Anda di halaman 1dari 3

KRITIK

Kritik dalam arsitektur merupakan rekaman dari tanggapan terhadap lingkungan buatan. Ini
meliputi semua tanggapan, bukan hanya tanggapan-tanggapan negative. Kritik pada
hakekatnya bermaksud menyaring dan melakukan pemisahan. Pembedaan, bukan penilaian,
adalah ciri kunci dari kritik.

Media
Media yang digunakan untuk merekam tanggapan jelas menjadi pertimbangan yang penting.
Sementara kata-kata tertulis dalam sejarah adalah media yang paling terkenal untuk kritik
arsitektur, media yang lain-lain pun sama sahihnya. Semua foto, kartun, atau seperangkat
ukuran dapat menjadi efektif sebagai suatu rekaman yang mengemukakan segi pandangan
dan perhatian-perhatian kritikus. Sesungguhnya, ketergantungan sejarah kita pada kata
tertulis tidak menguntungkan, karena beberapa jenis kritik tidak dapa disampaikan secara
baik dalam media itu. Reaksi penduduk pada desain perumahan umum biasanya tidak akan
dinyatakan tercetak tapi dalam bentuk lisan atau melalui perubahan yang dilaksanakan sendiri
pada bangunan-atau bahkan melalui vandalisme. Dengan mulai memandang kritik secara
luas, lebih dari pendapat para wartawan yang menulis sekali dalam seminggu di koran harian,
akan kita lihat perlunya menggunakan dan memanfaatkan metoda-metoda lain untuk
merekam tanggapan-tanggapan. Suatu pengertian yang lebih luas tentang kritik dan metoda-
metoda untuk menyampaikan tanggapan-tanggapan akan mempunyai rangkuman yang lebih
panjang dan dampak yang lebih luas.

Metoda
Dalam kritik, metoda sama pentingnya dengan media. Kritikus yang mencampurkan metoda-
metoda atau yang tidak memahami sifat dan potensi metoda-metoda yang digunakannya,
akan menjadi kurang efektif. Berikut ini adalah metoda-metoda kanvensional yang digunakan
para kritisi untuk merakam tanggapan-tanggapan mereka terhadap lingkungan buatan.

