drs. Hakimin I. PENDAHULUAN A. Pengertian. Janazah berasal dari bahasa Arab yang artinya tubuh mayat. Sedang janaza (kata kerja) artinya menutupi, maka secara umum, janazah berarti tubuh yang tertutup.1) Hal.5 B. Hukum Mengurus Janazah. Sepakat ulama menghukumkannya fardlu kifayah. Pengurusannya meliputi : memandikan, mengapankan, menyolatkan dan memakamkan. C. Persiapan Sebelum Pengurusan Janazah. Bila seorang meninggal dunia maka dianjurkan bagi yang hidup untuk : 1. Menghadapkannya ke arah kiblat. Hukumnya sunnat (menurut sebagian ulama mazhab Imamiyah dan ulama empat mazhab). Fardlu kifayah (menurut mayoritas mazhab Imamiyah). Cara Meletakkan Mayat.

a. Mayat ditelentangkan dengan posisi kaki mengarah ke Barat dan kepala ke Timur.2) Hal.7 Bagian kepala agak ditinggikan sedikit sekira mukanya menghadap kiblat (menurut mazhab Imamiyah dan Syafiiyah). b. Meletakkan sisi kanan tubuh mayat (miring ke kanan) dengan posisi kepala menghadap ke arah Utara dan kaki ke Selatan, persis seperti keadaannya di dalam kubur atau posisi kita tidur yang disunnatkan agama (menurut mazhab Maliki, Hambali dan Hanafi).4) Hal.44 c. Atau sebaliknya, yaitu meletakkan sisi kiri tubuh mayat (miring ke kiri) dengan posisi kepala menghadap ke arah Selatan dan kaki ke Utara. Ini dilakukan bila cara kedua sulit untuk melakukannya (lihat Sabilul Muhtadin).5) Hal.65-88 Menurut Imam Malik dalam kitab Al-Madkhal bahwa tidak ada hadits yang shahih tentang itu. Said bin Musayyab mengingkari hadits tentang menghadapkan mayit ke kiblat (dalam kitab al-Muhalla). 2. Mengganti pakaiannya sebelum tubuhnya kaku. 3. Memejamkan kedua matanya. 4. Mengkiamkan kedua tangannya. 5. Menindih perutnya dengan sesuatu/barang agar tidak kembung, atau supaya kotoran keluar. 6. Menutupinya dengan kain atau yang sejenisnya (yang penting aurat tertutup). 7. Menginventarisir hal-hal yang berkaitan dengan misalnya, hutangnya, wasiat, nazar dan lain-lain.

8. Mengumumkan tentang kematiannya. D. Pelaksanaan Pengurusan Janazah. Sepakat ulama bahwa bila seseorang muslim atau muslimah mati/meninggal, maka fardlu kifayah hukumnya bagi yang hidup mengurusinya, jika tidak diurus maka berdosalah satu kampung tersebut.

TAHAPAN MENGURUS JANAZAH Ada beberapa tahapan dalam pengurusan janazah, yaitu : 1. Memandikan Janazah. Syarat sah memandikan janazah : 1. Niat 2. Dengan air mutlak 3. Tak ada penghalang air sampai ke kulit janazah. Menurut Imam Empat Mazhab, bahwa Wajib mandi janazah adalah satu kali dan selebihnya adalah sunnat hukumnya, yaitu dengan air bersih dan disunnatkan pula dengan dicampur daun bidara dan kapur barus . Sedangkan mazhab Imamiyah mewajibkan tiga kali, pertama dengan air campuran daun bidara, kedua dengan air campuran kapur dan ketiga cukup dengan air bersih. Air yang digunakan adalah : 1. Air panas/hangat (makruh menurut Imamiah, dan lebih utama menurut Imam Hanafi); 2. Air dingin (menurut Imam Hambali, Malik dan Syafii)

Hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum memandikan janazah, yaitu : 1. Peralatan mandi, seperti sabun, air kayu/daun bidara (bahan pewangi), sarung tangan, dan lain-lain. 2. Bagi mayat yang mengidap penyakit menular maka dipersiapkan bahan antara lain : masker, sarung tangan karet yang tebal, sepatu panjang. 3. Meja panjang. 4. Pipa air (bila dibutuhkan). 5. Dan lain-lain yang diperlukan. Urutan Pelaksanaan : 1. Mengatur posisi tubuh janazah dengan bagian kepala menghadap ke arah Barat dan kaki ke Timur atau sebaliknya (menurut kebiasaan setempat). 2. Mengistinjakan janazah disertai niat dan diwudlukan (niat istinja dan wudlu terlampir). 6. Sebaiknya ditutup dengan kain atau pakaian dan dimandikan dengan sebersih mungkin, pertama dengan air biasa, kedua dengan air bercampur kayu/daun bidara, dan ketiga dicampur kapur barus. 7. Terakhir disiram dengan air bersih sebanyak tiga kali-tiga kali yaitu : Pertama, mulai dari bahu kanan terus ke arah kaki kanan. Kedua, dari bahu kiri terus ke arah kaki kiri. Terakhir, dari bagian kepala terus ke arah kaki. Dan dianjurkan membaca doa pada masing-masing dari ketiga

