Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Maksud
 Menentukan sifat optik mineral yang terdapat pada batuan beku non
fragmental baik secara nikol sejajar (PPL) maupun nikol bersilang (XPL).
 Menentukan mineral-mineral yang berasosiasi dengan mineral yang
diamati.

1.2 Tujuan
 Mampu mengetahui sifat-sifat optik mineral yang diamati
 Mampu mengetahui proses pembekuan magma dan sifat magma yang
terkandung pada mineral yang diamati.

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan


 Praktikum Minggu pertama dilaksanakan pada :
hari, tanggal : Senin, 3 September 2018
waktu : 18.30 WIB - selesai
tempat : Ruang GS. 202, Gedung Pertamina Sukowati, Teknik
Geologi Universitas Diponegoro
 Praktikum Minggu kedua dilaksanakan pada :
hari, tanggal : Senin, 10 September 2018
waktu : 18.30 WIB - selesai
tempat : Ruang GS. 202, Gedung Pertamina Sukowati, Teknik
Geologi Universitas Diponegoro

1
BAB II
HASIL DESKRIPSI

2.1 Peraga 17
 Deskripsi Nikol Sejajar (PPL)
 Warna (color) : Colorlee
 Ukuran (size) : 4x (6 mm)
 Bentuk (form) : Anhedral
 Belahan (cleavage) : Tidak ada
 Pecahan (fracture) : Tidak ada
 Inklusi (inclusion) : Ada
 Relief : Rendah
 Pleokroisme (pleocroism) : Tidak ada

 Deskripsi Nikol Bersilang (XPL)


 Gelapan (extinction) : Gelombang
 Sudut Gelapan :-
 Kembaran (twinning) :-
 Sudut Kembaran :-
 TRO (Tanda Rentang Optik) : +
 WI (Warna Interferensi) : Orange orde I – Merah orde II
 Gambar

2
Nikol Sejajar Nikol Bersilang Baji Kuarsa

Inklusi
Relief rendah Gelapan Bergelombang
WI II merah Orde II

Penjelasan:

Sayatan kode 17 memiliki ukuran 6 mm pada perbesaran 4x dengan kenampakan


mikroskopis pada PPL berwarna colorless, bentuk anhendral, tidak terlihat adanya
pecahan dan belahan. Terlihat adanya inklusi dengan frekunsi yang rendah sekitar 2-3%,
dan reliefnya rendah dan tidak terdapat adanya pleokorisme. Pada pengamatan XPL
terlihat adanya gelapan yang tidak sempurna atau biasa disebut dengan gelapan
bergelombang dengan tanda optik mineral (+) yang ditunjukkan adanya warna
interferensi dari Orange orde I – Merah orde II. Mineral ini diinterpretasikan telah
mengalami proses diferensiasi magma berupa Fraksinasi, Crystal settling dan Crystal
flotation. Berdasarkan warna yang terlihat pada baji kuarsa dan interpretasi mineral yang
berasosiasi mineral ini terdapat pada batuan beku dengan sifat magma yang asam
misalnya pada batuan granit dan rhyolit. Hal ini menunjukkan bahwa mineral ini
terbentuk pada zona Volcanic Arc atau zona subduksi yaitu zona tumbukan lempeng
benua dan samudra yang mengakibatkan adanya partial melting pada kerak dengan suhu
pembentukannya sebesar 6000C

Nama Mineral : Kuarsa

3
2.2 Peraga 9
 Deskripsi Nikol Sejajar (PPL)
 Warna (color) : hijau kecoklatan
 Ukuran (size) : 4x (8 mm)
 Bentuk (form) : Euhedral prismatik
 Belahan (cleavage) : Ada ( 1 arah)
 Pecahan (fracture) : Tidak ada
 Inklusi (inclusion) : Ada
 Relief : Sedang
 Pleokroisme (pleocroism) : Tidak ada

 Deskripsi Nikol Bersilang (XPL)


 Gelapan (extinction) : Miring
 Sudut Gelapan : 40o
 Kembaran (twinning) :-
 Sudut Kembaran :-
 TRO (Tanda Rentang Optik) : +
 WI (Warna Interferensi) : Orange orde II – Orange orde III
 Gambar
Nikol Sejajar Nikol Bersilang Baji Kuarsa

Belahan 1 arah
Inklusi Gelapan miring WI II : Orange Orde III

4
Penjelasan:

Sayatan kode 9 memiliki ukuran 8 mm dengan kenampakan mikroskopis berwarna hijau


kecoklatan, bentuk euhendral prismatik, tidak terlihat adanya pecahan tetapi terlihat
adanya belahan satu arah. Terlihat adanya inklusi dengan frekunsi yang cukup sekitar
10%, dan reliefnya sedang karena terlihat batas mineral satu dengan yang lain cukup
jelas dan tidak terdapat adanya pleokorisme.Mineral ini yaitu memiliki gelapan miring
dengan sudut gelapan 40o Mneral ini diinterpretasikan telah mengalami proses
diferensiasi magma berupa Fraksinasi, Crystal settling dan Crystal flotation. Mineral ini
terkandung dalam batuan yang bersifat magma cenderung basa sehingga dapat
diinterpretasikan mineral ini terdapat pada batuan gabrro yang terbentuk pada zona MOR
( Mid Oceanic Ridge). Dengan suhu pembentukan sebesar 9000C.

Nama Mineral : Klinopiroksen Augite

5
2.3 Peraga R136E
 Deskripsi Nikol Sejajar (PPL)
 Warna (color) : kecoklatan
 Ukuran (size) : 4x (4 mm)
 Bentuk (form) : euhedral prismatik memanjang
 Belahan (cleavage) : Ada ( 1 arah)
 Pecahan (fracture) : Ada ( sedikit)
 Inklusi (inclusion) : Ada
 Relief : Tinggi
 Pleokroisme (pleocroism) : Dikroik

 Deskripsi Nikol Bersilang (XPL)


 Gelapan (extinction) : Miring
 Sudut Gelapan : 26o
 Kembaran (twinning) :-
 Sudut Kembaran :-
 TRO (Tanda Rentang Optik) : (-)
 WI (Warna Interferensi) : Kuning orde III – Kuning orde II
 Gambar
Nikol Sejajar Nikol Bersilang Baji Kuarsa

Relief tinggi

Inklusi
WI I : Kuning Orde III
Belahan 1 arah WI II : Kuning Orde I

6
Penjelasan:

Sayatan kode K136E memiliki ukuran 4 mm dengan kenampakan mikroskopis berwarna


kecoklatan, bentuk subhedral granular, terlihat adanya belahan satu arah dan terdapat
pecahan yang tidak cukup dominan. Terlihat adanya inklusi dengan frekunsi yang rendah
sekitar 5%, dengan relief sedang dan terdapat adanya perubahan warna atau biasa disebut
pleokroise sebanyak 2 kali sehingga disebut dikroik. Mineral dengan kode K136E ini
memiliki gelapan miring dengan sudut gelapan berkisar 26o. Mineral ini
diinterpretasikan telah mengalami proses diferensiasi magma berupa Fraksinasi, Crystal
settling dan Crystal flotation. Dapat diinterpretasikan mineral ini terkandung dalam
batuan beku yang memiliki sifat magma yang intermediet sehingga batuan tersebut
terbentuk pada zona subduksi dengan titik beku sekitar 1000o-1100o . Batuan beku yang
memiliki kandungan mineral ini biasanya batuan diorit atau andesit.

Nama Mineral : Hornblende

7
2.4 Peraga L4
 Deskripsi Nikol Sejajar (PPL)
 Warna (color) : putih
 Ukuran (size) : 4x (6 mm)
 Bentuk (form) : Subhedral prismatik
 Belahan (cleavage) : Tidak ada
 Pecahan (fracture) : Tidak ada
 Inklusi (inclusion) : Ada
 Relief : rendah
 Pleokroisme (pleocroism) : Tidak ada

 Deskripsi Nikol Bersilang (XPL)


 Gelapan (extinction) :-
 Sudut Gelapan :-
 Kembaran (twinning) : Albit
 Sudut Kembaran : 54o
 TRO (Tanda Rentang Optik) : +
 WI (Warna Interferensi) : putih orde I – Biru Orde II
 Gambar
Nikol Sejajar Nikol Bersilang Baji Kuarsa

Inklusi

Mineral yang diamati Kembaran Albit


berbentuk prismatik

8
Penjelasan:

Sayatan kode L4 memiliki ukuran 6 mm dengan kenampakan mikroskopis berwarna


colorless, bentuk subhendral prismatik, tidak terlihat adanya pecahan dan belahan.
Terlihat adanya inklusi dengan frekunsi yang rendah sekitar 2-3%, dan reliefnya rendah
dan tidak terdapat adanya pleokorisme.Mineral ini memiliki kembaran berupa albit
dengan sudut kembaran sebesar 54o. Mneral ini diinterpretasikan telah mengalami proses
diferensiasi magma berupa Fraksinasi, Crystal settling dan Crystal flotation.
Berdasarkan asosiasi mineralnya dapat diinterpretasikan mineral L4 terdapat pada
batuan beku dengan sifat magma Intermediet-basa seperti batuan Andesit, diorit hingga
gabbro yang terbentuk pada temperature yang cukup tinggi berkisar 1200oC. Mineral
ini diinterpretasikan terbentuk pada zona island Arc atau continental intraplate.

Nama Mineral : Plagioklas Anorthite An 93

9
2.5 Peraga F:1
 Deskripsi Nikol Sejajar (PPL)
 Warna (color) : Abu-abu kecoklatan
 Ukuran (size) : 4x (6 mm)
 Bentuk (form) : Subhedral prismatik
 Belahan (cleavage) : Tidak ada
 Pecahan (fracture) : Tidak ada
 Inklusi (inclusion) : Ada(sedikit)
 Relief : sedang
 Pleokroisme (pleocroism) : Tidak ada

 Deskripsi Nikol Bersilang (XPL)


 Gelapan (extinction) :-
 Sudut Gelapan :-
 Kembaran (twinning) : Albit
 Sudut Kembaran : 35o
 TRO (Tanda Rentang Optik) : +
 WI (Warna Interferensi) : Biru orde II – Pink Orde III
 Gambar
Nikol Sejajar Nikol Bersilang Baji Kuarsa

Mineral yang diamati Kembaran Albit


WI II Pink Orde II

10
Penjelasan:

Sayatan kode F:1 memiliki ukuran 6 mm pada perbesaran 4x dengan kenampakan pada
pengamtan PPL berwarna abu-abu kecoklatan, bentuk subhendral prismatik, tidak
terlihat adanya pecahan dan belahan. Terlihat adanya inklusi dengan frekuensi yang
rendah sekitar 2-3%, dan reliefnya rendah dan tidak terdapat adanya pleokorisme.
Mineral yang diamati memiliki bidang batas pagarnya yang terlihat cukup jelas sehingga
reliefnya sedang. Pada pengamatan XPL terlihat adanya kembaran berupa albit dengan
sudut kembaran sebesar 35o. Mineral ini diinterpretasikan telah mengalami proses
diferensiasi magma berupa Fraksinasi, Crystal settling dan Crystal flotation.
Berdasarkan asosiasi mineralnya dapat diinterpretasikan mineral F:1 terdapat pada
batuan beku dengan sifat magma Intermediet seperti batuan andesit dan diorit yang
terbentuk pada temperature berkisar 10000C. Mineral ini diinterpretasikan terbentuk
pada zona Island Arc atau continental intraplate.

Nama Mineral : Plagioklas Labradorite An 62

11
2.6 Peraga STA 42
 Deskripsi Nikol Sejajar (PPL)
 Warna (color) : colorless
 Ukuran (size) : 4x (4 mm)
 Bentuk (form) : Subhedral prismatik
 Belahan (cleavage) : Tidak ada
 Pecahan (fracture) : Tidak ada
 Inklusi (inclusion) : Ada(sedikit)
 Relief : sedang
 Pleokroisme (pleocroism) : Tidak ada

 Deskripsi Nikol Bersilang (XPL)


 Gelapan (extinction) :-
 Sudut Gelapan :-
 Kembaran (twinning) : Albit
 Sudut Kembaran : 30o
 TRO (Tanda Rentang Optik) : +
 WI (Warna Interferensi) : Putih orde II – Biru Orde III
 Gambar
Nikol Sejajar Nikol Bersilang Baji Kuarsa

Mineral yang diamati Kembaran Albit


WI II Biru Orde II

12
Penjelasan:

Sayatan kode STA 42 memiliki ukuran 4 mm pada perbesaran 4x dengan kenampakan


pada pengamtan PPL berwarna colorless, bentuk subhendral prismatik, tidak terlihat
adanya pecahan dan belahan. Terlihat adanya inklusi dengan frekuensi yang rendah
sekitar 2-3%, dan reliefnya rendah dan tidak terdapat adanya pleokorisme. Mineral yang
diamati memiliki bidang batas pagarnya yang terlihat cukup jelas sehingga reliefnya
sedang. Pada pengamatan XPL terlihat adanya kembaran berupa albit dengan sudut
kembaran sebesar 30o. Mineral ini diinterpretasikan telah mengalami proses diferensiasi
magma berupa Fraksinasi, Crystal settling dan Crystal flotation. Berdasarkan asosiasi
mineralnya dapat diinterpretasikan mineral STA 42 terdapat pada batuan beku dengan
sifat magma Intermediet seperti batuan andesit dan diorit yang terbentuk pada
temperature berkisar 10000C. Mineral ini diinterpretasikan terbentuk pada zona Island
Arc atau continental intraplate.

Nama Mineral : Plagioklas Labradorite An 54

13
2.7 Peraga G11
 Deskripsi Nikol Sejajar (PPL)
 Warna (color) : colorless
 Ukuran (size) : 4x (6 mm)
 Bentuk (form) : Subhedral prismatik
 Belahan (cleavage) : Tidak ada
 Pecahan (fracture) : Tidak ada
 Inklusi (inclusion) : Ada(sedikit)
 Relief : sedang
 Pleokroisme (pleocroism) : Tidak ada

 Deskripsi Nikol Bersilang (XPL)


 Gelapan (extinction) :-
 Sudut Gelapan :-
 Kembaran (twinning) : Albit
 Sudut Kembaran : 42o
 TRO (Tanda Rentang Optik) : +
 WI (Warna Interferensi) : Putih orde II – Biru Orde III
 Gambar
Nikol Sejajar Nikol Bersilang Baji Kuarsa

Mineral yang diamati Kembaran Albit WI II Biru Orde II

14
Penjelasan:

Sayatan kode G11 memiliki ukuran 4 mm pada perbesaran 4x dengan kenampakan pada
pengamtan PPL berwarna colorless, bentuk subhendral prismatik, tidak terlihat adanya
pecahan dan belahan. Terlihat adanya inklusi dengan frekuensi yang rendah sekitar 2-
3%, dan reliefnya rendah dan tidak terdapat adanya pleokorisme. Mineral yang diamati
memiliki bidang batas pagarnya yang terlihat cukup jelas sehingga reliefnya sedang.
Pada pengamatan XPL terlihat adanya kembaran berupa albit dengan sudut kembaran
sebesar 42o. Mineral ini diinterpretasikan telah mengalami proses diferensiasi magma
berupa Fraksinasi, Crystal settling dan Crystal flotation. Berdasarkan asosiasi
mineralnya dapat diinterpretasikan mineral G11 terdapat pada batuan beku dengan sifat
magma Intermediet seperti batuan andesit dan diorit yang terbentuk pada temperature
berkisar 11000C. Mineral ini diinterpretasikan terbentuk pada zona Island Arc atau
continental intraplate.

Nama Mineral : Plagioklas Bytownite An 72

15
2.8 Peraga MNO5
 Deskripsi Nikol Sejajar (PPL)
 Warna (color) : Putih kecoklatan
 Ukuran (size) : 4x (6 mm)
 Bentuk (form) : Subhedral prismatik
 Belahan (cleavage) : Tidak ada
 Pecahan (fracture) : Tidak ada
 Inklusi (inclusion) : Ada
 Relief : sedang
 Pleokroisme (pleocroism) : Dikroik

 Deskripsi Nikol Bersilang (XPL)


 Gelapan (extinction) :-
 Sudut Gelapan :-
 Kembaran (twinning) : Calsbad
 Sudut Kembaran : 35o
 TRO (Tanda Rentang Optik) : +
 WI (Warna Interferensi) : Putih orde II – Biru Orde III
 Gambar
Nikol Sejajar Nikol Bersilang Baji Kuarsa

Mineral yang diamati Kembaran Calsbad Kembaran Calsbad XPL

16
Penjelasan:

Sayatan kode MNO5 memiliki ukuran 6 mm pada perbesaran 4x dengan kenampakan


pada pengamtan PPL berwarna putih kecoklatan, bentuk subhendral prismatik, tidak
terlihat adanya pecahan dan belahan. Terlihat adanya inklusi dengan frekuensi yang
rendah, dan reliefnya rendah dan tidak terdapat adanya pleokorisme. Mineral yang
diamati memiliki bidang batas pagarnya yang terlihat cukup jelas sehingga reliefnya
sedang. Pada pengamatan XPL terlihat adanya kembaran berupa calsbad dengan sudut
kembaran sebesar 35o. Mineral ini diinterpretasikan telah mengalami proses diferensiasi
magma berupa Fraksinasi, Crystal settling dan Crystal flotation. Berdasarkan asosiasi
mineralnya dapat diinterpretasikan mineral MNO5 terdapat pada batuan beku dengan
sifat magma asam seperti batuan granit dan rhyolit yang terbentuk pada temperature
berkisar 7000C.

Nama Mineral : Orthoclas

17
BAB III
PEMBAHASAN

Praktikum mineral optik acara sifat optik mineral dalam batuan beku non
fragmental dilaksanakn dalam tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama
dilaksanakan pada hari Kamis, 6 September 2018, pertemuan kedua dilaksanakan
pada hari Kamis, 13 September 2018, dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada hari
Kamis, 20 September 2018 pada pukul 19.04 sampai selesai. Praktikum ini
dilaksanakan di laboratorium sumberdaya mineral dan batubara, Gedung Pertamina
Sukowati, Universitas Diponegoro. Praktikum mineral optik kali ini melakukan
pengamatan mengenai sifat optik mineral baik melalui pengamatan nikol sejajar
(Plane Polarized Light) ataupun melalui pengamatan nikol bersilang (Xross
Polarized Light) yang kemudian menentukan proses pembekuan magma, sifat
magma dan proses pembentukan mineral-mineral yang telah diamati. Adapun kode
preparat yang telah diamati yaitu : 17, 9, K136E, dan L4.

3.1 Kode Preparat 17


Pengamatan kode preparat 17 dilakukan dengan mikroskop polarisasi
perbesaran 4x artinya diameter sayatan preparat sepanjang 10mm. Terlihat pada
kenampakan mikroskop polarisasi berupa

Pengamatn sayatan dilakukan melalui nikol sejajar (Plane Polarized Light)


dan melalui nikol silang (Cross Polarized Light). Pengamatan melalui nikol
sejajar(PPL) dapat mengetahui warna, ukuran, bentuk, belahan, pecahan, inklusi,
relief, dan pleokroisme. Sayatan kode 17 pada pengamatan nikol sejajar terlihat
berwarna colorless dengan panjang sayatan 6 mm pada perbesaran 4x. Mineral pada
kode sayatan 17 ini butiran mineralnya dibatasi oleh bidang kristal yang tidak
sempurna artinya bidang batas antar kristal mineral tidak terlihat secara jelas
sehingga bentuk mineral kode 17 anhedral. Pada kode preparat 17 tidak terlihat
adanya kenampakan bentuk garis-garis teratur sepanjang mineral yang diamati hal
ini menunjukkan bahwa mineral ini tidak memiliki belahan. Tetapi terlihat sedikit

18
kenampakan yang memiliki orientasi tidak teratur dengan frekuensi yang sangat
rendah sehingga pada mineral ini terdapat adanya pecahan yang relatif sedikit. Pada
mikroskop polarisasi dapat diamati adanya material kecil yang berwarna gelap yang
diindikasikan sebagai pengotor atau impurities dari proses pembentukan mineral
tersebut. Adanya inklusi pada suatu mineral menunjukkan bahwa selama proses
kristalisasi sebagian material asing yang terkumpul pada permukaan bidang
pertumbuhannya akan terperangkap dalam dalam kristal tersebut. Relief suatu
mineral dapat tertangkap mata karena adanya pembiasan cahaya pada batas kontak
kedua media atau kristal yang berdekatan, pada kode preparat 17 ini tidak terlihat
adanya bidang batas pagar mineral sehingga dapat diketahui bahwa cahaya
mengalami pembiasan secara kurang sempurna sehingga relief mineral pada kode
preparat 17 rendah. Relief suatu mineral berbanding lurus dengan indeks bias, jadi
dapat diidentifikasi bahwa mineral ini memiliki harga perbedaan indeks bias yang
relatif rendah. Hal ini juga berdampak pada bentuk mneral yaitu anhedral karena
antara satu mineral dengan mineral lain tidak diketahui bidang batasnnya. Warna
yang terlihat pada sayatan ini tidak mengalami perubahan ketika diputar 360o baik
searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam sehingga dapat diketahui bahwa
mineral pada orde preparat 17 tidak memiliki pleokroisme.

Gambar 3.1 Kenampakan Kode 17 pada PPL

Pengamatan melalui nikol bersilang (XPL) dapat mengetahui gelapan, sudut


gelapan atau kembaran, sudut kembaran, warna interferensi dan tanda rentang
optik. Pada pengamatan kode ini terlihat adanya keadaan dimana mineral yang
diamati mengalami gelap maksimal yang terjadi akibat tidak ada cahaya yang

19
diteruskan oleh analisator hingga mata pengamat, ciri khas dari mineral ini
gelapannya mengalami perubahan secara berangsur dan kedudukan gelapan
masing-masing bagian memiliki perbedaan. Hal ini merupakan ciri dari gelapan
bergelombang. Warna interferensi dapat ditentukan dengan memutar meja objek
yang terdapat sayatan mineral hingga diperoleh terang maksimal, pada sayatan ini
ketika diputar hingga diperolrh terang maksimal terlihat mineral berwarna Orange
Orde I kemudian ketika dimasukkan baji kuarsa warna tersebut berubah menjadi
Merah orde II sehingga terjadi penambahan orde warna pada tabel Michel Levy
menandakan bahwa tanda rendang optik (TRO) yang dimiliki mineral pada sayatan
adalah positif (+).

Gambar 3.2 Michel Levy Kode 17


Berdasarkan identifikasi sifat optik mineral baik pada pengamatan PPL
maupun pengamtan XPL diketahui mineral yang diamati berwarna colorless,
bentuk anhedral, tidak memiliki belahan dengan pecahan yang frekuensinya rendah,
bidang batasnya atau relief mineral rendah sehingga harga perbedaan indeks
biasnya rendah, terlihat adanya inklusi dengan keterdapatan yang sedikit, tidak
terlihat adanya pleokroisme dan pada pengamatan XPL terlihat adanya gelapan
bergelombang. Tanda rendang optik (+) yang ditunjukkan dengan perubahan warna
interferensi dari orange orde I menjadi merah orde II. Hal in dapat diidentifkasi
bahwa mineral dengan kode preparat 17 merupakan mineral kuarsa dengan ciri
khususnya yang memiliki gelapan bergelombang.

20
Mineral kuarsa ini merupakan mineral dengan komposisi SiO2 yang
dominan terbentuk akibat adanya pendinginan magma bersifat asam, setelah proses
magmatisme dan memasuki fase pegmatisme dan pnumatolisis pada proses
hidrotermal yang bersuhu rendah (berkisar 6000C). Awalnya magma mengintrusi
batuan dipermukaan dan menghasilkan gejala-gejala intrusi sehingga terbentuklah
mineral-mineral yang bersifat holokristalin dan asam. Kemudian seiring dengan
penurunan suhu karena penyerapan panas oleh batuan yang dilaluinya serta
penurunan tekanan akibat semakin menjauhnya magma dari dapur magma dan
pengaruh gravitasi sehingga memasuki tahap pada suhu pembentukan kristal
kuarsa, selanjutnya terbentuklah mineral kuarsa. Mineral kuarsa terbentuk saat
unsur-unsur dari mineral kuarsa saling tarik menarik dan membentuk suatu tubuh
kristal yang masih bercampur dengan cairan magma basa mulai mengalami
fraksinasi pemisahan antar kristalnya dengan magma seiring waktu dengan
pendinginan yang relatif rendah sehinga mengakibatkan mineral ini mengalami
proses kristalisasi dengan waktu yang relatif lama. Berdasarkan asosiasi mineral
yang berada di sekitar mineral kuarsa yang diamati dan terlihat tidak adanya vitric
atau gelasan yang terekam pada kode preparat 17 atau yang berda di sekitar mineral
kuarsa maka dapat diidentifikasikan bahwa mineral ini telah mengalami proses
diferensiasi magma berupa fraksinasi, crystal settling dan floatation dan proses
liquid immisibility.Tahap fraksinasi dilewati oleh magma akibat adanya gaya
gravitasi. Kristal dengan kandungan Si tinggi telah terbentuk akan turun ke bawah
yang disebut dengan crystal settling. