Dalam penerapannya setiap entitas diharapkan untuk memiliki tata kelola perusahaan yang baik
atau dikenal dengan istilah Good Corporate Governance. Istilah Good Corprate Governance
sendiri didefinisikan oleh berbagai pihak, diantaranya :
a. Definisi menurut Kementrian BUMN berdasarkan pasal 1 ayat 1, Peraturan menteri Negara
BUMN No. PER-01/MBU/2011 tangal 1 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola
Perusahaan yang baik pada BUMN, disebutkan bahwa tata kelola perusahaan yang baik
yang selanjutnya disebut Good Corporate Governance (GCG) adalah prinsip – prinsip yang
mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan
perundang – undangan dan etika berusaha.
b. Komite Cadburry pada tahun 1992 melalui apa yang dikenal dengan sebutan Cadburry
Report mengeluarkan definisi tersendiri tentang GCG. Menurut Komite Cadburry, GCG
adalah prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan agar mencapai
keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan dalam memberikan
pertanggungjawabannya kepada para shareholders khususnya, dan stakeholders pada
umumnya. Tentu saja hal ini dimaksudkan pengaturan kewenangan Direktur, manajer,
pemegang saham, dan pihak lain yang berhubungan dengan perkembangan perusahaan di
lingkungan tertentu.
c. ADB (Asian Development Bank) menjelaskan bahwa GCG mengandung empat nilai
utama yaitu: Accountability, Transparency, Predictability dan Participation.
d. Menurut Finance Committee on Corporate Governance Malaysia GCG merupakan suatu
proses serta struktur yang digunakan untuk mengarahkan sekaligus mengelola bisnis dan
urusan perusahaan ke arah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan.
Adapun tujuan akhirnya adalah menaikkan nilai saham dalam jangka panjang tetapi tetap
memperhatikan berbagai kepentingan para stakeholder lainnya.
Good Corporate Governance dapat dipahami dengan dua teori utama yang terkait dengan corporate
governance yaitu stewardship theory dan agency theory. Stewardship theory mengasumsikan
bahwa manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung
jawab, serta memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain. Stewardship theory memandang
manajemen dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik
maupun stakeholder. Sementara itu, agency theory memandang bahwa manajemen perusahaan
sebagai “agents” bagi para pemegang saham, akan bertindak dengan penuh kesadaran bagi
kepentingannya sendiri, bukan sebagai pihak yang bijaksana terhadap pemegang saham. Dalam
perkembangan selanjutnya, agency theory mendapat respon lebih luas karena dipandang lebih
mencerminkan kenyataan yang ada. Berbagai pemikiran mengenai corporate governance
berkembang dengan bertumpu pada agency theory di mana pengelolaan dilakukan dengan penuh
kepatuhan kepada berbagai peraturan dan ketentuan yang berlaku. Good corporate governance
(GCG) secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan yang
menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholder. Ada dua hal yang ditekankan
dalam konsep ini, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan
benar dan tepat pada waktunya dan, kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan
(disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan,
kepemilikan, dan stakeholder.
Pada tahun 2015 Organization Economic and Co-operation Development sebagai organisasi
kerjasama ekonomi dan pembangunan yang salah satu tujuannya adalah untuk mengembangkan
Corporate Governance mengesahkan prinsip – prinsip yang meliputi enam bidang utama, yaitu :
Selain keenam prinsip tersebut, Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) di Indonesia
juga memperkenalkan prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, serta
kewajaran dan kesetaraan.
Dalam suatu perusahaan terjadi pemisahan antara pemilik dengan pengelola, sehingga
menimbulkan persoalan keagenan atau agency problem. Agency problem ini disebabkan karena :
Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukanlah suatu mekanisme Corporate Governance.
Mekanisme tersebut terdiri dari dua jenis, yaitu:
a. Mekanisme Internal
Terdiri dari dewan komisaris seperti komisaris independen, komite audit, pengendalian
internal, dan internal audit.
b. Mekanisme Eksternal
Terdiri dari pasar modal, pasar sebagai kendali perusahaan, pasar tenaga kerja, negara,
pengadlian, usulan pemegang saham pada saat RUPS.
Keefektifan Corporate Governance bergantung pada interasi antara mekanisme internal dan
eksternal tersebut. Harus ada alur komunikasi dan pelaksanaan tugas sesuai dengan profesionalitas
masing-masing. Dengan mengombinasikan antara keduanya diharapkan dapat mengurangi konflik
keagenan dan melindungi kepentingan investor dan stakeholder dari perilaku pengelolaan
perusahaan yang sembarangan oleh manajemen.