jenis siraman tadi. Inilah yang dinamakan air sembilan (doanya terlampir). 8. Diwudhukan sebagaimana mewudhukan orang yang sakit. 7) Hal 13) 9. Setelah selesai,3. pakaiannya diganti dengan yang kering dan bersih dan dipindahkan ke tempat pengapanannya sambil membaca zikir (terlampir). 10. Dilarang dipertontonkan kepada orang umum kecuali untuk keperluan tertentu yang tidak dilarang oleh agama. 11. Sunnat membaca zikir ( zikir terlampir). 2. Mengapankan Janazah. Hukum mengapankan janazah adalah wajib menurut pendapat semua mazhab fiqh, yaitu dengan sehelai kain (menurut imam empat mazhab) atau tiga helai kain (menurut mazhab Imamiyah). Hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah : kain secukupnya, kapas, kapur barus (bahan pewangi), tali ikatan tiga lembar 7)Hal 64-65 atau lima lembar, atau tujuh lembar 9)Hal.36 (disesuaikan dengan model kafan)7) Hal. 6569, sisir, dan lainnya. Urutan Pelaksanaan : Pertama, hamparkan kain kafan yang telah diberi wewangian, lalu letakkan janazah dengan posisi tubuh bagian kepala menghadap ke arah Selatan dan kaki ke Utara.2) Hal.10 Kedua, tutup bagian tertentu dengan kapas. Ketiga, dibungkus dengan kain kafan. Keempat, diikat lima atau tiga.

Kelima, setelah selesai dibungkus dan diikat (kebat tiga/lima) lalu di masukkan ke dalam keranda dan ditutup dengan kain untuk selanjutnya dishalatkan. 2. Menyolatkan Janazah. Syarat sah shalat janazah (men. Imam empat mazhab) : 1. Suci dari hadats dan najis. 2. Menutup aurat kecuali Imamiyah, menurutnya adalah sunat. 3. Seperti shalat fardhu (lima waktu). Sebelumnya, diumumkan terlebih dahulu kepada hadirin agar bersiap-siap untuk menyolatkan janazah. Urutan Pelaksanaan : 1. Letakkan janazah di hadapan imam dengan posisi kepala di sebelah kanan iman dan ditelentangkan. Imam berdiri dengan posisi tepat menghadap bagian kepala janazah (bila janazah laki-laki) dan bagian pinggul/lambung (bila perempuan) Dan susun shaf sesuai kebutuhan dan salah seorang mengumandangkan iqomat (iqomat terlampir). 2. Menyolatkan janazah. Cara Shalat Janazah : 1. Berniat shalat janazah (lafaz niat terlampir). 2. Bertakbir pertama dan membaca surat Al-Fatihah. (4 takbir wajib men. Imam empat mazhab, dan lima takbir men. Mazhab Imamiyah).

3. Bertakbir yang kedua dan membaca shalawat atas Nabi Muhammad SAW. 4. Bertakbir yang ketiga dan membaca doa bagi janazah (Terlampir). 5. Bertakbir yang keempat dan mengucapkan salam, biasanya terlebih dahulu membaca doa yang kedua (Bacaan shalat janazah terlampir). Inilah tata cara shalat janazah yang singkat, seperti pada lampiran dan selebihnya adalah sunat hukumnya. Catatan : 1. Waktu shalat janazah boleh dilaksanakan kapan saja (menurut mazhab Imam Syafii dan Hambali). Dan dilarang pada waktu-waktu : matahari terbit, tergelincir dan terbenam (menurut mazhab Maliki, Imamiyah dan Hanafi). 2. Tempat pelaksanaan shalat disunatkan di masjid (menurut Mazhab syafiI). Makruh (menurut Mazhab Hanafi dan Mazhab Hambali membolehkan sepanjang tidak mengotori masjid). 4. Menguburkan Janazah. Pertama, siapkan lobang tempat penguburan. Kedua, gotonglah janazah menuju ke pemakaman dengan posisi bagian kepala ke depan sambil membaca tasbih (tasbih terlampir).

