Halaman : 10 Halaman
Tahun : 2015
Masalah Penelitian :
Beton memiliki sifat yaitu kuat terhadap tekan dan lemah terhadap tarik. Jika beton
yang digunakan utamanya dalam beton bertulang memiliki mutu yang rendah, maka akan
mengakibatkan retak yang disebabkan ketidak mampuan layan dari beton untuk menahan kuat
tarik atau lentur. Retak tersebut mampu mengakibatkan udara dan bahan lainnya masuk ke
dalam beton dan menyebabkan tulang mengalami korosi. Pada saat ini, perbaikan yang
dilakukan pada beton retak dirasa kurang efisien. Sehingga, dibuatlah beton dengan
kemampuan untuk emnyembuhkan dirinya sendiri.
Tujuan Penelitian :
Meneliti perbaikan pada beton yang retak dengan menggunakan media pelapis
geopolimer dengan media bakteri bacillus dan air sebagai aktivator kalsium karbonat pada
beton.
Metode Penelitian :
Kekuatan tekan dari lima bahan pelapis yang berbeda dibandingkan dengan
mempersiapkan delapan batu geopolimer 20x20x25 mm untuk setiap cairan penggerak
yang berbeda. Metameter yang digunakan untuk rasio cairan aktivator digunakan untuk
proses pelapisan. Untuk meningkatkan kemampuan kerja, air demineralisasi
ditambahkan. Seri keenam dari 8 kubus disiapkan tanpa penambahan air demineralisasi
untuk mengetahui pengaruh kenaikan kadar air pada kekuatan tekan. Daftar komposisi
geopolimer dapat ditemukan pada Tabel 3.
Setelah satu minggu penyembuhan, 3 kubus diuji kekuatan tekan pada pers
hidrolik Macben. Pers dikontrol dengan kemiringan 0,5 kN / s. Setelah tiga minggu
penyembuhan, 5 kubus sisanya diuji.
4. Penggabungan Partikel Dilapisi dalam Pasta Semen
Partikel dari batch 1 dan 6 digabungkan dalam pasta semen untuk menyelidiki baik
interaksi antara bahan pelapis dan fase semen dan pembubaran zat penyembuhan dalam
situasi yang realistis. Sampel pasta semen silindris terbagi dalam empat lapisan. Bagian
bawah dan lapisan mengandung partikel dilapisi yang lebih besar dari 2 mm dari batch 1
dan 6, masing-masing. Untuk partikel kedua dan keempat, partikel antara 1 dan 2 mm dari
batch 1 dan 6 digunakan. Sampel dipindai dalam cetakannya setelah delapan hari menjalani
penyembuhan dengan menggunakan tomografi sinar-X. Setelah tiga minggu, sampel dibagi
dengan press hidrolik untuk menguji perilaku pemisahan lapisan.
Hasil Penelitian :
Partikel dari batch 1 dan 6 digabungkan dalam pasta semen untuk menyelidiki baik
interaksi antara bahan pelapis dan fase semen dan pembubaran zat penyembuhan dalam
situasi yang realistis. Sampel pasta semen silindris terbagi dalam empat lapisan. Bagian
bawah dan lapisan mengandung partikel dilapisi yang lebih besar dari 2 mm dari batch 1
dan 6, masing-masing. Untuk partikel kedua dan keempat, partikel antara 1 dan 2 mm dari
batch 1 dan 6 digunakan. Sampel dipindai dalam cetakannya setelah delapan hari menjalani
penyembuhan dengan menggunakan tomografi sinar-X. Setelah tiga minggu, sampel dibagi
dengan press hidrolik untuk menguji perilaku pemisahan lapisan.
Hasil ini menunjukkan bahwa kondisi pada pasta semen sangat berbeda dengan
kondisi demineralisasi air/ proses penghilangan mineral air. Oleh karena itu, tes pelindian
tidak boleh dijadikan satu-satunya dasar untuk membuat keputusan tentang lapisan optimal.
Kesimpulan :
Studi ini menunjukan bahwa untuk mencapai pelaoisan geopolimer pada tahap
perbaikan beton agar terdefinisi dengan baik maka dilakukan cara pengoperasian dan
mekanisme pelapisan. Selanjutnya pada tahun 2008 ditemukan cara agar proses nebulisasi
dapat terdistribusi dengan baik dilakukan dengan cara mengurangi gumpalan/aglomerasi,
sehingga bahan pelapis tersebut dapat berinteraksi dengan beton matriks.