Bab I
Bab I
PENDAHULUAN
Stakeholder Pendidikan
Stakeholder berasal dari dua kata stake dan holder. Stake berarti to give support to
sedangkan holder berarti pemegang. Jadi stakeholder pendidikan dapat diartikan sebagai
orang yang menjadi pemegang dan sekaligus pemberi support terhadap pendidikan atau
lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan itu berupa sekolah maka stakeholderya adalah :
Birokrasi pendidikan (dinas pendidikan ), pengawas, kepala sekolah, guru-guru, orang tua,
komite sekolah, dewan sekolah, masyarakat, dunia usaha dan dunia dunia indsri. Dengan kata
lain stakeholder adalah orang-orang adalah orang-orang, atau badan yang berkepentingan
langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan pendidikan di sekolah
1. Pengertian Stakeholder
Pengertian stakeholder dalam konteks ini adalah tokoh – tokoh masyarakat baik
formal maupun informal, seperti pimpinan pemerintahan (lokal), tokoh agama, tokoh adat,
pimpinan organisasi social dan seseorang yang dianggap tokoh atau pimpinan yang diakui
dalam pranata social budaya atau suatu lembaga (institusi), baik yang bersifat tradisional
maupun modern
Istilah stakeholders sudah sangat populer. Kata ini telah dipakai oleh banyak pihak
dan hubungannnya dengan berbagi ilmu atau konteks, misalnya manajemen bisnis, ilmu
komunikasi, pengelolaan sumberdaya alam, sosiologi, dan lain-lain. Lembaga-lembaga
publik telah menggunakan secara luas istilah stakeholder ini ke dalam proses-proses
pengambilan dan implementasi keputusan. Secara sederhana, stakeholder sering dinyatakan
sebagai para pihak, lintas pelaku, atau pihak-pihak yang terkait dengan suatu issu atau suatu
rencana.
Stakeholder dapat berfungsi sebagai “tokoh kunci” atau “key person” dan merupakan
orang yang menjadi panutan bagi masyarakat sekitarnya, seperti : Kepala Desa/Lurah, Ketua
RT, Ketua Adat, Ustadz/Kyai
Kelembagaan yang dianjurkan dibentuk untuk meningkatkan peranserta masyarakat
dalam memajukan pendidikan, menurut UU No 20 Tahun 2003, pasal 56 adalah berupa
Dewan Pendidikan, dan komite sekolah. Ketua dan anggota kedua lembaga tersebut dapat
digolongkan sebagai Stakeholder
Dalam buku Cultivating Peace, Ramizes mengidentifikasi berbagai pendapat
mengenai stakekholder ini. Beberapa defenisi yang penting dikemukakan seperti :
1. Freeman (1984) yang mendefenisikan stakeholder sebagai kelompok atau individu yang
dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh suatu pencapaian tujuan tertentu.
2. Biset (1998) secara singkat mendefenisikan stekeholder merupakan orang dengan suatu
kepentingan atau perhatian pada permasalahan. Stakeholder ini sering diidentifikasi dengan
suatu dasar tertentu sebagimana dikemukakan Freeman (1984), yaitu dari segi kekuatan dan
kepentingan relatif stakeholder terhadap issu, Grimble and Wellard (1996), dari segi posisi
penting dan pengaruh yang dimiliki mereka.
3. Stakeholder adalah kelembagaan yang dianjurkan dibentuk untuk meningkatkan peran
serta masyarakat dalam memajukan pendidikan, dan komite sekolah.
Pandangan-pandangan di atas menunjukkan bahwa pengenalan stakeholder tidak
sekedar menjawab pertanyaan siapa stakeholder suatu issu tapi juga sifat hubungan
stakeholder dengan issu, sikap, pandangan, dan pengaruh stakeholder itu. Aspek-aspek ini
sangat penting dianalisis untuk mengenal stakeholder.
2. Macam – macam Stakeholder.
Berdasarkan kekuatan, posisi penting, dan pengaruh stakeholder terhadap suatu issu,
stakeholder dapat diketegorikan kedalam beberapa kelompok yaitu stakeholder primer,
sekunder dan stakeholder kunci.
1) Stakeholder Utama (Primer)
Stakeholder utama merupakan stakeholder yang memiliki kaitan kepentingan secara
langsung dengan suatu kebijakan, program, dan proyek. Mereka harus ditempatkan sebagai
penentu utama dalam proses pengambilan keputusan.