Ketiga, setelah sampai maka letakkan mayat di sisi kubur dengan posisi bagian kepala ke arah Utara dan kaki ke Selatan. Lalu masukkan ke dalam kubur dengan posisi yang sama dan dimiringkan ke kanan agar muka tepat menghadap ke kiblat (semua ulama mazhab sepakat kecuali Imam Malik yang mengatakan sunnat).2) Hal.15 Ada sebagian ulama menganjurkan untuk mengumandangkan azan dan iqomat agar siksa kubur diringankan Allah SWT atas si mayat tadi. Mereka mendasari praktek ini dengan pendapat Ibnu Hajar. 1) Hal.20 Keempat, setelah selesai semuanya maka tancapkanlah nisannya II. KESIMPULAN DAN SARAN. i. Tata cara pengurusan janazah sangatlah mudah dan sederhana. Kita harus memahami mana yang wajib dan sunnat. ii. Pelaksanaan memandikan janazah hendaklah sesegera mungkin semenjak wafatnya demi menghindari kesulitan bagi petugas. iii. Setelah dimandikan dan dikafankan maka segeralah janazah itu diletakkan di tempat terbuka untuk dishalatkan. Sambil menunggu hadirin atau keluarga dari jauh maka pelaksanaan shalat sudah boleh dilakukan secara serempak maupun bergilir hingga keseluruhan hadirin ikut menyolatkannya. iv. Oleh karena itu di sarankan agar ditunjuk salah seorang pembawa acara

atau protokoler untuk mengatur giliran shalat, dan lain sebagainya. v. Dianjurkan agar dibentuk sebuah Tim Pelaksana Fardlu Kifayah atau apalah namanya di satu desa atau kelurahan. vi. Kamudian, lakukanlah pengkaderan calon penerus yang akan melakukan tugas pelaksanaan Fardlu Kifayah sehingga setiap saat ada kematian kita tidak mendapatkan kesulitan.

Rujukan : 1. Merawat dan Shalat Jenazah, Ustadz Abdul Ghoni Asyukr, Penerbit Sayyid Bandung, 2. Rukun Kematian, H. Abdullah Syahab, 1991. 3. Shalat Empat Mazhab, Abdul Qodir ArRahbawi, PT. Pustaka Litera Antar Nusa, 1995 Jakarta (Terjemah Latin) 4. Fiqh Lima Mazhab, Muhammad Jawwad Mughniyah, Lentera, 2000 Jakarta (Terjemah Latin) 5. Sabilul Muhtadin, Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Karya Toha Putera Semarang (Arab Melayu) 6. Mathlaul Badrain Wa Majmaul Bahrain, Muhammad bin Ismail Daud Fathoni (Terjemah Arab Melayu) 7. Cara Mudah Mengurus Jenazah , Syaikh Saad bin Said Al-Hijri, Darul Falah Jakarta 2002 (Terjemah Latin) 8. Bimbingan Praktis Penyelenggaraan Fardu Kifayah, H. Umar Yacub, Lc dan Dra. Muzakkah Shonhadji, Pontianak 1996. 9. Bimbingan Praktis Bagi Orang Sakit & Tuntunan Merawat Jenazah, A. Dimhari, BA,Yogyakarta Oktober 2001.

KATA PENGANTAR Dengan segala kerendahan hati kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas selesainya buku kecil ini disusun. Sholawat dan salam tertuju kepada baginda Rasulullah SAW, karena berkat tuntunannya kita dapat melaksanakan kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Semoga rahmat dan kasih saying-Nya terlimpah kepadanya, keluarga dan sahabatnya. Amin. Maksud dan tujuan kami menyusun buku kecil ini adalah untuk memberikan bimbingan bagi umat Islam agar mendapatkan informasi atau pengetahuan tentang tata cara pelaksanaan pengurusan janazah yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW, dan para pewarisnya (ulama). Kami melihat bahwa di beberapa tempat di daerah dimana kami pernah berdomisili, bahwa pelaksanaan fardhu kifayah ini berbedabeda. Dan perbedaan-perbedaan ini tidak jarang menjadi perdebatan di kalangan masyarakat awan, dan bahkan di kalangan para pelaksana fardhu kifayah itu sendiri sehingga meruncing kepada hal-hal yang tidak diinginkan agama. Oleh karena itu, dengan disusunnya buku kecil ini diharapkan perselisihan-perselisihan tersebut dapat diminimalisir dan bahkan hilang sehingga perselisihan itu menjadi rahmat bagi kita.

Dalam penyusunan buku kecil ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat diharapkan. Semoga buku kecil ini akan menjadi lebih bermanfaat bagi penyusun dan kita semuanya. Semoga Allah SWT meridhoi. Amin ya rabbal alamiin. Sambas, 16 Juni 2004 M 27 R. Akhir 1425 H Penyusun

Drs. Hakimin

Anda mungkin juga menyukai