Anda di halaman 1dari 17

PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS SISWA SMA NEGERI SE

KOTA PALANGKA RAYA


(Survey Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kota Palangka Raya)

PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) TERHADAP SIKAP


DEMOKRATIS SISWA SMA NEGERI SE KOTA PALANGKA RAYA
(Survey Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kota Palangka Raya)

Oleh :
Eddy Lion
Dosen FKIP Universitas Palangka Raya

ABSTRAK

Fakta yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara


fakta miris sering kita lihat dimana kekerasan yang terjadi banyak juga dilakukan
oleh pelajar. Hal ini sesuai dengan data yang diperoleh dan dihimpun dari Komisi
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tanggal 27 September 2012, kasus tawuran
pada 2010 ada sebanyak 102 kasus. Tahun 2011 sebanyak 96 kasus. Sementara,
sejak Januari hingga Agustus 2012 kasus tawuran pelajar sudah terjadi sebanyak
103 kali.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
survey ekplanasi, yaitu penjelasan penelitian yang menggunakan kuisioner atau
daftar pertanyaan yang ditunjukan kepada responden. Penelitian ini dilakukan pada
siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota PalangkaRaya.
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 1.660 orang siswa SMA Negeri di Kota
Palangka Raya. Sedangkan sampel minimum sebanyak 322 orang siswa SMA Negeri.
Angket yang disebar 850, sedangkan angket yang kembali sejumlah 700 angket.
Berdasarkan data yang diperoleh melalui penyebaran angket menunjukan bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai variabel X berpengaruh positif.
Masing-masing indikator variabel X yaitu X1 kecerdasan warganegara (civic
intelligence) berpengaruh 0,5969 kategori sedang. X2 tanggungjawab warganegara
(civic responsibility) berpengaruh 0,8354 dengan kategori sangat kuat. Sedangkan
indikator X3 parisipasi warganegara (civic participation) berpengaruh 0,6867
dengan kategori kuat. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) yang meliputi kecerdasan
warganegara (civic intelligence) atau X1, tanggungjawab warganegara (civic
responsibility) atau X2, partisipasi warganegara (civic participation) atau X3
berpengaruh positif terhadap sikap demokratis (Y) siswa Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri se-Kota Palangka Raya. Hal ini dapat dilihat dari p-value untuk ketiga
variabel X1, X2 dan X3 secara berturut-turut 0,001; 0,000; 0,001 yang lebih kecil
dari = 5%

Kata Kunci : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), Sikap Demokratis

106 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236


PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS SISWA SMA NEGERI SE
KOTA PALANGKA RAYA
(Survey Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kota Palangka Raya)

Pendahuluan

Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah sebagai warga negara dan sekaligus
generasi penerus di masa yang akan datang perlu juga memahami dan melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan tingkat usianya. Rentang Usia Sekolah Menengah atas (SMA)
adalah berkisar antara 15-18 tahun adalah masa dimana masa tersebut adalah masa
menganalisis menuju internalisasi nilai-nilai yang ada dalam kehidupannya termasuk nilai-
nilai demokratis dalam rangka membentuk sikap demokratis. Nilai tidak diwariskan tetapi
nilai harus dibelajarkan melalui proses pendidikan yang berkelanjutan. Sesuai dengan
pendapat Hermann (1972) dalam Winataputra (2007 : 167) mengemukakan bahwa
“…value is neither taught nor cought, it is learned”, yang artinya bahwa substansi
nilai tidaklah semata-mata ditangkap dan diajarkan tetapi lebih jauh, nilai dicerna
dalam arti ditangkap, diinternalisasi, dan dibakukan sebagai bagian yang melekat
dalam kualitas pribadi seseorang melalui proses belajar.
Apabila kita melihat bagaimana fakta yang terjadi di dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara fakta miris sering kita lihat dimana
kekerasan yang terjadi banyak juga dilakukan oleh pelajar. Hal ini sesuai dengan data
yang diperoleh dan dihimpun dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)
tanggal 27 September 2012, kasus tawuran pada 2010 ada sebanyak 102 kasus. Tahun
2011 sebanyak 96 kasus.Sementara, sejak Januari hingga Agustus 2012 kasus
tawuran pelajar sudah terjadi sebanyak 103 kali.
Dari data kekerasan dan tawuran pelajar yang terjadi 3 tahun terakhir
menggambarkan bahwa pembentukan sikap demokratis di kalangan pelajar menjadi
pekerjaan rumah yang sangat besar lagi dan perlu mendapatkan perhatian yang lebih
besar dari kita semua untuk dapat mengurangi kasus tersebut supaya tidak terjadi lagi
di kemudian hari.Adanya paradoksal antara cita-cita demokrasi yang diharapkan dengan
reealitas demokrasi yang dilihat, didengar, dan dialami oleh pelajar khususnya pelajar
SMA menjadi awal dalam membentuk kepercayaan (trust) yang pada akhirnya akan
membentuk sikap demokratis mereka. Dengan demikian cita-cita untuk mewujudkan
masyarakat yang bisa menjalankan hak dan kewajibannya sehingga tercipta
kehidupan demokrasi yang lebih baik lagi.
Pendidikan adalah salah satu media untuk menanamkan nilai dan merubah
nilai yang ada di dalam masyarakat (change of value).Sebagai wahana demokratisasi
melalui program pendidikan formal, nonformal dan informal, pendidikan demokrasi
memerlukan perangkat pengalaman belajar (learning experiences), seperti
kurikulum/program belajar dan pembelajaran yang secara programatik dapat
memandu terjadinya proses pengembangan cita-cita, nilai, konsep dan prinsip
demokrasi. Untuk itu diperlukan upaya sistematis dan sistemik untuk merancang
kurikulum dan pembelajaran yang secara konseptual menjadi wahana pendidikan
demokrasi dalam konteks pembangunan masyarakat yang demokratis. Oleh karena itu
diperlukan proses rekonseptualisasi pendidikan kewarganegaraan dalam konteks
pendidikan demokrasi Indonesia.

107 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236


PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS SISWA SMA NEGERI SE
KOTA PALANGKA RAYA
(Survey Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kota Palangka Raya)

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai satu mata pelajaran di sekolah saat ini


harus lebih menekankan kepada pembentukan karakter, dimana substansi
pembelajarannya mulai mengarah pada bagaimana menjadikan warga negara yang
mampu berpartisipasi secara efektif, cerdas, demokratis dan bertanggung
jawab.Pendidikan Kewarganegaraan diarahkan untuk mencapai dua sasaran pokok
yang seimbang. Pertama meningkatkan pengetahuan dan keterampilan peserta didik
tentang etika, moral, dan asas-asas dalam hidup berbangsa dan bernegara. Kedua,
membentuk sikap, perilaku, dan kepribadian sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia. Kedua sasaran ini hendaknya dapat dicapai secara serentak agar peserta
didik tidak hanya sekedar memahami konsep dan prinsip keilmuan belaka, tetapi juga
agar peserta didik memiliki kemampuan berbuat sesuatu dengan menggunakan
konsep dan prinsip keilmuan yang telah dikuasainya dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan Kewarganegaraan selayaknya dapat membekali siswa dengan
pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai, yang memungkinkan untuk
berpartisipasi secara cerdas dan bertanggungjawab dalam berbagai dimensi kehidupan
sehingga dapat membentuk sikap demokratis. Dengan pendidikan kewarganegaraan
diharapkan dapat membentuk budaya kewarganegaraan yang lebih demokratis. Salah
satu unsur dari budaya kewarganegaraan adalah “civic virtue” atau kebajikan atau
akhlak kewarganegaraan yang mencakup keterlibatan aktif warganegara, hubungan
kesejajaran/egaliter, saling percaya dan toleran, kehidupan yang kooperatif,
solidaritas, dan semangat kemasyarakatan. Semua unsur akhlak kewarganegaraan itu
diyakini akan berpengaruh dalam membentuk warga negara yang baik (to be good
citizenship), sehingga akan memupuk kehidupan “civic community” atau “civil
society” atau masyarakat madani untuk Indonesia sesuai dengan cita-cita demokrasi
yang dilandasi oleh nilai-nilai pancasila sila keempat yaitu kerakyatan yang dipimpin
oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
Pendidikan demokrasi dalam konteks pendidikan formal maupun dalam
konsteks pendidikan masyarakat, salah satunya diupayakan melalui mata pelajaran
pendidikan kewarganegaraan di sekolah. Contoh mengenai sikap demokratis dapat
dilihat dalam kegiatan pembelajaran maupun kehidupan sehari-hari siswa itu sendiri.
Apakah mereka belajar penuh toleran, menghargai pluralisme, mau bekerjasama,
saling membantu, dan saling menghargai, tanggung jawab, dan aktif dalam
berorganisasi.
Sikap demokratis di lingkungan sekolah bisa terlihat dari kegiatan OSIS
(Organisasi Siswa Intra Sekolah). Mereka yang tergabung dalam OSIS terbiasa
bermusyawarah, berembug, merencanakan kegiatan, turut serta membantu
memajukan sekolah. Contoh lainnya mengenai sikap demokratis di lingkungan
sekolah juga dapat dilihat dalam kegiatan ektrakulikuler pramuka, mereka belajar
penuh toleran, memiliki semangat gotong royong, bekerjasama, saling membantu,
dan saling menghargai.

108 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236


PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS SISWA SMA NEGERI SE
KOTA PALANGKA RAYA
(Survey Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kota Palangka Raya)

Kajian Pustaka
1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Mengenai Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Winataputra (2009:2.1)
menjelaskan bahwa:
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang
memiliki salah satu misinya sebagai pendidikan nilai. Dalam proses
pendidikan nasional PKn pada dasarnya merupakan wahana paedagogis
pembangunan watak atau karakter.
Dari pendapat di atas, pada dasarnya Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan pendidikan kebangsaan atau pendidikan karakter bangsa. Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan salah satu ilmu dasar yang membekali siswa untuk
melanjutkan studi dan untuk bekal hidup di dalam bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara demi tercapainya cita-cita nasional yaitu masyarakat madani yang adil dan
makmur dan bercirikan masyarakat demokratis. Melalui pendidikan kewarganegaraan
diharapkan mampu membentuk kebiasaan berpikir, pembentukan watak yang tidak
dapat diwariskan. Setiap generasi baru adalah orang-orang baru yang harus
memperoleh pengetahuan, belajar kecakapan dan mengembangkan watak atau
karakter yang mendukung demokrasi.

2. Tujuan dan Ruang Lingkup PKn Sebagai Mata Pelajaran


Berdasarkan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 ruang lingkup mata pelajaran
PKn meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,
Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan
keadilan.
b. Norma, Hukum dan Peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata
terrtib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan
daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hukum
dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.
c. Hak Asasi Manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban
anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,
penghormatan dan perlindungan HAM.
d. Kebutuhan warga negara, meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai
warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan
warga negara.
e. Konstitusi negara, meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi pertama,
Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar
negara dengan konstitusi.

109 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236


PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS SISWA SMA NEGERI SE
KOTA PALANGKA RAYA
(Survey Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kota Palangka Raya)

f. Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,


Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem
politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sitem
pemerintahan, Pers dalam masyrakat demokrasi.
g. Pancasila, meliputi: Kedudukan pancasila sebagai dasar Negara dan ideologi
negara, Proses perumusan pancasila senagai dasar negara, Pengamalan pancasila
dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka.
h. Globalisasi, meliputi: Globalisasi dilingkungannya, Politik luar negeri, Indonesia
di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi
internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.

Lingkup isi Pendidikan Kewarganegaraan dalam kurikulum dikemas dalam


Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar PKn di SMA kelas XI semester 1 adalah sebagai berikut:

Tabel.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi dasar Mata Pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (SMA)/ (SMK (MA)/ (MAK) Kelas XI, Semester 1
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
1. Menganalisis budaya 1.1 Mendeskripsikan pengertian budaya politik
politik di Indonesia 1.2 Menganalisis tipe-tipe budaya politik yang
berkembang dalam masyarakat Indonesia
1.3 Mendeskripsikan pentingnya sosialisasi
pengembangan budaya politik
1.4 Menampilkan peran serta budaya politik
partisipan

2. Menganalisis budaya 2.1 Mendeskripsikan pengertian dan prinsip-


demokrasi menuju prinsip budaya demokrasi
masyarakat madani 2.2 Mengidentifikasi ciri-ciri masyarakat madani
2.3 Menganalisis pelaksanaan demokrasi di
Indonesia sejak orde lama, orde baru, dan
reformasi
2.4 Menampilkan perilaku budaya demokrasi

110 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236


PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS SISWA SMA NEGERI SE
KOTA PALANGKA RAYA
(Survey Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kota Palangka Raya)

dalam kehidupan sehari-hari

3. Menampilkan sikap 3.1 Mendeskripsikan pengertian dan pentingnya


keterbukaan dan keadilan keterbukaan dan keadilan dalam kehidupan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
berbangsa dan bernegara 3.2 Menganalisis dampak penyelenggaraan
pemerintahan yang tidak transparan
3.3 Menunjukkan sikap keterbukaan dan keadilan
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

3. Hubungan Pendidikan Kewarganegaraan dengan Pembentukkan Sikap


Demokratis
Winataputra (2006:1.12) mengemukakan bahwa: Untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan intelektual, Pendidikan Kewarganegaraan dalam
masyarakat demokratis harus memusatkan pada keterampilan-keterampilan yang
diperlukan bagi partisipasi warganegara yang berwawasan luas, efektif, dan
bertanggung jawab dalam proses politik dan dalam masyarakat sipil. Menurut
Winataputra (2006:1.19) “dalam prinsip pemerintahan demokratis terkandung hak
berpartisipasi dari setiap warga negra, seperti hak untuk meningkatkan kesejahteraan
umum dan hak untuk melindungi hak asasi manusia.” Hak berpartisipasi ini
membebankan tanggungjawab tertentu kepada setiap warga negara. Diantara
tanggung jawab ini adalah tanggung jawab untuk memperoleh pengetahuan dan
keterampilan berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab untuk berkehendak
meningkatkan kesejahteraan sosial berdasarkan prinsip-prinsip keadilan. Agar warga
negara dapat berpartisipasi secara efektif, diperlukan bekal pengetahuan dan
keterampilan, pengalaman praktis, dan pemahaman tentang pentingnya partisipasi
warga negara. Menyiapkan warga negara yang memiliki kualitas seperti ini
merupakan salah satu tugas kependidikan, baik pendidikan persekolahan maupun
pendidikan luar sekolah. Khusus dalam pendidikan persekolahan, Pendidikan
Kewarganegaraan memegang peranan yang strategis dalam mempersiapkan dan
membina warga negara dengan kualitas seperti tersebut di atas.
Taniredja, dkk (2010:138) mengemukakan bahwa “sikap demokratis yaitu
sikap yang menekankan pada kemandirian, kebebasan dan tanggung jawab. ““Sikap
demokratis adalah sikap yang senantiasa taat pada Undang-Undang dan peraturan
yang telah ditetapkan.” (Zamroni, 2001:23). Menurut Cipto (2002) dalam Taniredja
(2010:127) “sikap demokratis yaitu sikap yang berani menyatakan pendapat, berani

111 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236


PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS SISWA SMA NEGERI SE
KOTA PALANGKA RAYA
(Survey Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kota Palangka Raya)

berapartisipasi, memiliki rasa percaya (trust), memiliki keinginan untuk


bekerjasama.”
Pendidikan Kewarganegaraan selayaknya dapat membekali siswa dengan
pengetahuan dan keterampilan intelektual yang memadai, yang memungkinkan untuk
berpartisipasi secara cerdas dan bertanggungjawab dalam berbagai dimensi
kehidupan sehingga dapat membentuk sikap demokratis bagi siswa.

Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian survey ekplanasi, yaitu penjelasan penelitian yang menggunakan kuisioner
atau daftar pertanyaan yang ditunjukan kepada responden. Penelitian ini dilakukan
pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri di Kota PalangkaRaya.
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 1.660 orang siswa SMA Negeri di Kota
Palangka Raya. Sedangkan sampel minimum sebanyak 322 orang siswa SMA Negeri.
Angket yang disebar 850, sedangkan angket yang kembali sejumlah 700 angket.
Selanjutnya dilakukan uji normalitas dengan menggunakan statistik uji Kolgomorov-
Smirnov dengan bantuan Minitab versi 16. Menguji hipotesis digunakan teknik
statistik korelasi Pearson Product Moment. Rumus Korelasi Product Moment (PPM):
(∑ (∑ (
. Hasil korelasi PPM tersebut diuji dengan
√ ∑ (∑ ∑ (∑


Uji Signifikasi dengan rumus : . Distribusi (tabel t) untuk α = 0,1

dan derajat kebebasan (dk = n-2). Analisis korelasi berganda tujuh prediktor untuk
menguji hipotesis menggunakan rumus korelasi ganda dari Sugiyono, (2004 : 258)
∑ ∑ ∑
sebagai berikut : ( ∑
. Uji signifikansi koefisien korelasi
(
ganda 3 prediktor : Analisis statistika ini menggunakan piranti
(

lunak Minitab versi 16.

Hasil Penelitian
1. Hasil Jawaban Kuisioner/Angket
Jawaban siswa dari kuisioner/angket pendidikan kewarganegaraan (X)
tergambar dalam grafik di bawah ini :

112 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236


PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS SISWA SMA NEGERI SE
KOTA PALANGKA RAYA
(Survey Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kota Palangka Raya)

Grafik 1 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) (X)

Pendidikan Kewarganegraan (X)


4000
2000 Pendidikan
Kewarganegaraan (X)
0
SS S KS TS STS

Dari tabel dan grafik 5.1 di atas dapat diketahui bahwa sebanyak 51.27 %
setuju bahwa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah menengah
atas telah memuat substansi mengenai kecerdasan warganegara (civic intelligence),
tanggungjawab warganegara (civic responsibility), dan partisipasi warganegara (civic
participation), sebanyak 36.29 % sangat setuju, sebanyak 11.43 % kurang setuju,
sebanyak 0.94 % tidak setuju dan sebanyak 0.07 % sangat tidak setuju.
Hasil pengisian kuisioner/angket untuk masing-masing variabel kompetensi
profesional guru (X) dijabarkan dalam tabel dan grafik berikut ini :
1) Indikator Pendidikan Kewarganegaraan dalam kecerdasan warganegara (civic
intelligence) atau X1
Hasil jawaban siswa dari pengisian kuisioner/angket pendidikan
kewarganegaraan dalam kecerdasan warganegara (civic intelligence) atau X1
diperoleh gambaran seperti yang terlihat dalam grafik di bawah ini :

Kecerdasan warganegara (civic intelligence)


X1
2000

1000 kecerdasan
warganegara (civic
0 intelligence) X1
SS S KS TS STS

Grafik 2 Kecerdasan warganegara (civic intelligence) X1

Dari tabel dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 51,86% siswa
memilih setuju bahwa kecerdasan warganegara telah diajarkan dalam
pembelajaran pendidikan kewargenegaraan (PKn) di Sekolah Menengah Atas
Negeri di Kota Palangka Raya, sebanyak 36.04 % sangat setuju, sebanyak
10.71% kurang setuju, sebanyak 1,32% tidak setuju dan sebanyak 0,07% sangat
tidak setuju.

113 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236


PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS SISWA SMA NEGERI SE
KOTA PALANGKA RAYA
(Survey Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kota Palangka Raya)

2) Indikator Pendidikan Kewarganegaraan dalam tanggung jawab warganegara


(civic resposibility) atau X2
Hasil jawaban siswa dari pengisian kuisioner/angket pendidikan
kewarganegaraan dalam tanggung jawab warganegara (civic resposibility) atau
X2 diperoleh gambaran seperti yang terlihat dalam grafik di bawah ini :

Tanggungjawab warganegara (civic responsibility)


X2
1500
1000 Tanggungjawab
500 warganegara (civic
reposibility) X2
0
SS S KS TS STS

Grafik 3 Tanggungjawab warganegara (Civic responbility) X2

Dari tabel dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 50.33 % siswa
memilih setuju bahwa tanggung jawab warganegara telah diajarkan dalam
pembelajaran pendidikan kewargenegaraan (PKn) di Sekolah Menengah Atas
Negeri di Kota Palangka Raya, sebanyak 40.90 % sangat setuju, sebanyak 8.57
% kurang setuju, sebanyak 0.14 % tidak setuju dan sebanyak 0.05 % sangat tidak
setuju.
3) Indikator Pendidikan Kewarganegaraan dalam partisipasi warganegara (civic
participation) atau X3
Hasil jawaban siswa dari pengisian kuisioner/angket pendidikan
kewarganegaraan dalam partisipasi warganegara (civic participation) atau X3
diperoleh gambaran seperti yang terlihat dalam grafik berikut :

Partisipasi warganegara (civic participation)


X3
1500

1000
Partisipasi
500 warganegara (civic
participation) X3
0
SS S KS TS STS

Grafik 4 Partisipasi warganegara (civic participation) X3

114 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236


PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS SISWA SMA NEGERI SE
KOTA PALANGKA RAYA
(Survey Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kota Palangka Raya)

Dari tabel dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 51.43 % siswa
memilih setuju bahwa partisipasi warganegara telah diajarkan dalam
pembelajaran pendidikan kewargenegaraan (PKn) di Sekolah Menengah Atas
Negeri di Kota Palangka Raya, sebanyak 32.00 % sangat setuju, sebanyak 15.24
% kurang setuju, sebanyak 1.24 % tidak setuju dan sebanyak 0.10 % sangat tidak
setuju.
Jawaban siswa dalam pengisian kuisioner/angket untuk sikap demokratis
siswa (Y) tergambar dalam grafik di bawah ini :

Sikap demokratis siswa (Y)


4000

2000 Sikap demokratis


siswa (Y)
0
SS S KS TS STS

Grafik 5 Sikap demokratis siswa (Y)

Dari tabel dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 45.07% siswa
memilih setuju bahwa sikap demokratis telah diterapkan siswa dalam kehidupan
sehari-hari di masyarakat, sebanyak 37.16 % sangat setuju, sebanyak 11.44 % kurang
setuju, sebanyak 1.03 % tidak setuju dan sebanyak 0.16 % sangat tidak setuju.
Hasil pengisian kuisioner/angket untuk sikap demokratis siswa (Y)
berdasarkan masing-masing indikator tergambar dalam tabel dan grafik di bawah ini :
1) Kemandirian
Hasil jawaban siswa dari pengisian kuisioner/angket untuk sikap demokratis
siswa (Y) indikator kemandirian diperoleh gambaran seperti yang terlihat dalam
grafik di bawah ini :

Kemandirian
2000
1000
kemandirian
0
SS S KS TS STS

Grafik 5 Kemandirian

115 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236


PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS SISWA SMA NEGERI SE
KOTA PALANGKA RAYA
(Survey Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kota Palangka Raya)

