PENDAHULUAN
1.1 Skenario
Seorang perawat puskesmas Sumber waras datang ke rumah Pak Jiwo untuk
melakukan deteksi dini tentang kesehatan jiwa. Perawat melakukan deteksi dini
bertujuan untuk mengetahui status kesehatan fisik dan kesehatan jiwa sesuai
dengan usia perkembangan psikososial individu. Perawat melakukan pengkajian
deteksi dini kepada Pak Jiwo, usia 50 tahun, yang merupakan kepala keluarga dan
saat ini bekerja sebagai perawat manajer di salah satu RS. Hasil pengkajian perawat
didapatkan Pak Jiwo kreatif, aktif di masyarakat, memiliki karier yang sudah
mapan, memiliki keluarga. Peduli dengan orang lain, aktif mengikuti kegiatan-
kegiatan yang bersifat sosial dan keagamaan. Perawat mengatakan bahwa Pak Jiwo
sehat, usianya sesuai dengan tugas perkembangan psikososialnya dan perawat
mendokumentasikan diagnosis keperawatannya adalah potensial generativitas
(produktif) dan lawannya resiko stagnansi. Pak Jiwo bingung dan bertanya kepada
perawat….”ooo, jadi sehat juga ada diagnosisnya ya ?.” Perawat mengatakan
“benar pak, untuk diagnosis keperawatan jiwa sekarang ada diagnosis sehat, resiko
(psikososial), dan gangguan jiwa.
Karena latar belakang profesi keperawatan Pak Jiwo tertarik untuk bertanya lebih
jauh tentang perkembangan psikososial kepada perawat puskesmas. Perawat
akhirnya menjelaskan tentang teori perkembangan Eric Erickson. Pak Jiwo
sekarang memahami, jadi masing-masing usia dari bayi sampai dengan lansia
sudah memiliki karakteristik perilaku yang normal dan menyimpang, dan agar
dapat berkembang dengan baik harus di strimulasi.
1
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, mampu memberikan
kontribusi untuk komunitasnya.
Deteksi dini : usaha menemukan atau menentukan serta upaya untuk mengenali
dan proses mengungkapkan suatu kemungkinan penyakit.
Kesehatan fisik : kesehatan yang berhubungan dengan kondisi tubuh manusia atau
organ tubuh dalam kondisi optimal.
Perkembangan psikososial : perkembangan kepribadian manusia, yang berkaitan
dengan emosi, motivasi, dan bagaimana individu tersebut berhubungan dengan
orang lain.
Karier : perkembangan atau kemajuan dan bentuk pekerjaan seseorang.
Kreatif : kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan menciptakan ide-ide.
Generativitas : kepedulian terhadap generasi yang akan datang serta berpotensi
untuk menghasilkan.
Resiko stagnansi : berhentinya suatu aktivitas atau kebalikan dari generativitas dan
bersifat tidak mampu berbuat sesuatu.
Diagnosis : bukti akurat dari catatan sumber informasi dan hasil evaluasi.
Sehat : suatu keadaan sempurna fisik, mental, spiritual, sehingga bisa
melaksanakan kegiatan sehari-hari.
Gangguan jiwa : perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan
pada fungsi jiwa yang menimbulkan penderitaan pada individu atau hambatan
dalam melaksanakan peran sosial.
Resiko : penyebab munculnya stressor.
Stimulasi : rangsangan kemampuan atau dorongan dari luar individu.
Karakteristik : karakter, watak atau gaya hidup yang menunjukkan tanda khas
atau ciri-ciri spesifik dari suatu individu.
Dokumentasi : cara yang dilakukan untuk menyediakan catatan yang akurat atau
pencatatan yang berisi tentang data atau keadaan pasien yang berupa rangkaian
kerja perawat.
2
1.3 Membuat Pertanyaan
1. Apakah hasil yang didapat perawat setelah melakukan deteksi dini pada pak
Jiwo ?
2. Apa yang harus dipersiapkan perawat sebelum deteksi dini ?
3. Bagaimana cara perawat untuk melakukan deteksi dini kepada pak Jiwo ?
4. Bagaimana bentuk kesehatan fisik dan jiwa sesuai dengan tahap pekembangan
tersebut ?
5. Kenapa baru dilakukan pengkajian deteksi dini padahal umur pak Jiwo sudah
50 tahun ?
6. Dari hasil yang di dapatkan bagaimana kondisi kesehatan jiwa pak Jiwo saat
ini?
7. Sebutkan teori perkembangan sosial secara umum !
8. Bagaimana ciri-ciri orang yang sehat jiwanya ?
9. Bagaimana usia yang sesuai dengan tugas perkembangan sosialnya ?
10. Apakah ciri-ciri orang yang mengalami gangguan jiwa ?
11. Apa saja masalah-masalah psikososial ?
12. Mengapa harus menggunakan teori Eric Erickson ?
13. Masalah apa yang dialami gangguan jiwa ?
14. Apa saja karakteristik perilaku yang menyimpang ?
15. Bagaimana cara menstimulasi karakteristik perilaku menyimpang ?
16. Apa saja karakterisik perilaku yang normal ?
17. Apa saja peran perawat dalam skenario ?
18. Seberapa pentingkah dilakukan deteksi dini ?
3
3. Dari tingkah laku, kemudian pemeriksaan fisik dengan wawancara serta
pengkajian spiritual.
