Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

Toksoplasmosis merupakan infeksi yang diakibatkan oleh sejenis parasit


Toksoplasma gondii yang biasa terdapat pada bulu kucing dan hewan peliharaan rumah
lainnya. Toksoplasma pada ibu hamil dapat mengakibatkan keguguran dan kematian
pada bayi yang dilahirkan karena terjadi infeksi pada saat bayi didalam kandungan.
Selanjutnya bila bayi yang dilahirkan terkena toksoplasma tetapi tidak meninggal pada
saat dilahirkan, kemungkinan gejala klinis muncul setelah beberapa minggu, bulan atau
beberapa tahun setelah dilahirkan. Gejala klinis yang paling sering dijumpai ialah
choriodo-retinitis.1 Penyebaran infeksi toksoplasma mencapai seluruh penjuru dunia
dengan insidensi yang bervariasi. Pada penelitian antibodi toksoplasmadi Tahiti dan
Guatemala, didapatkan infeksi hampir 100%, sedangkan di India hanya 2%. Di Perancis
didapatkan kejadian 10 infeksi akut tiap 1000 kehamilan (0,01%), sedangkan di
Amerika hanya 1,1 tiap 1000 kehamilan.1
Berdasarkan data dari SDKI (Survei Demografi Kesehatan Indonesia) yang
dilakukan pada tahun 2007, tercatat 35% ibu hamil mengalami toksoplasma dan pada
tahun 2008 kejadian toksoplasma pada ibu hamil meningkat menjadi 47%. Kondisi ini
menunjukkan kejadian toksoplasma semakin meningkat setiap tahunnya. Kejadian
toksoplasma kemungkinan dapat meningkat apabila tidak melakukan pemeriksaan
secara dini. Dampak dari infeksi tersebut ada yang bisa dilihat begitu bayi dilahirkan,
ada juga yang lama setelah lahir. Jadi, bisa saja pada saat dilahirkan bayi tampak sehat,
tetapi kemudian dalam perkembangannya muncul gejala kelainan mata, seperti
korioretinis (gangguan penglihatan) dan strabismus (juling), atau hidrosefalus
(penumpukan cairan dalam otak), dan kejang.1 Ada beberapa faktor yang dianggap
berisiko dalam masalah toksoplasma, salah satunya yaitu status ekonomi. Status
ekonomi yang rendah, cenderung mengkonsumsi makanan yang kurang bersih,
sehingga mereka rentan terhadap berbagai makanan yang dikonsumsinya. Selain dari
status ekonomi yang rendah, faktor infeksi toksoplasma juga berhubungan personal
hygine yang rendah pula. Mengonsumsi makanan yang kurang bersih dapat

1
mengakibatkan ibu hamil terinfeksi toksoplasma.2 Selain status ekonomi, status
kehamilan juga dapat dipengaruhi oleh berapa kali ibu mengalami kehamilan.
Setiap wanita sebelum memutuskan kehamilan sebaiknya melakukan
pemeriksaan tokso terlebih dahulu, agar pada kehamilan dapat berjalan dengan baik dan
sehat.3 Penelitian Jones yang dilakukan di tahun 2008, diketahui sekitar 761 orang
(83%) dari 917 orang ibu hamil dengan status primigravida berisiko terhadap infeksi
toksoplasma. Hal ini disebabkan karena masih minimnya pengalaman ibu mengenai
masalah infeksi toksoplasma, sehingga ibu tidak tahu bagaimana cara mencegah infeksi
toksoplasma tersebut.4 Status pendidikan juga ikut mempengaruhi ibu hamil mengalami
toksoplasma. Sekitar 45% ibu hamil yang mengalami infeksi toksoplasma disebabkan
oleh karena tingkat pendidikan yang rendah. Adanya tingkat pendidikan yang rendah
mengakibatkan orang sulit untuk memperoleh informasi, khususnya masalah infeksi
toksoplasmapada ibu hamil, sehingga ibu hamil yang kurang pengetahuan terhadap
infeksi toksoplasmatidak tahu bagaimana melakukan pencegahan toksoplasma.5
Penelitian menunjukkan sekitar 40% wanita hamil pengidap toksoplasmapada
awal kehamilan, janin yang dilahirkan akan terinfeksi dan 15% mengalami abortus atau
kelahiran dini. Sekitar 17% janin terinfeksi pada tiga bulan pertama, 24% pada tiga
bulan kedua, dan 62% pada tiga bulan ketiga.Pada umumnya 90% bayi yang terinfeksi
dapat lahirdengan normal namun 80% - 90% bayi tersebut dapat menderita gangguan
penglihatan sampai buta setelah beberapa bulan atau beberapa tahun setelah lahir dan
10% diantaranya dapat mengalami gangguan pendengaran. Toksoplasmosis pada ibu
hamil dapat mengakibatkan keguguran dan kematian pada bayi yang dilahirkan, hal ini
dikarenakan terjadinya infeksi pada saat bayi dalam kandungan. Berdasarkan SDKI
tahun 2007, tercatat 35% ibu hamil mengalami toksoplasma. Tahun 2008 kejadian
toksoplasma pada ibu hamil meningkat menjadi 47%.1