Contohnya :
Masyarakat dan tokoh masyarakat, masyarakat yang terkait dengan proyek, yakni
masyarakat yang di identifkasi akan memperoleh manfaat dan yang akan terkena dampak
(kehilangan tanah dan kemungkinan kehilangan mata pencaharian) dari proyek ini.
Sedangkan tokoh masyarakat adalah anggota masyarakat yang oleh masyarakat ditokohkan di
wilayah itu sekaligus dianggap dapat mewakili aspirasi masyarakat. Di sisi lain, stakeholders
utama adalah juga pihak manajer Publik yakni lembaga/badan publik yang bertanggung
jawab dalam pengambilan dan implementasi suatu keputusan.
2). Stakeholder Pendukung (Sekunder)
Stakeholder pendukung (sekunder) adalah stakeholder yang tidak memiliki kaitan
kepentingan secara langsung terhadap suatu kebijakan, program, dan proyek, tetapi memiliki
kepedulian (concern) dan keprihatinan sehingga mereka turut bersuara dan berpengaruh
terhadap sikap masyarakat dan keputusan legal pemerintah.
Yang termasuk dalam stakeholders pendukung (sekunder) :
1. Lembaga(Aparat) pemerintah dalam suatu wilayah tetapi tidak memiliki tanggung
jawab langsung.
2. Lembaga pemerintah yang terkait dengan issu tetapi tidak memiliki kewenangan
secara langsung dalam pengambilan keputusan.
3. Lembaga swadaya Masyarakat (LSM) setempat : LSM yang bergerak di bidang yang
bersesuai dengan rencana, manfaat, dampak yang muncul yang memiliki concern (termasuk
organisasi massa yang terkait).
4. Perguruan Tinggi yakni kelompok akademisi ini memiliki pengaruh penting
dalam pengambilan keputusan pemerintah serta Pengusaha (Badan usaha) yang terkait
sehingga mereka juga masuk dalam kelompok stakeholder pendukung.
5. Pengusaha (Badan usaha) yang terkait
3) Stakeholder Kunci
Stakeholder kunci merupakan stakeholder yang memiliki kewenangan secara legal
dalam hal pengambilan keputusan. Stakeholder kunci yang dimaksud adalah unsur eksekutif
sesuai levelnya, legislatif dan instansi. Stakeholder kunci untuk suatu keputusan untuk suatu
proyek level daerah kabupaten.
Yang termasuk dalam stakeholder kunci yaitu :
1. Pemerintah Kabupaten
2. DPR Kabupaten
3. Dinas yang membawahi langsung proyek yang bersangkutan.
3. Komponen Stakeholder Pendidikan
o Masyarakat lokal (ada anggapan pendidikan hanya tanggungjawab pemerintah, sehingga
desentralisasi pendidikan belum dimaknai oleh masyarakat sebagai pengembangan kemajuan
pendidikan). UU No 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah telah mengilhami otonomi
pendidikan di daerah. Namun dalam tahun 2006 muncul apa yang kita kenal Ujian Nasional,
padahal konsep tersebut cenderung konsep penyeragaman budaya yang berbeda. Bukankah
pendidikan yang demokratis adalah pendidikan yang memberikan kebebasan bagi daerah
untuk menyesuaikan dengan perkembangan daerahnya serta apakah pengelolaan sumberdaya
alam dan sumberdaya manusia yang di daerah dapat disamaratakan kualitasnya. Fungsi
pendidikan kekinian adalah transisi iptek dan masyarakat masa depan yang menghargai
kebhinekaan dan keragaman pendapat.
o Orang tua (selalu beranggapan sekolah saja tempat pendidikan, sehingga kurang serius
memperhatikan kemajuan anak baik secara behavior maupun psikologis). Peserta didik lebih
cenderung terbentuk dari karakter proses kehidupan dalam keluarga, sekolah lebih cenderung
memberikan pengetahuan saja. Namun sangat disayangkan bahwa kondisi orangtua dalam
masyarakat Indonesia masih hidup terbelakang baik secara ekonomi maupun kesehatan
(kurang gizi), serta kerja yang serabutan, sehingga dapat kita bayangkan bagaimana generasi
yang dihasilkannya dalam rangka peningkatan pendidikan non-formal anak disamping
pendidikan di sekolah.
