PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gagal jantung (Heart Failure) adalah suatu keadaan dimana jantung tidak
dapat mempertahankan sirkulasi yang adekuat yang ditandai oleh adanya suatu
sindroma klinis berupa dispneu (sesak nafas), dilatasi vena dan edema yang
diakibatkan oleh adanya kelainan struktur atau fungsi jantung (Sudoyo, 2006).
Bundle Branch Block menunjukan adanya gangguan konduksi dicabang
kanan atau kiri sistem konduksi , atau divisi anterior atau posterior cabang kiri.
Dimana pada EKG ditemukan komplek QRS yang melebar lebih dari 0,11 detik
disertai perubahan bentuk komplek QRS dan aksis QRS. Bila cabang kiri yang
terkena disebut sebagai Left Bundle Branch Block (LBBB) dan jika kanan yang
terkena disebut Right Bundle Branch Block (RBBB).
Prognosis dari gagal jantung akan jelek bila etiologi tidak dapat
diperbaiki. Seperdua dari pasien gagal jantung akan meninggal dalam 4 tahun
sejak diagnosis ditegakkan dan pada keadaan gagal jantung berat lebih dari 50%
akan meninggal dalam tahun pertama. Menurut ESC (European Society Of
Cardiology), sekurang-kurangnya 15 juta penderita gagal jantung di 51 negara
Eropa, prevalensi gagal jantung simptomatik sekitar 4% dari jumlah populasi.
Prevalensi gagal jantung pada usia lebih tua (70-80 tahun) juga lebih tinggi sekitar
10-20%. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diberbagai tempat di Indonesia,
penyakit jantung koroner menduduki urutan pertama dari seluruh jenis penyebab
penyakit jantung selain kardiomiopaty.
Di Amerika Serikat insidennya terdapat sekitar 1 kasus per 1300, 4000,dan sampai 15.000
dari kelahiran hidup. Sekitar 75% didiagnosa ke dalam bulan pertama pasca partum dan 45%
pada minggu pertama. Pada tingkat internasional, dilaporkan prevalensi kardiomiopati
peripartum menjadi 1 kasus per 6000 dari kelahiran hidup di Jepang, 1 kasus per 1000
di Afrika Selatan, dan 1 kasus per 350-400 di Haiti. Tingkat kematian berkisar
dari 7-50% dengan sebagian besar terjadi dalam waktu 3 bulan setelah
melahirkan. Penyebab yang umum biasanya adalah gagal jantung progresif,
B. TUJUAN
1. Mengetahui gambaran faktor faktor yang mempengaruhi pasien dengan HF
2. Mengetahui tingkat kematian pasien HF dengan LBBB dan tanpa LBBB
C. MANFAAT
1. Memberikan kontribusi ilmu pengetahuan pada perawat dalam melakukan
perawatan pada pasien HF
2. Dapat dimanfaatkan sebagai kerangka dalam pengembangan ilmu
keperawatan dalam hal terapi pada keperawatan kritis.
A. RESUME JURNAL
1. Judul
Pengaruh Left Bundle Branch Block (LBBB) terhadap mortalitas jangka
panjang pada populasi dengan gagal jantung
3. Tujuan Jurnal
Tujuan dari penelitian prospektif ini adalah untuk menilai kontribusi
independen LBBB dibandingkan dengan tidak ada LBBB pada kematian jangka
panjang dalam populasi besar dengan HF simptomatik yang membutuhkan rawat
inap.
Desain Penelitian
Analisis regresi logistik untuk 1-, 2-, 3-, 5-, dan 10-tahun kelangsungan
hidup dilakukan termasuk 24 kovariat: usia, jenis kelamin, kelas Killip,
sebelumnya MI, sejarah HF, sejarah fibrilasi atrium, penyakit pembuluh darah
perifer, diabetes mellitus, riwayat stroke, gagal ginjal, penyakit paru kronis,
demensia, kanker dalam waktu 3 tahun, riwayat hipertensi, riwayat
revaskularisasi arteri koroner, dan obat-obatan sebelum awal penelitian
(termasuk ACE-inhibitors atau angiotensin II receptor blockers, terapi
antiplatelet, antikoagulan, beta-blockers, calcium channel blockers, digitalis,
diuretik, obat penurun lipid, dan long-acting nitrat) untuk mengidentifikasi
apakah LBBB dengan sendirinya mortalitas jangka panjang yang dipengaruhi.