4. Dari kesehatan fisik menunjukkan bahwa pak Jiwo kreatif, aktif di masyarakat,
serta mampu berkarier berarti memiliki kesehatan fisik yang baik. Kemudian
dari segi kesehatan jiwa, fikiran yang berasal dari diri sendiri bahwa pak Jiwo
memiliki rasa peduli terhadap lingkungan.
5. Karena kemungkinan selama hidup tidak mengalami gejala gangguan jiwa atau
sudah melakukan deteksi dini dan akan melakukan deteksi dini lagi. Serta
diadakannya program yang diajukan pemerintah.
6. Kondisi kesehatan pak Jiwo sehat sesuai dengan usia tugas perkembangan
psikososial.
7. Teori diri sendiri, teori emosi, teori keluarga dan teori teman sebaya.
8. a. Melihat setiap hari adalah baik, tidak satu alasan sehingga pekerjaan harus
ditunda.
b. Hari besok adalah hari yang baik.
c. Tahu apa yang diketahui dan tahu apa yang tidak diketahui.
d. Bisa beradaptasi dengan lingkungan dan membuat lingkungan menjadi lebih
baik.
e. Selalu dapat mengembangkan usahanya.
f. Selalu puas dengan hasil karyanya.
g. Dapat memperbaiki dirinya dan tidak menganggap dirinya selalu benar.
h. Mempunyai sifat kasih sayang.
i. Mempertanggung jawabkan keputusan yang diambil.
j. Pandai berinteraksi.
9. Sesuai dengan umur pak Jiwo kreatif, aktif dimasyarakat, sosial yang bagus,
maka sesuai dengan tahap perkembangan. Kemudian dalam tugas
perkembangan psikososial sesuai dengan umurnya karena pak Jiwo berkarier
sebagai perawat manajer di salah satu Rumah Sakit.
10. a. Ketakutan dan cemas yang berlebihan.
b. Perubahan mood dan tidak fokus.
4
c. Koping yang tidak baik.
d. Susah tidur dan sering gelisah.
e. Marah tanpa sebab.
11. a. Cemas berlebihan.
b. Ansietas berlebih.
c. Merasa rendah diri.
d. Pemarah dan agresif.
e. Jantung sering berdebar.
12. Karena teori Eric Erickson lebih spesifik dalam menjelaskan pertumbuhan atau
perkembangan psikososial berdasarkan umur.
13. a. Marah tanpa sebab.
b. Berbicara kacau dan sering berbicara sendiri.
c. Tidak mengenali orang dan tidak mau merawat diri.
d. Tidak bisa mengaktualisasikan sekitar.
e. Koping yang tidak efektif.
f. Halusinasi dan ketidakmampuan bersosialisasi dengan orang lain.
14. Terdapat 2 faktor dari karakteristik perilaku menyimpang, yaitu : faktor
internal, yang berasal dari dalam individu (contohnya tekanan bathin dan
dibully) dan faktor eksternal yang berasal dari luar individu (contohnya menjadi
korban yang dibully).
15. Dimulai dari usia bayi agar pada tahap selanjutnya akan tumbuh menjadi anak
yang mandiri dan percaya diri.
16. Berdasarkan skenario yaitu kreatif, aktif dimasyarakat, karier yang sudah
mapan, memiliki keluarga, peduli dengan orang lain, aktif mengikuti kegiatan
yang bersifat sosial dan keagamaan.
17. Peran perawat sebagai advokasi, yaitu melindungi dan menjaga kerahasiaan
pasien. Dan sebagai edukator, yaitu memberikan edukasi tentang kesehatan
jiwa kepada masyarakat lingkungan sekitar, sehingga merubah stigma
masyarakat terhadap kesehatan jiwa adalah hal yang buruk dan berbahaya.
5
18. Sangat penting dilakukan deteksi dini karena dapat mewaspadai atau
mengintervesikan masalah tersebut lebih awal, supaya tidak terjadi gangguan
jiwa.
1.5 Skema
Tema : Teori Perkembangan Psikososial
Pak Jiwo
Deteksi dini
Pengkajian
Diagnosa Generativitas
6
1.6 Learning Objektif
1. Defenisi gangguan jiwa, sehat, resiko (psikososial).
2. Sehat jiwa dan gangguan jiwa.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa.
4. Masalah gangguan jiwa.
5. Jelaskan perkembangan psikososial secara umum.
6. Jelaskan konsep teori perkembangan Eric Erickson.
7. Masalah psikososial.
8. Asuhan keperawatan pada semua usia perkembangan.
7
BAB II
PEMBAHASAN
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang secara klinis
bermakna yang berkaitan langsung dengan distres (penderitaan) dan menimbulkan
(disabilitas) pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia, (keliat,B.A, dkk ,
2012).
