Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Skenario
Seorang perawat puskesmas Sumber waras datang ke rumah Pak Jiwo untuk
melakukan deteksi dini tentang kesehatan jiwa. Perawat melakukan deteksi dini
bertujuan untuk mengetahui status kesehatan fisik dan kesehatan jiwa sesuai
dengan usia perkembangan psikososial individu. Perawat melakukan pengkajian
deteksi dini kepada Pak Jiwo, usia 50 tahun, yang merupakan kepala keluarga dan
saat ini bekerja sebagai perawat manajer di salah satu RS. Hasil pengkajian perawat
didapatkan Pak Jiwo kreatif, aktif di masyarakat, memiliki karier yang sudah
mapan, memiliki keluarga. Peduli dengan orang lain, aktif mengikuti kegiatan-
kegiatan yang bersifat sosial dan keagamaan. Perawat mengatakan bahwa Pak Jiwo
sehat, usianya sesuai dengan tugas perkembangan psikososialnya dan perawat
mendokumentasikan diagnosis keperawatannya adalah potensial generativitas
(produktif) dan lawannya resiko stagnansi. Pak Jiwo bingung dan bertanya kepada
perawat….”ooo, jadi sehat juga ada diagnosisnya ya ?.” Perawat mengatakan
“benar pak, untuk diagnosis keperawatan jiwa sekarang ada diagnosis sehat, resiko
(psikososial), dan gangguan jiwa.
Karena latar belakang profesi keperawatan Pak Jiwo tertarik untuk bertanya lebih
jauh tentang perkembangan psikososial kepada perawat puskesmas. Perawat
akhirnya menjelaskan tentang teori perkembangan Eric Erickson. Pak Jiwo
sekarang memahami, jadi masing-masing usia dari bayi sampai dengan lansia
sudah memiliki karakteristik perilaku yang normal dan menyimpang, dan agar
dapat berkembang dengan baik harus di strimulasi.

1.2 Identifikasi Kata Sulit


Kesehatan jiwa : kondisi individu yang dapat berkembang secara fisik, mental,
spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri,

1
dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, mampu memberikan
kontribusi untuk komunitasnya.
Deteksi dini : usaha menemukan atau menentukan serta upaya untuk mengenali
dan proses mengungkapkan suatu kemungkinan penyakit.
Kesehatan fisik : kesehatan yang berhubungan dengan kondisi tubuh manusia atau
organ tubuh dalam kondisi optimal.
Perkembangan psikososial : perkembangan kepribadian manusia, yang berkaitan
dengan emosi, motivasi, dan bagaimana individu tersebut berhubungan dengan
orang lain.
Karier : perkembangan atau kemajuan dan bentuk pekerjaan seseorang.
Kreatif : kemampuan untuk menyelesaikan masalah dengan menciptakan ide-ide.
Generativitas : kepedulian terhadap generasi yang akan datang serta berpotensi
untuk menghasilkan.
Resiko stagnansi : berhentinya suatu aktivitas atau kebalikan dari generativitas dan
bersifat tidak mampu berbuat sesuatu.
Diagnosis : bukti akurat dari catatan sumber informasi dan hasil evaluasi.
Sehat : suatu keadaan sempurna fisik, mental, spiritual, sehingga bisa
melaksanakan kegiatan sehari-hari.
Gangguan jiwa : perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan
pada fungsi jiwa yang menimbulkan penderitaan pada individu atau hambatan
dalam melaksanakan peran sosial.
Resiko : penyebab munculnya stressor.
Stimulasi : rangsangan kemampuan atau dorongan dari luar individu.
Karakteristik : karakter, watak atau gaya hidup yang menunjukkan tanda khas
atau ciri-ciri spesifik dari suatu individu.
Dokumentasi : cara yang dilakukan untuk menyediakan catatan yang akurat atau
pencatatan yang berisi tentang data atau keadaan pasien yang berupa rangkaian
kerja perawat.

2
1.3 Membuat Pertanyaan
1. Apakah hasil yang didapat perawat setelah melakukan deteksi dini pada pak
Jiwo ?
2. Apa yang harus dipersiapkan perawat sebelum deteksi dini ?
3. Bagaimana cara perawat untuk melakukan deteksi dini kepada pak Jiwo ?
4. Bagaimana bentuk kesehatan fisik dan jiwa sesuai dengan tahap pekembangan
tersebut ?
5. Kenapa baru dilakukan pengkajian deteksi dini padahal umur pak Jiwo sudah
50 tahun ?
6. Dari hasil yang di dapatkan bagaimana kondisi kesehatan jiwa pak Jiwo saat
ini?
7. Sebutkan teori perkembangan sosial secara umum !
8. Bagaimana ciri-ciri orang yang sehat jiwanya ?
9. Bagaimana usia yang sesuai dengan tugas perkembangan sosialnya ?
10. Apakah ciri-ciri orang yang mengalami gangguan jiwa ?
11. Apa saja masalah-masalah psikososial ?
12. Mengapa harus menggunakan teori Eric Erickson ?
13. Masalah apa yang dialami gangguan jiwa ?
14. Apa saja karakteristik perilaku yang menyimpang ?
15. Bagaimana cara menstimulasi karakteristik perilaku menyimpang ?
16. Apa saja karakterisik perilaku yang normal ?
17. Apa saja peran perawat dalam skenario ?
18. Seberapa pentingkah dilakukan deteksi dini ?

1.4 Menjawab Pertanyaan


1. Dari hasil deteksi dini pak Jiwo kreatif, aktif, memiliki karier yang sudah
mapan, dan aktif mengikuti kegiatan yang bersifat sosial dan keagamaan.
2. a. Perawat harus mempersiapkan diri terlebih dahulu
b. Menyiapkan SP (Strategi Pelaksanaan)

3
3. Dari tingkah laku, kemudian pemeriksaan fisik dengan wawancara serta
pengkajian spiritual.
4. Dari kesehatan fisik menunjukkan bahwa pak Jiwo kreatif, aktif di masyarakat,
serta mampu berkarier berarti memiliki kesehatan fisik yang baik. Kemudian
dari segi kesehatan jiwa, fikiran yang berasal dari diri sendiri bahwa pak Jiwo
memiliki rasa peduli terhadap lingkungan.
5. Karena kemungkinan selama hidup tidak mengalami gejala gangguan jiwa atau
sudah melakukan deteksi dini dan akan melakukan deteksi dini lagi. Serta
diadakannya program yang diajukan pemerintah.
6. Kondisi kesehatan pak Jiwo sehat sesuai dengan usia tugas perkembangan
psikososial.
7. Teori diri sendiri, teori emosi, teori keluarga dan teori teman sebaya.
8. a. Melihat setiap hari adalah baik, tidak satu alasan sehingga pekerjaan harus
ditunda.
b. Hari besok adalah hari yang baik.
c. Tahu apa yang diketahui dan tahu apa yang tidak diketahui.
d. Bisa beradaptasi dengan lingkungan dan membuat lingkungan menjadi lebih
baik.
e. Selalu dapat mengembangkan usahanya.
f. Selalu puas dengan hasil karyanya.
g. Dapat memperbaiki dirinya dan tidak menganggap dirinya selalu benar.
h. Mempunyai sifat kasih sayang.
i. Mempertanggung jawabkan keputusan yang diambil.
j. Pandai berinteraksi.
9. Sesuai dengan umur pak Jiwo kreatif, aktif dimasyarakat, sosial yang bagus,
maka sesuai dengan tahap perkembangan. Kemudian dalam tugas
perkembangan psikososial sesuai dengan umurnya karena pak Jiwo berkarier
sebagai perawat manajer di salah satu Rumah Sakit.
10. a. Ketakutan dan cemas yang berlebihan.
b. Perubahan mood dan tidak fokus.

4
c. Koping yang tidak baik.
d. Susah tidur dan sering gelisah.
e. Marah tanpa sebab.
11. a. Cemas berlebihan.
b. Ansietas berlebih.
c. Merasa rendah diri.
d. Pemarah dan agresif.
e. Jantung sering berdebar.
12. Karena teori Eric Erickson lebih spesifik dalam menjelaskan pertumbuhan atau
perkembangan psikososial berdasarkan umur.
13. a. Marah tanpa sebab.
b. Berbicara kacau dan sering berbicara sendiri.
c. Tidak mengenali orang dan tidak mau merawat diri.
d. Tidak bisa mengaktualisasikan sekitar.
e. Koping yang tidak efektif.
f. Halusinasi dan ketidakmampuan bersosialisasi dengan orang lain.
14. Terdapat 2 faktor dari karakteristik perilaku menyimpang, yaitu : faktor
internal, yang berasal dari dalam individu (contohnya tekanan bathin dan
dibully) dan faktor eksternal yang berasal dari luar individu (contohnya menjadi
korban yang dibully).
15. Dimulai dari usia bayi agar pada tahap selanjutnya akan tumbuh menjadi anak
yang mandiri dan percaya diri.
16. Berdasarkan skenario yaitu kreatif, aktif dimasyarakat, karier yang sudah
mapan, memiliki keluarga, peduli dengan orang lain, aktif mengikuti kegiatan
yang bersifat sosial dan keagamaan.
17. Peran perawat sebagai advokasi, yaitu melindungi dan menjaga kerahasiaan
pasien. Dan sebagai edukator, yaitu memberikan edukasi tentang kesehatan
jiwa kepada masyarakat lingkungan sekitar, sehingga merubah stigma
masyarakat terhadap kesehatan jiwa adalah hal yang buruk dan berbahaya.

