Anda di halaman 1dari 26

BAB III

PEMBAHASAN

Pada hari Selasa, 6 Maret 2018 telah dilaksanakan pratikum


Makropaleontologi di ruang 202 Gedung Pertamina Sukowati, Departemen Teknik
Geologi. Pada praktikum kali ini, telah dilakukan pengamatan terhadap fosil
Brachiopoda. Pengamatannya meliputi dimensi, warna, bentuk, dan bagian tubuh,
jenis fosil, proses pemfosilan, taksonomi, cara hidup, umur gelogi, dan lingkungan
hidup fosil. Peraga fosil yang diamati berkode B1, B2, B3, B4, dan B5. Berikut
adalah pembahasan dari tiap – tiap peraga.

3.1 Peraga Fosil B1


Peraga fosil dengan kode B1 memiliki warna putih tulang dengan dimensi
panjang sebesar 13 cm, lebar 10 cm, dan tingginya 5 cm. Dari kenampakannya
dapat diketahui bahwa peraga B1 ternasuk dalam jenis fosil lain – lain (maket),
karena peraga ini merupakan peraga buatan. Berdasarkan hasil pengamatan yang
telah dilakukan, morfologi yang tampak dari fosil ini adalah ribs yang merupakan
tulang rusuk dari brachiopoda, foramen atau lubang berbentuk bundar pada bagian
paruh, hinge adalah garis pertautan, pedicle valve atau katup atas., brachial valve
atau katup bawah,. Commisure merupakan garis batas antara brachial valve dan
pediclar valve titik temu dua katup, dan umbo atau bagian yang menonjol di bagian
punggung. Growth line menunjukkan umur hidup dari fosil ini.

Gambar 3.1 Morfologi peraga fosil B1

8
Brachiopoda hidup tertambat (benthos secyl) di dasar laut, lewat suatu
juluran otot yang disebut pedicle. Untuk memenuhi kebutuhan makanan dan
oksigen, Brachiopoda mempunyai Lophophore yang berfungsi menggerakkan air
di sekitarnya, sehingga sirkulasi oksigen ke dalam dan ke luar tubuh dapat
berlangsung. Begitu pula dengan makanan, makanan melewati mulut, faring otot
dan kerongkongan, yang semuanya tertutup dengan silia dan sel yang mengeluarkan
enzim lendir dan pencernaan. Nutrisi diangkut ke seluruh coelom, termasuk lobus
mantel, dengan silia. Limbah yang dihasilkan oleh metabolisme dipecah menjadi
amonia, yang dieliminasi melalui difusi melalui mantel dan lophophore.
Brachiopoda memiliki metanephridia yang digunakan oleh banyak filum untuk
mengeluarkan amonia dan limbah terlarut lainnya. Namun, brachiopoda tidak
memiliki tanda-tanda podosit, yang melakukan fase pertama ekskresi dalam proses
ini, dan metanephridia brachiopoda hanya digunakan untuk memancarkan sperma
dan sel telur. Mayoritas makanan yang dikonsumsi oleh brachiopoda dapat dicerna,
dengan sedikit limbah padat yang dihasilkan. Silia dari lophophore dapat mengubah
arah untuk mengeluarkan partikel terisolasi dari materi yang tidak tercerna. Jika
hewan itu menemukan benjolan materi yang tidak diinginkan, lapisan silia untuk
memindahkan benjolan ke lapisan mantel. Jika lophophornya tersumbat, alat
pengusung mengunci katup dengan tajam, yang menciptakan "bersin" yang akan
menghilangkan penghalangnya. Lophophore dan mantel adalah satu-satunya
permukaan yang menyerap oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Oksigen
didistribusikan oleh cairan coelom, yang disirkulasikan melalui mantel dan dipicu
oleh kontraksi lapisan coelo. Pada beberapa spesies brachiopoda, oksigen sebagian
dibawa oleh hemerythrin pigmen pernafasan, yang diangkut dalam sel koelomosit.
Konsumsi oksigen brachiopoda maksimum, dan konsumsi minimumnya tidak
dapat diukur. Brachiopoda juga memiliki darah yang tidak berwarna, disirkulasikan
oleh jantung berotot yang terletak di bagian dorsal tubuh di atas perut. Darah
melewati pembuluh yang meluas ke depan dan belakang tubuh, dan bercabang ke
organ lainnya termasuk lophophore di bagian depan dan usus, otot, gonad dan
nephridia di belakang. Sirkulasi darah brachiopoda tidak sepenuhnya tertutup,
cairan coelomic dan darah harus bercampur sampai tingkat tertentu. Fungsi utama

9
darah mungkin untuk mengantarkan nutrisi. "Otak" articulata dewasa terdiri dari
dua ganglia, satu di atas dan yang lainnya di bawah kerongkongan.

