PENDAHULUAN
1.1 Maksud
Menentukan sifat optik mineral yang terdapat pada batuan beku non
fragmental baik secara nikol sejajar (PPL) maupun nikol bersilang (XPL).
Menentukan mineral-mineral yang berasosiasi dengan mineral yang
diamati.
1.2 Tujuan
Mampu mengetahui sifat-sifat optik mineral yang diamati
Mampu mengetahui proses pembekuan magma dan sifat magma yang
terkandung pada mineral yang diamati.
1
BAB II
HASIL DESKRIPSI
2.1 Peraga 17
Deskripsi Nikol Sejajar (PPL)
Warna (color) : Colorlee
Ukuran (size) : 4x (6 mm)
Bentuk (form) : Anhedral
Belahan (cleavage) : Tidak ada
Pecahan (fracture) : Tidak ada
Inklusi (inclusion) : Ada
Relief : Rendah
Pleokroisme (pleocroism) : Tidak ada
2
Nikol Sejajar Nikol Bersilang Baji Kuarsa
Inklusi
Relief rendah Gelapan Bergelombang
WI II merah Orde II
Penjelasan:
3
2.2 Peraga 9
Deskripsi Nikol Sejajar (PPL)
Warna (color) : hijau kecoklatan
Ukuran (size) : 4x (8 mm)
Bentuk (form) : Euhedral prismatik
Belahan (cleavage) : Ada ( 1 arah)
Pecahan (fracture) : Tidak ada
Inklusi (inclusion) : Ada
Relief : Sedang
Pleokroisme (pleocroism) : Tidak ada
Belahan 1 arah
Inklusi Gelapan miring WI II : Orange Orde III
4
Penjelasan:
5
2.3 Peraga R136E
Deskripsi Nikol Sejajar (PPL)
Warna (color) : kecoklatan
Ukuran (size) : 4x (4 mm)
Bentuk (form) : euhedral prismatik memanjang
Belahan (cleavage) : Ada ( 1 arah)
Pecahan (fracture) : Ada ( sedikit)
Inklusi (inclusion) : Ada
Relief : Tinggi
Pleokroisme (pleocroism) : Dikroik
Relief tinggi
Inklusi
WI I : Kuning Orde III
Belahan 1 arah WI II : Kuning Orde I
6
Penjelasan:
7
2.4 Peraga L4
Deskripsi Nikol Sejajar (PPL)
Warna (color) : putih
Ukuran (size) : 4x (6 mm)
Bentuk (form) : Subhedral prismatik
Belahan (cleavage) : Tidak ada
Pecahan (fracture) : Tidak ada
Inklusi (inclusion) : Ada
Relief : rendah
Pleokroisme (pleocroism) : Tidak ada
Inklusi
8
Penjelasan:
9
2.5 Peraga F:1
Deskripsi Nikol Sejajar (PPL)
Warna (color) : Abu-abu kecoklatan
Ukuran (size) : 4x (6 mm)
Bentuk (form) : Subhedral prismatik
Belahan (cleavage) : Tidak ada
Pecahan (fracture) : Tidak ada
Inklusi (inclusion) : Ada(sedikit)
Relief : sedang
Pleokroisme (pleocroism) : Tidak ada
10
Penjelasan:
Sayatan kode F:1 memiliki ukuran 6 mm pada perbesaran 4x dengan kenampakan pada
pengamtan PPL berwarna abu-abu kecoklatan, bentuk subhendral prismatik, tidak
terlihat adanya pecahan dan belahan. Terlihat adanya inklusi dengan frekuensi yang
rendah sekitar 2-3%, dan reliefnya rendah dan tidak terdapat adanya pleokorisme.
Mineral yang diamati memiliki bidang batas pagarnya yang terlihat cukup jelas sehingga
reliefnya sedang. Pada pengamatan XPL terlihat adanya kembaran berupa albit dengan
sudut kembaran sebesar 35o. Mineral ini diinterpretasikan telah mengalami proses
diferensiasi magma berupa Fraksinasi, Crystal settling dan Crystal flotation.
Berdasarkan asosiasi mineralnya dapat diinterpretasikan mineral F:1 terdapat pada
batuan beku dengan sifat magma Intermediet seperti batuan andesit dan diorit yang
terbentuk pada temperature berkisar 10000C. Mineral ini diinterpretasikan terbentuk
pada zona Island Arc atau continental intraplate.
11
2.6 Peraga STA 42
Deskripsi Nikol Sejajar (PPL)
Warna (color) : colorless
Ukuran (size) : 4x (4 mm)
Bentuk (form) : Subhedral prismatik
Belahan (cleavage) : Tidak ada
Pecahan (fracture) : Tidak ada
Inklusi (inclusion) : Ada(sedikit)
Relief : sedang
Pleokroisme (pleocroism) : Tidak ada
12
Penjelasan:
13
2.7 Peraga G11
Deskripsi Nikol Sejajar (PPL)
Warna (color) : colorless
Ukuran (size) : 4x (6 mm)
Bentuk (form) : Subhedral prismatik
Belahan (cleavage) : Tidak ada
Pecahan (fracture) : Tidak ada
Inklusi (inclusion) : Ada(sedikit)
Relief : sedang
Pleokroisme (pleocroism) : Tidak ada
14
Penjelasan:
Sayatan kode G11 memiliki ukuran 4 mm pada perbesaran 4x dengan kenampakan pada
pengamtan PPL berwarna colorless, bentuk subhendral prismatik, tidak terlihat adanya
pecahan dan belahan. Terlihat adanya inklusi dengan frekuensi yang rendah sekitar 2-
3%, dan reliefnya rendah dan tidak terdapat adanya pleokorisme. Mineral yang diamati
memiliki bidang batas pagarnya yang terlihat cukup jelas sehingga reliefnya sedang.
Pada pengamatan XPL terlihat adanya kembaran berupa albit dengan sudut kembaran
sebesar 42o. Mineral ini diinterpretasikan telah mengalami proses diferensiasi magma
berupa Fraksinasi, Crystal settling dan Crystal flotation. Berdasarkan asosiasi
mineralnya dapat diinterpretasikan mineral G11 terdapat pada batuan beku dengan sifat
magma Intermediet seperti batuan andesit dan diorit yang terbentuk pada temperature
berkisar 11000C. Mineral ini diinterpretasikan terbentuk pada zona Island Arc atau
continental intraplate.
15
2.8 Peraga MNO5
Deskripsi Nikol Sejajar (PPL)
Warna (color) : Putih kecoklatan
Ukuran (size) : 4x (6 mm)
Bentuk (form) : Subhedral prismatik
Belahan (cleavage) : Tidak ada
Pecahan (fracture) : Tidak ada
Inklusi (inclusion) : Ada
Relief : sedang
Pleokroisme (pleocroism) : Dikroik
16
Penjelasan:
17
BAB III
PEMBAHASAN
Praktikum mineral optik acara sifat optik mineral dalam batuan beku non
fragmental dilaksanakn dalam tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama
dilaksanakan pada hari Kamis, 6 September 2018, pertemuan kedua dilaksanakan
pada hari Kamis, 13 September 2018, dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari
Kamis, 20 September 2018 pada pukul 19.04 sampai selesai. Praktikum ini
dilaksanakan di laboratorium sumberdaya mineral dan batubara, Gedung Pertamina
Sukowati, Universitas Diponegoro. Praktikum mineral optik kali ini melakukan
pengamatan mengenai sifat optik mineral baik melalui pengamatan nikol sejajar
(Plane Polarized Light) ataupun melalui pengamatan nikol bersilang (Xross
Polarized Light) yang kemudian menentukan proses pembekuan magma, sifat
magma dan proses pembentukan mineral-mineral yang telah diamati. Adapun kode
preparat yang telah diamati yaitu : 17, 9, K136E, dan L4.
18
kenampakan yang memiliki orientasi tidak teratur dengan frekuensi yang sangat
rendah sehingga pada mineral ini terdapat adanya pecahan yang relatif sedikit. Pada
mikroskop polarisasi dapat diamati adanya material kecil yang berwarna gelap yang
diindikasikan sebagai pengotor atau impurities dari proses pembentukan mineral
tersebut. Adanya inklusi pada suatu mineral menunjukkan bahwa selama proses
kristalisasi sebagian material asing yang terkumpul pada permukaan bidang
pertumbuhannya akan terperangkap dalam dalam kristal tersebut. Relief suatu
mineral dapat tertangkap mata karena adanya pembiasan cahaya pada batas kontak
kedua media atau kristal yang berdekatan, pada kode preparat 17 ini tidak terlihat
adanya bidang batas pagar mineral sehingga dapat diketahui bahwa cahaya
mengalami pembiasan secara kurang sempurna sehingga relief mineral pada kode
preparat 17 rendah. Relief suatu mineral berbanding lurus dengan indeks bias, jadi
dapat diidentifikasi bahwa mineral ini memiliki harga perbedaan indeks bias yang
relatif rendah. Hal ini juga berdampak pada bentuk mneral yaitu anhedral karena
antara satu mineral dengan mineral lain tidak diketahui bidang batasnnya. Warna
yang terlihat pada sayatan ini tidak mengalami perubahan ketika diputar 360o baik
searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam sehingga dapat diketahui bahwa
mineral pada orde preparat 17 tidak memiliki pleokroisme.
19
diteruskan oleh analisator hingga mata pengamat, ciri khas dari mineral ini
gelapannya mengalami perubahan secara berangsur dan kedudukan gelapan
masing-masing bagian memiliki perbedaan. Hal ini merupakan ciri dari gelapan
bergelombang. Warna interferensi dapat ditentukan dengan memutar meja objek
yang terdapat sayatan mineral hingga diperoleh terang maksimal, pada sayatan ini
ketika diputar hingga diperolrh terang maksimal terlihat mineral berwarna Orange
Orde I kemudian ketika dimasukkan baji kuarsa warna tersebut berubah menjadi
Merah orde II sehingga terjadi penambahan orde warna pada tabel Michel Levy
menandakan bahwa tanda rendang optik (TRO) yang dimiliki mineral pada sayatan
adalah positif (+).
20
Mineral kuarsa ini merupakan mineral dengan komposisi SiO2 yang
dominan terbentuk akibat adanya pendinginan magma bersifat asam, setelah proses
magmatisme dan memasuki fase pegmatisme dan pnumatolisis pada proses
hidrotermal yang bersuhu rendah (berkisar 6000C). Awalnya magma mengintrusi
batuan dipermukaan dan menghasilkan gejala-gejala intrusi sehingga terbentuklah
mineral-mineral yang bersifat holokristalin dan asam. Kemudian seiring dengan
penurunan suhu karena penyerapan panas oleh batuan yang dilaluinya serta
penurunan tekanan akibat semakin menjauhnya magma dari dapur magma dan
pengaruh gravitasi sehingga memasuki tahap pada suhu pembentukan kristal
kuarsa, selanjutnya terbentuklah mineral kuarsa. Mineral kuarsa terbentuk saat
unsur-unsur dari mineral kuarsa saling tarik menarik dan membentuk suatu tubuh
kristal yang masih bercampur dengan cairan magma basa mulai mengalami
fraksinasi pemisahan antar kristalnya dengan magma seiring waktu dengan
pendinginan yang relatif rendah sehinga mengakibatkan mineral ini mengalami
proses kristalisasi dengan waktu yang relatif lama. Berdasarkan asosiasi mineral
yang berada di sekitar mineral kuarsa yang diamati dan terlihat tidak adanya vitric
atau gelasan yang terekam pada kode preparat 17 atau yang berda di sekitar mineral
kuarsa maka dapat diidentifikasikan bahwa mineral ini telah mengalami proses
diferensiasi magma berupa fraksinasi, crystal settling dan floatation dan proses
liquid immisibility.Tahap fraksinasi dilewati oleh magma akibat adanya gaya
gravitasi. Kristal dengan kandungan Si tinggi telah terbentuk akan turun ke bawah
yang disebut dengan crystal settling. Crystal flotation terjadi karena adanya
pengembangan mineral-mineral pada fluida magma yang memiliki densitas yang
lebih rendah dibandingkan dengan mineral yang telah mengalami proses crystal
settling. Tidak terdapat adanya gelasan pada asosiasi mineral kuarsa yang terdapat
pada kode 17 ini menunjukkan bahwa mineral ini telah mengalami proses liquid
immisibility.Mineral kuarsa merupakan mineral dengan kandungan SiO2 yang
keterdapatannya pada batuan beku dengan sifat magma yang asam batuan granit
dan rhyolit. Batuan asam dalam busur magmatisme terbentuk pada zona continental
rift zone yang merupakan ativitas pemekaran lempengbenua yang memicu adanya
partial melting yang membentuk chamber baru yang mengakibatkan magma yang
21
dihasilkan bersifat intermediet-asam, hal ini diakibatkan adanya asimilasi maupun
anateksis dari magma. Berdasarkan keterdapatan mineral kuarsa yang cenderung
terbentuk pada batuan asam maka dapat diketahui bahwa mineral ini terbentuk pada
temperature rendah yang berkisar pada 600oC
22
mikroskop polarisasi dapat diamati adanya material kecil yang berwarna gelap
yang diindikasikan sebagai pengotor atau impurities dari proses pembentukan
mineral tersebut. Adanya inklusi pada suatu mineral menunjukkan bahwa
selama proses kristalisasi sebagian material asing yang terkumpul pada
permukaan bidang pertumbuhannya akan terperangkap dalam dalam kristal
tersebut. Relief suatu mineral dapat tertangkap mata karena adanya pembiasan
cahaya pada batas kontak kedua media atau kristal yang berdekatan, pada kode
preparat 9 ini terlihat adanya bidang batas pagar mineral yang cukup jelas
sehingga dapat diketahui bahwa cahaya mengalami pembiasan secara cukup
sempurna sehingga relief mineral pada kode preparat 9 rendah. Relief suatu
mineral berbanding lurus dengan indeks bias, jadi dapat diidentifikasi bahwa
mineral ini memiliki harga perbedaan indeks bias yang relatif rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa perbedaan harga indeks bias antara kedua media bernilai
sedang sehingga terlihat adanya bidang batas pagar antara satu mineral dengan
mineral lainnya dengan intensitas yang cukup jelas. Warna yang terlihat pada
sayatan ini tidak mengalami perubahan ketika diputar 360o baik searah jarum
jam atau berlawanan arah jarum jam sehingga dapat diketahui bahwa
pleokroisme mineral kode 9 ini tidak ada.
23
sehingga terjadi penambahan orde warna pada tabel Michel Levy menandakan
bahwa tanda rendang optik (TRO) yang dimiliki mineral pada sayatan adalah
positif (+).
24
Mineral Augite ini terbentuk karena adanya pendinginan magma yang
terjadi dalam waktu yang relatif lama dengan suhu atau temperatur 10000-
11000 C. Bentuk kristalnya yang euhedral menandakan bahwa tubuh kristal
membeku terlebih dahulu dan mengisi ruang kosong yang ada, sehingga
bentuknya jelas. Berdasarkan adanya inklusi pada mineral yang diamati dapat
diketahui bahwa selama proses kristalisasi magma sebagian material asing
yang terkumpul pada permukaan bidang pertumbuhannya akan terperangkap
dalam kristal, dan seterusnya menjadi bagian dari kristal tersebut. Material
tersebut dapat berupa kristal yang lebih kecil dari mineral yang berbeda
jenisnya, atau berupa kotoran/impurities pada magma, dapat juga berupa fluida
baik cairan ataupun gas. Berdasarkan asosiasi mineral yang berada di sekitar
mineral augit yang diamati dan terlihat adanya vitric atau gelasan yang terekam
pada kode preparat 9 atau yang berda di sekitar mineral augit maka dapat
diidentifikasikan bahwa mineral ini telah mengalami proses diferensiasi
magma berupa fraksinasi, crystal settling dan floatation. Tahap fraksinasi
dilewati oleh magma akibat adanya gaya gravitasi. Kristal dengan kandungan
Si tinggi telah terbentuk akan turun ke bawah yang disebut dengan crystal
settling. Crystal flotation terjadi karena adanya pengembangan mineral-
mineral pada fluida magma yang memiliki densitas yang lebih rendah
dibandingkan dengan mineral yang telah mengalami proses crystal settling.
Mineral ini memiliki kandungan Fe Mg yang relatif tinggi hal ini menunjukkan
bahwa mineral ini terdapat pada batuan dengan sifat magma basa seperti
gabbro dan basalt. Hal ini mengidentifikasikan bahwa mineral augit terbentuk
pada zona MOR atau Back Arc Basin zona dimana lempeng samudera dan
samudera saling menjauh atau divergen. Hal ini dikontrol oleh arus konveksi
yang terjadi pada mantel bumi sehingga magma keluar dan membentuk
pegunungan lantai samudera. Magma yang dihasilkan bersifat basah-ultra
basah.
25
Gambar 3.6 Zona Pembentukan Mineral kode 9
26
diketahui bahwa mineral kode K136 E memiliki relief yang tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa perbedaan harga indeks bias antara kedua media bernilai
tinggi sehingga terlihat adanya bidang batas pagar antara satu mineral dengan
mineral lainnya dengan intensitas yang jelas. Warna yang terlihat pada sayatan
ini mengalami perubahan ketika diputar 360o baik searah jarum jam atau
berlawanan arah jarum jam sebanyak 2 kali perubahan warna sehingga dapat
diketahui bahwa pleokroisme mineral kode K136E ini dikroik.
27
Gambar 3.8 Michel Levy Kode K136E
28
bercampur dengan cairan magma basa mulai mengalami fraksinasi pemisahan
antar kristalnya dengan magma seiring waktu dengan pendinginan yang relatif
rendah sehinga mengakibatkan mineral ini mengalami proses kristalisasi
dengan waktu yang relatif lama. Kristal dengan kandungan Fe Mg tinggi telah
terbentuk akan turun ke bawah dan mineral gelasan dengan kandungan Si akan
mengambang dan naik ke atas , hal inilah yang disebut dengan crystal settling
dan floatation , dimana pada tahap ini sebagian akan terbentuk kristal dan yang
lain akan berbentuk gelasan. Dilihat dari asosiasi mineral yang terlihat pada
sayatan dapat diketahui bahwa mineral pada sayatan batuan tersebut telah
mengalami proses diferensiasi magma berupa fraksinasi, crystal settling, dan
crystal flotation, dimana mineral ini terbentuk pada zona subduction dimana
terjadi penunjaman antara lempeng samudera dengan lempeng benua sehingga
lempeng samudera menyusup dibawahnya langsung terjadi melting dan
terbentuklah gunung vulkanik dengan magma yang bersifat intermediet. Hal
ini dapat ditunjukkan berdasarkan asosiasi mineral hornblende pada sayatan
yang diamati. Berdasarkan hal tersebut mineral hornblende terkandung dalam
batuan yang bersifat intermediet seperti Andesit dan batuan Diorit.
29
nikol silang (Cross Polarized Light). Pengamatan melalui nikol sejajar(PPL)
dapat mengetahui warna, ukuran, bentuk, belahan, pecahan, inklusi, relief, dan
pleokroisme. Sayatan kode L4 pada pengamatan nikol sejajar terlihat berwarna
putih dengan panjang sayatan 6 mm dengan perbesaran 4x. Mineral pada kode
sayatan ini butiran mineralnya dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang
sempurna artinya bidang batas antar kristal mineral dapat terlihat cukup jelas
sehingga bentuk mineral kode L4 subhedral prismatik. Pada pengamatan
mikroskopis tidak terlihat adanya kenampakan mineral yang membelah
sehingga mineral ini tidak memiliki belahan dan tidak terlihat adanya
kenampakan pecahan sehingga pada mineral ini tidak terdapat adanya sedikit
pecahan. Pada mikroskop dapat diamati adanya material kecil yang berwarna
gelap yang diindikasikan sebagai pengotor atau impurities dari proses
pembentukan mineral tersebut. Relief suatu mineral yang terlihat pada
mikroskop berbanding lurus dengan bentuk mineral tersebut. Pada kode L4 ini
tidak terlihat adanya bidang pagar mineral dan diketahui bahwa bentuk mineral
ini yaitu anhedral sehingga dapat diketahui bahwa mineral kode L4 memiliki
relief yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan harga indeks bias
antara kedua media bernilai rendah sehingga terlihat adanya bidang batas pagar
antara satu mineral dengan mineral lainnya dengan intensitas yang kurang
jelas. Warna yang terlihat pada sayatan ini tidak mengalami perubahan ketika
diputar 360o baik searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam sehingga
dapat diketahui bahwa pleokroisme mineral kode L4 ini tidak ada.
30
sayatan mineral hingga diperoleh terang maksimal, pada sayatan ini ketika
diputar hingga diperolrh terang maksimal terlihat mineral berwarna putih orde
I kemudian ketika dimasukkan baji kuarsa warna tersebut berubah menjadi biru
orde II sehingga terjadi penambahan orde warna pada tabel Michel Levy
menandakan bahwa tanda rendang optik (TRO) yang dimiliki mineral pada
sayatan adalah positif(+).
31
kelompok mineral plagioklas. Penentuan jenis plagioklas dapat diketahui
dengan tabel plagioklas dimana didapatkan sudut kembaran 54o yang kemudian
diplot pada tabel tersebut dan ditarik garis lurus sehingga didapatkan bahwa
mineral dengan kode L4 termasuk dalam jenis plagioklas Anorthite An 92.
32
terbentuk akan turun ke bawah dan mineral gelasan dengan kandungan Si akan
mengambang dan naik ke atas , hal inilah yang disebut dengan crystal settling.
Crystal flotation terjadi karena adanya pengembangan mineral-mineral pada
fluida magma yang memiliki densitas yang lebih rendah dibandingkan dengan
mineral yang telah mengalami proses crystal settling. Anorthite merupakan
mineral yang pertama kali terbentuk dengan temperature yang relatif tinggi.
Mineral ini memiliki kandungan Fe Mg yang relatif tinggi hal ini menunjukkan
bahwa mineral ini terdapat pada batuan dengan sifat magma basa seperti
gabbro dan basalt. Hal ini mengidentifikasikan bahwa mineral anorthite
terbentuk pada zona MOR atau Back Arc Basin zona dimana lempeng
samudera dan samudera saling menjauh atau divergen. Hal ini dikontrol oleh
arus konveksi yang terjadi pada mantel bumi sehingga magma keluar dan
membentuk pegunungan lantai samudera. Magma yang dihasilkan bersifat
basah-ultra basah.
33
abu kecoklatan dengan panjang sayatan 6 mm dengan perbesaran 4x. Mineral
pada kode sayatan ini butiran mineralnya dibatasi oleh sebagian bidang kristal
yang sempurna artinya bidang batas antar kristal mineral dapat terlihat cukup
jelas sehingga bentuk mineral kode F1 subhedral prismatik. Pada pengamatan
mikroskopis tidak terlihat adanya kenampakan mineral yang membelah
sehingga mineral ini tidak memiliki belahan dan tidak terlihat adanya
kenampakan pecahan sehingga pada mineral ini tidak terdapat adanya sedikit
pecahan. Pada mikroskop dapat diamati adanya material kecil yang berwarna
gelap yang diindikasikan sebagai pengotor atau impurities dari proses
pembentukan mineral tersebut. Relief suatu mineral yang terlihat pada
mikroskop berbanding lurus dengan bentuk mineral tersebut. Pada kode F1 ini
terlihat adanya bidang batas pagar mineral dan diketahui bahwa bentuk mineral
ini yaitu subhedral prismatik sehingga dapat diketahui bahwa mineral kode F1
memiliki relief yang sedang . Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan harga
indeks bias antara kedua media bernilai sedang sehingga terlihat adanya bidang
batas pagar antara satu mineral dengan mineral lainnya dengan intensitas yang
cukup jelas. Warna yang terlihat pada sayatan ini tidak mengalami perubahan
ketika diputar 360o baik searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam
sehingga dapat diketahui bahwa pleokroisme mineral kode F1 ini tidak ada.
34
pink orde III sehingga terjadi penambahan orde warna pada tabel Michel Levy
menandakan bahwa tanda rendang optik (TRO) yang dimiliki mineral pada
sayatan adalah positif(+).
35
diplot pada tabel tersebut dan ditarik garis lurus sehingga didapatkan bahwa
mineral dengan kode F1 termasuk dalam jenis plagioklas Labradorite An 62.
36
Crystal flotation terjadi karena adanya pengembangan mineral-mineral pada
fluida magma yang memiliki densitas yang lebih rendah dibandingkan dengan
mineral yang telah mengalami proses crystal settling. Karena pada asosiasi
mineral labradorit ini masih terlihat adanya gelasan maka mineral ini belum
mengalami proses liquid immisibility. Dilihat dari asosiasi mineral yang terlihat
pada sayatan dapat diketahui bahwa mineral pada sayatan batuan tersebut telah
mengalami proses diferensiasi magma berupa fraksinasi, crystal settling, dan
crystal flotation, mineral ini terbentuk pada zona subduction dimana terjadi
penunjaman antara lempeng samudera dengan lempeng benua sehingga
lempeng samudera menyusup dibawahnya langsung terjadi melting dan
terbentuklah gunung vulkanik dengan magma yang bersifat intermediet.
Karena sifat magmanya intermediet maka dapat diidentifikasi bahwa mineral
labradorit banyak terdapat pada batuan dengan kandungan sifat magma yang
intermediet seperti batuan andesit dan diorit.
37
perbesaran 4x. Mineral pada kode sayatan ini butiran mineralnya dibatasi oleh
sebagian bidang kristal yang sempurna artinya bidang batas antar kristal
mineral dapat terlihat cukup jelas sehingga bentuk mineral kode STA 42
subhedral prismatik. Pada pengamatan mikroskopis tidak terlihat adanya
kenampakan mineral yang membelah sehingga mineral ini tidak memiliki
belahan dan tidak terlihat adanya kenampakan pecahan sehingga pada mineral
ini tidak terdapat adanya sedikit pecahan. Pada mikroskop dapat diamati
adanya material kecil yang berwarna gelap yang diindikasikan sebagai
pengotor atau impurities dari proses pembentukan mineral tersebut. Relief
suatu mineral yang terlihat pada mikroskop berbanding lurus dengan bentuk
mineral tersebut. Pada kode STA 42 ini terlihat adanya bidang batas pagar
mineral dan diketahui bahwa bentuk mineral ini yaitu subhedral prismatik
sehingga dapat diketahui bahwa mineral kode STA 42 memiliki relief yang
sedang . Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan harga indeks bias antara kedua
media bernilai sedang sehingga terlihat adanya bidang batas pagar antara satu
mineral dengan mineral lainnya dengan intensitas yang cukup jelas. Warna
yang terlihat pada sayatan ini tidak mengalami perubahan ketika diputar 360o
baik searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam sehingga dapat
diketahui bahwa pleokroisme mineral kode STA 42 ini tidak ada.
38
orde II sehingga terjadi penambahan orde warna pada tabel Michel Levy
menandakan bahwa tanda rendang optik (TRO) yang dimiliki mineral pada
sayatan adalah positif(+).
39
dengan tabel plagioklas dimana didapatkan sudut kembaran 30o yang kemudian
diplot pada tabel tersebut dan ditarik garis lurus sehingga didapatkan bahwa
mineral dengan kode STA 42 termasuk dalam jenis plagioklas Labradorite
An 54.
40
terbentuk akan turun ke bawah dan mineral gelasan dengan kandungan Si akan
mengambang dan naik ke atas , hal inilah yang disebut dengan crystal settling,
Crystal flotation terjadi karena adanya pengembangan mineral-mineral pada
fluida magma yang memiliki densitas yang lebih rendah dibandingkan dengan
mineral yang telah mengalami proses crystal settling. Karena pada asosiasi
mineral labradorit ini masih terlihat adanya gelasan maka mineral ini belum
mengalami proses liquid immisibility. Dilihat dari asosiasi mineral yang terlihat
pada sayatan dapat diketahui bahwa mineral pada sayatan batuan tersebut telah
mengalami proses diferensiasi magma berupa fraksinasi, crystal settling, dan
crystal flotation, mineral ini terbentuk pada zona subduction dimana terjadi
penunjaman antara lempeng samudera dengan lempeng benua sehingga
lempeng samudera menyusup dibawahnya langsung terjadi melting dan
terbentuklah gunung vulkanik dengan magma yang bersifat intermediet.
Karena sifat magmanya intermediet maka dapat diidentifikasi bahwa mineral
labradorit banyak terdapat pada batuan dengan kandungan sifat magma yang
intermediet seperti batuan andesit dan diorit.
41
inklusi, relief, dan pleokroisme. Sayatan kode G11 pada pengamatan nikol
sejajar terlihat berwarna colorless dengan panjang sayatan 4 mm dengan
perbesaran 4x. Mineral pada kode sayatan ini butiran mineralnya dibatasi oleh
sebagian bidang kristal yang sempurna artinya bidang batas antar kristal
mineral dapat terlihat cukup jelas sehingga bentuk mineral kode G11 subhedral
prismatik. Pada pengamatan mikroskopis tidak terlihat adanya kenampakan
mineral yang membelah sehingga mineral ini tidak memiliki belahan dan tidak
terlihat adanya kenampakan pecahan sehingga pada mineral ini tidak terdapat
adanya sedikit pecahan. Pada mikroskop dapat diamati adanya material kecil
yang berwarna gelap yang diindikasikan sebagai pengotor atau impurities dari
proses pembentukan mineral tersebut. Relief suatu mineral yang terlihat pada
mikroskop berbanding lurus dengan bentuk mineral tersebut. Pada kode G11
ini terlihat adanya bidang batas pagar mineral dan diketahui bahwa bentuk
mineral ini yaitu subhedral prismatik sehingga dapat diketahui bahwa mineral
kode G11 memiliki relief yang sedang . Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan
harga indeks bias antara kedua media bernilai sedang sehingga terlihat adanya
bidang batas pagar antara satu mineral dengan mineral lainnya dengan
intensitas yang cukup jelas. Warna yang terlihat pada sayatan ini tidak
mengalami perubahan ketika diputar 360o baik searah jarum jam atau
berlawanan arah jarum jam sehingga dapat diketahui bahwa pleokroisme
mineral kode G11 ini tidak ada.
42
diputar hingga diperolrh terang maksimal terlihat mineral berwarna putih orde
I kemudian ketika dimasukkan baji kuarsa warna tersebut berubah menjadi biru
orde II sehingga terjadi penambahan orde warna pada tabel Michel Levy
menandakan bahwa tanda rendang optik (TRO) yang dimiliki mineral pada
sayatan adalah positif(+).
43
kelompok mineral plagioklas. Penentuan jenis plagioklas dapat diketahui
dengan tabel plagioklas dimana didapatkan sudut kembaran 42o yang kemudian
diplot pada tabel tersebut dan ditarik garis lurus sehingga didapatkan bahwa
mineral dengan kode G11 termasuk dalam jenis plagioklas Bytownite An 74.
44
terbentuk akan turun ke bawah dan mineral gelasan dengan kandungan Si akan
mengambang dan naik ke atas , hal inilah yang disebut dengan crystal settling,
Crystal flotation terjadi karena adanya pengembangan mineral-mineral pada
fluida magma yang memiliki densitas yang lebih rendah dibandingkan dengan
mineral yang telah mengalami proses crystal settling. Karena pada asosiasi
mineral ini masih terlihat adanya gelasan maka mineral ini belum mengalami
proses liquid immisibility. Mineral ini memiliki kandungan Fe Mg yang relatif
tinggi hal ini menunjukkan bahwa mineral ini terdapat pada batuan dengan sifat
magma basa seperti gabbro dan basalt. Hal ini mengidentifikasikan bahwa
mineral augit terbentuk pada zona MOR atau Back Arc Basin zona dimana
lempeng samudera dan samudera saling menjauh atau divergen. Hal ini
dikontrol oleh arus konveksi yang terjadi pada mantel bumi sehingga magma
keluar dan membentuk pegunungan lantai samudera. Magma yang dihasilkan
bersifat basah-ultra basah.
45
sejajar terlihat berwarna abu kecoklatan dengan panjang sayatan 6 mm dengan
perbesaran 4x. Mineral pada kode sayatan ini butiran mineralnya dibatasi oleh
sebagian bidang kristal yang sempurna artinya bidang batas antar kristal
mineral dapat terlihat cukup jelas sehingga bentuk mineral kode MNO5
subhedral prismatik. Pada pengamatan mikroskopis tidak terlihat adanya
kenampakan mineral yang membelah sehingga mineral ini tidak memiliki
belahan dan tidak terlihat adanya kenampakan pecahan sehingga pada mineral
ini tidak terdapat adanya sedikit pecahan. Pada mikroskop dapat diamati
adanya material kecil yang berwarna gelap yang diindikasikan sebagai
pengotor atau impurities dari proses pembentukan mineral tersebut. Relief
suatu mineral yang terlihat pada mikroskop berbanding lurus dengan bentuk
mineral tersebut. Pada kode MNO5 ini terlihat adanya bidang batas pagar
mineral dan diketahui bahwa bentuk mineral ini yaitu subhedral prismatik
sehingga dapat diketahui bahwa mineral kode MNO5 memiliki relief yang
sedang . Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan harga indeks bias antara kedua
media bernilai sedang sehingga terlihat adanya bidang batas pagar antara satu
mineral dengan mineral lainnya dengan intensitas yang cukup jelas. Warna
yang terlihat pada sayatan ini tidak mengalami perubahan ketika diputar 360o
baik searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam sehingga dapat
diketahui bahwa pleokroisme mineral kode MNO5 ini tidak ada.
46
I kemudian ketika dimasukkan baji kuarsa warna tersebut berubah menjadi biru
orde II sehingga terjadi penambahan orde warna pada tabel Michel Levy
menandakan bahwa tanda rendang optik (TRO) yang dimiliki mineral pada
sayatan adalah positif(+).
47
Mineral ini merupakan mineral dengan komposisi SiO2 yang dominan
terbentuk akibat adanya pendinginan magma bersifat asam, setelah proses
magmatisme dan memasuki fase pegmatisme dan pnumatolisis pada proses
hidrotermal yang bersuhu rendah (berkisar 8000C). Awalnya magma mengintrusi
batuan dipermukaan dan menghasilkan gejala-gejala intrusi sehingga terbentuklah
mineral-mineral yang bersifat holokristalin dan asam. Kemudian seiring dengan
penurunan suhu karena penyerapan panas oleh batuan yang dilaluinya serta
penurunan tekanan akibat semakin menjauhnya magma dari dapur magma dan
pengaruh gravitasi sehingga memasuki tahap pada suhu pembentukan kristal
kuarsa, selanjutnya terbentuklah orthoclas. Mineral ini terbentuk saat unsur-unsur
dari mineral orthoclas saling tarik menarik dan membentuk suatu tubuh kristal yang
masih bercampur dengan cairan magma basa mulai mengalami fraksinasi
pemisahan antar kristalnya dengan magma seiring waktu dengan pendinginan yang
relatif rendah sehinga mengakibatkan mineral ini mengalami proses kristalisasi
dengan waktu yang relatif lama. Berdasarkan asosiasi mineral yang berada di
sekitar mineral kuarsa yang diamati dan terlihat tidak adanya vitric atau gelasan
yang terekam pada kode preparat MNO5 atau yang berda di sekitar mineral kuarsa
maka dapat diidentifikasikan bahwa mineral ini telah mengalami proses diferensiasi
magma berupa fraksinasi, crystal settling dan floatation dan proses liquid
immisibility.Tahap fraksinasi dilewati oleh magma akibat adanya gaya gravitasi.
Kristal dengan kandungan Si tinggi telah terbentuk akan turun ke bawah yang
disebut dengan crystal settling. Crystal flotation terjadi karena adanya
pengembangan mineral-mineral pada fluida magma yang memiliki densitas yang
lebih rendah dibandingkan dengan mineral yang telah mengalami proses crystal
settling. Mineral Orthoclas merupakan mineral dengan kandungan SiO2 yang
keterdapatannya pada batuan beku dengan sifat magma yang asam batuan granit
dan rhyolit. Batuan asam dalam busur magmatisme terbentuk pada zona continental
rift zone yang merupakan ativitas pemekaran lempengbenua yang memicu adanya
partial melting yang membentuk chamber baru yang mengakibatkan magma yang
dihasilkan bersifat intermediet-asam, hal ini diakibatkan adanya asimilasi maupun
anateksis dari magma. Berdasarkan keterdapatan mineral kuarsa yang cenderung
48
terbentuk pada batuan asam maka dapat diketahui bahwa mineral ini terbentuk pada
temperature rendah yang berkisar pada 600oC
49
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kode Preparat 17 ketika diamati dengan nikol sejajar dapat diketahui bahwa
mineral tersebut berwarna colorless dengan ukuran 6 mm, bentuk anhedral tidak
memiliki belahan dengan kenampakan pecahan yang frekuensinya sangat kecil.
Terlihat adanya inklusi , relief rendah dan tidak memiliki pleokroisme.
Berdasarkan pengamatn XPL dapat diketahui mineral ini memiliki gelapan yang
bergelombang dimana tanda rentang optik bernilau (+) dengan warna
interferensi orange orde I dan merah orde II. Dari sifat fisikyang telah diketahui
dapat disebut bahwa mineral preparat 17 merupakan mineral Kuarsa.
Kode Preparat 9 ketika diamati dengan nikol sejajar dapat diketahui bahwa
mineral tersebut berwarna coklat kehijauan dengan ukuran 4 mm, bentuk
subhedarl prismatik, memiliki belahan satu arah dengan kenampakan pecahan
yang frekuensinya sangat kecil. Terlihat adanya inklusi , relief sedang dan tidak
memiliki pleokroisme. Berdasarkan pengamatn XPL dapat diketahui mineral ini
memiliki gelapan yang miring dengan sudutnya berniali 40o, dimana tanda
rentang optik bernilau (+) dengan warna interferensi orange orde I dan merah
orde II. Dari sifat fisik yang telah diketahui dapat disebut bahwa mineral preparat
9 merupakan mineral Piroksen jenis Augit
Kode Preparat K136E ketika diamati dengan nikol sejajar dapat diketahui
bahwa mineral tersebut berwarna putih kecoklaklatan dengan ukuran 6 mm,
bentuk subhendral prismatik tidak memiliki belahan dengan kenampakan
pecahan yang frekuensinya sangat kecil. Terlihat adanya inklusi , relief sedang
dan tidak memiliki pleokroisme. Berdasarkan pengamatn XPL dapat diketahui
mineral ini memiliki kemabaran yaitu kembaran albit dengan sudut kembaran
50o dimana tanda rentang optik bernilau (-) dengan warna interferensi kuning
orde III dan Kuning orde II. Dari sifat fisikyang telah diketahui dapat disebut
bahwa mineral preparat K136E merupakan mineral Hornblende.
50
Kode Preparat L4 ketika diamati dengan nikol sejajar dapat diketahui bahwa
mineral tersebut berwarna putih colorless dengan ukuran 6 mm, bentuk
subhendral prismatik tidak memiliki belahan dengan kenampakan pecahan yang
tidak nampak pula. Terlihat adanya inklusi , relief rendah dan tidak memiliki
pleokroisme. Berdasarkan pengamatn XPL dapat diketahui mineral ini memiliki
kemabaran yaitu kembaran albit dengan sudut kembaran 54o dimana tanda
rentang optik bernilau (+) dengan warna interferensi orange orde I dan merah
orde II. Dari sifat fisik yang telah diketahui dapat disebut bahwa mineral preparat
L4 merupakan mineral Plagioklas Anorthite An 92.
Kode F1 pada pengamatan PPL yang terlihat adanya mineral berwarna abu
kecoklatan berukuran 6mm, tidak terlihat adanya belahan dengan pecahan yang
relatif sedikit, memiliki inklusi dan relief sedang serta tidak terdapat adanya
pleokroisme. Pada pengamatan XPL terlihat adanya kembaran albit dengan
sudut kembaran sebesar 350 dan berdasarkan identifikasi warna interferensi,
TRO mineral ini (+). Berdasarkan identifikasi sifat optik mineral yang telah
diamati dapat diidentifkais bahwa mineral dengan kode preparat merupakan
kelompok mineral plagioklas labradorite An 62.
Kode preparat STA 42 pengamatan PPL yang terlihat adanya mineral berwarna
abu kecoklatan berukuran 6mm, tidak terlihat adanya belahan dengan pecahan
yang relatif sedikit, memiliki inklusi dan relief sedang serta tidak terdapat
adanya pleokroisme. Pada pengamatan XPL terlihat adanya kembaran albit
dengan sudut kembaran sebesar 300 dan berdasarkan identifikasi warna
interferensi, TRO mineral ini (+). Berdasarkan identifikasi sifat optik mineral
yang telah diamati dapat diidentifkais bahwa mineral dengan kode preparat
merupakan kelompok mineral plagioklas labradorite An 54.
Kode preparat G11 pada pengamatan PPL yang terlihat adanya mineral
berwarna abu kecoklatan berukuran 6mm, tidak terlihat adanya belahan dengan
pecahan yang relatif sedikit, memiliki inklusi dan relief sedang serta tidak
terdapat adanya pleokroisme. Pada pengamatan XPL terlihat adanya kembaran
albit dengan sudut kembaran sebesar 420 dan berdasarkan identifikasi warna
interferensi, TRO mineral ini (+). Berdasarkan identifikasi sifat optik mineral
51
yang telah diamati dapat diidentifkais bahwa mineral dengan kode preparat
merupakan kelompok mineral plagioklas bytownite An 74.
Kode preparat MNO5 pada pengamatan PPL yang terlihat adanya mineral
berwarna abu kecoklatan berukuran 6mm, tidak terlihat adanya belahan dengan
pecahan yang relatif sedikit, memiliki inklusi dan relief sedang serta tidak
terdapat adanya pleokroisme. Pada pengamatan XPL terlihat adanya kembaran
calsbad dengan sudut kembaran sebesar 350 dan berdasarkan identifikasi warna
interferensi, TRO mineral ini (+). Berdasarkan identifikasi sifat optik mineral
yang telah diamati dapat diidentifkais bahwa mineral dengan kode preparat
merupakan mineral Orthoclas.
4.2 Saran
Praktikan lebih detail dalam melakukan pengamatan
Praktikan lebih jeli dalam pengamatan sehingga dapat menentukan sifat
optik mineral secara cepat dan tepat
52
DAFTAR PUSTAKA
53
LAMPIRAN
54
55