5
18. Sangat penting dilakukan deteksi dini karena dapat mewaspadai atau
mengintervesikan masalah tersebut lebih awal, supaya tidak terjadi gangguan
jiwa.

1.5 Skema
Tema : Teori Perkembangan Psikososial

Pak Jiwo

Deteksi dini

Pengkajian

Aktif Kreatif Karier mapan Memiliki keluarga

Teori Eric Ericson

Tumbuh kembang sesuai dengan umur

Diagnosa Generativitas

6
1.6 Learning Objektif
1. Defenisi gangguan jiwa, sehat, resiko (psikososial).
2. Sehat jiwa dan gangguan jiwa.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa.
4. Masalah gangguan jiwa.
5. Jelaskan perkembangan psikososial secara umum.
6. Jelaskan konsep teori perkembangan Eric Erickson.
7. Masalah psikososial.
8. Asuhan keperawatan pada semua usia perkembangan.

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Gangguang Jiwa, Sehat Jiwa, dan Resiko (psykososial)

Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang


menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan
pada individu atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial (Depkes RI, 2000).

Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang secara klinis
bermakna yang berkaitan langsung dengan distres (penderitaan) dan menimbulkan
(disabilitas) pada satu atau lebih fungsi kehidupan manusia, (keliat,B.A, dkk ,
2012).

Sehat jiwa adalah sesuatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan


hidup harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup
seseorang dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia.

Resiko adalah akibat yang kurang menyenangkan


(merugikan/membahayakan) resiko merupakan besarnya penyimpangan antara
tingkat pengembalian yang di harapkan, dengan tingkat pengembalian aktual
(Hanafi, 2006).

2.2 Sehat Jiwa dan Gangguan Jiwa

2.2.1 Sehat Jiwa

Ada beberapa ciri-ciri sehat jiwa, antara lain yaitu :

a. Merasa senang terhadap dirinya sendiri serta mampu menghadapi situasi.

b. Mampu mengatasi kekecewaan dalam hidup.

c. Puas dengan kehidupan sehari-hari.

d. Mempunyai harga diri yang wajar.

8
e. Menilai dirinya secara realistis tidak berlebihan dan tidak pula merendah.

f. Merasa nyaman berhubungan dengan orang lain serta mampu mencintai


orang lain.

g. Dapat menghargai pendapat orang lain yang berbeda.

h. Merasa bagian dari suatu kelompok.

i. Tidak menipu orang lain dan tidak juga membiarkan orang lain menipu
dirinya.

j. Mampu memenuhi tuntutan hidup serta menetapkan tujuan hidup yang


realistis.

k. Mampu mengambil keputusan.

l. Mampu menerima tanggung jawab.

m. Mampu merancang masa depan.

n. Puas dengan pekerjaannya.

Kriteria sehat jiwa :

a. Bersikap positif terhadap diri sendiri.

b. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri.

c. Otonomi.

d. Persepsi realitas.

e. Environmental (kecakapan dalam adaptasi dengan lingkungan).

Rentang sehat jiwa :

9
a. Dinamis bukan titik statis.

b. Rentang dimulai dari sehat optimal.

c. Ada tahap-tahap.

d. Adanya variasi tiap individu.

e. Berfungsi secara efektif sehat.

2.2.2 Gangguan Jiwa

Menurut (Keliat,dkk., 2005) ciri-ciri gangguan jiwa adalah sebagai berikut :

a. Marah tanpa sebab.

b. Mengurung diri.

c. Tidak kenal dengan orang lain.

d. Bicara kacau.

e. Bicara sendiri.

f. Tidak mampu merawat diri.

Kriteria umum gangguan jiwa menurut Videbeck (2008) adalah sebagai


berikut :

a. Ketidakpuasan dengan karakteristik, kemampuan, dan prestasi diri.

b. Hubungan yang tidak efektif atau tidak memuaskan.

c. Tidak puas hidup didunia.

d. Koping yang tidak efektif terhadap peristiwa.

e. Tidak terjadi pertumbuhan kepribadian.

f. Terdapat perilaku yang tidak diharapkan.

10
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Jiwa

a) Faktor biologis
1. Genetik
Orang yang mempunyai riwayat gangguan jiwa lebih rentan mengalami
gangguan jiwa.
2. Infeksi
Jenis infeksi yang selalu di kaitkan sebagai penyebab kerusakan otak dan
memicu perkembangan gangguan mental. Contoh : suatu penyakit yang di
kenal sebagai autoimun Neuropsikiatri Pediatrik yang di kaitkan dengan
infeksi bakteri Streptococcus di duga telah memicu perkembangan
gangguan Obsesif – kompulsif serta penyakit mental lainnya pada anak.
3. Cacat/ cedera otak
Yang menyebabkan kerusakan pada ares otak tertentu.
4. Kesalahan saat kehamilan
Gangguan pada perkembangan otak janin di tahap awal pertumbuhannya
atau trauma otak yang dialami sewaktu bayi.
5. Penyalah gunaan obat- obatan
Konsumsi obat-obatan tertentu dalam jangka waktu yang panjang di kaitkan
dengan gangguan kecemasan, depresi, serta paronia.
b) Faktor psikologis
1. Trauma psikologis parah : misal kekerasan secara emosi, fisik, ataupun
pelecehan seksual.
2. Kehilangan : Misalnya kehilangan orang yang di cintai speerti keluarga,
orang tua ataupun teman dekat.
3. Tidak di rawat/ di didik dengan benar oleh orang tua / pembimbing nya.
4. Tidak mampu berinteraksi.
c) Faktor lingkungan
1. Kematian atau perceraian.
2. Kehidupan keluarga yang berantakan.

11
3. Perasaan tidak berguna, rendah diri, cemas, marah- marah, ataupun
kesepian.
4. Pindah sekolah ataupun pindah kerja.
d) Faktor Somatik (somatogenik), yakni akibat gangguan pada neuroanatomi,
neurofisiologi, dan neurokimia termasuk tingkat kematangan dan
perkembangan organik serta faktor pranatal dan perinatal.
e) Faktor Sosial Budaya, yang meliputi faktor kesetabilan keluarga, pola
mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan dan masalah kelompok minoritas
yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan dan kesejahteraan yang tidak
memadai serta pengaruh rasial dan keagamaan.

2.4 Masalah Gangguan Jiwa

1. Ansietas
Ansietas atau kecemasan adalah suatu perasaan was-was seakan sesuatu yang
buruk akan terjadi dan merasa tidak nyaman seakan ada ancaman yang disertai
gejala-gejala fisik seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin, tangan
gemeteran.
Tingkatan ansietas dibagi menjadi 4 yaitu:
1) Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari; ansietas pada tingkat ini menyebabkan seseorang menjadi waspada dan
meningkatkan lahan presepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2) Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami
tidak perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih
banyak jika diberi arahan.
3) Ansietas berat sangat mengurangi lahan presepsi seseorang. Individu
cenderung untuk berfokus pada sesuatu yang terinci dan spsifik setra tidak
dapat berfikir tentang yang lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi

12
ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat
berfokus pada suatu area lain.
4) Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan
teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu yang mengalami panik
tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik
melibatkan disorganisasi kepribadian dan terjadi peningkatan aktivitas
motorik, menurunnya kemampuan berhubungan dengan orang lain, presepsi
yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas
ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus dalam waktu yang
lama dapat terjadi kelelahan bahkan kematian.
Penyebab ansietas dibagi dalam tiga kelompok, yaitu:
1) Genetic dan early learning. Gangguan ansietas cenderung diturunkan
dalam keluarga. Bila ibu, bapak, atau keluarga dekat lainnya menderita
ansietas, anaknya kemungkinan besar mengalami ansietas.
2) Biokimia otak. Ansietas berkaitan dengan fungsi pembawa pesan di otak
(biokimiawi otak) yang berhubungan dengan ketidak seimbangan
neurotransmitter serotonin dan dopamine.
3) Mekanisme fight-flight. Apabila seorang merasa dalam bahaya, tubuh
akan menyiapkan diri untuk mempertahankan diri (fight) atau melarikan
dari situasi yang membahayakan tersebut (flight).
Tanda dan gejala:
1) Fisik, berupa sefalgia, jantung berdebar keras dan insomnia minimal 1
bulan, pusing, berkeringat, denyut jantung cepat dank eras, mulut kering,
nyeri perut, agitasi, tidak bias santai, tremor.
2) Mental, berupa ketegangan mental (cemas/bingung, rasa tegang atau
gugup, konsentrasi buruk.
2. Skizofrenia
Skizofrenia adalah suatu gangguan jiwa berat yang ditandai dengan
penurunan atau ketidak mampuan berkomunikasi, gangguan realitas
(halusinasi atau waham), afek tidak wajar atau tumpul, gangguan kognitif