Dari tabel dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 37.21 % siswa
menjawab setuju bahwa kemandirian yaitu memiliki hasrat untuk bersaing,
percaya diri, mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk menghadapi
masalah dalam hidup di lingkungan sekolah dan masyarakat harus diterapkan,
sebanyak 36.93 % siswa menjawab sangat setuju, sebanyak 11.32 % kurang
setuju, sebanyak 1.54 % siswa menjawab tidak setuju dan sebanyak 0.14 % siswa
menjawab sangat tidak setuju kemandirian diterapkan dalam hidup di lingkungan
sekolah dan masyarakat.
2) Kebebasan
Hasil jawaban siswa dari pengisian kuisioner/angket untuk sikap demokratis
siswa (Y) indikator kebebasan diperoleh gambaran seperti yang terlihat dalam
grafik di bawah ini :

Kebebasan
1500
1000
500 Kebebasan
0
SS S KS TS STS

Grafik 7 Kebebasan

Dari tabel dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 49.67 % siswa
menjawab setuju bahwa kebebasan dalam sikap hidup berani bertindak benar dan
adil, menghormati pluralitas atau keberagaman di lingkungan sekolah dan
masyarakat harus diterapkan, sebanyak 41.71 % siswa menjawab sangat setuju,
sebanyak 8.43 % kurang setuju, sebanyak 0.05 % siswa menjawab tidak setuju
dan sebanyak 0.14 % siswa menjawab sangat tidak setuju kebebasan diterapkan
dalam hidup di lingkungan sekolah dan masyarakat.

3) Hasil jawaban siswa dari pengisian kuisioner/angket untuk sikap demokratis


siswa (Y) indikator tanggungjawab diperoleh gambaran seperti yang terlihat
dalam grafik di bawah ini :

116 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236


PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS SISWA SMA NEGERI SE
KOTA PALANGKA RAYA
(Survey Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kota Palangka Raya)

Tanggungjawab
1500
1000
500 Tanggungjawab

0
SS S KS TS STS

Grafik 8 Tanggungjawab

Dari tabel dan grafik di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 50.95 % siswa
menjawab setuju bahwa tanggungjawab dalam sikap hidup memiliki kesadaran,
toleransi, mampu mengendalikan diri di lingkungan sekolah dan masyarakat
harus diterapkan, sebanyak 32.90 % siswa menjawab sangat setuju, sebanyak
14.62 % kurang setuju, sebanyak 1.33 % siswa menjawab tidak setuju dan
sebanyak 0.19 % siswa menjawab sangat tidak setuju tanggungjawab diterapkan
dalam hidup di lingkungan sekolah dan masyarakat.

2. Hasil Analisis Kuisioner/Angket


Pengujian Hipotesis
Menghitung koefisien regresi secara simultan (keseluruhan)
Uji secara keseluruhan ditunjukkan sebagai berikut :
The regression equation is
Y = 26,7 + 0,299 X1 + 0,500 X2 + 0,330 X3
Tabel 2
Koefisien Regresi secara simultan (keseluruhan)
Predictor Coef SE Coef T P
Constant 26,672 1,566 17,03 0,000
X1 0,29854 0,09017 3,31 0,001
X2 0,5005 0,1137 4,40 0,000
X3 0,3302 0,1008 3,28 0,001
S = 3,48857 R-Sq = 13,4% R-Sq(adj) = 13,0%

117 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236


PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS SISWA SMA NEGERI SE
KOTA PALANGKA RAYA
(Survey Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kota Palangka Raya)

Pengujian Analysis of Variance :


Source DF SS MS F P
Regression 3 1309,39 436,46 35,86 35,86
Residual 696 8470,41 12,17
Error
Total 699 9779,79

Source DF Seq SS
X1 1 678,93
X2 1 499,85
X3 1 130,60

Secara keseluruhan, model regresi yang diperoleh dapat menjelaskan


keragaman dari data. Hal ini ditunjukkan dari nilai p-value model = 0 <  = 5%,
artinya data lebih mendukung peneliti untuk menerima H1. Dengan demikian, ketiga
variabel X1, X2 dan X3 berpengaruh terhadap nilai Y.
Lebih lanjut, masing-masing variabel berpengaruh terhadap nilai Y. Hal ini
dapat dilihat dari p-value untuk ketiga variabel X1,X2 dan X3 secara berturut-turut
0,001; 0,000; 0,001 yang lebih kecil dari  = 5%.
Dari hasil regresi di atas menunjukkan bahwa pendidikan kewarganegaraan
(PKn) yang meliputi kecerdasan warganegara (civic intelligence) atau X1, tanggung
jawab wargaengara (civic responsibility) atau X2, partisipasi warganegara (civic
participation) atau X3 mempunyai pengaruh yang positif terhadap sikap demokratis
(Y) siswa SMA Negeri se-Kota Palangka Raya.

Menghitung koefisien regresi secara sendiri-sendiri


1. Variabel X1 terhadap Y

Grafik 9 Koefesien Regresi Variabel X1 terhadap Y

Berdasarkan perhitungan regresi melalui fitted line plot variabel X1 terhadap Y


ditunjukkan bahwa nilai X1 berada pada bilangan positif yaitu 0,5969. Hasil ini
menyatakan bahwa variabel kecerdasan warganegara (civic intelligence) atau X1

118 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236


PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS SISWA SMA NEGERI SE
KOTA PALANGKA RAYA
(Survey Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kota Palangka Raya)

berpengaruh positif pada kategori sedang yaitu 0,5969 terhadap variabel Y atau
variabel sikap demokratis siswa SMA Negeri se-Kota Palangka Raya

2. Variabel X2 terhadap Y

Grafik 10 Koefisien Regresi Variabel X2 terhadap Y

Berdasarkan perhitungan regresi melalui fitted line plot variabel X2 terhadap


Y ditunjukkan bahwa nilai X2 berada pada bilangan positif yaitu 0,8354. Hasil ini
menyatakan bahwa variabel tanggung jawab warganegara (civic resposibility) atau
X2 berpengaruh positif pada kategori sangat kuat yaitu 0,8354 terhadap variabel Y
atau variabel sikap demokratis siswa SMA Negeri se-Kota Palangka Raya

Variabel X3 terhadap Y

Grafik 11 Koefisien Regresi Variabel X3 terhadap Y

Berdasarkan perhitungan regresi melalui fitted line plot variabel X3 terhadap


Y ditunjukkan bahwa nilai X3 berada pada bilangan positif yaitu 0,6867. Hasil ini
menyatakan bahwa variabel partisipasi warganegara (civic participation) atau X3
berpengaruh positif pada kategori kuat yaitu 0,6867 terhadap variabel Y atau variabel
sikap demokratis siswa SMA Negeri se-Kota Palangka Raya.

119 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236


PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS SISWA SMA NEGERI SE
KOTA PALANGKA RAYA
(Survey Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kota Palangka Raya)

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Berdasarkan hasil pegujian hipotesis dan analisis data yang dilakukan,
Kesimpulan penelitian untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut :
1. Kecerdasan warganegara (civic intelligence) atau X1 berpengaruh positif pada
kategori sedang yaitu 0,5969 terhadap variabel Y atau variabel sikap demokratis
siswa SMA Negeri se-Kota Palangka Raya.
2. Tanggung jawab warganegara (civic resposibility) atau X2 berpengaruh positif
pada kategori sangat kuat yaitu 0,8354 terhadap variabel Y atau variabel sikap
demokratis siswa SMA Negeri se-Kota Palangka Raya.
3. Partisipasi warganegara (civic participation) atau X3 berpengaruh positif pada
kategori kuat yaitu 0,6867 terhadap variabel Y atau variabel sikap demokratis
siswa SMA Negeri se-Kota Palangka Raya.
4. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) yang meliputi kecerdasan warganegara (civic
intelligence) atau X1, tanggung jawab wargaengara (civic responsibility) atau X2,
partisipasi warganegara (civic participation) atau X3 berpengaruh positif terhadap
sikap demokratis (Y) siswa SMA Negeri se-Kota Palangka Raya. Hal ini dapat
dilihat dari p-value untuk ketiga variabel X1,X2 dan X3 secara berturut-turut
0,001; 0,000; 0,001 yang lebih kecil dari  = 5%.

Saran
Dari kesimpulan penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan
beberapa saran sebagai berikut :
1. Bagi Guru PKn
a. Guru PKn lebih meningkatkan pengembangan kecerdasan warganegara (civic
intelligence) dengan proses pembelajaran yang lebih inovatif dalam
mengemas materi yang lebih konstekstual sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa SMA untuk memahami materi yang mekankan pada
pemahaman mendasar tentang konsep demokrasi, pemahaman mendasar
dalam praktek demokrasi, pemahaman mengenai isu-isu yang berkembang di
masyarakat, memahami, menerima, dan menghormati perbedaan.
b. Guru PKn dapat menggunakan model, strategi pembelajaran, dan metode
yang tepat untuk pemahaman materi di atas misalnya dengan menggunakan
medel Value Clarification Technique (VCT) dengan metode simulasi,
respondensi, wawancara agar pengalaman belajar (learning experience)
siswa lebih bermakna.
c. Guru PKn harus menjadikan sekolah sebagai laboratorium demaokrasi dan
mendorong siswa untuk memiliki kemauan dalam bekerjasama, mampu
memantau bagaimaa kegiatan pemerintahan, berpartisipasi aktif dalam
lembaga sosial dan lembaga politik.

120 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236


PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS SISWA SMA NEGERI SE
KOTA PALANGKA RAYA
(Survey Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kota Palangka Raya)

d. Sebagai pendidik guru PKn harus memberikan teladan yang baik agar
dicontoh oleh siswa sehingga khususnya dalam sikap demokratis (terbuka,
memberi kebebasan yang bertanggungjawab) sehingga terbentuklah perilaku
dan karakter siswa yang sesuai visi dan misi pendidikan kewarganegaraan.

2. Bagi Siswa
a. Siswa harus lebih bersunguh-sungguh saat mengikuti pembelajaran di
sekolah, dan mengedepankan kebutuhan untuk berprestasi sehingga akan
tumbuh sikap mandiri dan menghargai prestasi orang lain.
b. Siswa diharapkan mampu mempraktekan sikap mandiri seperti memiliki
keinginan untuk berkompetisi, percaya diri, mampu mengambil keputusan
dan inisiatif untuk menghadapi masalah.
c. Siswa mampu mempraktekkan sikap kebebasaannya dengan cara
menyampaikan keinginan yang dibarengi dengan kesadaran, menghormati
pluralitas, dan mau berpartisipasi untuk memilih pemimpin baik itu dalam
organisasi sekolah maupun organisasi pemerintahan
d. Siswa mampu mempraktekkan tanggungjawabnya sebagai warga Negara
dengan cara memiliki kesadaran, toleransi, dan mampu mengendalikan diri.

3. Bagi Lembaga (KhususnyaSekolah dan Dinas terkait)


a. Agar lebih meningkatkan sumber daya dan profesionalitas guru dengan cara
memberikan pelatihan dalam mengembangkan instrument pembelajaran
(mengemas materi, metode, dan media) untuk meningkatkan hasil belajar
yang lebih bermakna.
b. Lebih mendorong peningkatan iklim sekolah dan iklim belajar bagi guru,
maupun siswa yang mengedepankan kemandirian, kebebasan, dan
tanggungjawab.
c. Lebih mendorong guru maupun siswa untuk lebih memiliki prestasi dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas

DAFTAR PUSTAKA

Cipto. 2002. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education). Yogyakarta : LP3


UMY.
Prasetyo, Irawan. 2005. Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Terbuka.
Riduwan. (2004). Metode & Teknik Menyusun Tesis. Bandung : Alfabeta.
Sapriya, dkk. 2004. Pendidikan Kewarganegaraan : Model Pengembangan Materi
dan Pembelajaran. Bandung : Laboratorium PKn FPIPS-UPI.
Somantri. 2001. Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja
Posdakarya.
Sugiyono. (2004). Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.

121 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236


PENGARUH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKn) TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS SISWA SMA NEGERI SE
KOTA PALANGKA RAYA
(Survey Terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri di Kota Palangka Raya)

Sukadi, I Wayan. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan


Demokrasi Berbasis Kompetensi Untuk Sekolah Dalam Rangka “Nation and
Character Building” dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran. Bandung :
Laboratorium PKn FPIPS-UPI.
Tim Pustaka Setia. UUD RI 1945. Bandung : Pustaka Setia
Taniredja, Tukiran, dkk (Tim Nasional Dosen PKn). 2010. Pendidikan
Kewarganegaraan (Paradigma Terbaru untuk Mahasiswa). Bandung :
Alfabeta.
Tim Redaksi Fokusmedia. 2003. Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Bandung : Fokusmedia.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Guru dan Dosen disertai pasal-pasal
penjelasannya. (2007). Yogyakarta : Tim Pustaka Merah Putih.
Wawan, Junaidi. 2011. Pengertian Sikap menurut Para Ahli. http://wawan-
junaidi.blogspot.com/2011/12/pengertian-sikap-menurut-para-ahli.html
Winataputra, Udin S. 2001. Jati Diri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana
Sistematik Pendidikan Demokrasi (Suatu Kajian Konseptual dalam Konteks
Pendidikan IPS), Bandung : UPI
Winataputra, Udin S. 2006. Materi dan Pembelajaran PKn di SD. Jakarta :
Universitas Terbuka.
Winataputra, Udin S. 2009. Pembelajaran PKn di SD. Jakarta : Universitas Terbuka.
--------------, (2004). Undang-Undang Sistem Pendidikan. Jakarta : Guna Grafika.
--------------, (2006). Kurikulum KTSP, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Ekonomi
Sekolah Menengah Atas & Madrasah Aliyah. Jakarta.

--------------, (2006). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti


Pemula. Bandung : Alfabeta.

-------------, (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :


Alfabeta.

122 Volume 2 Nomor 2, Desember 2014 – ISSN - 0236

Anda mungkin juga menyukai