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Beberapa definisi akan dibahas dalam referat ini berkaitan dengan penyakit
toksoplasmosis, yaitu:1
a. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi dengan parasit
obligat intra selluler Toksoplasma gondii.
b. Infeksi toksoplasma akut: infeksi yang didapat sesudah bayi dilahirkan, biasanya
asimptomatik.
c. Infeksi toksoplasma kronik: terjadinya persistensi kista dalam jaringan yang
berisi parasit pada individu yang secara klinis asimtomatik.
d. Toksoplasmosis akut maupun kronik:suatu keadaan saat parasit menjadi
penyebab terjadinya gejala dan tanda klinis (antara lain: ensefalitis, miokarditis,
pneumonia).
e. Toksoplasmosis kongenital: infeksi pada bayi baru lahir yang terjadi akibat
penularan parasit secara transplasental dari ibu yang terinfeksi terhadap
janinnya. Bayi ini biasanya asiptomatik pada saat dilahirkan tapi di kemudian
hari akan timbul manifestasi berupa gejala dan tanda dengan kisaran yang luas
seperti:1
 Korioretinitis
 Strabismus
 Epilepsi
 Retardasi psikomotor
Toksoplasmosis pada penjamu dengan daya imun yang baik akan mengalami
perjalanan penyakit sebagai berikut:2
a. Akan sembuh sendiri
b. Lama sakit yang singkat
c. Menjadi toksoplasmosis kronik
Pada umumnya ketiga proses tersebut bersifat asimptomatik, tetapi bila suatu saat
daya imun seseorang yang telah terinfeksi tersebut menurun, dapat timbul tanda dan
gejala klinis kembali.

3
2.2 Epidemiologi
Penyakit ini tersebar di seluruh dunia karena kemampuannya untuk
menimbulkan infeksi yang pada hakekatnya bisa mengenai setiap sel penjamu yang
berinti. T.gondii dapat menginfeksi sejumlah mamalia dan burung. Prevalensinya
tergantung pada kondisi setempat dan usia populasinya, umumnya kondisi
lingkungan yang panas dan kering disertai dengan prevalensi infeksi yang rendah.
Tanah merupakan sumber infeksi untuk herbifora seperti kambing, domba, dan
babi. Karena infeksi pada kebanyakan hewan menetap secara menahun, maka
daging yang mentah/setengah matang menjadi sumber infeksi untuk manusia,
karnivora dan kucing. Infeksi pada manusia didapat melalui:3
1. Ookista yang berasal dari tinja penjamu definitif (kucing) tertelan melalui mulut.
2. Memakan daging setengah matang yang berasal dari binatang yang mengandung
kista infektif.
3. Penularan dari ibu hamil yang terinfeksi kepada bayinya Di AS dan sebagian
besar negara Eropa, prevalensi serokonversi meningkat bersamaan dengan usia
dan pajanan.

4
Sebagai contoh, di AS 5-30% individu yang berusia 10-19 tahun dan 10-
67% pada individu yang berusia >50 tahun, memperlihatkan bukti serologis riwayat
pajanan sebelumnya. Peningkatan pada seroprevalensi ± 1% per tahun. Penularan
transplasental6,T.gondii dapat ditularkan kepada janin jika ibu mendapatkan infeksi
primer sebelum kehamilan, ±⅓ dari semua wanita yang terinfeksi dalam masa
kehamilannya akan menularkan parasit tersebut ke janinnya. Dari berbagai faktor
yang menentukan hasil akhir janin, usia kehamilan pada saat infeksi merupakan
faktor yang paling menentukan. Pedoman secara umum ini dapat diikuti untuk
infeksi kongenital. Pada dasarnya risiko tidak akan terjadi apabila ibu sudah
terinfeksi 6 bulan/lebih sebelum terjadi pembuahan. Jika infeksi terjadi dalam
waktu <6 bulan sebelum pembuahan, kemungkinan terjadi infeksi transplasental
akan meningkat bersamaan dengan berkurangnya masa selang antara infeksi dan
pembuahan. Sebagian besar perempuan yang terinfeksi semasa hamil akan
melahirkan bayi yang normal dan tidak terinfeksi. Sekitar ⅓ akan menularkan
infeksi tersebut pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada trimester I
kehamilan,insidensi infeksi transplasenta menduduki tempat paling rendah (± 15%)
tetapi penyakit yang terjadi pada neonatus paling berat. Jika infeksi terjadi pada
trimester III, insidensi infeksi transplasental paling tinggi (65%), tetapibayi
biasanya asimptomatik pada saat dilahirkan. Namun bukti paling akhir yang
diperoleh menunjukkan bahwa bayi yang terinfeksi dan tampak normal mungkin
mempunyai insidens ketidakmampuan belajar serta defek neurologis kronis yang
lebih tinggi pada anak yang tidak terinfeksi. Hanya sejumlah kecil wanita (20%)
yang terinfeksi T.gondii menunjukkan tanda klinis infeksi. Diagnosa infeksi sering
diketahui secara tidak sengaja ketika tes serologis pasca konsepsi yang rutin
memperlihatkan bukti adanya antibodi spesifik.4