8
e. Menilai dirinya secara realistis tidak berlebihan dan tidak pula merendah.
i. Tidak menipu orang lain dan tidak juga membiarkan orang lain menipu
dirinya.
c. Otonomi.
d. Persepsi realitas.
9
a. Dinamis bukan titik statis.
c. Ada tahap-tahap.
b. Mengurung diri.
d. Bicara kacau.
e. Bicara sendiri.
10
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa
a) Faktor biologis
1. Genetik
Orang yang mempunyai riwayat gangguan jiwa lebih rentan mengalami
gangguan jiwa.
2. Infeksi
Jenis infeksi yang selalu di kaitkan sebagai penyebab kerusakan otak dan
memicu perkembangan gangguan mental. Contoh : suatu penyakit yang di
kenal sebagai autoimun Neuropsikiatri Pediatrik yang di kaitkan dengan
infeksi bakteri Streptococcus di duga telah memicu perkembangan
gangguan Obsesif – kompulsif serta penyakit mental lainnya pada anak.
3. Cacat/ cedera otak
Yang menyebabkan kerusakan pada ares otak tertentu.
4. Kesalahan saat kehamilan
Gangguan pada perkembangan otak janin di tahap awal pertumbuhannya
atau trauma otak yang dialami sewaktu bayi.
5. Penyalah gunaan obat- obatan
Konsumsi obat-obatan tertentu dalam jangka waktu yang panjang di kaitkan
dengan gangguan kecemasan, depresi, serta paronia.
b) Faktor psikologis
1. Trauma psikologis parah : misal kekerasan secara emosi, fisik, ataupun
pelecehan seksual.
2. Kehilangan : Misalnya kehilangan orang yang di cintai speerti keluarga,
orang tua ataupun teman dekat.
3. Tidak di rawat/ di didik dengan benar oleh orang tua / pembimbing nya.
4. Tidak mampu berinteraksi.
c) Faktor lingkungan
1. Kematian atau perceraian.
2. Kehidupan keluarga yang berantakan.
11
3. Perasaan tidak berguna, rendah diri, cemas, marah- marah, ataupun
kesepian.
4. Pindah sekolah ataupun pindah kerja.
d) Faktor Somatik (somatogenik), yakni akibat gangguan pada neuroanatomi,
neurofisiologi, dan neurokimia termasuk tingkat kematangan dan
perkembangan organik serta faktor pranatal dan perinatal.
e) Faktor Sosial Budaya, yang meliputi faktor kesetabilan keluarga, pola
mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan dan masalah kelompok minoritas
yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan dan kesejahteraan yang tidak
memadai serta pengaruh rasial dan keagamaan.
1. Ansietas
Ansietas atau kecemasan adalah suatu perasaan was-was seakan sesuatu yang
buruk akan terjadi dan merasa tidak nyaman seakan ada ancaman yang disertai
gejala-gejala fisik seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin, tangan
gemeteran.
Tingkatan ansietas dibagi menjadi 4 yaitu:
1) Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari; ansietas pada tingkat ini menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan presepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2) Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami
tidak perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih
banyak jika diberi arahan.
3) Ansietas berat sangat mengurangi lahan presepsi seseorang. Individu
cenderung untuk berfokus pada sesuatu yang terinci dan spsifik setra tidak
dapat berfikir tentang yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
12
ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
berfokus pada suatu area lain.
4) Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan
teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik
tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik
melibatkan disorganisasi kepribadian dan terjadi peningkatan aktivitas
motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, presepsi
yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas
ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang
lama dapat terjadi kelelahan bahkan kematian.
Penyebab ansietas dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:
1) Genetic dan early learning. Gangguan ansietas cenderung diturunkan
dalam keluarga. Bila ibu, bapak, atau keluarga dekat lainnya menderita
ansietas, anaknya kemungkinan besar mengalami ansietas.
2) Biokimia otak. Ansietas berkaitan dengan fungsi pembawa pesan di otak
(biokimiawi otak) yang berhubungan dengan ketidak seimbangan
neurotransmitter serotonin dan dopamine.
3) Mekanisme fight-flight. Apabila seorang merasa dalam bahaya, tubuh
akan menyiapkan diri untuk mempertahankan diri (fight) atau melarikan
dari situasi yang membahayakan tersebut (flight).
Tanda dan gejala:
1) Fisik, berupa sefalgia, jantung berdebar keras dan insomnia minimal 1
bulan, pusing, berkeringat, denyut jantung cepat dank eras, mulut kering,
nyeri perut, agitasi, tidak bias santai, tremor.
2) Mental, berupa ketegangan mental (cemas/bingung, rasa tegang atau
gugup, konsentrasi buruk.
2. Skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan
penurunan atau ketidak mampuan berkomunikasi, gangguan realitas
(halusinasi atau waham), afek tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif
13
(tidak mampu berfikir abstrak) serta mengalami kesukaran melakukan
aktivitas sehari-hari.
Gangguan skizofrenia dapat terjadi karena:
1) Faktor genetik, belum teridentifikasi secara spesifik, namun pengaruh
lokasi kromosom 6 pada gen dengan kromosom 4,8,15,22 berhubungan
dengan terjadinya skizofrenia.
