Anda di halaman 1dari 3

Radang Usus Buntu (Apendisitis) – Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Radang usus buntu adalah peradangan usus buntu, sebuah organ yang merupakan tabung sepanjang 1,5
cm membentang dari usus besar. Tidak ada yang benar-benar yakin apa fungsi apendiks. Satu hal yang kita
tahu bahwa kita bisa hidup tanpa apendiks.

Radang usus buntu adalah keadaan darurat medis yang membutuhkan operasi yang cepat untuk
mengangkat apendiks. Tanpa diobati, usus buntu yang meradang akhirnya akan meledak, atau dalam
bahasa medis disebut perforasi, sehingga mengeluarkan isinya ke dalam rongga perut. Hal ini dapat
menyebabkan peritonitis, peradangan serius dari rongga lapisan perut (peritoneum) yang bisa berakibat
fatal kecuali jika ditangani dengan cepat dengan antibiotik yang kuat.

Kadang-kadang Radang usus buntu berisi nanah abses yang dapat menuju keluar usus buntu yang
meradang dan jika abses pecah akan membentuk jaringan parut. Jaringan parut dan abses inilah membuat
apendiks menjadi bengkak, dan tersumbat. Maka, meskipun apendiks belum perforasi, semua kasus
apendisitis diperlakukan darurat, yang membutuhkan pembedahan sebagai bentuk penanganannya.

Di AS, 1 dari 15 orang akan mengalami usus buntu. Meskipun bisa menyerang pada usia berapa pun,
apendisitis jarang terjadi di bawah usia 2 tahun dan paling sering antara usia 10-30 tahun.

Apa penyebab apendisitis?


Apendisitis terjadi ketika usus buntu tersumbat, sering berisi tinja, benda asing, atau kanker. Penyumbatan
juga dapat terjadi karena infeksi, karena membengkak dalam menanggapi infeksi di dalam tubuh.

Apakah gejala radang usus buntu?


Gejala klasik apendisitis meliputi:

 Nyeri dekat pusar atau perut bagian atas yang menjadi semakin tajam ketika bergerak ke perut kanan
bawah. Ini biasanya merupakan tanda pertama.
 Kehilangan selera makan
 Mual dan/ atau muntah segera setelah sakit perut dimulai
 Pembengkakan perut
 Demam
 Ketidakmampuan untuk flatus (kentut)
Selain itu seiring berjalannya waktu, gejala lain dari usus buntu muncul, meliputi:

 Nyeri tajam di mana saja di perut bagian atas atau bawah, punggung, atau rektum
 Nyeri ketika buang air kecil
 Muntah yang mendahului nyeri perut
 Kram parah
 Sembelit atau justru diare

Jika memiliki salah satu gejala yang disebutkan di atas, cari bantuan medis segera, karena diagnosis dan
pengobatan sangat penting. Jangan makan, minum, atau menggunakan obat nyeri, antasida, obat
pencahar, atau bantalan pemanas, yang dapat menyebabkan apeniks meradang dan pecah.

Baca Juga: Terkena Usus Buntu, John Mayer Dilarikan ke Rumah Sakit

Bagaimana apendisitis didiagnosis?


Mendiagnosis usus buntu bisa rumit. Gejala apendisitis sering kabur atau sangat mirip dengan penyakit lain
seperti masalah infeksi kandung kemih, infeksi saluran urin (ureter atau uretra), penyakit Crohn, gastritis,
infeksi usus, dan masalah ovarium.

Tes berikut biasanya digunakan untuk menegakkan diagnosis:

 Tes perut untuk mendeteksi peradangan


 Tes Urine untuk menyingkirkan infeksi saluran kemih
 Tes rektum
 Tes darah untuk melihat apakah ada tanda leukositosis yang artinya ada suatu peradangan / infeksi
 CT scan dan/ atau USG

Bagaimana radang usus buntu diobati?


Operasi untuk mengangkat usus buntu, yang disebut apendiktomi, adalah pengobatan standar untuk
radang usus buntu.

Secara umum, jika dicurigai usus buntu, dokter cenderung untuk segera mengambil apendiks sehingga
perforasi dapat dicegah. Jika usus buntu telah membentuk abses, pasien dapat menjalani dua prosedur:
satu untuk mengeringkan abses nanah dan cairan, dan prosedur selanjutnya untuk mengangkat apendiks.
Namun, ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa pengobatan apendisitis akut dengan antibiotik
dapat menghilangkan kebutuhan untuk operasi.

Antibiotik yang diberikan sebelum apendiktomi dapat digunakan untuk melawan peritonitis. Anestesi
umum biasanya diberikan, dan apendiks akan diangkat melalui sayatan perut atau dengan laparoskopi. Jika
Anda mengalami peritonitis, perut juga perlu diirigasi dan nanah perlu dikeringkan.

Dalam waktu 12 jam operasi pasien dapat bangun dan bergerak. Pasien biasanya dapat kembali ke
kegiatan normal dalam 2-3 minggu. Jika operasi dilakukan dengan laparoskop (instrumen teleskop untuk
melihat isi perut), sayatan yang dilakukan akan lebih kecil dan pemulihan lebih cepat.
Setelah operasi usus buntu, hubungi dokter jika Anda mengalami:

 Muntah yang tidak terkontrol


 Sakit perut yang meningkat
 Pusing/ pingsan
 Darah di ada pada muntahan atau pipis
 Peningkatan rasa sakit dan kemerahan di bekas sayatan
 Demam
 Pus dalam luka

Dapatkah radang usus buntu dicegah?


Tidak ada cara untuk mencegah radang usus buntu. Namun, usus buntu kurang sering pada orang yang
makan makanan tinggi serat, seperti buah-buahan dan sayuran segar. (dr. Ursula Penny)

Read more:http://doktersehat.com/apendisitis-radang-usus-buntu/#ixzz59cuSlaLp

Anda mungkin juga menyukai