2.3 Penularan Toxoplasma Gondii


Penularan toxoplasma adalah sebagai berikut, hewan yang terinfeksi
toksoplasma hanya menyebarkan ookista dalam jangka waktu tertentu, yaitu sekitar
10 hari sejak terinfeksi. Setelah 10 hari jumlah ookista yang disebarkan biasanya
sangat sedikit dan mempunyai resiko penularan yang sangat kecil. Manusia atau
hewan dapat tertular bila menelan kista atau ookista toxoplasma. Kista atau ookista

5
ini bersifat seperti telur. Telur yang tertelan tersebut akan menetas dan berkembang
di dalam tubuh hewan atau manusia. Kista tersebut dapat hidup dalam otot (daging)
manusia dan berbagai hewan lainnya. Penularan juga dapat terjadi bila hewan atau
manusia tersebut memakan daging mentah atau daging setengah matang yang
mengandung kista toksoplasma. Kista toxoplasma juga dapat hidup di tanah dalam
jangka waktu tertentu (bisa sampai 18 bulan). Dari tanah ini toxoplasma dapat
menyebar melalui hewan, tumbuh-tumbuhan atau sayuran yang kontak dengan kista
tersebut. Dan juga toksoplasma ditertularkan dari berbagai cara antara lainya
sebagai berikut:4
1. Tertelannya ookista infektif yang berasal dari kucing.
2. Tertelanya kista jaringan atau kelompok takizoid yang terdapat didalam daging
mentah atau pun yang dimasak kurang sempurna.
3. Melalui plasenta.
4. Kecelakan dilaboratorium karena terkontaminasi melalui luka.
5. Penyuntikan merozid secara tidak sengaja.
6. Transfusi leukosit penderita toksoplasma.

2.4 Klasifikasi
Klasifikasi klinis pada infeksi congenital toksoplasma oleh Desmonts dan
Couvreur:5
1. Anak dengan kelainan neurologis hidrosefalus, mikrosefalus, makroptalmus
dengan atau tanpa retinochoroiditis. Gejala mungkin timbul saat dilahirkan atau
didiagnosa kemudian.
2. Anak dengan kelainan berat, penyakit generalisata, maculopapular exanthema,
purpura, pneumonia, jaundice berat, hepatosplenomegali, mungkin juga terdapat
uveitis dan pembesaran ventricular.
3. Anak dengan kelainan sedang dan tanda infeksi prenatal hepatosplenomegali
dan jaundice dengan atau tanpa trombositopenia atau gejala yang non spesifik.
4. Anak dengan infeksi subklinis

6
2.5 Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh T.gondii yang merupakan parasit obligat
intraselluler (protozoa) dari ordo Coccidia yang dapat menimbulkan infeksi pada
burung dan mamalia. Toksoplasma gondii ada dalam 3 bentuk di alam:8
1. Ookista adalah bentuk yang resisten dialam
2. Trofozoid adalah bentuk vegetatif dan proliferatif
3. Kista bentuk yang resisten di dalam tubuh
Ada 2 aspek yang berbeda pada siklus kehidupan T.gondii, yakni:8
1. Bentuk proliferatif (aseksual) terjadi pada penjamu perantara seperti: burung,
mamalia, manusia, disebut juga siklus nonfeline.
2. Bentuk reproduktif (seksual), terjadi pada usus kucing sebagai penjamu definitif,
disebut juga siklus feline (feline = kucing).

2.6 Patofisiologi
T.gondii dapat tumbuh dalam semua sel mamalia kecuali sel darah merah
yang bisa dimasuki tapi tanpa terjadi pembelahan. Selama infeksi akut, parasit
dapat ditemukan dalam banyak organ tubuh. Begitu melekat pada sel penjamu dan
sel secara aktif mengadakan penetrasi ke dalamnya, parasit akan membentuk
vakuola parasitoforus dan mengadakan pembelahan. Waktu pembelahan sekitar 6 -
8 jam untuk strain yang virulen. Bila jumlah parasit dalam sel mendekati masa
kritis (± 64 - 128 dalam kultur), sel tersebut akan pecah dengan melepaskan takizoit
dan menginfeksi sel didekatnya. Dengan cara ini organ yang terinfeksi segera
memperlihatkan bukti adanya proses sitopatik. Sebagian besar takizoit akan
dieliminasi dengan bantuan respon imun dari penjamu, baik humoral maupun
seluler. Sekitar 7 -10 hari sesudah infeksi sistemik oleh takizoit terbentuklah kista
di dalam jaringan yang berisi bradizoit. Kista jaringan ini terdapat dalam sejumlah
organ tubuh, tetapi pada prinsipnya di dalam SSP dan otot parasit tersebut berada
sepanjang siklus penjamu. Kalau kista tersebut termakan (misalnya manusia
memakan produk daging yang tidak dimasak sampai matang) membran kista akan
segera dicerna dengan adanya sekresi asam lambung yang pHnya rendah. Pada
penjamu nonfeline, bradizoit yang termakan akan memasuki epitelium usus halus
dan mengadakan transformasi menjadi takizoit yang membelah dengan cepat,