13
(tidak mampu berfikir abstrak) serta mengalami kesukaran melakukan
aktivitas sehari-hari.
Gangguan skizofrenia dapat terjadi karena:
1) Faktor genetik, belum teridentifikasi secara spesifik, namun pengaruh
lokasi kromosom 6 pada gen dengan kromosom 4,8,15,22 berhubungan
dengan terjadinya skizofrenia.
2) Faktor keturunan atau bawaan merupakan faktor penyebab yang tidak
besar pengaruhnya bagi munculnya gangguan skizofrenia.
3) Ketidakseimbangan neurotransmitter (dopamine dan glutamate).
4) Faktor lingkunagn seperti kekurangan gizi selama kehamilan, stress pada
kondisi lingkungan, dan stigma (penyebab kekambuhan pasien
skizofrenia).
5) Virus atau infeksi lain selama kehamilan dapat mengganggu
perkembangan otak janin.
6) Menurunnya autoimun yang mungkin disebabkan infeksi selama
kehamilan.
7) Komplikasi kandungan dan,
8) Kekurangan gizi yang cukup berat, terutama pada trimester kehamilan.
3. Depresi
Depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang
mewarnai seluruh proses mental (berfikir, perasaan, aktivitas) seseorang yang
ditandai dengan pikiran negatif pada diri sendiri, suasana hati menurun,
kehilangan minat dan motivasi, pikiran lambat serta aktivitas menurun.
Penyebab gangguan ini meliputi:
1) Faktor biologis
a. Genetik. Transmisi gangguan alam perasaan diteruskan melalui garis
keturunan.
b. Neurotransmitter
o Katekolamin: penurunan katekolamin otak atau aktivitas system
katekolamin menyebabkan terjadinya depresi.

14
o Asetilkolin: peningkatan asetilkolin dapat menjadi factor penyebab
depresi.
o Serotonin: defisit serotonin dapat merupakan faktor penyebab
depresi.
c. Endokrin : depresi berikatan dengan gangguan hormone seperti pada
hipotiroidisme dan hipertiroidisme, tetapi estogen eksogen, dan
pascapartum.
d. Abnormalitas otak : abnormalitas terjadi pada 4 area otak setiap individu
dengan ganggguan mood. Area tersebut adalah korteks prefrontal,
hippocampus, korteks cingulate anterior dan amiygdala. Adanya reduksi
dari aktivitas metabolik dan volume dari gray matter pada korteks
prefrontal, secara partikular pada bagian kiri, ditemukan pada individu
dengan depresi berat atau gangguan bipolar.
2) Faktor lingkungan
a. Kehilangan orang yang dicintai
b. Rasa bermusuhan, kemarahan, kekecewaan yang ditujukan suatu objek
atau pada diri sendiri.
c. Sumber koping tidak adekuat.
d. Adanya masalah atau kesulitan hidup.
e. Pengalaman negative masa lalu.
4. Gangguan Kepribadian
Menurut Larsen & Buss (2013), gangguan kepribadian adalah suatu bentuk
perilaku kebiasaan yang sangat jauh berbeda dengan kebiasaan seseorang
pada umumnya dapat dilihat dari cara mereka memandang sesuatu, cara
mereka berpikir dan cara mereka berinteraksi dengan orang lain. Gangguan
kepribadian dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :
1) Kluster A gambarannya aneh (odd), menyendiri dan eksentrik.
2) Kluster B gambarannya dramatik, impuldif dan tak menentu.
3) Kluster C gambarannya cemas dan penuh ketakutan.
5. Gangguan Mental Organik

15
Yaitu gangguan fungsi jaringan otak (Maramis, 2010). Gangguan ini memiliki
klasifikasi sebagai berikut :
1) Dementia
Suatu sindrom klinik yang dimanifestasikan dengan kerusakan pada
memori, kognisi, dan perubahan perilaku.
2) Delirium
3) Sindroma amnestik organik.
4) Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik.
6. Gangguan Psikomsomatik
Merupakan komponen psikologok yang diikuti gangguan fungsi badaniah
(Maramis, 2010).
7. Gangguan Intelektual
Merupakan keadaan dengan intelegensi kurang (abnormal) atau dibawah rata-
rata sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masa kanak-kanak).

2.5 Teori Perkembangan Psikososial (Secara Umum)

Perkembangan adalah perubahan yang teratur, sistematis, dan terorganisir yang


mempunyai tujuan tertentu. Perkemangan memiliki beberapa ciri, yaitu :
berkesinambungan, kumulatif, bergerak ke arah yang lebih kompleks dan holistik.
Perkembangan psikososial berarti perkembangan sosial seorang individu ditinjau
dari sudut pandang psikologi.

a. Perkembangan Self

Pengasuhan otoritatif (menekankan pentingnya tanggung jawab dan


kemandirian dengan disertai afeksi) mendorong berkembangnya konsep diri
positif.

Internal: anak menghubungkan keberhasilan dan kegagalan pada faktor-faktor


yang dapat dikendalikan (mastery-oriented atribution) atribusi yang berorientasi
pada penguasaan.

Misal: usaha yang memadai.

16
Eksternal: anak menghubungkan keberhasilan dan kegagalan pada faktor-
faktor yang tidak dapat dikendalikan, anak mengembangkan learned help
lessness (ketidakberdayaan).

Misal: berhasil karena keberuntungan, gagal karena kemampuan dirinya rendah.

b. Perkembangan Emosi

a) Semakin memahami emosi diri

b) Mampu membedakan emosi bangga dari emosi bahagia.

c) Memahami emosi yang kompleks. Misal, emosi bangga terdiri dari


gabungan dua sumber kebahagiaan

1) Suka cita atas keberhasilan

2) Suka cita bahwa seseorang yang penting bagi dirinya mengakui


keberhasilannya.

d) Mendorong anak menghadapi tantangan.

e) Mendorong anak menebus kesalahan dan memperbaiki diri.

f) Peneguran lingkungan yang kasar dan menimbulkan rasa malu yang luar
biasa dapat menyebabkan anak menarik diri, depresi dan marah pada
lingkungannya.

c. Pengaruh keluarga

Orang tua dengan koregulasi (coregulation) suatu bentuk pengawasan yang


dijalankan orang tua dengan membiarkan anak-anak secara bertahap mengambil
alih keputusan sendiri) akan efektif membimbing dan memantau dari jauh
perkembangan anak-anak.

17
d. Pengaruh teman sebaya

Persahabatan berkembang menjadi hubungan timbal balik yang berdasarkan


pada kepercayaan. Anak-anak cenderung memilih teman-teman yang memiliki
kesamaan dengan mereka dalam banyak hal.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan psikososial:

1. Penerimaan kelompok
Anak yang populer akan mudah tumbuh dan diterima sebagai anggota
kelompoknya. Sedangkan anak-anak yang kurang motivasinya untuk
bersosialisasi akan mengalami kesulitan untuk diterima pada kelompok
sosialnya.
2. Keamanan status
Anak-anak yang merasa aman di lingkungan kelompoknya akan merasa bebas
mengutarakan segenap kreativitasnya. Sedangkan anak-anak yang merasa tidak
aman akan bersifat tertutup dan takut untuk berbuat sesuatu. Dalam keluarga
harus diciptakan suasana aman bagi anak agar perkembangannya optimal.
3. Tipe kelompok
Dalam kelompok sosial ada beberapa tingkatan hubungan tergantung dari
keefektifan hubungan tersebut, yaitu primer (keluarga), sekunder (kelompok
bermain), tersier (hubungan antar anak-anak dalam bis dan kereta api).
Kelompok primerlah yang memiliki peran terbesar dalam perkembangan
psikososial anak.
4. Kepercayaan diri
Rasa percaya diri perlu ditanamkan pada anak-anak sehingga dapat tumbuh
dengan baik. Anak yang kurang percaya diri tidak akan dapat berperan dalam
kelompok sosialnya.

5. Perbedaan anggota kelompok

18
Peran terbesar dalam kelompok dipegang oleh anak yang populer dan yang
berperan terkecil adalah anak yang tidak populer.
6. Perkembangan intelektual
Perkembangan intelektual dipengaruhi oleh tingkat intelektual orang-orang
dewasa disekitarnya. Sedangkan perkembangan sosial dipengaruhi oleh faktor
genetik dan kondisi di rumah atau luar.

2.6 Teori Perkembangan Psikososial Menurut Eric Erickson

Menurut Eric H. Erickson, perkembangan kepribadian seseorang berasal


dari pengalaman social sepanjang hidupnya sehingga disebut sebagai
perkembangan psikososial. Perkembangan ini sangat besar mempengaruhi
kualitas ego seseorang secara sadar. Identitas ego ini akan terus berubah karena
pengalaman baru dan informasi yang di peroleh dari interaksi sehari-hari dengan
orang lain. Selain identitas ego, persaingan akan memotivasi perkembangan
perilaku dan tindakan. Secara sederhana, apabila seseorang ditangani dengan baik
maka ia akan memiliki kekuatan dan kualitas ego yang baik pula. Namun bila
penanganan ini dikelola dengan buruk, maka akan muncul perasaan yang tidak
mampu.
Pusat dari teori Erickson mengenai perkembangan ego ialah sebuah asumsi
mengenai perkembangan setiap manusia yang merupakan suatu tahap yang
ditetapkan secara universal dalam kehidupan manusia. Erickson mengatakan
bahwa, pertumbuhan berjalan berdasarkan prinsip epigenetic, yaitu suatu
komponen sebelumnya dan memiliki waktunya sendiri untuk muncul namun tidak
pernah menghilangkan sepenuhnya komponen-komponen sebelumnya.
Erickson (2000) menjelaskan bahwa perkembangan psikososial
mempunyai delapan tahap perkembangan, yaitu bayi, kanak-kanak, prasekolah,
usia sekolah, remaja, dewasa muda, dewasa dan lanjut usia. Proses perkembangan
yang optimal akan tercapai jika individu diberi stimulasi atau aktivitas tertentu
yang akan merangsang perkembangan kemampuan psikososial.
Ketidakseimbangan psikologis terjadi jika seseorang tidak dapat beradaptasi

19
dengan tuntutan perkembangan internal dan eksternal untuk mencapai tugas
perkembangan tertentu sesuai tahap usia.

Erikson juga mengatakan bahwa manusia lebih berkembang dalam tahap


psikososial daripada tahap psikoseksual. Erickson menekankan perubahan
perkembangan sepanjang kehidupan manusia bukan hanya dalam lima tahun
pertama kehidupan.

Konsep teori perkembangan Eric Erickson yaitu :

a. Peranan fungsi ego lebih ditonjolkan yang berhubungan dengan tingkah laku
yang nyata.

b. Hubungan yang penting lebih luas, karena mengikut sertakan pribadi-pribadi


lain yang ada dalam lingkungan hidup yang langsung pada anak. Hubungan
anak dan orang tua melalui pola pengaturan bersama.

c. Orientasinya optimistik, karena kondisi dari pengaruh lingkungan sosial yang


ikut mempengaruhi perkembangan kepribadian anak bisa diatur.

d. Konflik timbul antara ego dengan lingkungan sosial yang disebut konflik sosial.

Tahapan perkembangan psikososial menurut Erickson :

1. Trust vs Mistrust-bayi (lahir-12 bulan)

20
Perilaku bayi didasari oleh dorongan mempercayai atau tidak
mempercayai orang-orang disekitarnya. Dia sepenuhnya mempercayai orang
tuanya, tetapi orang-orang yang dianggap asing tidak akan dipercayainya. Oleh
karena itu bayi kadang-kadang menangis ketika dipangku oleh orang yang tidak
ia kenal. Dia tidak hanya tidak percaya dengan orang asing tapi juga pada benda
asing, tempat asing, suara asing, perlakuan asing dan sebagainya. Kalau
menghadapi situasi-situasi tersebut bayi seringkali menangis.
Tugas yang harus dijalani pada tahap ini adalah menumbuhkan dan
mengembangkan kepercayaan tanpa harus menekan untuk hadirnya suatu
ketidakpercayaa. Kepercayaan ini akan terbna dengan baik apabila dorongan
oralis pada bayi terpuaskan, misalnya untuk tidur dengan tenang, menyantap
makanan dengan nyaman dan tepat waktu, serta dapat membuang kotoran
(eliminasi) dengan sepuasnya. Oleh sebab itu, pada tahap ini ibu memiliki
peranan yang sangat kualitatif saangat menetukan perkembangan kepribadian
anaknya yang masih kecil.
Kepuasan yang dirasakan oleh bayi terhadap sikap yang diberikan oleh
ibunya akan menimbulkan rasa aman, dicintai dan terlindungi. Melalui
pengalaman dengan orang dewasa tersebut bayi belajar untuk menggan tungkan
diri dan kepercayaan kepada mereka. Hasil dari adanya kepercayaan berupa
kemampuan mempercayai lingkungan dan dirinya serta juga mempercayai
kapasitas tubuhnya dalam berespon secara tepat terhadap lingkungannya.

2. Otonomi vs ragu–ragu dan malu (autonomy vs shame and doubt)-toddler (1-3


tahun)

Pada masa ini sampai pada batas-batas tertentu anak sudah bisa berdiri
sendiri, dalam arti duduk, berdiri, berjalan, bermain, minum dari botol sendiri
tanpa ditolong oleh orang tuanya, tetapi dipihak lainnya telah memiliki rasa

21
malu dan keraguan dalam berbuat, sehingga sering kali meminta pertolongan
dan persetujuan dari orang tuanya.
Masa ini biasa disebut dengan masa balita mulai dari usia 18 bulan
sampai 3 atau tahun. Tugas yang harus diselesaikan pada usia ini adalah
kemandirian (otonomi) sekaligus dapat memperkecil perasaan malu dan ragu-
ragu. Apabila menjalin suatu relasi antara anak dan orang tuanya terdapat suatu
sikap atau tindakan yang baik, maka dapat menghasilkan suatu kemandirian.
Namun, sebaliknya jika orang tua mengasuh anaknya dengan bersikap salah,
maka anak dalam perkembangannya akan bersikap malu dan ragu-ragu. Pada
usia ini menurut Erickson anak mulai belajar untuk mengontrol tubuhnya,
sehingga melalui masa ini anak akan tampak suatu usaha atau perjuangan anak
terhadap pengalaman-pengalaman baru yang berorientasi pada suatu tindakan
atau kegiatan yang dapat menyebabkan adanya sikap untuk mengontrol diri
sendiri dan juga untuk menerima kontrol dari orang lain. Misalnya, saat anak
belajar berjalan, memegang tangan orang lain, memeluk, maupun untuk
menyentuh benda-benda lain.
Dilain pihak, anak dalam perkembangannya pun dapat menjadi pemalu
dan ragu-ragu. Jikalau orang tua terlalu membatasi ruang gerak atau eksplorasi
lingkungan dan kemandirian, sehingga anak akan mudah menyerah karena
menganggap dirinya tidak seharusnya bertindak sendirian.

3. Inisiatif vs rasa bersalah (initiative vs guilty)- prasekolah (3-6 tahun)

Pada masa ini anak telah memiliki beberapa kecakapan, dengan


kecakapan-kecakapan tersebut dia terdorong melakukan beberapa kegiatan,
tetapi karena kemampuan anak tersebut terbatas ada kalanya dia mengalami
kegagalan. Kegagalan-kegagalan tersebut menyebabkan dia memiliki perasaan
bersalah, dan untuk sementara waktu dia tidak mau berinisiatif atau berbuat.
Tahap ketiga ini juga dikatakan sebagai tahap kelamin-lokomotor
(genital-locomotor stage) atau yang biasa disebut tahap bermain. Tugas yang

22
harus diemban seorang anak pada masa ini ialah untuk belajar punya gagasan
(inisiatif) tanpa terlalu banyak melakukan kesalahan. Masa-masa bermain
merupakan masa dimana seorang anak ingin belajar dan mampu belajar
terhadap tantangan dunia luar, serta mempelajari kemampuan-kemampuan baru
juga merasakan memiliki tujuan.
Ketidakperdulian (ruthlessness) merupakan hasil dari mal-adaptif yang
keliru, hal ini terjadi saat anak memiliki sikap inisiatif yang berlebihan namun
juga terlalu minim. Orang yang memiliki sikap inisiatif sangat pandai
mengelolanya, yaitu apabila mereka memiliki suatu rencana baik itu mengenai
sekolah, cinta, atau karir mereka tidak perduli terhadap pendapat orang lain dan
jika ada yang menghalangi rencananya apa dan sipapun harus di singkirkan
dalam mencapai tujuan itu.

4. Industri vs inferior (industry vs inferiority)- usia sekolah (6-12 tahun)

Pada masa ini anak sangat aktif mempelajari apa saja yang ada di
lingkungannya. Dorongan untuk mengetahui dan berbuat untuk berbuat
terhadap lingkungannya sangat besar, tetapi di pihak lain karena keterbatasan-
keterbatasan kemampuan dan pengetahuannya kadang-kadang dia menghadapi
kesukaran, hambatan bahkan kegagalan. Hambatan dan kegagalan ini dapat
menyebabkan anak merasa rendah diri.
Tahap keempat ini juga dikatakan sebagai tahap laten. Tugas yang
diperukan pada tahap ini adalah dengan mengembangkan kemampuan bekerja
keras dan menghindari perasaan rasa rendah diri. Saat anak-anak berada pada
tingkat ini area sosialnya bertambah luas dari lingkungan keluarga merambah
sampai kesekolah, sehingga semua aspek memiliki peran, misalnya orang tua
harus selalu mendorong, guru harus selalu memberi perhatian, teman menerima
kehadirannya dan lain sebagainya.

5. Identitas vs bingung peran (identity vs role confusion)- remaja (12-18 tahun)

23
Masa remaja (adolescence) ditandai adanya kecenderungan Indentity
Confusion. Sebagai kedewasaan didukung pula oleh kemampuan dan
kecakapan-kecakapan yang dimilikinya dia berusaha untuk membentuk
memelihara identitas diri, ciri-ciri yang khas dari dirinya. Dorongan
membentuk dan memperlihatkan identitas diri ini, pada remaja sering sekali
sangat ekstrim dan berlebihan, sehingga tidak jarang dipandang oleh
lingkungannya sebagai penyimpangan atau kenakalan. Dorongan pembentukan
identitas yang kuat di suatu pihak, sering diimbangi oleh rasa setia kawan dan
toleransi yang besar tehadap kelompok sebenarnya. Di antara kelompok sebaya
mereka mengadakan pembagian peran, dan seringkali mereka sangat patuh
terhadap peran yang diberikan kepada masing-masing anggota.
Pencapaian identitas pribadi dan menghindari peran ganda merupakan
bagian dari tugas yang harus dilakukan dalam tahap ini menurut Erickson masa
ini merupakan masa yang berperan penting, karena pada tahap ini orang harus
mencapai tingkat identitas ego, dalam pengertiannya identitas pribadi berarti
mengetahui siapa dirinya dan bagaiman cara seseorang terjun ketengah
masyarakat.
Identitas ego merupakan kulminasi nilai-nilai ego sebelumnya yang
merupakan ego sintesis. Dalam arti kata yang lain pencarian identitas ego telah
berada dalam tahap pertama atau bayi sampai seseorang berada pada tahap
terakhir atau tua.

6. Intimasi vs isolasi (intimacy vs isolation)- dewasa muda (18-25 sampai 45


tahun)

Masa Dewasa Awal (Young adulthood) ditandai adanya kecenderungan


intimacy – isolation. Kalau pada masa sebelumnya, individu memiliki ikatan
yang kuat dengan kelompok sebaya, namun pada masa ini ikatan kelompok
sudah mulai longgar. Mereka sudah mulai selektif, dia membina hubungan
yang intim hanya dengan orang-orang tertentu yang sepaham. Jadi pada tahap

24
ini timbul dorongan untuk membentuk hubungan yang intim dengan orang-
orang tertentu, dan kurang akrab atau renggang dengan yang lainnya.
Jenjang ini menurut Erickson adalah ingin mencapai kedekatan dengan
orang lain dan berusaha menghindar dari sikap menyendiri. Periode
diperlihatkan dengan adanya hubungan spesial dengan orang lain yang biasanya
disebut dengan istilah pacaran guna memperlihatkan dan mencapai kelekatan
dan kedekatan dengan orang lain. Di mana muatan pemahaman dalam
kedekatan dengan orang lain mengandung arti adanya kerja sama yang terjalin
dengan orang lain. Akan tetapi, peristiwa ini akan memiliki pengaruh yang
berbeda apabila seseorang dalam tahap ini tidak mempunyai kemampuan untuk
menjalin relasi dengan orang lain secara baik sehingga akan tumbuh sifat
merasa terisolasi. Erickson menyebut adanya kecenderungan maladaptif yang
muncul dalam periode ini ialah rasa cuek, di mana seseorang sudah merasa
terlalu bebas, sehingga mereka dapat berbuat sesuka hati tanpa memperdulikan
dan merasa tergantung pada segala bentuk hubungan misalnya dalam hubungan
dengan sahabat, tetangga, bahkan dengan orang yang kita cintai/kekasih
sekalipun. Sementara dari segi lain/malignansi Erickson menyebutnya dengan
keterkucilan, yaitu kecenderungan orang untuk mengisolasi/menutup diri
sendiri dari cinta, persahabatan dan masyarakat, selain itu dapat juga muncul
rasa benci dan dendam sebagai bentuk dari kesendirian dan kesepian yang
dirasakan.
Oleh sebab itu, kecenderungan antara keintiman dan isolasi harus
berjalan dengan seimbang guna memperoleh nilai yang positif yaitu cinta.
Dalam konteks teorinya, cinta berarti kemampuan untuk mengenyampingkan
segala bentuk perbedaan dan keangkuhan lewat rasa saling membutuhkan.
Wilayah cinta yang dimaksudkan disini tidak hanya mencakup hubungan
dengan kekasih namun juga hubungan dengan orang tua, tetangga, sahabat dan
lain-lain. Ritualisasi yang terjadi pada tahan ini yaitu adanya afiliasi dan
elitisme. Afilisiasi menunjukkan suatu sikap yang baik dengan mencerminkan
sikap untuk mempertahankan cinta yang dibangun dengan sahabat, kekasih, dan

25
lain-lain. Sedangkan elitisme menunjukkan sikap yang kurang terbuka dan
selalu menaruh curiga terhadap orang lain.

7. Generativitas vs stagnansi- dewasa tengah (45-65 tahun)

Masa Dewasa (Adulthood) ditandai adanya kecenderungan


generativity-stagnation. Sesuai dengan namanya masa dewasa, pada tahap ini
individu telah mencapai puncak dari perkembangan segala kemampuannya.
Pengetahuannya cukup luas, kecakapannya cukup banyak, sehingga
perkembangan individu sangat pesat. Meskipun pengetahuan dan kecakapan
individu sangat luas, tetapi dia tidak mungkin dapat menguasai segala macam
ilmu dan kecakapan, sehingga tetap pengetahuan dan kecakapannya terbatas.
Untuk mengerjakan atau mencapai hal– hal tertentu ia mengalami hambatan.
Salah satu tugas untuk dicapai ialah dapat mengabdikan diri guna
keseimbangan antara sifat melahirkan sesuatu (generativitas) dengan tidak
berbuat apa-apa (stagnasi). Generativitas adalah perluasan cinta ke masa depan.
Sifat ini adalah kepedulian terhadap generasi yang akan datang. Melalui
generativitas akan dapat dicerminkan sikap memperdulikan orang lain.
Sedangkan stagnansi adalah sikap tidak perduli terhadap siapapun.
Maladaptif yang kuat akan menimbulkan sikap terlalu peduli, sehingga
mereka tidak punya waktu untuk mengurus diri sendiri. Selain itu malignansi
yang ada adalah penolakan, di mana seseorang tidak dapat berperan secara baik
dalam lingkungan kehidupannya akibat dari semua itu kehadirannya ditengah-
tengah area kehiduannya kurang mendapat sambutan yang baik.
Harapan yang ingin dicapai pada masa ini yaitu terjadinya
keseimbangan antara generativitas dan stagnansi guna mendapatkan nilai
positif yang dapat dipetik yaitu kepedulian. Ritualisasi dalam tahap ini meliputi
generasional dan otoritisme. Generasional ialah suatu interaksi/hubungan yang
terjalin secara baik dan menyenangkan antara orang-orang yang berada pada
usia dewasa dengan para penerusnya. Sedangkan otoritisme yaitu apabila orang

26
dewasa merasa memiliki kemampuan yang lebih berdasarkan pengalaman yang
mereka alami serta memberikan segala peraturan yang ada untuk dilaksanakan
secara memaksa, sehingga hubungan diantara orang dewasa dan penerusnya
tidak akan berlangsung dengan baik dan menyenangkan.

8. Integritas ego vs keputusasaan-dewasa akhir (65 tahun keatas)

Masa hari tua (Senescence) ditandai adanya kecenderungan ego


integrity – despair. Pada masa ini individu telah memiliki kesatuan atau
intregitas pribadi, semua yang telah dikaji dan didalaminya telah menjadi milik
pribadinya.
Pribadi yang telah mapan di satu pihak digoyahkan oleh usianya yang
mendekati akhir. Mungkin ia masih memiliki beberapa keinginan atau tujuan
yang akan dicapainya tetapi karena faktor usia, hal itu sedikit sekali
kemungkinan untuk dapat dicapai. Dalam situasi ini individu merasa putus asa.
Dorongan untuk terus berprestasi masih ada, tetapi pengikisan kemampuan
karena usia seringkali mematahkan dorongan tersebut, sehingga keputusasaan
sering kali menghantuinya.
Tugas pada usia senja ini adalah integritas dan berupaya menghilangkan
putus asa dan kekecewaan. Tahap ini merupakan tahap yang sulit dilewatakan
menurut pemandangan sebagian orang dikarenakan mereka sudah merasa
terasingkan dari lingkungan kehidupannya, karena orang pada usia senja
dianggap tidak dapat berbuat apa-apa lagi atau tidak berguna. Kesulitan tersebut
dapat diatasi jika di dalam diri orang yang berada pada tahap paling tinggi
dalam teori Erickson terdapat integritas yang memiliki arti kesendirian yang
menerima hidup dan oleh karena itu juga menerima akhir dari hidup itu sendiri.
Namun, sikap ini bertolak belakang jika didalam diri mereka tidak terdapat
integritas yang mana sikap terhadap datangnya kecemasan akan terlihat.
Kecenderungan terjadinya integritas lebih kuat dibandingkan dengan
kecemasan dapat menyebabkan maladaptif yang biasa disebut Erickson

27
berandai-andai, sementara mereka tidak mau menghadapi kesulitan dan
kenyataan di masa tua. Sebaliknya, jika kecenderungan kecemasan lebih kuat
dibandingkan dengan integritas maupun secara malignansi yang disebut dengan
sikap menggerutu, yang diartikan Erickson sebagai sikap sumpah serapah dan
menyesali kehidupan sendiri. Oleh karena itu, keseimbangan antara integritas
dan kecemasan itulah yang ingin dicapai dalam masa usia senja guna
memperoleh suatu sikap kebijaksanaan.

Pokok pikiran perkembangan psikososial menurut Eric Erickson:

a. Prinsip epigenetik

Perkembangan kepribadian mengikuti prinsip epigenetik.

b. Kekuatan ego

Konflik pada setiap tahap hasilnya akan mempunyai perkembangan ego.

c. Interaksi bertentangan

Disetiap tahap ini konflik psikososial antara elemen sintronik dan distronik.

d. Aspek somatik

Dari perkembangan manusia.

e. Konflik dan peristiwa masa lalu

Perkembangan kepribadian dibentuk oleh konflik dan peristiwa masa lalu, kini
dan yang akan datang.

f. Krisis identitas

Ditandai dengan krisis individu yang dinamakan erikson “ titik balik, periode
peningkatan bahaya dan memuncaknya potensi”.

28
Ciri khas psikologis ego oleh Eric Erikson:

a. Menekankan kesadaran individu untuk menyesuaikan diri dengan pengaruh


sosial.

b. Berusaha mengembangkan teori insting dari Freud dengan menambahkan


konsep epigenetik kepribadian.

c. Mengemukakan bahwa motif mungkin berasal dari impuls id yang tidak sadar.

d. Menganggap ego sebagai sumber kesadaran diri seseorang.

e. Pengaruh masyarakat.

2.7 Masalah Psikososial

Masalah Psikososial:

- Berduka.
- Keputusasaan.
- Ansietas.
- Ketidakberdayaan.
- Risiko penyimpangan perilaku sehat.
- Gangguan citra tubuh.
- Koping tidak efektif.
- Koping keluarga tidak efektif.
- Sindroma post trauma.
- Penampilan peran tidak efektif.

2.8 Asuhan Keperawatan pada Semua Usia Perkembangan Psikososial

2.8.1 Asuhan Keperawatan Infant (0-18 bulan) : rasa percaya vs rasa tidak percaya

Pengkajian:

29
Perkembangan psikososial bayi yang normal adalah proses perkembangan
ynag ditandau dengan pemupukan rasa percaya pada orang lain dan diawali
dengan kepercayaan terhadap orang tua, khususnya ibu. Rasa aman secara
fisik dan psikologis berperan penting dalam pembentukan rasa percaya bayi.
Jika rasa percaya tidak terpenuhi, akan terjadi penyimpangan berupa rasa
tidak percaya dan setelah dewasa akan menjadi orang yang mudah curiga
dan tidak dapat menjalin hubungan baru.

No Tugas perkembangan Perilaku Bayi

1. Perkembangan yang normal:  Tidak menangis saat bertemu


orang asing
Berkembangnya rasa percaya
 Menolak saat akan digendong
orang tidak dikenalinya
 Menangis saat digendong orang
yang tidak dikenalnya
 Menangis saat merasa tidak
nyaman (basah, lapar, haus,
sakit, panas)
 Bereaksi senang ketika ibunya
dating menghampiri
 Menangis ketika ditinggalkan
oleh ibunya
 Memperhatikan/memandang
wajah ibu/orang yang mengajak
bicara
 Mencari suara ibu/orang lain
yang memanggil namanya
2. Penyimpanngan perkembangan:  Menangis menjerit jerit saat
berpisah dengan ibunya
berkembangnya rasa tidak percaya
 Tidak mau berpisah sama sekali
dengan ibunha
 Tidak mudah behubungan
dengan orang lain
Diagnosis keperawatan:

Potensial (normal): berkembang rasa percaya

30
Risiko )penyimpangan): resiko berkembang rasa tidak percaya

Tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial bayi bertujuan:

1. Bayi merasa aman dan nyaman

2. Bayi dapat mengembangkan rasa percaya

Tindakan psikososial keperawtan untuk perkembangan psikososial bayi

No Tugas perkembangan Tindakan keperawatan

1. Perkembangan yang normal:  Panggil bayi sesuai


namanya.
Rasa percaya
 Gendong dan peluk bayi saat
menangis
 Identifikasi kebutuhan dasar
bayi yang terganggu
 Bicara dengan bayi saat
merawatnya
 Bayi menangis saat berpisah
dengan ibu, tetapi tidak lama
 Ajak bayi bermain (bersuara
lucuc, memperlihatkan
benda berwarna menarik,
menggerakkan benda)
2. Penyimpangan perkembangan:  Penuhi kebutuhan dasar dan
rasa aman dan nyaman
Rasa tidak percaya
 Fokuskan perhatian pada
bayi saat menyusui, jangan
sambil melakukan pekerjaan
lainnya.
 Tidak membiarkan bayi
tidur sendiri, tetapi tetap
bersama orang tua.
 Kontak dengan bayi sesering
mungkin

31
 Tidak membiarkan bayi
bermain sendirian, tidak
memainkan bayi dengan
cara mengganti antara
putting dan empeng
 Tetap memberikan air susu
ibu (ASI) sampai 1,5 tahun
 Tidak mengganti pengasuh
bayi, terlalu sering (bayi
bingung karena harus
memupul kepercayaan pada
banyak orang)

Tindakan keperawatan untuk keluarga bertujuan:

1. Keluarga mampu menjelaskan perilaku yang menggambarkan


perkembangan yang normal dan menyimpang

2. Keluarga mampu menjelaskan cara menstimulasi perkembangan


anaknya

3. Keluarga mampu mendemonstrasikan cara menstimulasi


perkembangan anaknya

Evaluasi

Evaluasi kemampuan bayi dan keluarga dalam perkembagan psikososial bayi dan
evaluasi kemampuan psikososial bayi.

2.8.2 Asuhan Keperawatan Toddler (1– 3 tahun) : otonomi vs ragu-ragu dan


malu

Pengkajian :

32
Perkembangan psikososial pada usia kanak – kanak adalah proses
perkembangan kemampuan anak dalam mengembangkan kemandirian
dengan cara memberi kebebasan dan membiarkan anak untuk mempelajari
dunianya. Jika terlalu dilindungi atau dikendalikan, anak akan merasa ragu –
ragu dan malu untuk melakukan aktivitas nya sehingga akan selalu
bergantung pada orang lain.