2) Faktor keturunan atau bawaan merupakan faktor penyebab yang tidak
besar pengaruhnya bagi munculnya gangguan skizofrenia.
3) Ketidakseimbangan neurotransmitter (dopamine dan glutamate).
4) Faktor lingkunagn seperti kekurangan gizi selama kehamilan, stress pada
kondisi lingkungan, dan stigma (penyebab kekambuhan pasien
skizofrenia).
5) Virus atau infeksi lain selama kehamilan dapat mengganggu
perkembangan otak janin.
6) Menurunnya autoimun yang mungkin disebabkan infeksi selama
kehamilan.
7) Komplikasi kandungan dan,
8) Kekurangan gizi yang cukup berat, terutama pada trimester kehamilan.
3. Depresi
Depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang
mewarnai seluruh proses mental (berfikir, perasaan, aktivitas) seseorang yang
ditandai dengan pikiran negatif pada diri sendiri, suasana hati menurun,
kehilangan minat dan motivasi, pikiran lambat serta aktivitas menurun.
Penyebab gangguan ini meliputi:
1) Faktor biologis
a. Genetik. Transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis
keturunan.
b. Neurotransmitter
o Katekolamin: penurunan katekolamin otak atau aktivitas system
katekolamin menyebabkan terjadinya depresi.
14
o Asetilkolin: peningkatan asetilkolin dapat menjadi factor penyebab
depresi.
o Serotonin: defisit serotonin dapat merupakan faktor penyebab
depresi.
c. Endokrin : depresi berikatan dengan gangguan hormone seperti pada
hipotiroidisme dan hipertiroidisme, tetapi estogen eksogen, dan
pascapartum.
d. Abnormalitas otak : abnormalitas terjadi pada 4 area otak setiap individu
dengan ganggguan mood. Area tersebut adalah korteks prefrontal,
hippocampus, korteks cingulate anterior dan amiygdala. Adanya reduksi
dari aktivitas metabolik dan volume dari gray matter pada korteks
prefrontal, secara partikular pada bagian kiri, ditemukan pada individu
dengan depresi berat atau gangguan bipolar.
2) Faktor lingkungan
a. Kehilangan orang yang dicintai
b. Rasa bermusuhan, kemarahan, kekecewaan yang ditujukan suatu objek
atau pada diri sendiri.
c. Sumber koping tidak adekuat.
d. Adanya masalah atau kesulitan hidup.
e. Pengalaman negative masa lalu.
4. Gangguan Kepribadian
Menurut Larsen & Buss (2013), gangguan kepribadian adalah suatu bentuk
perilaku kebiasaan yang sangat jauh berbeda dengan kebiasaan seseorang
pada umumnya dapat dilihat dari cara mereka memandang sesuatu, cara
mereka berpikir dan cara mereka berinteraksi dengan orang lain. Gangguan
kepribadian dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1) Kluster A gambarannya aneh (odd), menyendiri dan eksentrik.
2) Kluster B gambarannya dramatik, impuldif dan tak menentu.
3) Kluster C gambarannya cemas dan penuh ketakutan.
5. Gangguan Mental Organik
15
Yaitu gangguan fungsi jaringan otak (Maramis, 2010). Gangguan ini memiliki
klasifikasi sebagai berikut :
1) Dementia
Suatu sindrom klinik yang dimanifestasikan dengan kerusakan pada
memori, kognisi, dan perubahan perilaku.
2) Delirium
3) Sindroma amnestik organik.
4) Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik.
6. Gangguan Psikomsomatik
Merupakan komponen psikologok yang diikuti gangguan fungsi badaniah
(Maramis, 2010).
7. Gangguan Intelektual
Merupakan keadaan dengan intelegensi kurang (abnormal) atau dibawah rata-
rata sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa kanak-kanak).
a. Perkembangan Self
16
Eksternal: anak menghubungkan keberhasilan dan kegagalan pada faktor-
faktor yang tidak dapat dikendalikan, anak mengembangkan learned help
lessness (ketidakberdayaan).
b. Perkembangan Emosi
f) Peneguran lingkungan yang kasar dan menimbulkan rasa malu yang luar
biasa dapat menyebabkan anak menarik diri, depresi dan marah pada
lingkungannya.
c. Pengaruh keluarga
17
d. Pengaruh teman sebaya
1. Penerimaan kelompok
Anak yang populer akan mudah tumbuh dan diterima sebagai anggota
kelompoknya. Sedangkan anak-anak yang kurang motivasinya untuk
bersosialisasi akan mengalami kesulitan untuk diterima pada kelompok
sosialnya.
2. Keamanan status
Anak-anak yang merasa aman di lingkungan kelompoknya akan merasa bebas
mengutarakan segenap kreativitasnya. Sedangkan anak-anak yang merasa tidak
aman akan bersifat tertutup dan takut untuk berbuat sesuatu. Dalam keluarga
harus diciptakan suasana aman bagi anak agar perkembangannya optimal.