7
terjadilah infeksi takizoit sistemik akut, ini diikuti oleh pembentukan kista jaringan
yang mengandung bradizoit yang mengadakan replikasi lambat, terjadilah stadium
kronik, ini melengkapi siklus nonfeline.9
Infeksi akut yang terjadi pada penjamu dengan daya imun lemah paling
besar kemungkinannya disebabkan oleh pelepasan spontan parasit yang tebungkus
dalam kista dan mengalami transformasi cepat menjadi takizoit dalam SSP. Siklus
kehidupan yang penting dari parasit tersebut terdapat dalam tubuh kucing (penjamu
definitif). Siklus kehidupan seksual parasit ditentukan oleh pembentukan ookista di
dalam penjamu feline. Siklus entero epitelial ini dimulai dengan termakannya kista
jaringan yang menjadi bradizoit dan akan memuncak setelah melalui beberapa
stadium antara dalam proses produksi mikrogamet. Mikrogamet mempunyai
flagella yang memungkinkan parasit ini mencari mikrogamet. Penyatuan gamet
akan menghasilkan zigot yang membungkus diri dengan dinding yang kaku. Zigot
ini disekresikan dalam feses sebagai ookista tanpa sporulasi. Setelah 2 -3 hari
terkena udara pada suhu sekitarnya, ookista yang non infeksius mengalami
sporulasi untuk menghasilkan sporozoit. Ookista yang mengadakan sporulasi
tersebut dapat termakan oleh penjamu antara, seperti wanita hamil yang
membersihkan kotoran kucing, babi yang mencari makan di sekitar peternakan,
ataupun termakan mencit. Setelah dibebaskan dari ookista melalui proses
pencernakan, sporozoit yang terlepas akan menginfeksi epitelium intestinal
penjamu nonfeline dan memproduksi takizoit aseksual yang tumbuh dengan cepat
dan membentuk bradizoit.10

2.7 Manifestasi Klinis


Gejala berhubungan dengan toksoplasmosis akuler unilateral yang terkena,
nyeri okuler ringan, pandangan kabur, tampak gambaran bercak melayang pada
oftalmoskop. Keluhan penderita biasanya pandangan kurang jernih. Secara klinis
ditemukan: granulomatous iritis, vitritis, pembengkakan selaput optic,
neuroretinitis, vaskulitis, oklusi vena retinal, tergantung peradangan dan berapa
aktif virus menyerang mata. Funduskopi, toksoplasmosis aktif menunjukkan
gambaran putih kekuningan, lesi korioretinal dan sel-sel vitreus, dan lesi inaktif.11

8
Pada garis besarnya sesuai dengan cara penularan dan gejala klinisnya,
toksoplasmosis dapat dikelompokkan atas:3
1. Toksoplasmosis akuisita (dapatan), gejalanya adalah:
a. Limfadenopati pada kelenjar getah bening daerah leher bagian belakang
b. Rasa lelah, disertai demam dan sakit kepala
c. Mialgia dan malaise.
d. Pada kulit berupa ruam makulopapuler
e. Pada paru dapat terjadi pneumonia interstisial
2. Toksoplasmosis kongenital, gejalanya adalah:
a. Gambaran eritroblastosis
b. Hidrops fetalis
c. Triad klasik yang terdiri dari hidrosefalus, korioretinitis dan perkapuran
intrakranial atau tetrad sabin yang disertai kelainan psikomotorik.
d. Gejala susunan syaraf pusat sering meninggalkan gejala sisa, misalnya
retardasi mental dan motorik.
Kelainan pada bayi dan anak-anak akibat infeksi pada ibu selama
kehamilan, yaitu:12
1. Trimester I
Kematian fetus dan abortus terjadi karena pada sel yang terinfeksi
toksoplasma akan dihasilkan interferon yang berfungsi untuk mengontrol
multiplikasi parasit. Di lain pihak, terlalu banyak interferon yang dapat
menyebabkan kematian fetus yang diakibatkan reaksi imunopatologis. Hal ini
terjadi pada saat pembentukan fetus. Biasanya terjadi pada masa awal gestasi.
2. Trimester II
Dapat terjadi kelainan neurologis seperti: hidrosefalus, mikrosefali,
kejang dan retardasi mental, di mana pada minggu ke-5 - 10 kehamilan adalah
proses terbentuknya bagian-bagian otak dan wajah. Di mana pada bulan 2 - 5
masa kehamilan terjadi proses migrasi neuron dari germinal ke korteks.
Gangguan pada migrasi termasuk heterotopia, agyria – pakegiria, polimikrogiria
dan gangguan histogenesis. Di mana berhubungan dengan pembentukan gray
matter di otak. Retardasi mental dapat disebabkan gangguan perkembangan
akibat mutasi DNA. Trisomi 21, Trisomi 18, Trisomi 9, 13, 15, namun perlu

9
diingat bahwa kelainan kromosom ini meningkat seiring dengan meningkatnya
usia ibu.
3. Trimester III
Dapat terjadi retinokoroiditis (okuler toksoplasmosis), namun biasanya
bermanifestasi setelah beberapa tahun kemudian tergantung dari terapi. Secara
patologis terjadi lesi inflamasi fundus yang terdiri dari sel-sel mononuclear,
limfosit makrofag, epiteloid dan sel-sel plasma. Hal ini mengakibatkan retinal
vaskulitis yang menyebabkan rupturnya barrier pembuluh darah retina sehingga
fungsi retina menurun dimana terjadi destruksi dan penipisan selaput retina.
Mikroftalmia juga dapat terjadi pada ibu dengan toksoplasmosis dimana ukuran
mata terlalu kecil dan volume bola mataberkurang sampai dengan ⅔ dari normal
dan biasanya disertai cacat mata lain.13

2.8 Diagnosa
Diagnosa serologis toksoplasmosis akut pada neonatus dibuat berdasarkan
titer IgM yang positif (sesudah minggu pertama untuk menyingkirkan kemungkinan
kebocoran lewat plasenta). Penurunan titer IgG harus diulang setiap 6 - 12 minggu /
kali. Peningkatan titer IgM yang berlangsung melebihi minggu pertama merupakan
indikasi adanya infeksi akut (waktu paruh IgM maternal 3 - 5 hari).8
Diagnosis penyakit toksoplasma umumnya ditegakkan karena adanya
kecenderungan yang mengarah pada penyakit tersebut, antara lain adanya riwayat:
Infertilitas, abortus, lahir mati, kelainan bawaan, memelihara binatang piaraan
berbulu, misalnya kucing.9
A. Anamnesis
1. Identitas pasien
a. Nama, alamat dan usia pasien dan suami pasien.
b. Pendidikan dan pekerjaan pasien dan suami pasien.
c. Agama, suku bangsa pasien dan suami pasien.
2. Anamnesa obstetri
a. Kehamilan yang ke …..
b. Hari pertama haid terakhir-HPHT
c. Riwayat obstetri

10
 Usia kehamilan: ( abortus, preterm, aterm, postterm ).
 Proses persalinan ( spontan, tindakan, penolong persalinan ).
 Keadaan pasca persalinan, masa nifas dan laktasi.
 Keadaan bayi ( jenis kelamin, berat badan lahir, usia anak saat ini ).
d. Pada primigravida:
 Lama kawin, pernikahan yang ke ….
 Perkawinan terakhir ini sudah berlangsung …. tahun. 10
3. Anamnesa tambahan
a. Anamnesa mengenai keluhan utama yang dikembangkan sesuai dengan
hal-hal yang berkaitan dengan kehamilan (kebiasaan buang air kecil /
buang air besar, kebiasaan merokok, hewan piaraan, konsumsi obat-obat
tertentu sebelum dan selama kehamilan).10

B. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan fisik umum
a. Kesan umum (nampak sakit berat, sedang), anemia konjungtiva, ikterus,
kesadaran, komunikasi personal.
b. Tinggi dan berat badan.
c. Tekanan darah, nadi, frekuensi pernafasan, suhu tubuh.
d. Pemeriksaan fisik lain yang dipandang perlu.10
2. Pemeriksaan khusus obstetri
a. Inspeksi
 Chloasma gravidarum.
 Keadaan kelenjar thyroid.
 Dinding abdomen ( varises, jaringan parut, gerakan janin).
 Keadaan vulva dan perineum.10
b. Palpasi
Maksud untuk melakukan palpasi adalah untuk:
 Memperkirakan adanya kehamilan.
 Memperkirakan usia kehamilan.
 Presentasi - posisi dan taksiran berat badan janin.
 Mengikuti proses penurunan kepala pada persalinan.

11
 Mencari penyulit kehamilan atau persalinan.
 Yaitu leopold 1, 2, 3, 4.10
c. Auskultasi
 Auskultasi detik jantung janin dengan menggunakan doppler.
 Detak jantung janin terdengar paling keras didaerah punggung janin.
 Detak jantung janin dihitung selama 5 detik dilakukan 3 kali berurutan
selang 5 detik sebanyak 3 kali.
 Frekuensi detik jantung janin normal 120 – 160kali per menit.10

C. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang digunakan saat ini untuk mendiagnosis toksoplasma
adalah:12
1. Pemeriksaan serologis
Dengan memeriksa zat anti (antibodi) IgG dan IgM Toxsoplasma
gondii. Antibodi IgM dibentuk pada masa infeksi akut (5 hari setelah infeksi),
titernya meningkat dengan cepat (80 sampai 1000 atau lebih) dan akan
mereda dalam waktu relatif singkat (beberapa minggu atau bulan). Antibodi
IgG dibentuk lebih kemudian (1-2 minggu setelah infeksi), yang akan
meningkat titernya dalam 6-8 minggu, kemudian menurun dan dapat bertahan
dalam waktu cukup lama, berbulan-bulan bahkan lebih dari setahun. Oleh
karena itu, temuan antibodi IgG dianggap sebagai infeksi yang sudah lama,
sedangkan adanya antibodi IgM berarti infeksi yang baru atau pengaktifan
kembali infeksi lama (reaktivasi), dan berisiko bayi terkena toksoplasmosis
bawaan. Tidak semua ibu hamil yang terinfeksi toxsoplasma akan
menularkan toksoplasma bawaan pada bayinya. Bilamana dalam pemeriksaan
ibu sebelum 15 hamil menunjukkan IgG positif terhadap toksoplasma, berarti
ibu tersebut terinfeksi sudah lama, tetapi bukan berarti bahwa 100% bayinya
akan bebas dari toksoplasma bawaan. Apabila pemeriksaan serologis baru
dilakukan pada saat hamil, maka:14
a. Bila IgG (+) dan IgM (-); dianggap sebagai infeksi lama dan risiko
janinnya terinfeksi cukup rendah sehingga tidak perlu diobati, kecuali jika
pasien itu mengidap gangguan kekebalan.

12
b. Bila IgG (+) dan IgM (+); uji perlu diulang lagi 3 minggu kemudian.
Bilamana titer IgG tidak meningkat maka dianggap infeksi terjadi sebelum
kehamilan dan risiko untuk janinnya cukup rendah, sedangkan jika titer
IgG meningkat 4 kali lipat dan IgM tetap positif maka ini berarti bahwa
telah terjadi infeksi baru dan janin sangat berisiko mengalami toksoplasma
bawaan atau terjadi keguguran.
c. Bila IgG (-) dan IgM (-); bukan berarti terbebas dari toksoplasmosis
bawaan, justru pada ibu ini pemeriksaan harus diulang setiap 2-3 bulan
untuk mengasah serokonversi (perubahan negatif menjadi positif).
d. Bilamana pada ibu hamil ditemukan IgM (+) maka pengobatan sudah pasti
harus diberikan dan pemeriksaan ultrasonografi dilakukan berulang kali
untuk menen-tukan adanya kelainan janin.
2. Ultrasonografi
Setiap 3 minggu dilakukan untuk menentukan adanya kelainan,
misalnya: asites, pembesaran rongga otak (ventrikulomegali), pembesaran
hati (hepatomegali), perkapuran (kalsifikasi) otak. Bila pada janin terdapat
kelainan maka perlu dipertimbangkan untuk pengakhiran (terminasi)
kehamilan.15
3. Pengambilan darah janin
Pada kehamilan 20-32 minggu untuk pembiakan parasit (inokulasi).
Bila inokulasi memberikan hasil positif maka perlu dipertimbangkan untuk
pengakhiran kehamilan.15
4. Pemeriksaan Lengkap Pada Bayi
Setelah bayi lahir perlu dilakukan pemeriksaan lengkap terhadap bayi,
antara lain: pengambilan darah talipusat ketika bayi baru saja lahir untuk
pemeriksaan serologis antibodi janin atau isolasi T. gondiii, pemeriksaan
titik-cahaya mata (funduskopi), dan USG atau foto rontgen tengkorak.
Diagnosis toksoplasma bawaan pada bayi lebih sukar ditetapkan karena gejala
klinis dari infeksi toksoplasma bawaan sangat beraneka ragamdan seringkali
subklinis (tidak terlihat) pada neonatus. Oleh karena itu perlu dilakukan juga
pemeriksaan serologis pada neonatus, terutama bilamana diketahui ibunya
terinfeksi selama kehamilan. Antibodi IgG dapat menembus plasenta,

13
sedangkan antibodi IgM tidak dapat menembus plasenta. Dengan demikian,
apabila pada darah bayi ditemukan antibodi IgG mungkin hanya merupakan
pindahan (transfer) IgG ibu, dan lambat-laun akan habis. Pada usia 2-3 bulan,
bayi sudah dapat membentuk antibodi IgG sendiri, bilamana bayi terinfeksi
toksoplasma bawaan maka konsentrasi IgGnya akan mulai meningkat lagi
setelah IgG yang diperoleh dari ibunya habis. Tetapi jika ditemukan antibodi
IgM, maka ini menunjukkan infeksi nyata pada bayi (toksoplasma bawaan).15

2.9 Diagnosa Banding


Toksoplasmosis retinokoriditis berulang yang berdekatan dengan area bekas
luka mungkin sulit membedakannya dengan Serpiginous Choriditis. Diagnosis lain
yang perlu disingkirkan ketika mempertimbangkan diagnosis toksoplasmosis okular
adalah:12
1. Retinitis nekrosis akibat CMV
2. Herpes simplex virus
3. Virus herpes zoster
4. Retinitis jamur (kandidiasis blastomycosis)
5. Retinitis septik
6. Toxocariasis
7. Okular sarkoiditis
8. Sifilis
9. TB

2.10 Penatalaksanaan
Pasien yang hanya memperlihatkan gejala limfadenopati tidak perlu terapi
spesifik kecuali jika terdapat gejala yang persisten dan berat. Pasien dengan okuler
toksoplasmosis harus diobati selama 1 bulan dengan sulfadiazin dan pirimetamin.
Preparat alternatif adalah kombinasi klindamisin dan pirimetamin. Susunan
pengobatan paling mutakhir mencakup:1
1. Pemberian pirimetamin dengan dosis awal 50 - 75 mg/hari, ditambah sulfadiazin
4 - 6 mg/hari dalam dosis terbagi 4.
2. Diberikan pula kalsium folinat 10 -15 mg/hari selama 6 minggu.

14
Semua preparat ini hanya bekerja aktif terhadap stadium takizoit pada
toksoplasmosis. Jadi setelah menyelesaikan pengobatan awal penderita harus
mendapat terapi supresif seumur hidup dengan:4
1. Pirimetamin (25 -50 mg) dan sulfadiazin (2 -4 gr). Jika pemberian sulfadiazin
tidak dapat ditolerir dapat diberikan kombinasi pirimetamin (75 mg/hari)
ditambah klindamisin (400 mg) 3x / hari. Pemberian pirimetamin saja (50 -75
mg/hari) mungkin sudah cukup untuk terapi supresif yang lama.
2. Neonatus yang terinfeksi secara kongenital dapat diobati dengan pemberian
pirimetamin oral (0,5 - 1 mg/kg/BB) dan sulfadiazine (100 mg/kg/BB).
3. Di samping itu terapi dengan golongan spiramisin (100 mg/kg BB) ditambah
prednisone (1 mg/kg BB) juga memberikan respon yang baik untuk infeksi
kongenital.
4. Trisulfapyrimidine 0,5-1g/oral/6 jam. Dosis awal 75 mg pyrimethamine/hari
selama 2 hari dan 2gr trisulfapyrimidine dosis tunggal harusdiberikan pada awal
pengobatan. Selain itu pasien umumnya diberikan 3 mg kalsium leucovorin 2
kali seminggu untuk mencegah depresi sumsum tulang. Pemeriksaan hitung
darah lengkap harus dilakukan setiap seminggu selama terapi dilakukan.
5. Clindamycin 300 mg 4 kali sehari + trisulfapyramidine 0,5-1 gr 4 kali sehari.

2.11 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang bisa terjadi pada penderita toksoplasmosis adalah:7
1. Toksoplasmosis okular
Peradangan dan luka pada mata yang diakibatkan oleh parasit. Penyakit
ini bisa menyebabkan gangguan penglihatan, muncul floater (seperti ada benda
kecil yang melayang-layang menghalangi pandangan) pada mata, hingga
kebutaan, neovaskularisasi, oklusi cabang retina, kerusakan N.Opticus, dan
sinekia posterior.
2. Toksoplasmosis kongenital
Terjadi ketika janin yang dikandung ikut terinfeksi toksoplasmosis. Hal
ini bisa menyebabkan berbagai gangguan kesehatan pada janin. Misalnya
hidrosefalus, epilepsi, kehilangan pendengaran, kerusakan otak, gangguan

15
kemampuan belajar, penyakit kuning, toksoplasmosis okular, dan cerebral
palsy.
3. Toksoplasmosis serebral
Jika penderita gangguan sistem kekebalan tubuh terinfeksi oleh toksoplasmosis,
maka infeksi tersebut bisa menyebar ke otak dan bisa mengancam nyawa
penderita. Beberapa gejalanya adalah sakit kepala, kebingungan, gangguan
koordinasi, kejang-kejang, demam tinggi, bicara tidak jelas, toksoplasmosis
okuler.3

2.12 Pencegahan Toksoplasmosis


Peranan kucing sebagai hospes definitif merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi timbulnya toksoplasmosis, karena kucing mengeluarkan berjuta juta
ookista dalam tinjanya, yang dapat bertahan sampai satu tahun di dalam tanah yang
teduh dan lembab. Untuk mencegah hal ini, maka dapat di jaga terjadinya infeksi
pada kucing, yaitu:2
1. Memberi makanan yang matang sehingga kucing tidak berburu tikus atau
burung.
2. Mematikan ookista dengan bahan kimia seperti formalin, amonia dan iodin
dalam bentuk larutan serta air panas 70°C yang disiramkan pada tinja kucing.
3. Anak balita yang bermain di tanah atau ibu-ibu yang gemar berkebun, juga
petani sebaiknya mencuci tangan yang bersih dengan sabun sebelum makan.
4. Sayur-mayur yang dimakan sebagai lalapan harus dicuci bersih, karena ada
kemungkinan ookista melekat pada sayuran
5. Makanan yang matang harus di tutup rapat supaya tidak dihinggapi lalat atau
kecoa yang dapat memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan tersebut.
6. Kista jaringan dalam hospes perantara (kambing, sapi, babi dan ayam) sebagai
sumber infeksi dapat dimusnahkan dengan memasaknya sampai 66°C. Daging
dapat menjadi hangat pada semua bagian dengan suhu 65°C selama empat
sampai lima menit atau lebih, maka secara keseluruhan daging tidak
mengandung kista aktif.
7. Setelah memegang daging mentah (tukang potong, penjual daging, tukang
masak) sebaiknya cuci tangan dengan sabun sampai bersih.

16
Yang paling penting dicegah adalah terjadinya toksoplasmosis kongenital,
yaitu anak yang lahir cacat dengan retardasi mental dan gangguan motorik,
merupakan beban masyarakat. Pencegahan dengan tindakan abortus artefisial yang
dilakukan selambatnya sampai kehamilan 21-24 minggu, mengurangi kejadian
toksoplasmosis kongenital kurang dari 50%, karena lebih dari 50%toksoplasmosis
kongenital diakibatkan infeksi primer padatrimester terakhir kehamilan.
Pencegahan dengan obat-obatan, terutama pada ibu hamil yang diduga menderita
infeksi primer dengan Toksoplasma gondii, dapat dilakukan dengan spiramisin.
Vaksin untuk mencegah infeksi toksoplasmosis pada manusia belum tersedia
sampai saat ini.4

2.13 Prognosis
Suatu bentuk khusus dari toksoplasmosis adalahtoksoplasmosis bawaan.
Jika seorang wanita terkena toksoplasma saat hamil, uterus dan janin yang belum
lahir dapat menjadi terinfeksi. Pada kehamilan awal ini dapat menyebabkan cacat
parah dari janin yang mengarah ke aborsi atau malformasi yang tidak kompatibel
dengan kehidupan segera setelah lahir. Sebuah mayoritas infeksi bawaan namun
tidak terdiagnosis selama bertahun-tahun setelah lahir, sebelum gejala klinis yang
terkait dengan bawaan toksoplasmosis ditemukan (keterbelakangan mental, cacat
mata) . Penyakit ini dapat menimbulkan kematian walaupun kasusnya sangat jarang
ditemukan. Jika dilakukan pengobatan yang adekuat maka, penyakit ini dapat
sembuh.8

17
BAB III
KESIMPULAN

Infeksi toksoplasmosis dapat terjadi pada janin melalui sirkulasi uteroplasenta.


Pemeriksaan laboratorium yang lazim dilakukan ialah IgG dan IgM anti-toklsoplasma
serta aviditas anti-toksoplasma IgG. Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada ibu
yang diduga terinfeksi T. gondii dan juga pada janin, umumnya dilakukan pada usia
kehamilan 14-27 minggu. Untuk ibu hamil yang memiliki kemungkinan infeksi tinggi
atau infeksi janin telah terjadi, pengobatan dengan spiramisin harus ditambahkan
pirimetamin, sulfadiazin, dan asam folat setelah usia kehamilan 18 minggu.
Prevalensi toksoplasmosis pada hewan danmanusia di berbagai daerah di Indonesia
bervariasi dari 6% sampai 82% dan bersifat zoo-anthroponosis. Dengan mengetahui
penularan toksoplasmosis,-apabila makan daging, sebaiknya daging dimasak sampai
suhu 66°C. Tinja kucing sebaiknya dibakar atau diberi zat antiseptik . Makanan yang
tercemar oleh lalat dan kecoa yang diduga mengandung ookista, demikian pula sayuran
segar, jika sayuran dibeli di pasar sebelum dikonsurnsi, sebaiknya direndam air panas
suhu 66°C selama 5 menit. Dianjurkan sebelum makan atau setelah memegang daging
mentah mencuci tangan dan mencegah kucing berburu burung, tikus, lalat, dan lipas . Di
samping itu, mencegah pakan ternak dari penceniaran tinja kucing. Pemeriksaan
serologis pada wanita yang akan hamil ataupun yang sedang hamil, perlu dilakukan
paling tidak dua kali dengan interval dua minggu untuk mengetahui adanya infeksi baru
atau tidak yang harus segera ditangani untuk menghindari terjadinya infeksi kongenital
pada janinnya.

18

Anda mungkin juga menyukai