Anda di halaman 1dari 3

Hal 256-260

KETRAMPILAN
Perancang harus memiliki pengetahuan tentang luasnya keanekaragaman persoalan-persoalan
dan metode-metode, dan seperangkat ketrampilan khas yang memudahkan penerapan
pengetahuan itu pada proyek untuk klien.
Walaupun pengetahuan,perasaan,dan titik pandang merupakan aspek-aspek perancangan, tapi
mereka berbeda dari ketrampilan. Pengetahuan di tunjang oleh ketrampilan,tapi ketrampilan
bukanlah pengganti pengetahuan. Para arsitek diharapkn memiliki pengetahuan profesi
tentang bangunan dan lingkungan fisik, dan ketrampilan untuk menggunakan pengetahuan itu
dalam mengabdi kepada klien dan masyarkat pada umumnya. Jadi, sebagian besar dari
pendidikan arsitektur ditujukan untuk menyebarkan pengetahuan dan metode-metode
pemecahan maslah, dan sebagian besar lain ditujukan pada pengembangan ketrampilan-
ketrampilan yang layak.
Sayangnya, terdapat banyak pengertian yang keliru (romantik dan lainnya) tentang
arsitek. Umpamanya, sebagian mahasisiwa yang baru mulai berharap dapat banyak membuat
bagan dan cetak biru. Membuat bagan adalah ketrampilan yang dapat dipakai, tapi jelas
bukan ketrampilan yang dominan. Sesungguhnya, cetak biru tidak dipakai secara umum
selama dua puluh tahun. Adalah pengertian yang keliru bila berpendapat bahwa para arsitek
menggunakan banyak waktu untuk enggambarkan secara terinci proyek-proyek mereka.
Gambar-gambar perspektif adalah biasa, tapi perincian sekecil-kecilnya paling sering
dilakukan oleh para spesialis yang bekerja sebagai konsultan bagi para arsitek.
Bagian-bagian berikut berusaha memberi uraian singkat tentang ketrampilan-
ketrampilan yang layak dan tipikal dalam proses perancangan.

Ketrampilan Grafik
Ketrampilan grafik dalam arsitektur pada pokoknya berarti menggambar, tapi didalamnya
termasuk juga aneka ragam ketrampilan lainnya yang bertautan dengan bangunan modern,
percetakan,fotografi,dan seni grafis. Ketrampilan-ketrampilan ini dapat di golongkan sebagai
ketrampilan visualisasi dan ketrampilan menggambar yang generatif.
Setiap klien-apakah seorang eksekutif dari suatu perusahaan besar ataukah suatu
keluarga yang dierlengkapindengan sepuluh tahun usaha klipping dari majalah-majalah-ingin
melihat apakah sebuah bangunan akan tampak kelihatan seperti sebelum dibangun. Para klien
menginginkan gambar. Karena itu gambar dan model merupakan dasar bagi komunikasi
antara klien dan arsitek. Model, gambar perspektif udara, dan slide atau penyajian grafis
semuanya punya daya tarik langsung bagi klien, karena biasanya lebih mudah dipahami
daripada grafik-grafik arsitektur standar yang digunakan oleh para arsitek
(denah,potongan,dan tampak). Tipe laindari ketrampilan grafik meliputi gambar-gambar yang
digunakan untuk menghasilkan usul-usul rancangan dan meliputi pendiagraman dan
abstraksi. Diagaram berguna dalam merancanakan arus sirkulasi, topografi tapak, drainase air
permukaan, sudut matahari, dan sistem struktur. Dalam golongan ini juga termasuk sketsa-
gambar sederhana yang mengemukakan berbagai aspek suatu rancangan banguan (sepreti
pemasaan dan penyusunan bagian-bagian uama suatu bangunan).

Ketrampilan Intelektual
Arsitektur bersifat rasional serta cerdas, rancangan bangunan adalah produk pengetahuan
yang luas dan penerapan yang layak dari pengetahuan tersebut. Tidak ada pengganti bagi
pemikirn yang jernih dan ringkas. Jadi, ketrampilan-ketrampilan umum yang bertautan
dengan pendidikan tingkat akademi (kesanggupan untuk berpikir jernih tentang masalah-
masalah dan metode-metode untuk memecahkan masalah) jelas serasi. Tetapi, sejumlah
ketrampilan khusus perlu disebut.
Umpamanya, para peracang harus bekerja dalam keadaan-keadaan dengan kadar
mendua yang sedikit. Sering mereka harus membuat keputusaan ketika mereka tidak cukup
memiliki informasi. Selanjutnya hal ini dapat menghasilkan tingkat kekecewaan yang tinggi.
Seorang yang rasional berharap akan mengumpulkan dan menganalisis informasi dan dengan
demikian menemukan pemecahan. Sayangnya, dalam arsitektur, informasi tidak hanya sering
tidak mencukupi, tapi jika proses untuk dapat memperoleh pemecahan sering tidak pasti.
Para arsitek harus menggunakan penalaran deduktif maupun induktif. Deduktif
menghailkan kesimpulan dari suatu dasar pemikiran awala atau keyakinan umum, ia
menimbulkan suatu kesimpulan khusus dari suatu keadaan umum. Seorang arsitek mungkin
merasa bahwa pemecahan rancangannya adalah hasil yang diperlukan dan wajar dalam
menanggapi syarat-syarat program bangunan. Umpamanya : “petak-petak struktur terrratur
menghasilkan arsitektur yang tepat guna, karena itu, rancangan banggunan khusus ini harus
mempunyai petak-petak struktur”. Suatu variasi dari jenis penalaran ini adalah metode
perencanaan tapak dari Ian McHarg, yang menggunakan sejumlah kriteria pada suatu tapak.
Metode ini merupakan proses penyederhanaan, dalam hal ini penerapan yang berturut-turut
dari berbagai kriteria menghilangkan bagian-bagian tapak yang tidak serasi untuk bangunan
atau suatu kegunaan lain. Tiap fariabel dicantumkan di peta dan disatukan dalam suatu peta
gabungan yang menyatakan tempat-tempat yang layak bagi kegiatan yang diusulkan.
Kesimpulan yang khas harus timbul dari keadaan umum.
Kebalikkannya, penalaran atau kesimpulan induktif menimbulkan sutu keyakinan
umum dari satu atau bebrapa pengamatan individual. Bukti-bukti dikumpulkan dari berbagai
sumber untuk mendukung suatu ketentuan umum. Umpamanya, “setiap gedung kantor yang
telah saya lihat mempunyai petak struktur teratur, karena itu, semua gedung kantor harus
mempunyai petak struktur teratur”. Penalaran induktif mengadakan lompatan keyakinan.
Keyakinann umum yang diperoleh seperti itu jarang dapat dibuktikan, atau kekecualian saja
menghancurkan ketentuan tersebut. Para perancang sering mengambil lompatan-lompatan
kreatif demikian, dengan membuat suatu rancangan bangunan secara induktif dari sejumlah
terbatas hal yang khusus daripada secara deduktif mengikuti ketantuan-ketentuan. Hotel-hotel
John Portman yang mengasyikkan dengan ruang-ruang interiornya yang besar pastilah
mencakup fungsi-fungsi yang dapat dipakai, tapi bukanlah hasil-hasil logis dari analisis
fungsi-fungsi itu.

Kritik Diri
Ketrampilan penting lain untuk para perancang adalah kritik diri. Bila kritik merupakan
tanggapan pendapat atas suatu gagasan atau pemecahan, maka kritik diri adalah kesanggupan
perancang memberikan pendapat yang kritis (positif dan negatif) atas karyanya sendiri.
Ketrampilan ini meghendaki bahwa perancang sanggup untuk melukiskan kembali setiap
gagasan dalam beberapa cara yang berbeda sehingga gagasan-gagasan asli dapat
dibandingkan dengan pilihan-pilihan lain. Di satu pihak, ini menyangkut penggunaan unsur-
unsur bangunan- orientasi, organisasi, pemassaan, ukuran, dan sebagainya. Dipihak lain, ini
berarti terus menerus mengajukan pertanyaan-pertanyaan umum mengenai proyek yang
bersangkutan pada berbagai tahap dari perancangan : masihkah rancangan tersebut
memecahkan sasaran-sasaran program pokok ? jenis kritik dan evaluasi ini merupakan bagian
tradisional dari perancangan akademis dan profesional.
Jadi, aneka ragam ketrampilan diperlukan bagi praktek arsitektur. Pastilah,
ketrampilan-ketrampilan grafik, intelektual, dan kritik diri penting sekali bagi perancang.
Cakupan praktek arsitektur yang meluas menempatkan tekanan yang kian bertambah pada
komunikasi tertulis dan verbal maupun pada ketrampilan-ketrampilan manajemen. Jelaslah,
setiap jumlah spesialisasi apasaja dalam arsitektur memerlukan ketrampilan yang berbeda-
beda. Bila semuanya ini tampaknya terlalu banyak untuk seseorang, hal ini hanyalah karena
arsitektur merupakan lapangan usaha yang luas dan kompleks, dengan sedikit konsensus pada
sasaran-sasaran dan cara-cara. Ini juga menjelaskan mengapa pendekatan kelompok telah
merupakan hal yang umum dalam praktek arsitektur.

Anda mungkin juga menyukai