3. Tipe kelompok
Dalam kelompok sosial ada beberapa tingkatan hubungan tergantung dari
keefektifan hubungan tersebut, yaitu primer (keluarga), sekunder (kelompok
bermain), tersier (hubungan antar anak-anak dalam bis dan kereta api).
Kelompok primerlah yang memiliki peran terbesar dalam perkembangan
psikososial anak.
4. Kepercayaan diri
Rasa percaya diri perlu ditanamkan pada anak-anak sehingga dapat tumbuh
dengan baik. Anak yang kurang percaya diri tidak akan dapat berperan dalam
kelompok sosialnya.
18
Peran terbesar dalam kelompok dipegang oleh anak yang populer dan yang
berperan terkecil adalah anak yang tidak populer.
6. Perkembangan intelektual
Perkembangan intelektual dipengaruhi oleh tingkat intelektual orang-orang
dewasa disekitarnya. Sedangkan perkembangan sosial dipengaruhi oleh faktor
genetik dan kondisi di rumah atau luar.
19
dengan tuntutan perkembangan internal dan eksternal untuk mencapai tugas
perkembangan tertentu sesuai tahap usia.
a. Peranan fungsi ego lebih ditonjolkan yang berhubungan dengan tingkah laku
yang nyata.
d. Konflik timbul antara ego dengan lingkungan sosial yang disebut konflik sosial.
20
Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak
mempercayai orang-orang disekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang
tuanya, tetapi orang-orang yang dianggap asing tidak akan dipercayainya. Oleh
karena itu bayi kadang-kadang menangis ketika dipangku oleh orang yang tidak
ia kenal. Dia tidak hanya tidak percaya dengan orang asing tapi juga pada benda
asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau
menghadapi situasi-situasi tersebut bayi seringkali menangis.
Tugas yang harus dijalani pada tahap ini adalah menumbuhkan dan
mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan untuk hadirnya suatu
ketidakpercayaa. Kepercayaan ini akan terbna dengan baik apabila dorongan
oralis pada bayi terpuaskan, misalnya untuk tidur dengan tenang, menyantap
makanan dengan nyaman dan tepat waktu, serta dapat membuang kotoran
(eliminasi) dengan sepuasnya. Oleh sebab itu, pada tahap ini ibu memiliki
peranan yang sangat kualitatif saangat menetukan perkembangan kepribadian
anaknya yang masih kecil.
Kepuasan yang dirasakan oleh bayi terhadap sikap yang diberikan oleh
ibunya akan menimbulkan rasa aman, dicintai dan terlindungi. Melalui
pengalaman dengan orang dewasa tersebut bayi belajar untuk menggan tungkan
diri dan kepercayaan kepada mereka. Hasil dari adanya kepercayaan berupa
kemampuan mempercayai lingkungan dan dirinya serta juga mempercayai
kapasitas tubuhnya dalam berespon secara tepat terhadap lingkungannya.
Pada masa ini sampai pada batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri
sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri
tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi dipihak lainnya telah memiliki rasa
21
malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga sering kali meminta pertolongan
dan persetujuan dari orang tuanya.
Masa ini biasa disebut dengan masa balita mulai dari usia 18 bulan
sampai 3 atau tahun. Tugas yang harus diselesaikan pada usia ini adalah
kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-
ragu. Apabila menjalin suatu relasi antara anak dan orang tuanya terdapat suatu
sikap atau tindakan yang baik, maka dapat menghasilkan suatu kemandirian.
Namun, sebaliknya jika orang tua mengasuh anaknya dengan bersikap salah,
maka anak dalam perkembangannya akan bersikap malu dan ragu-ragu. Pada
usia ini menurut Erickson anak mulai belajar untuk mengontrol tubuhnya,
sehingga melalui masa ini anak akan tampak suatu usaha atau perjuangan anak
terhadap pengalaman-pengalaman baru yang berorientasi pada suatu tindakan
atau kegiatan yang dapat menyebabkan adanya sikap untuk mengontrol diri
sendiri dan juga untuk menerima kontrol dari orang lain. Misalnya, saat anak
belajar berjalan, memegang tangan orang lain, memeluk, maupun untuk
menyentuh benda-benda lain.
Dilain pihak, anak dalam perkembangannya pun dapat menjadi pemalu
dan ragu-ragu. Jikalau orang tua terlalu membatasi ruang gerak atau eksplorasi
lingkungan dan kemandirian, sehingga anak akan mudah menyerah karena
menganggap dirinya tidak seharusnya bertindak sendirian.
22
harus diemban seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan
(inisiatif) tanpa terlalu banyak melakukan kesalahan. Masa-masa bermain
merupakan masa dimana seorang anak ingin belajar dan mampu belajar
terhadap tantangan dunia luar, serta mempelajari kemampuan-kemampuan baru
juga merasakan memiliki tujuan.
Ketidakperdulian (ruthlessness) merupakan hasil dari mal-adaptif yang
keliru, hal ini terjadi saat anak memiliki sikap inisiatif yang berlebihan namun
juga terlalu minim. Orang yang memiliki sikap inisiatif sangat pandai
mengelolanya, yaitu apabila mereka memiliki suatu rencana baik itu mengenai
sekolah, cinta, atau karir mereka tidak perduli terhadap pendapat orang lain dan
jika ada yang menghalangi rencananya apa dan sipapun harus di singkirkan
dalam mencapai tujuan itu.
Pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di
lingkungannya. Dorongan untuk mengetahui dan berbuat untuk berbuat
terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-
keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi
kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat
menyebabkan anak merasa rendah diri.
Tahap keempat ini juga dikatakan sebagai tahap laten. Tugas yang
diperukan pada tahap ini adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja
keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri. Saat anak-anak berada pada
tingkat ini area sosialnya bertambah luas dari lingkungan keluarga merambah
sampai kesekolah, sehingga semua aspek memiliki peran, misalnya orang tua
harus selalu mendorong, guru harus selalu memberi perhatian, teman menerima
kehadirannya dan lain sebagainya.
23
Masa remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan Indentity
Confusion. Sebagai kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan
kecakapan-kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk
memelihara identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan
membentuk dan memperlihatkan identitas diri ini, pada remaja sering sekali
sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh
lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan
identitas yang kuat di suatu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan
toleransi yang besar tehadap kelompok sebenarnya. Di antara kelompok sebaya
mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh
terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.
Pencapaian identitas pribadi dan menghindari peran ganda merupakan
bagian dari tugas yang harus dilakukan dalam tahap ini menurut Erickson masa
ini merupakan masa yang berperan penting, karena pada tahap ini orang harus
mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya identitas pribadi berarti
mengetahui siapa dirinya dan bagaiman cara seseorang terjun ketengah
masyarakat.
Identitas ego merupakan kulminasi nilai-nilai ego sebelumnya yang
merupakan ego sintesis. Dalam arti kata yang lain pencarian identitas ego telah
berada dalam tahap pertama atau bayi sampai seseorang berada pada tahap
terakhir atau tua.
24
ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-
orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.
Jenjang ini menurut Erickson adalah ingin mencapai kedekatan dengan
orang lain dan berusaha menghindar dari sikap menyendiri. Periode
diperlihatkan dengan adanya hubungan spesial dengan orang lain yang biasanya
disebut dengan istilah pacaran guna memperlihatkan dan mencapai kelekatan
dan kedekatan dengan orang lain. Di mana muatan pemahaman dalam
kedekatan dengan orang lain mengandung arti adanya kerja sama yang terjalin
dengan orang lain. Akan tetapi, peristiwa ini akan memiliki pengaruh yang
berbeda apabila seseorang dalam tahap ini tidak mempunyai kemampuan untuk
menjalin relasi dengan orang lain secara baik sehingga akan tumbuh sifat
merasa terisolasi. Erickson menyebut adanya kecenderungan maladaptif yang
muncul dalam periode ini ialah rasa cuek, di mana seseorang sudah merasa
terlalu bebas, sehingga mereka dapat berbuat sesuka hati tanpa memperdulikan
dan merasa tergantung pada segala bentuk hubungan misalnya dalam hubungan
dengan sahabat, tetangga, bahkan dengan orang yang kita cintai/kekasih
sekalipun. Sementara dari segi lain/malignansi Erickson menyebutnya dengan
keterkucilan, yaitu kecenderungan orang untuk mengisolasi/menutup diri
sendiri dari cinta, persahabatan dan masyarakat, selain itu dapat juga muncul
rasa benci dan dendam sebagai bentuk dari kesendirian dan kesepian yang
dirasakan.
Oleh sebab itu, kecenderungan antara keintiman dan isolasi harus
berjalan dengan seimbang guna memperoleh nilai yang positif yaitu cinta.
Dalam konteks teorinya, cinta berarti kemampuan untuk mengenyampingkan
segala bentuk perbedaan dan keangkuhan lewat rasa saling membutuhkan.
Wilayah cinta yang dimaksudkan disini tidak hanya mencakup hubungan
dengan kekasih namun juga hubungan dengan orang tua, tetangga, sahabat dan
lain-lain. Ritualisasi yang terjadi pada tahan ini yaitu adanya afiliasi dan
elitisme. Afilisiasi menunjukkan suatu sikap yang baik dengan mencerminkan
sikap untuk mempertahankan cinta yang dibangun dengan sahabat, kekasih, dan
25
lain-lain. Sedangkan elitisme menunjukkan sikap yang kurang terbuka dan
selalu menaruh curiga terhadap orang lain.
26
dewasa merasa memiliki kemampuan yang lebih berdasarkan pengalaman yang
mereka alami serta memberikan segala peraturan yang ada untuk dilaksanakan
secara memaksa, sehingga hubungan diantara orang dewasa dan penerusnya
tidak akan berlangsung dengan baik dan menyenangkan.
27
berandai-andai, sementara mereka tidak mau menghadapi kesulitan dan
kenyataan di masa tua. Sebaliknya, jika kecenderungan kecemasan lebih kuat
dibandingkan dengan integritas maupun secara malignansi yang disebut dengan
sikap menggerutu, yang diartikan Erickson sebagai sikap sumpah serapah dan
menyesali kehidupan sendiri. Oleh karena itu, keseimbangan antara integritas
dan kecemasan itulah yang ingin dicapai dalam masa usia senja guna
memperoleh suatu sikap kebijaksanaan.
a. Prinsip epigenetik
b. Kekuatan ego
c. Interaksi bertentangan
Disetiap tahap ini konflik psikososial antara elemen sintronik dan distronik.
d. Aspek somatik
Perkembangan kepribadian dibentuk oleh konflik dan peristiwa masa lalu, kini
dan yang akan datang.
f. Krisis identitas
Ditandai dengan krisis individu yang dinamakan erikson “ titik balik, periode
peningkatan bahaya dan memuncaknya potensi”.
28
Ciri khas psikologis ego oleh Eric Erikson:
c. Mengemukakan bahwa motif mungkin berasal dari impuls id yang tidak sadar.
e. Pengaruh masyarakat.
Masalah Psikososial:
- Berduka.
- Keputusasaan.
- Ansietas.
- Ketidakberdayaan.
- Risiko penyimpangan perilaku sehat.
- Gangguan citra tubuh.
- Koping tidak efektif.
- Koping keluarga tidak efektif.
- Sindroma post trauma.
- Penampilan peran tidak efektif.
2.8.1 Asuhan Keperawatan Infant (0-18 bulan) : rasa percaya vs rasa tidak percaya
Pengkajian:
29
Perkembangan psikososial bayi yang normal adalah proses perkembangan
ynag ditandau dengan pemupukan rasa percaya pada orang lain dan diawali
dengan kepercayaan terhadap orang tua, khususnya ibu. Rasa aman secara
fisik dan psikologis berperan penting dalam pembentukan rasa percaya bayi.
Jika rasa percaya tidak terpenuhi, akan terjadi penyimpangan berupa rasa
tidak percaya dan setelah dewasa akan menjadi orang yang mudah curiga
dan tidak dapat menjalin hubungan baru.
30
Risiko )penyimpangan): resiko berkembang rasa tidak percaya
Tindakan keperawatan
31
Tidak membiarkan bayi
bermain sendirian, tidak
memainkan bayi dengan
cara mengganti antara
putting dan empeng
Tetap memberikan air susu
ibu (ASI) sampai 1,5 tahun
Tidak mengganti pengasuh
bayi, terlalu sering (bayi
bingung karena harus
memupul kepercayaan pada
banyak orang)
Evaluasi
Evaluasi kemampuan bayi dan keluarga dalam perkembagan psikososial bayi dan
evaluasi kemampuan psikososial bayi.
Pengkajian :
32
Perkembangan psikososial pada usia kanak – kanak adalah proses
perkembangan kemampuan anak dalam mengembangkan kemandirian
dengan cara memberi kebebasan dan membiarkan anak untuk mempelajari
dunianya. Jika terlalu dilindungi atau dikendalikan, anak akan merasa ragu –
ragu dan malu untuk melakukan aktivitas nya sehingga akan selalu
bergantung pada orang lain.
33
Diagnosis keperawatan :
Tindakan keperawatan :
34
2 Penyimpangan - Yakinkan anak bahwa ia
perkembangan : ragu – ragu mampu melakukan tugas
dan malu yang diberikan dan bimbing
dalam melakukannya
sampai sukses
- Berikan tugas yang
sederhana dan mampu
dilakukan sendiri
(menyimpan mainan,
mengambil baju, mengambil
minum, mengambil
sepatu/sandal).
- Berikan kepercayaan pada
anak untuk melakukan tugas
tertentu (yang dapat
dilakukannya)
- Berikan pujian terhadap
keberhasilannya
- Jangan memberi pernyataan
negatif terhadap perilaku
anak
Contoh :
“ita memang biasa membuat
rumah berantakan “
“anto itu anak cengeng”
35
3. Keluarga mampu mendemontrasikan cara menstimulasi kemandirian
anaknya
Evaluasi
Berinisiatif
untuk bermain
dengan alat-alat
yang ada di
rumah
36
Belajar
ketrampilan
fisik baru
Menikmati
bermain
bersama sesuai
dengan anak
usianya
Mudah berpisah
dengan orang
tua
Mengetahui hal-
hal yang salah
dan benar serta
mengikuti
aturan
Mengenzl
minimzl 4 warna
Merangkai kata-
kata dalam
bentuk kalimat
Mampu
menjelaskan
pekerjaan yang
sederhana
37
Mengensl jenis
kelamin
Tidak percaya
diri, malu untuk
tampil
Pesimis, tidak
memiliki minat
dengan
keinginan
Takutlah salah
dalam
melakukan
sesuatu
Sangat
membatasi
aktivitasnya
sehingga yang
kesan mata dana
tidak
mempunyai
inisiatif.
Tindakan Keperawatan
38
1. Perkembangan yang Beri kesempatan
normal: inisiatif kepada anak untuk
mencapai
kemampuan tertentu
yang dapat
dipelajarinya,
seperti naik sepeda,
menulis,
menggambar,
menyusun balok,
puzzle
beri kesepakatan
kepada anak untuk
bermain peran
menggunakan alat-
alat yang sesuai
(memasak, ekolah,
berperan sebagai
orang tua)
39
jadi role model bagi
anak mengenai cara
menerima, keunikan
orang lain
ajrkan anak
mengenai permainan
sederhana yang
membutuhkan kerja
sama dan koordinasi
(puzzle, susun blok)
sampaikan harapan
yang sesuai dengan
kemampuan
anak’beri pujian
terhadap
keberhasilan yang
dicapai oleh anak
dengarkan seluruh
keluhan anak dan
diskusikan cara
mengatasi rasa tidak
mampu yang dialami
anak
40
Evaluasi
Pengkajian :
Prilaku remaja :
d. Menyukai dirinya
41
e. Berinteraksi dengan lingkungan
f. Bertanggungbjawab
Prilaku remaja:
Diagnosis keperawatan
Tindakan keperawatan :
42
2. Remaja mampu menjelaskan cara mencapai perkembangan psikososial
yang normal.
Tindakan Keperawatan :
43
2.8.6 Asuhan keperawatan pada perkembangan psikososial dewasa muda (18-25
sampai 45 tahun) : Intimasi vs Isolasi
Pengkajian :
44
Perilaku dewasa muda:
•Mudah beralih dalam bekerja /karier atau gaya hidup, mudah terpengaruh
Diagnosis keperawatan
Tindakan keperawatan
45
Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial dewasa muda, adalah
sebagai berikut:
e. Menetapkan karier
2.8.7 Asuhan keperawatan pada perkembangan psikososial lanjut usia (65 tahun
keatas) : integritas ego vs putus asa
Pengkajian
1. Informasi umum
Inisial klien
Usia
Jenis kelamin
Suku
Bahasa dominan
Status perkawinan
Pekerjaan
Tanggal masuk
Tangal pengkajian
Ruang rawat
46
No. Rekam medik
Dx . medis
Riwayat alergi
Diet
2. Keluhan utama
Penampilan umum
(fisik: BB, TB, TTV)
Riwayat pengobaatan fisik
Pemeriksaan labor
Urin
3. Tingkat ansietas
Tenang
Ramah
Waspada
Merasa membenarkan lingkungan
Menarik diri
Bingung
Disorientasi
Ketakutan
Hiperventilasi
Halusinasi
4. Keluarga genogram
Tipekeluarga ( nuclear family, single parent dll)
Pengambilan keputusan
Kebiasaan yang dilakukan ole keluargga
Kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat
5. Riwayat sosial
Pola sosial
Teman / orang terdekat
Peran serta dalam kelompok
47
Perkembanagn Mempunbyai harga diri tinggi
yang normal: Merasa dsayang oleh keluarga
Integritas diri Menilai kehidupannya berarti
Memendang sesuatu hal secara
keseluruhan (tuntutan dan makna hidup)
Menerima nilai dan keunikan hidup
orang lain
Menerima datangnya kematian
Diagnosis Keperawatan :
Tindakan Keperawatan :
48
Perkembangan yang normal : Jelaskan cici-ciri pperilaku
integritas diri/ keutuhan perkemabangan lansia yang normal
konsep diri dan menyimpang
Diskusi cara yang dapat dilakukan
oleh lansisa untuk mencapai
integritas diri yang utuh.
Mendiskusikan makna hidup
lllansia selama ini.
Mealkukan life review dan
reminiscence (menceritakan
kemabali masa lalunya,
terutama keberhasilnnya).
Mendiskusikan keberhasilan
yang telah dicapai oleh
lansia.
Mengikkuti kegiatan sosial di
lingkungannya.
Motivasi lansia untuk
melaksanakan rencaa yang
telah dibuatnya.
Bimbing lansia dalam mebuat
rencana kegiatan untuk mencapai
integritas diri yang utuh
Motivasi lansia untuk
melaksanakan rencana yang telah
dibuat.
Penyimpangan Diskusikan penyebab dan hambatan
perkembangan : Putus asa dalam mencapai tugas
perkembangan lansia, seperti adanya
penyakit dan putus asa.
Diskusikan cara mengatasi hambatan
dan motivasi keinginan lansia untuk
mengobati penyakit fisik yang
dialami
Bantu lansia bersosialisasi secar
bertahap.
Fasilitasi untuk ikut kegiatan
kelompok lansia.
49
2. Keluarga mampu menjelaskan cara memfasilitasi perkembangan
psikososial lansia.
3. Keluarga mampu melakukan tindakan untuk memfasilitasi
perkembangan psikososial keluarga.
4. Keluarga mampu merencanakan stimulasi untuk mengembangkan
kemampuan psikososial lansia.
50
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
51
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori &
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, B. A., [et all]. Manajemen Keperawatan Psikososial dan KaderKesehatan
Jiwa (IC-CCMHN 2).
Keliat, B. A., Akemat., & Helena, N. (2012). Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas CMHN (Basic Course). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Malith. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: A NDI.
Nasir, A. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Sutejo. (2017). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.
Riyadi, S., & Purwanto, T. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.
52