Dalam subkelompok mana LVEF yang tersedia, dari tahun 2001 ke depan, ini
ditambahkan ke 24 kovariat. Beberapa interaksi antara variabel termasuk usia,
jenis kelamin, LBBB, dan LVEF diuji tetapi ini tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap hasil. Hanya pasien yang akan mungkin untuk mengikuti
untuk durasi penuh setiap periode yang telah ditetapkan waktu (1, 2, 3, 5, dan
10 tahun) diizinkan masuk ke masing-masing logistik terpisah analisis untuk
risiko kematian selama periode tahun..
5. Hasil
Material dan dasar pasien karakteristik rumah sakit
Sembilan belas RS berpartisipasi dalam registri pada tahun 1995, yang
secara bertahap meningkat menjadi 72 dari 77 rumah sakit semua Swedia pada
tahun 2003. Selama periode ini, ada 395 435 rawat inap ke unit perawatan
koroner yang 27 235 rawat inap memiliki HF sebagai diagnosis akhir. Dari
jumlah tersebut, 1.088 (4%) memiliki pacemaker irama dengan pacemaker
kompleks QRS, dan 4462 rawat inap adalah pasien yang sudah termasuk dalam
studi sebelumnya selama periode 9 tahun dari hadir penelitian Riks-HIA.
Kedua sub kelompok rawat inap dikeluarkan dari penelitian (Gambar 1).
Sebuah jumlah dari 21 685 pasien dilibatkan dalam penelitian yang 4395
(20%) memiliki LBBB. Dalam karakteristik dasar, itu dapat dicatat bahwa
pasien LBBB yang sedikit lebih tua dan memiliki prevalensi lebih tinggi secara
signifikan bersamaan Penyakit jantung dalam hal riwayat MI dan HF (Tabel 1).
Akibatnya, populasi LBBB memiliki proporsi signifikan yang lebih tinggi dari
terapi farmakologi untuk Kondisi pada rawat inap ini dibandingkan dengan
pasien yang tidak ada LBBB, dan kelas Killip lebih buruk untuk kelompok
LBBB (Tabel 1).
Penyebab kematian
Tidak ada perbedaan besar dalam penyebab kematian antara pasien
dengan atau tanpa LBBB; penyakit jantung iskemik 47,6 vs 43,3%, aritmia 2,3
vs 2,6%, HF 6,9 vs 6,8%, penyakit jantung lainnya 10,3 vs 7,6%, stroke 4.1 vs
5.0%, kanker 5,4 vs 8,4%, dan penyebab lain kematian 22,3 vs 28,0%.
Reabilitas Data
Arus Riks-HIA pertama kali digunakan pada tahun 1991 dan telah menjadi
sumber terpercaya informasi tentang pasien berturut-turut dirawat unit penyertaan.
EKG memiliki validitas tinggi dengan 97% coding yang benar dalam sampel
besar dari kelompok penelitian. Dengan pengecualian pasien dengan alat pacu
jantung kompleks QRS, tidak ada pengecualian dalam populasi HF yang
dihasilkan dari ada atau tidaknya faktor risiko tertentu, komorbiditas, efek
samping diantisipasi, partisipasi dalam uji klinis, atau kontraindikasi terhadap
obat tertentu. Keterwakilan kelompok itu juga diperkuat dengan dimasukkannya
semua pasien berturut-turut dengan HF dari populasi umum di pusat-pusat dengan
berbagai tingkat perawatan dari 94% dari rumah sakit dalam seluruh negeri.
Keterbatasan penelitian
Rendahnya proporsi populasi penelitian dengan tersedia LVEF dan
kurangnya konfirmasi temuan ekokardiografi oleh laboratorium inti keterbatasan
dalam penelitian ini. Sebagai penduduk dengan tersedia LVEF memiliki
Kelebihan Jurnal
1. Di dalam jurnal dijelaskan protokol penelitian dengan jelas.
2. Penelitian ini menggunakan uji statistic yang tergambar jelas dalam
menguji data yang telah diperoleh secara signifikan yaitu dengan
penggunaan T-Test.
3. Penelitan ini memberikan evidence-based mengenai tingkat kematian
antara pasien HF disertai LBBB dan tidak disertai LBBB sehingga dapat
diketahui apakah terdapat perbedaan pada tingkat kematian.
