Anda di halaman 1dari 6

PKMI-5-3-1

BIO-FILTER NIKOTIN ASAP ROKOK DARI


CHITIN-CHITOSAN

Ricci Ronaldo, Suminto, Aditya PM


PS Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor, Bogor

ABSTRAK
Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen, dan setidaknya terdapat 200
elemen yang dinyatakan berbahaya bagi kesehatan, termasuk di dalamnya adalah
tar, nikotin, dan karbon monoksida. Tujuan dari kajian ilmiah ini adalah untuk
menurunkan kadar tar, nikotin serta karbon monoksida pada asap rokok dengan
penambahan chitin-chitosan pada filter rokok. Metode yang digunakan yaitu
dengan mempelajari karakteristik chitin-chitosan, kemudian menempatkan chitin-
chitosan pada filter rokok. Rokok dengan filter chitin-chiosan diujicobakan pada
25 orang panelis sebagai perokok aktif. Hasil penelitian menunjukkan adanya
perbedaan antara rokok filter konvensional dengan rokok filter chitin-chitosan.
Rokok dengan filter chitin-chitosan menjadi lebih ringan (mild), meskipun
terdapat sebagian panelis yang mengalami iritasi pada kerongkongan.
Key words : rokok, asap rokok, nikotin, chitin-chitosan, filter

PENDAHULUAN
Kanker merupakan penyakit pembunuh yang terbesar dan menakutkan
bagi umat manusia. Salah satunya adalah kanker paru-paru. Kanker ini membunuh
hampir 90% penderitanya, atau hampir 30% dari seluruh kematian yang di
akibatkan kanker serta setidaknya tercatat 4.000 kematian untuk perokok pasif per
tahun di Amerika. Namun sesungguhnya justru kanker paru-parulah yang paling
mudah dicegah. Survey dalam beberapa dekade menunjukkan bahwa satu-satunya
penyebab mayoritas kanker paru-paru adalah asap rokok.
Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen, dan setidaknya
200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok
adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida. Tar adalah substansi hidrokarbon yang
bersifat lengket dan menempel pada paru-paru. Nikotin adalah zat aditif yang
mempengaruhi syaraf dan peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen, dan
mampu memicu kanker paru-paru yang mematikan. Karbon monoksida adalah zat
yang mengikat hemoglobin dalam darah, membuat darah tidak mampu mengikat
oksigen. Sehingga keperluan adanya upaya untuk mengurangi dampak dari asap
rokok tersebut, salah satunya adalah dengan mengurangi kadar tar, nikotin serta
karbon monoksida (CO) dari asap rokok yang dihasilkan.
Chitin merupakan turunan selulosa amino terbesar kedua di alam. Chitin
misalnya banyak terdapat pada dinding sel fungi, cangkang insekta atau serangga
dan crustacea (udang). Karakteristik kimianya yang khas diduga dapat memiliki
potensi yang besar sebagai filter terhadap racun yang ada pada asap rokok
(Austin, 1976). Limbah industri perikanan seperti udang, lobster dan kepiting
menghasilkan 10-13 % chitin. Sedangkan chitosan merupakan hasil deasetilisasi
dari chitin. Chitin dihidrolisis dengan menggunakan asam-basa kuat dalam air
mendidih dalam waktu yang tidak terlalu lama, kemudian dilanjutkan dengan
PKMI-5-3-2

netralisasi, filtrasi, pencucian dan pengeringan. Istilah chitin dan chitosan


penggunaannya bersifat interchangably.
Chitin mampu menyerap fenol, zat-zat asam, serta komponen organik lain
yang ada pada asap tembakau, dan hal ini akan meningkatkan fungsi dari filter
yang ada pada rokok (Austin, 1976). Beberapa kajian tentang ini telah dipatenkan
antara lain US Paten No. 3.978.802 tanggal 26 oktober 1976, dengan judul Chitin
as an extender and filter for tobacco, US Paten N0. 4.506684 tanggal 2 Agustus
1978, dengan judul Modified Cellulosic Smoking Material and Method for Its
Preparation.
Sebagai negara terbesar pemroduksi dan pengkonsumsi rokok, Indonesia
sudah seharusnya memperhatikan akibat yang ditimbulkan oleh rokok. Indonesia
menghasilkan berbagai jenis rokok, dan semua jenis rokok yang dihasilkan
mengandung tar, nikotin serta dalam pembakarannya menghasilkan gas karbon
monoksida (CO) yang membahayakan kesehatan manusia.
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia
Nomor 62/MPP/Kep/2/2004 menyatakan bahwa, rokok ada dua jenis yaitu rokok
kretek tanpa filter dan rokok kretek dengan filter. Kretek adalah rokok yang
terbuat dari tembakau dan cengkeh tanpa menggunakan filter atau gabus
penyaring, sedangkan rokok dengan filter adalah rokok dengan penyaring atau
filter yang biasanya terbuat dari gabus. Namun di perusahaan rokok, filter yang
digunakan kebanyakan dalam bentuk gabus. Penggunaan chitin dan chitosan
masih belum ada. Sehingga pengembangan filter dalam bentuk serbuk pada rokok
sangat menarik untuk dilakukan.
Secara umum kajian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik rokok dengan chitin-chitosan sebagai bio-filter dalam menurunkan
kadar tar, nikotin serta karbon monoksida (CO) pada asap rokok. Sedangkan
tujuan khusus adalah untuk mengurangi resiko yang diakibatkan oleh asap rokok
serta mengaplikasikan chitin-chitosan pada rokok sebagai bio-filter.

METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan pada bulan Pebruari – Maret 2006, bertempat
dilaboratorium industri, Departemen Teknologi Hasil Perairan FPIK-IPB.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain pencetak rokok
manual, sedangkan untuk penentuan tar dan nikotin ini adalah dengan uji
organoleptik.
Bahan yang digunakan yaitu rokok kretek, rokok filter, kertas serta bahan
lain yang digunakan dalam pengujian.
Metode Penelitian
Penelitian tentang kajian efektivitas dari chitosan sebagai bio-filter ini
dibagi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah mempelajari karakteristik dari
chitin-chitosan dengan berbagai sumber pustaka. Kemudian dilanjutkan dengan
pembuatan bio-filter dari chitin-chitosan serta aplikasi bio-filter chitin-chitosan
pada rokok, serta mempelajari karakteristik rokok.
PKMI-5-3-3

Karakteristik Chitin-Chitosan
Untuk mempelajari karakteristik chitin-chitosan dilakukan studi literatur
dari berbagai sumber pustaka. Beberapa sumber yang dijadikan acuan diantaranya
jurnal, paten, skripsi serta buku pendukung lainya.
Pembuatan Bio-filter Chitosan
Bio-filter Chitosan dibuat dengan mengkombinasikan filter konvensional
dengan penambahan chitosan. Bahan baku chitosan diperoleh dari laboratorium
Fisika Kimia Departmen Teknologi Hasil Perairan, FPIK-IPB. Sebanyak 0,5
gram, 0,75 gram dan 1 gram chitosan ditambahkan pada filter gabus pada rokok.
Dengan penggunaan chitosan yang berbeda, akan dilihat tingkat efektivitas dari
chitosan tersebut.
Karakterisasi Rokok
Karakteristik rokok yang dipelajari meliputi tingkat keringanan (mild),
efek iritasi pada kerongkongan, karakteristik asap, sifat self-propagating. Pada
tahap ini rokok diujicobakan pada 25 orang panelis untuk melihat sifat
organoleptik dari rokok. Format skor sheet organoleptik dapat dilihat pada
Lampiran 1.

HASIL PENELITIAN
Karakteristik Chitin-Chitosan
Struktur Molekul Chitin-Chitosan

Gambar 1. Struktur molekul chitin Gambar 2. Struktur molekul chitosan


(Sanford and Hucthing, 1987) (Sanford and Hucthing, 1987)

Pembuatan Bio-filter Chitosan


Hasil Pembuatan Rokok dengan Filter Chitin-Chitosan
Filter Gabus

tembakau

Chitosan
Gambar 3. Formulasi Bio-filter chitosan
PKMI-5-3-4

Karakterisasi Rokok
Tabel 2. Hasil uji organoleptik terhadap rokok
Perlakuan Karateristik rokok
A1B0 Rasa memuaskan, agak berat, ada sedikit iritasi pada
kerongkongan.
A1B1 Rokok terasa lebih ringan (mild), cool, rasa memuaskan,
terkadang terdapat iritasi pada kerongkongan
A1B2 Rokok terasa lebih baik, terdapat rasa ingin menambah
(self-propagating), lebih ringan (mild), dibanding rokok
tanpa chitin, rasa sedikit pahit.
A1B3 Lebih baik, terdapat sedikit iritasi ringan pada
kerongkongan, rasa lebih ringan (mild)

A1B0 : Kontrol (produk filter komersil)


A1B1 : Rokok + filter chitin dan chitosan 0.5 gram
A1B2 : Rokok + filter chitin dan chitosan 0.75 gram
A1B3 : Rokok + filter chitin dan chitosan 1 gram

PEMBAHASAN
Karakteristik Chitin-Chitosan
Chitosan merupakan produk deasetilasi chitin dengan menggunakan basa
kuat. Menurut Knorr (1982), chitosan adalah polimer dari 2-dioksi-2-amino
glukosa, yaitu chitin yang terdestilasi yang mempunyai ikatan (1-4) β. Besarnya
gugus asetil yang hilang dari polimer chitin akan semakin memperkuat interaksi
antar ion dan ikatan hidrogen dari chitosan.
Chitin dan chitosan merupakan senyawa golongan karbon yang dihasilkan
dari limbah laut,khususnya golongan udang, kepiting, ketam dan kerang. Chitin
sebagai substansi organik kedua terbanyak di alam setelah selulosa (Suptijah, et
al.1992). Knorr (1984) menyebutkan bahwa chitin dapat ditemukan pada limbah
udang dan rajungan sebesar 14-27% dan 13-15% (berat kering) tergantung dari
jenis spesies dan faktor lain. Penelitian lain menyatakan kandungan chitin pada
limbah udang dan rajungan sebesar 20-3-% (Johnson, 1982).
Chitin-chitosan dalam perkembangannya telah dimanfaatkan dalam
berbagai bentuk dan tujuan. Beberapa penggunaan chitin-chitosan dapat dilihat
pada Tabel 1.

Tabel 1. Aplikasi chitin-chitosan

Aplikasi Contoh
Antimikroba Bakterisidal, fungisidal, pengukur kontaminasi jamur
Edible Film Mengatur perpindahan uap antara makanan dan
lingkungan, menahan pelepasan zat-zat mikroba,
antioksidan, menahan pelepasan zat nutrisi, dan falvor
Bahan aditif Mempertahankan flavor alami, bahan pengontrol
pengemulsi, pengental, stabilizer dan penstabil warna
Sifat nutrisi Serat diet, penurun kolesterol, bahan tambahan untuk
PKMI-5-3-5

pakan ikan, mereduksi lemak, protein sel tunggal, anti


gastritis
Pengolah limbah Flokulan, dan pemecah agar
makanan
Pemurnian air Memisahkan ion-ion logam, pestisida, penjernihan,
Sumber : Shahidi et al (1999)

Beberapa penelitian mengenai pemanfaatan chitin-chitosan telah


dilakukan, di Departemen Teknologi Hasil Perairan , Institut Pertanian Bogor,
chitosan telah diaplikasikan sebagai koagulan dalam pengolahan limbah cair
perikanan (Prantommy, 2005), untuk menanggulangi masalah pencemaran
(Rosita, 2005) di mana chitosan mampu mengikat senyawa organik yang ada
diperairan, chitosan juga mampu mengkelat logam berat Pb sebesar 0.02 PPM.

Pembuatan Bio-filter Chitosan


Pembuatan bio-filter ini diawali dengan pemilihan chitin-chitosan sebagai
filter, kemudian pemotongan gabus filter rokok. Chitin-chitosan yang digunakan
yaitu dalam bentuk serbuk sehingga perlu adanya kecermatan dalam proses
formulasi chitin-chitosan kedalam gabus filter rokok. Chitin-chitosan yang sudah
disiapkan kemudian dimasukkan ke dalam filter gabus rokok. Chitin-chitosan
ditepatkan ditengah, diantara dua gabus. Kemudian dilanjutkan dengan perekatan
filter dengan pembungkus kertas sekaligus penyatuan dengan rokok. Rokok yang
dihasilkan kemudian diuji organoleptik untuk melihat pengaruh chitin-chitosan
terhadap karakteristik rokok yang dihasilkan. Sketsa rokok dengan filter chitin-
chitosan dapat dilihat pada Gambar 3.

Karakterisasi Rokok
Adanya penggunaan chitin dan chitosan, ternyata berpengaruh terhadap
karateristik rokok yang dihasilkan. Dengan penambahan konsentrasi chitin-
chitosan yang digunakan, rokok yang dihasilkan terasa lebih ringan. Asap rokok
yang dihasilkan lebih baik. Penggunaan chitin-chitosan juga menjadikan adanya
sifat self-propagating, yaitu perasaan ingin menambah.
Secara fisik, dengan penambahan chitin-chitosan akan menurunkan
penampakan dari rokok tersebut. Namun secara sensori, seperti rasa, mildness dan
coolness, rokok terasa lebih baik, meskipun dengan peningkatan chitin-chitosan
iritasi pada kerongkongan juga meningkat. Filter yang lebih efektif untuk rokok
dan tembakau diperlukan persyaratan-persyaratan untuk menurunkan tar, nikotin,
dan beberapa zat volatile lain pada asap rokok atau tembakau. Modifikasi chitin-
chitosan pada rokok sangat bagus sebagai filter asap rokok. Penggunaan chitin
dapat menyerap zat-zat phenolik, zat asam dan komponen organik lainnya pada
asap rokok.

KESIMPULAN
Secara fisik, dengan adanya penambahan chitin akan menurunkan
penampakan dari rokok tersebut. Namun secara sensori, seperti rasa, mildness dan
coolness, rokok terasa lebih baik, meskipun dengan peningkatan chitin iritasi pada
kerongkongan juga meningkat.
PKMI-5-3-6

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan antara rokok filter


komersial dengan rokok filter dengan chitin. Penambahan chitin menghasilkan
rokok dengan karateristik yang lebih baik. Chitin mampu menurunkan tar, nikotin
serta komponen asam yang ada pada asap rokok.

DAFTAR PUSTAKA
Austin, RP. 1976. Chitin as an extender and filter for tobacco. US Patent. No
3.987.802. 26 oktober 1976.
Johnson, EL, Peniston, QP. 1982. Utilization of shellfish waste for chitin and
chitosan productions. Di dalam: Martin, RE, Flick, GJ, Hebard, CE, Ward
DR (ed). Chemistry and biochemistry of marine food products. Wesport
Conecticut:AVI Publishing Company.
Knorr, D. 1982. Functional properties of chitin and chitosan. Journal of science
48: 36-41.
Philip, M. 1978. Modified cellulosic smoking material and method for its
preparation. US Paten N0. 4.506684 . 2 Agustus 1978.
Prantommy. 2005. Pemanfaatan kitosan dari kulit udang windu (Penaeus
monodon) untuk pengolahan limbah cair perikanan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Bogor: IPB
Rosita, N. 2005. Efektivitas kitosan dalam menurunkan kandungan timbal (Pb)
pada kerang hijau (Mytilus viridis) dengan sistem resirkulasi sederhana.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Bogor: IPB.
Sanford, PA dan Hucthing, GP. 1987. Chitosan and natural cationic biopolymer,
commercial application. Di dalam: Yalpani (ed). Industrial polisaccarides.
Procceding symposium on the applications and modification of industrial
polysaccarides. New York. 5-7 April 1987. New York: Elseiver Sci. Co.
Inc.
Shahidi, F, Janak, KVA, You, JJ. 1999. Food Applications of chitin and chitosan.
Journal Food Science and Technology. 10: 37-51.
Suptijah, P, Salamah, E, Sumaryanto, H, Purwaningsih, S, Santoso, J. 1992.
Pengaruh berbagai isolasi khitin kulit udang terhadap mutunya.
Laporan penelitian. Bogor: FPIK IPB.

Anda mungkin juga menyukai