o Peserta didik (belum sepenuhnya peserta didik dari berbagai tingkatan yang tertampung,
sehingga berdampak pada jumlah anak putus sekolah karena biaya tinggi dan juga kurang
didukung oleh faktor pendekatan pisik (gizi) dan pendekatan psikis.
o Negara (dari segi material bahwa negara belum menempatkan pos khusus untuk
pendidikan, dan kesannya dana pendidikan disediakan secara tambal sulam, jelas kita akan
mengetahui apa hasil pendidikan dengan dana terbatas. Siap atau tidak siap, pendidikan di
daerah memerlukan perhatian serius terutama dalam pengelolaan sumberdaya alam dan
pemanfaatan sumberdaya manusia di daerah. Selanjutnya dana pendidikan 20% yang
dianggarkan dalam APBN/APBD masih sebatas wacana, kalaupun ada biaya murah atau
gratis biaya pendidikan di daerah-daerah tertentu, kesannya dipaksakan untuk populis saja
bahkan untuk menarik simpati partai politik pendukung saja bukan sebagai bentuk
perencanaan pendidikan yang matang.
o Pengelola profesi pendidikan (cenderung menyelenggarakan pendidikan bukan motiv
mencerdaskan tetapi profit oriented atau bisnis sehingga pendidikan terkesan mahal,
sementara pendidikan formal yang disediakan negara sangat terbatas menampung peserta
didik). Dikawatirkan oleh Neils Postman seorang pemikir pendidikan dunia, akan terjadi apa
yang dinamakan teacher as as subversive activity. Untuk itu sekolah harus bisa menjadi alat
kontrol cita-cita kemajuan bangsa sesuai filsafat pendidikan dan arah kebijakan pembangunan
nasional yang diamanatkan dalam pembukaan UUD 45.
Dari kelima stakeholder pendidikan di atas, setidaknya tatakelola pendidikan benar-benar
dapat terintegrasi dalam pembangunan nasional, yang akuntabilitasnya bukan saja
tanggungjawab pemerintah melainkan sudah menjadi tanggungjawab semua lapisan
masyarakat. Dengan demikian pada masa mendatang pembangunan pendidikan diharapkan
dapat memberikan pencitraan publik atau performans pendidikan nasional yang berkualitas
dan menghasilkan peserta didik yang mampu menghadapi pasar kerja (link and match) serta
siap dengan persaingan gobal
4. Bentuk Kemitraan dengan Komite Sekolah, Dunia Usaha, dan Dunia Industri (DUPI)
dan Industri Lainnya
Bentuk kemitraan yang dapat dilakukan oleh tenaga kependidikan dengan stakeholder antara
lain berupa :
1. Kerjasama dalam penggalangan dana pendidikan baik untuk kepentingan proses
pembelajaran, pengadaan bahan bacaan (buku), perbaikan mebeuler sekolah, alat administrasi
sekolah, rehabilitasi bengunan sekolah maupun peningkatan kualitas guru itu sendiri.
2. Kerjasama penyelenggaraan kegiatan pada momen hari – hari besar nasional dan
keagamaan.
1. stakholer pendidikan
Perkataan stakeholder pada awalnya digunakan dalam dunia usaha. Terdiri atas dua kata yaitu
stake dan holder. Stake berarti to give support to (memberikan dukungan) ; Holder berarti
pemegang. Jadi Stakeholder pendidikan dapat diartikan sebagai orang yang menjadi
pemegang dan sekaligus pemberi support terhadap pendidikan atau lembaga pendidikan.
Kalau lembaga pendidikan itu berupa sekolah, maka stakeholdernya adalah birokrasi
pendidikan (dinas pendidikan), pengawas, kepala sekolah, guru-guru, orangtua, komite
sekolah, dewan sekolah, masyarakat. Dengan kata lain, stakeholder adalah orang-orang atau
badan yang berkepentingan langsung atau tidak langsung terhadap kegiatan pendidikan
disekolah.