4. Cakupan data sample pada penelitian ini sangat luas yanitu mencakup >
80% RS di Swedia
5. Penulisan hasil dalam jurnal dibuat per poin sehingga mempermudah
pembaca memahami hasil dari penilitian dalam jurnal ini.
6. Penelitian ini menggambarkan hasil yang jelas dalam bentuk diagram dan
tabel yang mudah dipahami
7. Pada jurnal ini telah dicantumkan saran untuk penelitian selanjutnya dalam
pembahasan
8. Keterbatasan peneliti telah dicantumkan dalam pembahasan
9. Pada jurnal ini tampak peneliti telah melakukan uji validitas dan reabilitas.
10. Penelitian ini merupakan penelitian multivariat sehingga memungkinkan
untuk melihat banyak faktor yang saling berhubungan
Kekurangan Jurnal
1. Latar belakang dilakukannya penelitian ini tidak digambarkan dengan baik
oleh penulis, seperti tidak adanya jumlah kasus yang spesifik pada wilayah
penelitian serta tidak ada gambaran dari jurnal/penelitian sebelumnya
Implikasi Keperawatan
Dari analisis diatas diketahui bahwa LBBB secara signifikan
berpengaruh dalam peningkatan mortalitas pada pasien HF. Implikasi
keperawatan yang didapat dari analisis jurnal ini adalah:
1. Bagi institusi pendidikan hal ini bisa dimanfaatkan untuk memberi
tambahan pengetahuan kepada mahasiswanya bahwa LBBB secara
signifikan berpengaruh dalam peningkatan mortalitas pada pasien HF.
2. Bagi institusi klinik dan perawat disini memegang peran penting. Intitusi
klinik seogyanya memfasilitasi peran perawat dalam melakukan perawatan
kepada kliennya.Tentunya kita mengetahui bahwa ada banyak peran
perawat, diantaranya adalah sebagai kolaborator & educator: disini perawat
bisa berkolaborasi dengan dokter yang ahli dibidangnya utk dilakukan
LVEF yang dimana LVEF efektif dalam mendeteksi kelainan fungsi
ventrikel kiri yang dapat terjadi pada LBBB sehingga bisa dilakukan
penanganan yang tepat untuk mengurangi angka mortalitas dari kondisi
pasien dengan HF + LBBB dan juga peran perawat sebagai edukator dengan
memberikan informasi kepada keluarga mengenai kondisi pasien dengan
LBBB + HF dalam tingkat mortalitas yang tinggi pada kasus tersebut.
3. Bagi perawat sebagai peneliti, materi ini dapat dikembangkan lebih lanjut.
A. KESIMPULAN
LBBB terjadi pada 1/5 pasien HF memerlukan rawat inap dan
berhubungan dengan mortalitas yang sangat tinggi. Risiko disesuaikan kematian
lebih tinggi pada pasien LBBB setiap periode waktu yang diteliti yaitu pada
tahun 1-, 5-, dan 10 tahun kematian adalah 31,5 vs 28,4%, 69,3 vs 61,3%, dan
90,1 vs 84,7% dibandingkan pasien HF dengan masing-masing tanpa LBBB.
Namun, mortalitas jangka panjang yang tinggi pada populasi ini tampaknya juga
disebabkan oleh penyakit penyerta jantung dan disfungsi miokard tidak hanya
LBBB per se. Temuan ini bisa memiliki implikasi penting tentang cara untuk
memilih pasien yang akan manfaat dari CRT. Penelitian selanjutnya diperlukan
evaluasi LVEF untuk menyelidiki lebih lanjut pengaruh LBBB pada HF dan
pemilihan pasien untuk CRT dalam rangka meningkatkan kelangsungan hidup
jangka panjang pasien.
B. SARAN
1. Adanya penelitian di RS mengenai kasus LBBB sendiri dengan jurnal ini
sebagai acuan
2. Tersedianya LVEF di rumah sakit sebagai pemeriksaan efektif pada pasien
dengan LBBB
3. Adanya tim khusus dalam penanganan kasus kritis seperti LBBB sehingga
pasien LBBB dapat mendapatkan pelayanan kesehatan secara komprehensif
mengingat LBBB dapat meningkatkan mortalitas pada pasien dengan HF