NO TUGAS PERKEMBANGAN PERILAKU KANAK – KANAK

1 Perkembangan yang normal : - Mengenal dan mengakui


otonomi namanya
- Sering menggunakan kata
“jangan/tidak/nggak”
- Mulai melakukan kegiatan
sendiri dan tidak mau
diperintah, misalnya minum
sendiri, makan sendiri ,
berpakaian sendiri
- Bertindak semaunya sendriri
dan tidak mau diperintah
- Mulai bergaul dengan orang
lain tanpa diperintah
- Hanya sebentar mau berpisah
dengan orang tua
- Menunjukkan rasa suka dan
tidak suka
- Mengikuti kegiatan
keagamaan yang dilakukan
keluarga
2 Penyimpangan perkembangan : - Tidak berani melakukan
Ragu – ragu dan malu sesuatu / kegiatan
- Merasa takut melakukan
sesuatu
- Merasa terpaksa dalam
melakukan tindakan
- Melakukan tindakan dengan
ragu – ragu

33
Diagnosis keperawatan :

- Potensial (normal) : potensial mengembangkan kemandirian

- Resiko (penyimpangan) : resiko mengembangkan ragu – ragu dan malu

Tindakan keperawatan :

Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial kanak-kanak


bertujuan :

1. Kanak –kanak mengembangkan kemandirian dalam melakukan


kegiatan sehari-hari

2. Kanak – kanak bekerja sama dan memperlihatkan kelebihan diri


diantara orang lain

Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial toddler terdapat


pada tabel berikut :

NO TUGAS TINDAKAN KEPERAWATAN


PERKEMBANGAN

1 Perkembangan yang normal : - Latih anak untuk melakukan


Kemandirian kegiatan secara mandiri

- Puji keberhasilan yang


dicapai anak
- Tidak menggunakan kata
yang memerintah, tetapi
memberikan alternatif untuk
memilih
- Tidak menakut-nakuti
dengan kata kata maupun
perbuatan
- Berikan mainan sesuai usia
anak (boneka, mobil-
mobilan, balon, bola, kertas
gambar dan pensil warna)
- Libatkan anak dalam
kegiatan keagamaan

34
2 Penyimpangan - Yakinkan anak bahwa ia
perkembangan : ragu – ragu mampu melakukan tugas
dan malu yang diberikan dan bimbing
dalam melakukannya
sampai sukses
- Berikan tugas yang
sederhana dan mampu
dilakukan sendiri
(menyimpan mainan,
mengambil baju, mengambil
minum, mengambil
sepatu/sandal).
- Berikan kepercayaan pada
anak untuk melakukan tugas
tertentu (yang dapat
dilakukannya)
- Berikan pujian terhadap
keberhasilannya
- Jangan memberi pernyataan
negatif terhadap perilaku
anak
Contoh :
“ita memang biasa membuat
rumah berantakan “
“anto itu anak cengeng”

Tindakan keperawatan untuk keluarga bertujuan :

1. Keluarga mampu memahami perkembangan psikososial kanak-kanak


yang normal dan menyimpang

2. Keluarga mampu memahami cara menstimulasi kemandirian anaknya

35
3. Keluarga mampu mendemontrasikan cara menstimulasi kemandirian
anaknya

4. Keluarga mampu merencanakan tindakan untuk menstimulasi


kemandiriaan anaknya

Evaluasi

Evaluasi kemampuan bayi dan keluarga dalam perkembagan psikososial kanak-kanak


dan evaluasi kemampuan perawat dalam memfasilitasi perkembangan psikososial
kanak-kanak.

2.8.6 Perkembangan psikososial anak prasekolah adalah proses


perkembangan kemampuan anak dalam berinisiatif menyelesaikan
masalahnya sendiri sesuai dengan pengetahuannya. Kemampuan ini
diperoleh jika konsep diri anak positif karena anak mulai berkhayal dari
kreatif serta meniru pernan-peran di sekeklilingnya. Anak berinisiatif
melakukan sesuatu dan memberi hasil. Anakm= merasa bersalah jika
tindakanya berdampak negative. Sikap lingkungan yang suka
menlarang dan menyalahkan, membuat anak kehilana=gam inisiatif.
Pada saat dewasa, anak akan mudah mengalami rasa bersalah jika
melakukna kesalahan dan tidak kreatif.

No Tugas perkembangan Perilaku anak


prasekolah

1. Perkembangan yang  Mengkhayal dan


normal: inisitif kreatif

 Berinisiatif
untuk bermain
dengan alat-alat
yang ada di
rumah

36
 Belajar
ketrampilan
fisik baru

 Menikmati
bermain
bersama sesuai
dengan anak
usianya

 Mudah berpisah
dengan orang
tua

 Mengetahui hal-
hal yang salah
dan benar serta
mengikuti
aturan

 Mengenzl
minimzl 4 warna

 Merangkai kata-
kata dalam
bentuk kalimat

 Mampu
menjelaskan
pekerjaan yang
sederhana

37
 Mengensl jenis
kelamin

 Tidak percaya
diri, malu untuk
tampil

 Pesimis, tidak
memiliki minat
dengan
keinginan

 Takutlah salah
dalam
melakukan
sesuatu

 Sangat
membatasi

 aktivitasnya
sehingga yang
kesan mata dana
tidak
mempunyai
inisiatif.

Tindakan Keperawatan

No Tugas Tindakan keperawata


perkembangan

38
1. Perkembangan yang  Beri kesempatan
normal: inisiatif kepada anak untuk
mencapai
kemampuan tertentu
yang dapat
dipelajarinya,
seperti naik sepeda,
menulis,
menggambar,
menyusun balok,
puzzle

 dukung anak untuk


bermain
berkelompok

 beri kesepakatan
kepada anak untuk
bermain peran
menggunakan alat-
alat yang sesuai
(memasak, ekolah,
berperan sebagai
orang tua)

 beri tugas yang


sesuai bagi anak
dengan kemampuan
anak

39
 jadi role model bagi
anak mengenai cara
menerima, keunikan
orang lain

2.  beri waktu pada


anak untuk
bermain/beraktivitas
secara berkelompok

 ajrkan anak
mengenai permainan
sederhana yang
membutuhkan kerja
sama dan koordinasi
(puzzle, susun blok)

 sampaikan harapan
yang sesuai dengan
kemampuan
anak’beri pujian
terhadap
keberhasilan yang
dicapai oleh anak

 dengarkan seluruh
keluhan anak dan
diskusikan cara
mengatasi rasa tidak
mampu yang dialami
anak

40
Evaluasi

Evaluasi kemampuan anak dan keluarga dalam perkembangan


psikososial anak prasekolah dan evaluasi kemampuan perawat dalam
memfasilitasi perkembangan psikososial anak prasekolah

2.8.4 Asuhan keperawatan pada perkembangan psikososial remaja (12-18 tahun)


: pembentukan identitas diri vs bingung peran

2.8.5 Asuhan keperawatan pada perkembangan psikososial remaja (12-18 tahun)


: pembentukan identitas diri vs bingung peran

Pengkajian :

Perkembangan psikosial remaja adalah kemampuan remaja untuk mencapai


identitas dirinya yang meliputi peran, tujuan pribadi, dan keunikan atau ciri
khas diri. Kemampuan ini tercapai melalui serangkaian tugas perkembangan
yang harus diselesaikan oleh remaja. Jika tidak dapat mencapai kemampuan
tersebut, remaja akan mengalami kebingungan peran yang berdampak pada
rapuhnya kepribadian sehingga terjadi gangguan konsep diri.

Karakteristik perilaku remaja

1. Perkembangan yang normal : pembentukan identitas diri.

Prilaku remaja :

a. Menilai diri secara objektif

b. Merencanakan masa depannya

c. Dapat mengambil keputusan

d. Menyukai dirinya

41
e. Berinteraksi dengan lingkungan

f. Bertanggungbjawab

g. Mulai memperlihatkan kemandirian dalam keluarga

2. Penyimpangan perkembangan : Bingung peran

Prilaku remaja:

a. Tidak menemukan ciri khas (kekuatan dan kelemahan dirinya).

b. Merasa bingung, bimbang

c. Tidak mempunyai rencana untuk masa depan

d. Tidak mampu berinteraksi dengan lingkungan

e. Memiliki perilaku anti sosial

f. Tidak menyukai dirinya

g. Sulit mengambil keputusan

h. Tidak mempunyai minat

Diagnosis keperawatan

Potensial (normal) : Potensial pbentukan identitas diri

Resiko (penyimpangan) : resiko bingung peran

Tindakan keperawatan :

Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial remaja bertujuan:

1. Remaja mampu menyebutkan karakteristik perkembangan psikososial


yang normal dan menyimpang.

42
2. Remaja mampu menjelaskan cara mencapai perkembangan psikososial
yang normal.

3. Remaja mampu melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan


psikososial yang normal.

Perkembangan yang normal : pembentukan identitas diri

Tindakan Keperawatan :

a. Diskusikan ciri perkembangan psikososial remaja yang normal dan


menyimpang.

b. Diskusikan cara untuk mencapai perkembangan psikososial yang normal.

- Anjurkan remaja untuk berinteraksi dengan orang lain yang membuatnya


nyaman mencurahkan perasaan, perhatian, dan kekhawatiran.

- Anjurkan remaja untuk mengikuti organisasi yang mempunyai kegiatan


positif.

- Anjurkan remaja untuk melakukan kegiatan di rumah sesuai dengan


perannya.

c. Bimbingan dan motivasi remaja dalam membuat rencana kegiatan dan


melaksanakan rencana yang telah dibuatnya.

Penyimpangan perkembangan: bingung peran

•Diskusikan aspek positif atau kelebihan yang dimiliki remaja.

•Bantu Mengidentifikasi berbagai Peran yang dapat ditampilkan remaja


dalam kehidupannya.

•Diskusikan penampilan peran yang terbaik untuk remaja.

43
2.8.6 Asuhan keperawatan pada perkembangan psikososial dewasa muda (18-25
sampai 45 tahun) : Intimasi vs Isolasi

Pengkajian :

Perkembangan psikososial individu dewasa muda adalah tahapan


perkembangan individu mampu melakukan interaksi yang akrab dengan
orang lain, terutama lawan jenis, dan mempunyai pekerjaan. Pada tahap ini,
individu mencoba untuk mandiri dan mencukupi kebutuhan dirinya dengan
bekerja. Interaksi yang dilakukan mengarah pada bekerja, perkawinan dan
mempunyai keluarga yang menjadi bagian dari masyarakat. Kegagalan dalam
berhubungan akrab dan memperoleh pekerjaan dapat menyebabkan individu
menjauhi pergaulan dan merasa kesepian kemudian menyendiri.

Perkembangan yang normal: akrab dengan orang lain

Prilaku dewasa muda :

a. Menjalin Interaksi yang hangat dan akrab dengan orang lain

b. Mempunyai hubungan dekat dengan orang-orang tertentu

c. Mempunyai hubungan heteroseksual dan membentuk keluarga

d. Mempunyai komitmen yang jelas dalam bekerja dan berinteraksi

e. Merasa mampu mandiri untuk kehidupan

f. Memperlihatkan tanggung jawab sesuai ekonomi, sosial, dan emosional

g. Mempunyai konsep diri yang realistis atau sesuai kenyataan menyukai


dirinya dan mengetahui tujuan hidupnya

Penyimpangan perkembangan: menyendiri/isolasi

44
Perilaku dewasa muda:

•Ketakutan/tidak siap menerima akibat perbuatannya

• Sulit untuk memulai suatu hubungan

•Tidak mempunyai teman dekat

•Menghindari komitmen dalam berinteraksi

•Mudah beralih dalam bekerja /karier atau gaya hidup, mudah terpengaruh

•Tidak mempunyai nilai sebagai pedoman hidup

•Tidak mempunyai hubungan akrab dengan orang lain

•Tidak mampu mengatasi stres.

Diagnosis keperawatan

Potensial(normal) : Potensial berhububgan akrab dengan orang lain

Resiko (penyimangan) : resiko isolasi sosial.

Tindakan keperawatan

Tindakan keperawatan bertujuan untuk perkembangan psikososial dewasa


muda bertujuan :

1. Individu dewasa muda mampu memahami karakteristik perkembangan


psikososial yang normal dan menyimpang.

2. Individu dewas muda mampu memahami cara mencapai prerkembangan


psikososial yang normal

3. Individu dewasa muda mampu melakukan tindakan untuk mencapai


perkembangan psikososial yang normal.

45
Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial dewasa muda, adalah
sebagai berikut:

1. Diskusikan tentang perkembangan psikososial yang normal dan


menyimpang.

2. Diskusikan cara mencapai perkembangan psikososial yang normal.

a. Menetapkan tujuan hidup

b. Berinteraksi dengan banyak orang,termasuk lawan jenis

c. Berperan serta/melibatkan diri dalam kegiatan masyarakat

d. Memilih calon pasangan hidup

e. Menetapkan karier

3. Motivasi dan berikan dukungan pada individu untuk melakukan tindakan


yang dapat memenuhi perkembangan psikososial nya.

2.8.7 Asuhan keperawatan pada perkembangan psikososial lanjut usia (65 tahun
keatas) : integritas ego vs putus asa

Pengkajian

1. Informasi umum
 Inisial klien
 Usia
 Jenis kelamin
 Suku
 Bahasa dominan
 Status perkawinan
 Pekerjaan
 Tanggal masuk
 Tangal pengkajian
 Ruang rawat

46
 No. Rekam medik
 Dx . medis
 Riwayat alergi
 Diet
2. Keluhan utama
 Penampilan umum
(fisik: BB, TB, TTV)
 Riwayat pengobaatan fisik
 Pemeriksaan labor
 Urin
3. Tingkat ansietas
 Tenang
 Ramah
 Waspada
 Merasa membenarkan lingkungan
 Menarik diri
 Bingung
 Disorientasi
 Ketakutan
 Hiperventilasi
 Halusinasi
4. Keluarga genogram
 Tipekeluarga ( nuclear family, single parent dll)
 Pengambilan keputusan
 Kebiasaan yang dilakukan ole keluargga
 Kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat
5. Riwayat sosial
 Pola sosial
 Teman / orang terdekat
 Peran serta dalam kelompok

Karakterisitik perilaku lansia


Tugas Perilaku Lansia
Perkembangan

47
Perkembanagn  Mempunbyai harga diri tinggi
yang normal:  Merasa dsayang oleh keluarga
Integritas diri  Menilai kehidupannya berarti
 Memendang sesuatu hal secara
keseluruhan (tuntutan dan makna hidup)
 Menerima nilai dan keunikan hidup
orang lain
 Menerima datangnya kematian

Penyimpangan  Memandang rendah / menghina/


Perkembangan : mencela orang lain
Putus asa  Merasa kehidupannya selama ini tidak
berarti
 Merasakankehilangan
 Masih inagt berbuat banyak, tapi takut
tidak mempunyai waktu

Diagnosis Keperawatan :

Potensial (normal) : potensial berkembangnya integritas diri


Resikoo (penyimpangan) : resiko keputusasaaan

Tindakan Keperawatan :

Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikososial lanjut usia


bertujuan :

1. Lansia mampu menyebutkan karakteristik perkembangan


psikososial yang normal dan menyimpan, merasa disayangi dan
dibutuhhkan keluarganya, mampu mengukuti kegiatan sosial dan
keagaman dilingkungannya.
2. Lansia mamppu menjelaskan cara mencapai perkembangan
[sikososial yang normal dan merasakan hidupnya bermakna.
3. Lansia mampu melakukan tindakan untuk mencapai perkembangan
psikososial yang normal.

Tindakan keperawatan untuk perkembangan psikosial lansia.


TUGAS TINDAKAN KEPERAWATAN
PERKEMBBANGAN

48
Perkembangan yang normal :  Jelaskan cici-ciri pperilaku
integritas diri/ keutuhan perkemabangan lansia yang normal
konsep diri dan menyimpang
 Diskusi cara yang dapat dilakukan
oleh lansisa untuk mencapai
integritas diri yang utuh.
 Mendiskusikan makna hidup
lllansia selama ini.
 Mealkukan life review dan
reminiscence (menceritakan
kemabali masa lalunya,
terutama keberhasilnnya).
 Mendiskusikan keberhasilan
yang telah dicapai oleh
lansia.
 Mengikkuti kegiatan sosial di
lingkungannya.
 Motivasi lansia untuk
melaksanakan rencaa yang
telah dibuatnya.
 Bimbing lansia dalam mebuat
rencana kegiatan untuk mencapai
integritas diri yang utuh
 Motivasi lansia untuk
melaksanakan rencana yang telah
dibuat.
Penyimpangan  Diskusikan penyebab dan hambatan
perkembangan : Putus asa dalam mencapai tugas
perkembangan lansia, seperti adanya
penyakit dan putus asa.
 Diskusikan cara mengatasi hambatan
dan motivasi keinginan lansia untuk
mengobati penyakit fisik yang
dialami
 Bantu lansia bersosialisasi secar
bertahap.
 Fasilitasi untuk ikut kegiatan
kelompok lansia.

Tindakan keperawatan untuk keluarga berujuan :

1. Keluarga mampu menjelaskan perilaku yang menggambarkan


perkembangan psikososial lansia yang normal dan menyimpang.

49
2. Keluarga mampu menjelaskan cara memfasilitasi perkembangan
psikososial lansia.
3. Keluarga mampu melakukan tindakan untuk memfasilitasi
perkembangan psikososial keluarga.
4. Keluarga mampu merencanakan stimulasi untuk mengembangkan
kemampuan psikososial lansia.

50
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

51
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, F., & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori &
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, B. A., [et all]. Manajemen Keperawatan Psikososial dan KaderKesehatan
Jiwa (IC-CCMHN 2).
Keliat, B. A., Akemat., & Helena, N. (2012). Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas CMHN (Basic Course). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Malith. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: A NDI.
Nasir, A. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Sutejo. (2017). Keperawatan Kesehatan Jiwa. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru.
Riyadi, S., & Purwanto, T. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Salemba Medika.

52

Anda mungkin juga menyukai