Dalam konteks penyelenggaraan sekolah bermutu sebagai penerapan total quality
management = managemen mutu terpadu dalam bidang pendidikan sebagaimana
dikembangkan oleh Rinehart maupun Cornesky oleh Tampubolon(2000) dirumuskan ada
beberapa prinsip yang diperkenalkan antara lain :
1. Bahwa sekolah pada dasarnya adalah suatu industri , yaitu industri jasa seperti rumah sakit,
hotel atau biro perjalanan, berusaha menghasilkan produk berupa jasa-jasa yang sesuai
dengan kebutuhan pelanggan. Bila pelanggan merasa puas atas pelayanan yang diterima,
maka jumlah pelanggan akan bertambah dan keuntungan akan meningkat
2. Produk dari sekolah adalah jasa kependidikan, yang terinci atas (a) jasa kurikuler, meliputi
kurikulum,silabus umum, rpp, evaluasi,dll. (b) jasa penelitian berupa berbagai kegiatan
penelitian. (c) jasa ekstrakurikuler meliputi berbagai kegiatan pelayanan diluar jasa kurikuler,
seperti kegiatan kesenian, olahraga,dll. (d) jasa pengembangan kehidupan bermasyarakat,
seperti mengobservasi kehidupan petani, pengusaha, perusahaan industri, mengunjungi
rumah sakit,dll. (e) jasa administrasi /ketatausahaan berupa layanan berbagai surat
keterangan, surat pengantar bagi peserta didik, laporan hasil belajar dan sebagainya. (f) jasa
layanan khusus berupa layanan bimbingan dan konseling, layanan perpustakaan layanan
UKS, dll.
3. Mutu Pendidikan adalah kesesuaian paduan sifat-sifat produk dengan kebutuhan para
pelanggan.
4. Pelanggan Pendidikan adalah pihak yang dipengaruhi oleh produk pendidikan dan proses
pendidikan yang terjadi dalam produk dan penyajian produk itu.
Pelanggan pendidikan dapat dibagi:
a. Pelanggan primer : pihak yang langsung membutuhkan dan dipengaruhi oleh serta
langsung berkepentingan pada produk pendidikan , dalam arti proses pelayanan (jasa
kependidikan )
b. Pelanggan sekunder : terdiri atas pengelola pendidikan (kepala sekolah, guru, pegawai tata
usaha, tenaga penunjang pendidikan), orangtua siswa, masyarakat, pemerintah, organisasi
sponsor/ penyelenggara dan lingkungan. Inilah yang disebut stakeholder.
c. Pelanggan tertier : adalah dunia usaha / dunia industri, lembaga study lanjutan, inilah
pihak-pihak yang langsung membutuhkan dan berkepentingan pada produk pendidikan.
Berdasarkan posisi terhadap lembaga pendidikan :
a. Pelanggan internal , pengelola pendidikan ( pimpinan, guru, pegawai tata usaha dan tenaga
penunjang), merekalah yang langsung melayani.
b. Pelanggan eksternal yaitu peserta didik, orangtua,masyarakat, pemerintah, organisasi
sponsor/ penyelenggara dunia usaha / dunia industri, lembaga study lanjutan dan lingkungan.
4. Kepala sekolah
Peranan kepala sekolah dalam hubungan sekolah dengan masyarakat anatara lain:
a. Mengatur hubungan sekolah dengan orang tua siswa.
b. Memelihara hubungan baik dengan BP3.
c. Memelihara dan mengembangkan hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga lain, baik
pemerintah maupun swasta.
d. Memberi pengertian kepada masyarakat tentang fungsi sekolah melalui bermacam-macam
media komunikasi.
e. Mencari dukungan dari masyarakat. Dukungan yang diperlukan meliputi :
1) Personil, seperti : tenaga ahli, konsultan, guru, orang tua, pengawas dan sebagainya.
2) Dana yang diperlukan untuk mendukung tersedianya fasilitas, perlengkapan dan bahan-
bahan pengajaran yang lain.
3) Dukungan berupa informasi, lembaga dan sikap politis.
f. Memanfaatkan sumber-sumber daya yang diperoleh secara tepat, sehingga mampu
meningkatkan proses mengajar dan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Wau, Yasaratodo. 2013. Profesi Kependidikan. Medan: UNIMED.
http://wacanasainsdilibel.blogspot.com/2012/12/stakeholder-pendidikan.html
http://www.tengkukhairil.com/2011/08/silabus-rpp-tata-niaga-pemasaran.html
http://sains-biology.blogspot.com/2011/10/hubungan-antara-sekolah-dan-stakeholder.html
Diposting oleh farenty Siregar di 02.22