Gambar 3.2 Cara hidup fosil peraga B1

Gambar 3.3 Cara makan fosil peraga B1

Gambar 3.4 Mekanisme lophophore mengambil makanan


Umumnya, brachiopoda dewasa hanya memiliki satu alat kelamin selama hidupnya.
Gonad adalah massa gamet yang berkembang (sel telur atau sperma), dan umumnya
spesies brachiopoda memiliki empat gonad, dua di setiap katup. Kelas articulata
terletak pada saluran lobus mantel, sedangkan kelas inarticulate terletak di dekat
usus. Gamet matang melayang ke coelom utama dan kemudian keluar ke rongga
mantel melalui metanephridia yang terbuka di kedua sisi mulut. Sebagian besar

10
spesies brachiopoda melepaskan sel telur dan sperma ke dalam air, namun
brachiopoda betina dari beberapa spesies menyimpan embrio di ruang induk sampai
larva menetas.

Gambar 3.4 Reproduksi Fosil Peraga B1

Proses pemfosilan dari fosil peraga B1 dapat diiinterpretasikan merupakan


pengawetan bagian keras dari organisme dimana organisme tersebut memiliki
mineral yang tahan / resisten terhadap proses pelapukan dan reaksi kimia, sehingga
memungkinkan terjadinya pembentukan fosil. Fosil peraga B1 merupakan fosil
yang tersusun atas kalsium karbonat, yang umumnya terawetkan dalam bentuk
aslinya. Proses pemfosilan fosil ini bermula ketika fosil ini mati dan berada pada
tempat yang terlindung dari pemangsa dan bakteri pembusuk. Proses umum yang
terjadi setelah penguburan adalah perubahan kimia atau penggantian dan
pemadatan. Kebanyakan organisme laut memiliki kerangka berkapur yang
mengandung kalsium karbonat (CaCo3) yang terjadi dalam satu dari dua bentuk
kristal, kalsit atau aragonit. Aragonit relatif tidak stabil dan akan berubah menjadi
kalsit atau larut seiring berjalannya waktu. Akibatnya, aragonit menjadi semakin
langka di batuan yang lebih tua. Jika kalsit atau aragonit dilarutkan, hasilnya adalah
fosil yang diawetkan sebagai cetakan atau pemalsuan.

11
Peraga B1 memiliki taksonomi phylum Brachiopoda, kelas Articulata, ordo
Rhynchonellida. famili Rhynchotrematidae. Fosil ini diperkirakan hidup di zaman
cambrian - permian. Kegunaan fosil Brachiopoda ini yaitu sangat baik untuk fosil
indeks (index fossils) untuk strata pada suatu wilayah yang luas. Secara garis besar,
jenis Phylum Brachiopoda ini merupakan hewan-hewan yang hidup pada Masa
Paleozoikum, sehingga kehadirannya sangat penting untuk penentuan umur batuan
sebagai Index Fossils.

Tabel 3.1 Skala umur geologi fosil peraga B1

3.2 Peraga Fosil B2


Peraga fosil dengan kode B2 memiliki warna putih tulang dengan dimensi
panjang 12 cm, lebar 9 cm, dan tinggi 8 cm. Dari kenampakannya dapat diketahui
bahwa peraga B2 termasuk dalam jenis fosil lain – lain (maket), karena peraga ini
merupakan peraga buatan. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan,
morfologi yang tampak dari fosil ini adalah foramen atau lubang berbentuk bundar
pada bagian paruh, hinge adalah garis pertautan, pedicle valve atau katup atas.,
brachial valve atau katup bawah,. Commisure merupakan garis batas antara brachial
valve dan pediclar valve titik temu dua katup, dan umbo atau bagian yang menonjol
di bagian punggung. Growth line menunjukkan umur hidup dari fosil ini.

12
Gambar 3.5 Morfologi peraga fosil B2

Brachiopoda hidup tertambat (benthos secyl) di dasar laut, lewat suatu


juluran otot yang disebut pedicle. Untuk memenuhi kebutuhan makanan dan
oksigen, Brachiopoda mempunyai Lophophore yang berfungsi menggerakkan air
di sekitarnya, sehingga sirkulasi oksigen ke dalam dan ke luar tubuh dapat
berlangsung. Begitu pula dengan makanan, makanan melewati mulut, faring otot
dan kerongkongan, yang semuanya tertutup dengan silia dan sel yang mengeluarkan
enzim lendir dan pencernaan. Nutrisi diangkut ke seluruh coelom, termasuk lobus
mantel, dengan silia. Limbah yang dihasilkan oleh metabolisme dipecah menjadi
amonia, yang dieliminasi melalui difusi melalui mantel dan lophophore.
Brachiopoda memiliki metanephridia yang digunakan oleh banyak filum untuk
mengeluarkan amonia dan limbah terlarut lainnya. Namun, brachiopoda tidak
memiliki tanda-tanda podosit, yang melakukan fase pertama ekskresi dalam proses
ini, dan metanephridia brachiopoda hanya digunakan untuk memancarkan sperma
dan sel telur. Mayoritas makanan yang dikonsumsi oleh brachiopoda dapat dicerna,
dengan sedikit limbah padat yang dihasilkan. Silia dari lophophore dapat mengubah
arah untuk mengeluarkan partikel terisolasi dari materi yang tidak tercerna. Jika
hewan itu menemukan benjolan materi yang tidak diinginkan, lapisan silia untuk
memindahkan benjolan ke lapisan mantel. Jika lophophornya tersumbat, alat
pengusung mengunci katup dengan tajam, yang menciptakan "bersin" yang akan
menghilangkan penghalangnya. Lophophore dan mantel adalah satu-satunya
permukaan yang menyerap oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Oksigen
didistribusikan oleh cairan coelom, yang disirkulasikan melalui mantel dan dipicu
oleh kontraksi lapisan coelo. Pada beberapa spesies brachiopoda, oksigen sebagian

13
dibawa oleh hemerythrin pigmen pernafasan, yang diangkut dalam sel koelomosit.
Konsumsi oksigen brachiopoda maksimum, dan konsumsi minimumnya tidak
dapat diukur. Brachiopoda juga memiliki darah yang tidak berwarna, disirkulasikan
oleh jantung berotot yang terletak di bagian dorsal tubuh di atas perut. Darah
melewati pembuluh yang meluas ke depan dan belakang tubuh, dan bercabang ke
organ lainnya termasuk lophophore di bagian depan dan usus, otot, gonad dan
nephridia di belakang. Sirkulasi darah brachiopoda tidak sepenuhnya tertutup,
cairan coelomic dan darah harus bercampur sampai tingkat tertentu. Fungsi utama
darah mungkin untuk mengantarkan nutrisi. "Otak" articulata dewasa terdiri dari
dua ganglia, satu di atas dan yang lainnya di bawah kerongkongan.

Gambar 3.6 Cara hidup fosil peraga B2

Gambar 3.7 Cara makan fosil peraga B2

14
Gambar 2.8 Mekanisme lophophore mengambil makanan
Umumnya, brachiopoda dewasa hanya memiliki satu alat kelamin selama hidupnya.
Gonad adalah massa gamet yang berkembang (sel telur atau sperma), dan umumnya
spesies brachiopoda memiliki empat gonad, dua di setiap katup. Kelas articulata
terletak pada saluran lobus mantel, sedangkan kelas inarticulate terletak di dekat
usus. Gamet matang melayang ke coelom utama dan kemudian keluar ke rongga
mantel melalui metanephridia yang terbuka di kedua sisi mulut. Sebagian besar
spesies brachiopoda melepaskan sel telur dan sperma ke dalam air, namun
brachiopoda betina dari beberapa spesies menyimpan embrio di ruang induk sampai
larva menetas.

Gambar 3.9 Reproduksi Fosil Peraga B2

15
Proses pemfosilan dari fosil peraga B2 dapat diiinterpretasikan merupakan
pengawetan bagian keras dari organisme dimana organisme tersebut memiliki
mineral yang tahan / resisten terhadap proses pelapukan dan reaksi kimia, sehingga
memungkinkan terjadinya pembentukan fosil. Fosil peraga B2 merupakan fosil
yang tersusun atas kalsium karbonat, yang umumnya terawetkan dalam bentuk
aslinya. Proses pemfosilan fosil ini bermula ketika fosil ini mati dan berada pada
tempat yang terlindung dari pemangsa dan bakteri pembusuk. Proses umum yang
terjadi setelah penguburan adalah perubahan kimia atau penggantian dan
pemadatan. Kebanyakan organisme laut memiliki kerangka berkapur yang
mengandung kalsium karbonat (CaCo3) yang terjadi dalam satu dari dua bentuk
kristal, kalsit atau aragonit. Aragonit relatif tidak stabil dan akan berubah menjadi
kalsit atau larut seiring berjalannya waktu. Akibatnya, aragonit menjadi semakin
langka di batuan yang lebih tua. Jika kalsit atau aragonit dilarutkan, hasilnya adalah
fosil yang diawetkan sebagai cetakan atau pemalsuan.
Peraga B2 memiliki taksonomi phylum Brachiopoda, kelas Articulata, ordo
Terebratulida. famili Rhynconellata. Fosil ini diperkirakan hidup di zaman
Devonian – Recent. Kegunaan fosil Brachiopoda ini yaitu sangat baik untuk fosil
indeks (index fossils) untuk strata pada suatu wilayah yang luas. Secara garis besar,
jenis Phylum Brachiopoda ini merupakan hewan-hewan yang hidup pada Masa
Paleozoikum, sehingga kehadirannya sangat penting untuk penentuan umur batuan
sebagai Index Fossils.
Tabel 3.2 Skala umur geologi fosil peraga B2

16
3.3 Peraga Fosil B3
Peraga fosil dengan kode B3 memiliki warna putih tulang dengan dimensi
dimensi p x l x t = 11 x 8 x 10 cm. Dari kenampakannya dapat diketahui bahwa
peraga B3 ternasuk dalam jenis fosil lain – lain (maket), karena peraga ini
merupakan peraga buatan. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan,
morfologi yang tampak dari fosil ini adalah ribs yang merupakan tulang rusuk dari
brachiopoda, foramen atau lubang berbentuk bundar pada bagian paruh, hinge
adalah garis pertautan, pedicle valve atau katup atas., brachial valve atau katup
bawah,. Commisure merupakan garis batas antara brachial valve dan pediclar valve
titik temu dua katup, dan umbo atau bagian yang menonjol di bagian punggung.
Growth line menunjukkan umur hidup dari fosil ini.

Gambar 3.10 Morfologi peraga fosil B3

Brachiopoda hidup tertambat (benthos secyl) di dasar laut, lewat suatu


juluran otot yang disebut pedicle. Untuk memenuhi kebutuhan makanan dan
oksigen, Brachiopoda mempunyai Lophophore yang berfungsi menggerakkan air
di sekitarnya, sehingga sirkulasi oksigen ke dalam dan ke luar tubuh dapat
berlangsung. Begitu pula dengan makanan, makanan melewati mulut, faring otot
dan kerongkongan, yang semuanya tertutup dengan silia dan sel yang mengeluarkan
enzim lendir dan pencernaan. Nutrisi diangkut ke seluruh coelom, termasuk lobus
mantel, dengan silia. Limbah yang dihasilkan oleh metabolisme dipecah menjadi
amonia, yang dieliminasi melalui difusi melalui mantel dan lophophore.
Brachiopoda memiliki metanephridia yang digunakan oleh banyak filum untuk
mengeluarkan amonia dan limbah terlarut lainnya. Namun, brachiopoda tidak
memiliki tanda-tanda podosit, yang melakukan fase pertama ekskresi dalam proses

17
ini, dan metanephridia brachiopoda hanya digunakan untuk memancarkan sperma
dan sel telur. Mayoritas makanan yang dikonsumsi oleh brachiopoda dapat dicerna,
dengan sedikit limbah padat yang dihasilkan. Silia dari lophophore dapat mengubah
arah untuk mengeluarkan partikel terisolasi dari materi yang tidak tercerna. Jika
hewan itu menemukan benjolan materi yang tidak diinginkan, lapisan silia untuk
memindahkan benjolan ke lapisan mantel. Jika lophophornya tersumbat, alat
pengusung mengunci katup dengan tajam, yang menciptakan "bersin" yang akan
menghilangkan penghalangnya. Lophophore dan mantel adalah satu-satunya
permukaan yang menyerap oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Oksigen
didistribusikan oleh cairan coelom, yang disirkulasikan melalui mantel dan dipicu
oleh kontraksi lapisan coelo. Pada beberapa spesies brachiopoda, oksigen sebagian
dibawa oleh hemerythrin pigmen pernafasan, yang diangkut dalam sel koelomosit.
Konsumsi oksigen brachiopoda maksimum, dan konsumsi minimumnya tidak
dapat diukur. Brachiopoda juga memiliki darah yang tidak berwarna, disirkulasikan
oleh jantung berotot yang terletak di bagian dorsal tubuh di atas perut. Darah
melewati pembuluh yang meluas ke depan dan belakang tubuh, dan bercabang ke
organ lainnya termasuk lophophore di bagian depan dan usus, otot, gonad dan
nephridia di belakang. Sirkulasi darah brachiopoda tidak sepenuhnya tertutup,
cairan coelomic dan darah harus bercampur sampai tingkat tertentu. Fungsi utama
darah mungkin untuk mengantarkan nutrisi. "Otak" articulata dewasa terdiri dari
dua ganglia, satu di atas dan yang lainnya di bawah kerongkongan.

Gambar 3.10 cara hidup peraga fosil B3

18
Gambar 3.11 Cara makan fosil peraga B3

Gambar 3.12 Mekanisme lophophore mengambil makanan


Umumnya, brachiopoda dewasa hanya memiliki satu alat kelamin selama hidupnya.
Gonad adalah massa gamet yang berkembang (sel telur atau sperma), dan umumnya
spesies brachiopoda memiliki empat gonad, dua di setiap katup. Kelas articulata
terletak pada saluran lobus mantel, sedangkan kelas inarticulate terletak di dekat
usus. Gamet matang melayang ke coelom utama dan kemudian keluar ke rongga
mantel melalui metanephridia yang terbuka di kedua sisi mulut. Sebagian besar
spesies brachiopoda melepaskan sel telur dan sperma ke dalam air, namun
brachiopoda betina dari beberapa spesies menyimpan embrio di ruang induk sampai
larva menetas.

19
Gambar 3.13 Reproduksi Fosil Peraga B3

Proses pemfosilan dari fosil peraga B3 dapat diiinterpretasikan merupakan


pengawetan bagian keras dari organisme dimana organisme tersebut memiliki
mineral yang tahan / resisten terhadap proses pelapukan dan reaksi kimia, sehingga
memungkinkan terjadinya pembentukan fosil. Fosil peraga B3 merupakan fosil
yang tersusun atas kalsium karbonat, yang umumnya terawetkan dalam bentuk
aslinya. Proses pemfosilan fosil ini bermula ketika fosil ini mati dan berada pada
tempat yang terlindung dari pemangsa dan bakteri pembusuk. Proses umum yang
terjadi setelah penguburan adalah perubahan kimia atau penggantian dan
pemadatan. Kebanyakan organisme laut memiliki kerangka berkapur yang
mengandung kalsium karbonat (CaCo3) yang terjadi dalam satu dari dua bentuk
kristal, kalsit atau aragonit. Aragonit relatif tidak stabil dan akan berubah menjadi
kalsit atau larut seiring berjalannya waktu. Akibatnya, aragonit menjadi semakin
langka di batuan yang lebih tua. Jika kalsit atau aragonit dilarutkan, hasilnya adalah
fosil yang diawetkan sebagai cetakan atau pemalsuan.
Peraga B3 memiliki taksonomi phylum Brachiopoda, kelas Articulata, ordo
Rhynchonellida. Famili Tetrarhychidae. Fosil ini diperkirakan hidup di zaman
Ordovisian- Resent. Kegunaan fosil Brachiopoda ini yaitu sangat baik untuk fosil
indeks (index fossils) untuk strata pada suatu wilayah yang luas. Secara garis besar,

20
jenis Phylum Brachiopoda ini merupakan hewan-hewan yang hidup pada Masa
Paleozoikum, sehingga kehadirannya sangat penting untuk penentuan umur batuan
sebagai Index Fossils.

Tabel 3.3 Skala umur geologi fosil peraga B3

3.4 Peraga Fosil B4


Peraga fosil dengan kode B4 memiliki warna putih tulang dengan dimensi
p x l x t = 15 x 12 x 4 cm. Dari kenampakannya dapat diketahui bahwa peraga B4
ternasuk dalam jenis fosil lain – lain (maket), karena peraga ini merupakan peraga
buatan. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, morfologi yang
tampak dari fosil ini adalah ribs yang merupakan tulang rusuk dari brachiopoda,
foramen atau lubang berbentuk bundar pada bagian paruh, hinge adalah garis
pertautan, pedicle valve atau katup atas., brachial valve atau katup bawah,.
Commisure merupakan garis batas antara brachial valve dan pediclar valve titik
temu dua katup, dan umbo atau bagian yang menonjol di bagian punggung. Growth
line menunjukkan umur hidup dari fosil ini.

21
Gambar 3.14 Morfologi peraga fosil B1

Brachiopoda hidup tertambat (benthos secyl) di dasar laut, lewat suatu


juluran otot yang disebut pedicle. Untuk memenuhi kebutuhan makanan dan
oksigen, Brachiopoda mempunyai Lophophore yang berfungsi menggerakkan air
di sekitarnya, sehingga sirkulasi oksigen ke dalam dan ke luar tubuh dapat
berlangsung. Begitu pula dengan makanan, makanan melewati mulut, faring otot
dan kerongkongan, yang semuanya tertutup dengan silia dan sel yang mengeluarkan
enzim lendir dan pencernaan. Nutrisi diangkut ke seluruh coelom, termasuk lobus
mantel, dengan silia. Limbah yang dihasilkan oleh metabolisme dipecah menjadi
amonia, yang dieliminasi melalui difusi melalui mantel dan lophophore.
Brachiopoda memiliki metanephridia yang digunakan oleh banyak filum untuk
mengeluarkan amonia dan limbah terlarut lainnya. Namun, brachiopoda tidak
memiliki tanda-tanda podosit, yang melakukan fase pertama ekskresi dalam proses
ini, dan metanephridia brachiopoda hanya digunakan untuk memancarkan sperma
dan sel telur. Mayoritas makanan yang dikonsumsi oleh brachiopoda dapat dicerna,
dengan sedikit limbah padat yang dihasilkan. Silia dari lophophore dapat mengubah
arah untuk mengeluarkan partikel terisolasi dari materi yang tidak tercerna. Jika
hewan itu menemukan benjolan materi yang tidak diinginkan, lapisan silia untuk
memindahkan benjolan ke lapisan mantel. Jika lophophornya tersumbat, alat
pengusung mengunci katup dengan tajam, yang menciptakan "bersin" yang akan
menghilangkan penghalangnya. Lophophore dan mantel adalah satu-satunya
permukaan yang menyerap oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Oksigen
didistribusikan oleh cairan coelom, yang disirkulasikan melalui mantel dan dipicu

22
oleh kontraksi lapisan coelo. Pada beberapa spesies brachiopoda, oksigen sebagian
dibawa oleh hemerythrin pigmen pernafasan, yang diangkut dalam sel koelomosit.
Konsumsi oksigen brachiopoda maksimum, dan konsumsi minimumnya tidak
dapat diukur. Brachiopoda juga memiliki darah yang tidak berwarna, disirkulasikan
oleh jantung berotot yang terletak di bagian dorsal tubuh di atas perut. Darah
melewati pembuluh yang meluas ke depan dan belakang tubuh, dan bercabang ke
organ lainnya termasuk lophophore di bagian depan dan usus, otot, gonad dan
nephridia di belakang. Sirkulasi darah brachiopoda tidak sepenuhnya tertutup,
cairan coelomic dan darah harus bercampur sampai tingkat tertentu. Fungsi utama
darah mungkin untuk mengantarkan nutrisi. "Otak" articulata dewasa terdiri dari
dua ganglia, satu di atas dan yang lainnya di bawah kerongkongan.

Gambar 3.15 Cara hidup fosil peraga B4

Gambar 3.16 Cara makan fosil peraga B4

23
Gambar 3.17 Mekanisme lophophore mengambil makanan
Umumnya, brachiopoda dewasa hanya memiliki satu alat kelamin selama hidupnya.
Gonad adalah massa gamet yang berkembang (sel telur atau sperma), dan umumnya
spesies brachiopoda memiliki empat gonad, dua di setiap katup. Kelas articulata
terletak pada saluran lobus mantel, sedangkan kelas inarticulate terletak di dekat
usus. Gamet matang melayang ke coelom utama dan kemudian keluar ke rongga
mantel melalui metanephridia yang terbuka di kedua sisi mulut. Sebagian besar
spesies brachiopoda melepaskan sel telur dan sperma ke dalam air, namun
brachiopoda betina dari beberapa spesies menyimpan embrio di ruang induk sampai
larva menetas.

Gambar 3.18 Reproduksi Fosil Peraga B4

24
Proses pemfosilan dari fosil peraga B4 dapat diiinterpretasikan merupakan
pengawetan bagian keras dari organisme dimana organisme tersebut memiliki
mineral yang tahan / resisten terhadap proses pelapukan dan reaksi kimia, sehingga
memungkinkan terjadinya pembentukan fosil. Fosil peraga B4 merupakan fosil
yang tersusun atas kalsium karbonat, yang umumnya terawetkan dalam bentuk
aslinya. Proses pemfosilan fosil ini bermula ketika fosil ini mati dan berada pada
tempat yang terlindung dari pemangsa dan bakteri pembusuk. Proses umum yang
terjadi setelah penguburan adalah perubahan kimia atau penggantian dan
pemadatan. Kebanyakan organisme laut memiliki kerangka berkapur yang
mengandung kalsium karbonat (CaCo3) yang terjadi dalam satu dari dua bentuk
kristal, kalsit atau aragonit. Aragonit relatif tidak stabil dan akan berubah menjadi
kalsit atau larut seiring berjalannya waktu. Akibatnya, aragonit menjadi semakin
langka di batuan yang lebih tua. Jika kalsit atau aragonit dilarutkan, hasilnya adalah
fosil yang diawetkan sebagai cetakan atau pemalsuan.
Peraga B4 memiliki taksonomi phylum Brachiopoda, kelas Articulata, ordo
Orthida. Famili Orthidae. Fosil ini diperkirakan hidup di zaman Ordovician -
Jurassic. Kegunaan fosil Brachiopoda ini yaitu sangat baik untuk fosil indeks (index
fossils) untuk strata pada suatu wilayah yang luas. Secara garis besar, jenis Phylum
Brachiopoda ini merupakan hewan-hewan yang hidup pada Masa Paleozoikum,
sehingga kehadirannya sangat penting untuk penentuan umur batuan sebagai Index
Fossils.
Tabel 3.4 Skala umur geologi fosil peraga B4

25
3.5 Peraga Fosil B5
Peraga fosil dengan kode B5 memiliki warna putih tulang dengan dimensi
p x l x t = 13 x10 x 9 cm. Dari kenampakannya dapat diketahui bahwa peraga B5
ternasuk dalam jenis fosil lain – lain (maket), karena peraga ini merupakan peraga
buatan. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, morfologi yang
tampak dari fosil ini adalah ribs yang merupakan tulang rusuk dari brachiopoda,
foramen atau lubang berbentuk bundar pada bagian paruh, hinge adalah garis
pertautan, pedicle valve atau katup atas., brachial valve atau katup bawah,.
Commisure merupakan garis batas antara brachial valve dan pediclar valve titik
temu dua katup, dan umbo atau bagian yang menonjol di bagian punggung. Growth
line menunjukkan umur hidup dari fosil ini.

Gambar 3.19 Morfologi peraga fosil B5

Brachiopoda hidup tertambat (benthos secyl) di dasar laut, lewat suatu


juluran otot yang disebut pedicle. Untuk memenuhi kebutuhan makanan dan
oksigen, Brachiopoda mempunyai Lophophore yang berfungsi menggerakkan air
di sekitarnya, sehingga sirkulasi oksigen ke dalam dan ke luar tubuh dapat
berlangsung. Begitu pula dengan makanan, makanan melewati mulut, faring otot
dan kerongkongan, yang semuanya tertutup dengan silia dan sel yang mengeluarkan
enzim lendir dan pencernaan. Nutrisi diangkut ke seluruh coelom, termasuk lobus
mantel, dengan silia. Limbah yang dihasilkan oleh metabolisme dipecah menjadi
amonia, yang dieliminasi melalui difusi melalui mantel dan lophophore.
Brachiopoda memiliki metanephridia yang digunakan oleh banyak filum untuk
mengeluarkan amonia dan limbah terlarut lainnya. Namun, brachiopoda tidak

26
memiliki tanda-tanda podosit, yang melakukan fase pertama ekskresi dalam proses
ini, dan metanephridia brachiopoda hanya digunakan untuk memancarkan sperma
dan sel telur. Mayoritas makanan yang dikonsumsi oleh brachiopoda dapat dicerna,
dengan sedikit limbah padat yang dihasilkan. Silia dari lophophore dapat mengubah
arah untuk mengeluarkan partikel terisolasi dari materi yang tidak tercerna. Jika
hewan itu menemukan benjolan materi yang tidak diinginkan, lapisan silia untuk
memindahkan benjolan ke lapisan mantel. Jika lophophornya tersumbat, alat
pengusung mengunci katup dengan tajam, yang menciptakan "bersin" yang akan
menghilangkan penghalangnya. Lophophore dan mantel adalah satu-satunya
permukaan yang menyerap oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida. Oksigen
didistribusikan oleh cairan coelom, yang disirkulasikan melalui mantel dan dipicu
oleh kontraksi lapisan coelo. Pada beberapa spesies brachiopoda, oksigen sebagian
dibawa oleh hemerythrin pigmen pernafasan, yang diangkut dalam sel koelomosit.
Konsumsi oksigen brachiopoda maksimum, dan konsumsi minimumnya tidak
dapat diukur. Brachiopoda juga memiliki darah yang tidak berwarna, disirkulasikan
oleh jantung berotot yang terletak di bagian dorsal tubuh di atas perut. Darah
melewati pembuluh yang meluas ke depan dan belakang tubuh, dan bercabang ke
organ lainnya termasuk lophophore di bagian depan dan usus, otot, gonad dan
nephridia di belakang. Sirkulasi darah brachiopoda tidak sepenuhnya tertutup,
cairan coelomic dan darah harus bercampur sampai tingkat tertentu. Fungsi utama
darah mungkin untuk mengantarkan nutrisi. "Otak" articulata dewasa terdiri dari
dua ganglia, satu di atas dan yang lainnya di bawah kerongkongan.

Gambar 3.20 Cara hidup peraga Fosil B5

27
Gambar 3.21 Cara makan fosil peraga B5

Gambar 3.22 Mekanisme lophophore mengambil makanan


Umumnya, brachiopoda dewasa hanya memiliki satu alat kelamin selama hidupnya.
Gonad adalah massa gamet yang berkembang (sel telur atau sperma), dan umumnya
spesies brachiopoda memiliki empat gonad, dua di setiap katup. Kelas articulata
terletak pada saluran lobus mantel, sedangkan kelas inarticulate terletak di dekat
usus. Gamet matang melayang ke coelom utama dan kemudian keluar ke rongga
mantel melalui metanephridia yang terbuka di kedua sisi mulut. Sebagian besar
spesies brachiopoda melepaskan sel telur dan sperma ke dalam air, namun
brachiopoda betina dari beberapa spesies menyimpan embrio di ruang induk sampai
larva menetas.

28
Gambar 3.23 Reproduksi Fosil Peraga B5

Proses pemfosilan dari fosil peraga B5 dapat diiinterpretasikan merupakan


pengawetan bagian keras dari organisme dimana organisme tersebut memiliki
mineral yang tahan / resisten terhadap proses pelapukan dan reaksi kimia, sehingga
memungkinkan terjadinya pembentukan fosil. Fosil peraga B5 merupakan fosil
yang tersusun atas kalsium karbonat, yang umumnya terawetkan dalam bentuk
aslinya. Proses pemfosilan fosil ini bermula ketika fosil ini mati dan berada pada
tempat yang terlindung dari pemangsa dan bakteri pembusuk. Proses umum yang
terjadi setelah penguburan adalah perubahan kimia atau penggantian dan
pemadatan. Kebanyakan organisme laut memiliki kerangka berkapur yang
mengandung kalsium karbonat (CaCo3) yang terjadi dalam satu dari dua bentuk
kristal, kalsit atau aragonit. Aragonit relatif tidak stabil dan akan berubah menjadi
kalsit atau larut seiring berjalannya waktu. Akibatnya, aragonit menjadi semakin
langka di batuan yang lebih tua. Jika kalsit atau aragonit dilarutkan, hasilnya adalah
fosil yang diawetkan sebagai cetakan atau pemalsuan.
Peraga B5 memiliki taksonomi phylum Brachiopoda, kelas Articulata,
ordo Pentamerida. famili Pentameridae Fosil ini diperkirakan hidup di zaman
cambrian - devonian. Kegunaan fosil Brachiopoda ini yaitu sangat baik untuk fosil
indeks (index fossils) untuk strata pada suatu wilayah yang luas. Secara garis besar,

29
jenis Phylum Brachiopoda ini merupakan hewan-hewan yang hidup pada Masa
Paleozoikum, sehingga kehadirannya sangat penting untuk penentuan umur batuan
sebagai Index Fossils.

Tabel 3.5 Skala umur geologi fosil peraga B5

30
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
 Peraga Fosil B1
Berdasarkan pengamatan megaskopis, peraga fosil dengan kode B1
memiliki warna putih tulang dengan dimensi panjang sebesar 13 cm, lebar 10
cm, dan tingginya 5 cm. dan termasuk jenis fosil lain – lain, yaitu maket.
Morfologi yang tampak dari fosil peraga B1 adalah ribs, foramen, hinge, pedicle
valve, brachial valve, commissure, dan umbo. Peraga B1 memiliki taksonomi
phylum Brachiopoda, kelas Articulata, ordo Rhynchonellida. famili
Rhynchotrematidae. Fosil ini hidup secara benthos secyl (tertambat) di laut dangkal
dan diperkirakan hidup pada zaman Cambrian – Permian.
 Peraga Fosil B2
Berdasarkan pengamatan megaskopis, fosil kode B2 memiliki warna
putih tulang dengan dimensi panjang 12 cm, lebar 9 cm, dan tinggi 8 cm.
dan termasuk jenis fosil lain – lain, yaitu maket. Morfologi yang tampak
dari fosil peraga X adalah ribs, growth lines, pedicle valve, brachial valve,
dan commissure. Taksonomi fosil ini adalah filum Brachiopoda, kelas
Articulata, ordo Pentamerida, famili Pentameridae, dan bernama
Pentamerus. Fosil ini hidup secara benthos secyl (tertambat) di laut dangkal
dan diperkirakan hidup pada zaman Devonian – Recent.
 Fosil Peraga B3
Berdasarkan pengamatan megaskopis, peraga fosil dengan kode B3
memiliki warna putih tulang dengan dimensi dimensi p x l x t = 11 x 8 x 10
cm. dan termasuk jenis fosil lain – lain, yaitu maket. Morfologi yang tampak
dari fosil peraga Y adalah ribs, hinge, umbo, pedicle valve, brachial valve,
dan commissure. Peraga B3 memiliki taksonomi phylum Brachiopoda,
kelas Articulata, ordo Rhynchonellida. Famili Tetrarhychidae. Fosil ini

31
hidup secara benthos secyl (tertambat) di laut dangkal dan diperkirakan
hidup pada zaman Ordovisian- Resent.
 Fosil Peraga B4

Berdasarkan pengamatan megaskopis, peraga fosil dengan kode B4


memiliki warna putih tulang dengan dimensi p x l x t = 15 x 12 x 4 cm dan
termasuk jenis fosil lain – lain, yaitu maket. Peraga B4 memiliki taksonomi
phylum Brachiopoda, kelas Articulata, ordo Orthida. Famili Orthidae.
Morfologi yang tampak dari fosil ini adalah ribs, hinge, umbo, pedicle
valve, brachial valve, dan commissure. Fosil ini hidup secara benthos secyl
(tertambat) di laut dangkal dan diperkirakan hidup pada zaman Ordovisian
– Jurassic.

 Fosil Peraga B5

Berdasarkan pengamatan megaskopis, peraga fosil dengan kode B5


memiliki warna putih tulang dengan dimensi p x l x t = 13 x10 x 9 cm dan
termasuk jenis fosil lain – lain, yaitu maket. Morfologi yang tampak dari
fosil peraga Z adalah ribs, hinge, umbo, pedicle valve, brachial valve, dan
commissure. Peraga B5 memiliki taksonomi phylum Brachiopoda, kelas
Articulata, ordo Pentamerida. famili Pentameridae. Fosil ini hidup secara
benthos secyl (tertambat) di laut dangkal dan diperkirakan hidup pada
zaman Devonian – Cambrian.

3.2 Saran

 Praktikan diharapkan sudah mempelajari dasar dari phylum Brachiopoda


 Praktikan diharapkan teliti dalam melakukan pengamatan
 Praktikan diharapkan berhati-hari dalam pengamatan agar tidak merusak
alat peraga.

32
DAFTAR PUSTAKA

Tim Asisten Makropaleontologi.2017. Buku Panduan Praktikum

Makropaleontologi 2017. Semarang : Teknik Geologi UNDIP.

33

Anda mungkin juga menyukai