Kritik Normatif. Kritik normative mempunyai dasar berupa suatu dokumen, system, tipe,
atau ukuran. Hal ini tergantung pada keyakinan kita pada sesuatu di luar lingkungan fisik itu
sendiri, dan digunakannya hal itu sebagai pedoman baku untuk menilai rancangan bangunan
dan kota-kota. Karena pedoman-pedoman baku normative berbeda dengan kerumitan.,
keabstrakan, dan kekhususannya, perlulah melakukan pembedaan antara system doktrin,
jenis, dan ukuran.
Suatu doktrin adalah suatu pernyataan prinsip yang abstrak. Umpamanya, “bentuk
mengikuti fungsi”. Doktrin-doktrin yang belakangan ini dapat dijadikan dasar bagi kritik
adalah: fungsi seharusnyamengikuti bentuk; kurang adalah lebih; kurang adalah sesuatu yang
membosankan; bangunann-bangunan seharusnya menjadi apa yang diinginkan; bangunan
harus mengekspresikan struktur, fungsi, dan aspirasi-aspirasi, ideologi-ideologi, metoda-
metoda konstruksi, iklim, daerah, bahan-bahan; sebuah bangunan seharusnya dari bukit dan
bukan di bukit di mana ia terdapat; dan ornamentasi merupakan kejahatan. Dalam suatu hal
khusus tentang kritik terhadap doktrin, Ada Louise Huxtable menegaskan bahwa bangunan-
bangunan umum mutakhir seyogyanya menghindarkan “sikap angkuh dalam pemujaan masa
lalu klasik yang sangat digemari oleh komisi bangunan bagaikan selimut Linus?”
Berdasarkan doktrin ini, kritiknya terhadap Boston City Hall merupakan pujian. Bangunan ini
tidak bersifat Gotik. Bangunan ini merupakan produk saat ini dan zaman ini – sesuatu yang
dapat disebut sebagai seni yang berhasil dari suatu kurun masa.
Suatu system adalah perakitan unsure atau prinsip yang saling bersangkutpaut –
umpamanya, prinsip-prinsip vitrivius. Suatu kritik yang sistematis akan lebih luas liputannya
daripada suatu kritik yang didasarkan atas doktrin-doktrin. Bangunan jarang dapat dinilai
dalam pengertian satu atau dua petunjuk, karena kerumitannya yang banyak arah. Suatu versi
abad ke-20 dari system vitrivius menganggap suatu banguna sebagai ”pengubah iklim,
pengubah perilaku, pengubah budaya dan pengubah sumber daya.”. kumpulan perhatian yang
bersangkutpaut ini merupakan dasar bagi suatu penilaian kritik yang teliti.
Suatu jenis merupakan model yang dirampatkan bagi suatu golongan benda tertentu,
seperti gereja-gereja Inggris, yang disarankan A.W.N. Pugin adalah perasaan arsitektur
gerejani dan seyogyanya menjadi model bagi gereja-gereja akhir ( abad ke-19 ). Kritik yang
menyangkut jenis dapat menunjukkan pada dirinya sendiri salah satu datri 3 aspek suatu
bangunan : strukturnya, pengaturan fungsinya, atau bentuknya. Pugin merasa berkepentingan
untuk menilai bentuk gereja abad-19 dalam hubungannya dengan contoh-contoh terdahulu
dari abad ke-15. Dalam suatu contoh kritik yang menyangkut jenis sehubungan dengan
pengaturan fungsi, Philip Sawyer mengidentifikasikan cirri-ciri, kebutuhan-kebutuhen dan
rencana-rencana dari bank-bank tabungan dan menilai sebuah bank tertentu pantas untuk
menjadi “contoh yang baik sekali”, berdasarkan jenis.
Syarat pokok dari rencana Bank Tabungan adalah ketentuan untuk menangani orang banyak;
dan Bank Dagang (Commersial Bank). Karena mendekati lembaga tabuangan dalam sifat
bisnisnya-akan mendapatkan rencananya bahwa akan mirip rencana dari Bank
Tabungan...(satu) segi pandangan menghendaki ruang perbankan sebesar mungkin, walaupun
public hanya diperkenankan masuk ke sebagian kecil dari ruang, dan berhubungan langsung
dengan hanya beberapa orang yang sama; bahwa harus disediakan suatu seramsbi atatu titik
peninjauan, agar dari sini pengunjung dapat melihat setiap pegawai dalam lembaga tersebut,
bahwa deretan panjang meja para pemegang buku dapat memberi kesan padanya dan bahwa
ia dapat mengawasi berbagai departemen dan mendengarkan suara kesibukan semua bagian
permesinan besar tersebut. Untuk ini United States Mortgage & Trust Co. di New York
merupakan contoh yang baik sekali.
Ukuran merupakan penilaian tentang suatu lingkungan buatan terhadap pedoman-pedoman
baku yang pasti, dan biasanya numeral. Adakah jalan keluar darurat dalam jangkauan 100
kaki di tiap ruang? Ini dapat segera ditentukan dengan sebuah meteran pita dan penilaian pun
dilakukan. Norma-norma yang dijadikan dasar untuk mengukur kritik akan dinyatakan
sebagai kondisi minimum, rata-rata atau yang lebih disukai dan mencerminkan keragaman
tujuan untuk sebuah bangunan termasuk pertimbangan teknis, fungsional dan keperilakuan.
Kritik yang bersifat teknikakan memusatkan kepastian pada daya tahan serat-serat bangunan.
Kritik yang besifat fungsional akan memandang keberhasilan suatu bangunan sebagai suatu
rona bagi kegiatan-kegiatan tertentu yang ditetapkan. Kritik keperilakuan akan meneliti
dampak bangunan pada penerapan visual dari pribadi-pribadi, sikap-sikap umum dan perilaku
yang dapat diamati.
Kritik penafsiran. Berbeda dengan kritik normative, kritik penafsiran sangat pribadi
sifatnya. Kritikus adalah seorang penafsir yang pandanganya sendiri lebih penting daripada
pedoman baku dari luar apapun. Tujuan kritikus adalah untuk menjadikan orang-orang lain
melihat lungkungan buatan seperti yang dilihatnya.
Salah satu cara seorang kritikus menafsirkan adalah dengan mengemukan suatu cara baru
untuk memandang obyek, biasanya dengan mengubah hiasan atau analogy yang kita gunakan
untuk mengamati obyek bangunan. Montgomery Schuyler, umpamanya, menegaskan bahwa
rancangan World’s Columbian Exposition di Chicago dalam tahun 1893 seyogyanya
dianggap sebagai suatu perangkat pentas, tidak sebagai suatu arsitektur kota atau asitektur
konvesional. Ini dapat disebut sebagai kritik pembelaan.

The white city (nama popular untuk lapangan terbuka dari Pekan Raya tersebut) adalah
bagian yang paling utuh,paling luas,paling menakjubkan dari arsitektur panorama yang perna
terlihat. Hal itu erupakan cukup tujuan bagi para pembangunnya,tanpa menjadikan mereka
membuat pujian selanjutnya untuk sumbangan mereka yang berguna dan penting bagi
pembangunan arsitektur dewasa ini,bagi penyiapan arsitektur masa depan...Hal yang penting
sekali bagi khayalan tentang suatu kota indah yang menyenangkan adalah bahwa ia
seharusnya bukanlah merupakan kota Amerika di abad ke-19. Ia adalah pelabuhan laut di
pantai Bohenia,ia adalah ibukota Daerah Tak Bertuan (No Man’s Land). Itulah yang anda
inginkan selama anda tidak menganggapnya sebagai kota Amerika abad ke-19,maupun
arsitekturnya untuk sesuatu yang nyata atau yang mungkin atau bahkan yang ideal dari kota
seperti itu.
Kritik evokatif di maksudkan untuk menimbulkan pada pemerhati perasaan atau emosi
yang serupa dengan yang di alami oleh sang kritikus ketika di hadapkan pada bangunan atau
rona kota.Berikut ini adalah sebuah kritik evokatif tentang London Undergroun (Bawa
Tanah)
Aku turun masuk ke dalam usus-usus mu,London,melalui mulutmu,melalui bibirmu yang
kering,ubinmu yang retak,jalanmu yang tambalan,menuruni eskalator-eskalator tiada
akhir,bergerak di temaran cahaya,menggelantung di kompartemen-kompartemen yang
merana,menggelantung melintas kota,melintas benua,menggelantung,menjaga keseimbangan,
membaca satu tangan koran-koran raksasa,menghirup lagi udara yang telah 10 kali di hirup.
Dalam kritik impresionistis, sang kritikus sesungguhnya mengabaikan obyek yang di nilai
dan sebagai gantinya malahan menggunakannya sebagai dasar untuk menciptakan karya seni
lain. Masih terdapat unsure penafsiran, tapi pusat upaya sang kritikus terletak dalam
penciptaan suatu yang baru:
Bagi sang kritikus karya seni benar-benar merupakan suatu himbauan untuk suatu karya
barunya sendiri, yang tidak perl memiliki suatu kemiripan pada benda yang dikritiknya. Satu
cirri dari suatu bentuk yang inda adalah bahwa orang dapat memasukkan ke dalamnya apa
saja yang diinginkan; dan mengartikanya apa saja yang hendak diartikan; dan keindahan,
yang memberikan kepada ciptaan unsure universal dan estetis, menjadikan sang kritikus sang
pencipta pada gilirannya, dan membisikkan seribu hal yang berbeda yang tidak terdapat pada
alam si pemahat patung atau si pelukis atau si pemahat permata.
Kritik foto sering kali impresionistis, secara bersamaan mengulas pokok persoalan dan
berdiri sendiri sebagai karya seni.
Kritik deskriptif. Metoda deskriptif berusaha mencirikan fakta-fakta yang menyangkut
perjumpaan seseorang dengan suatu lingkungan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai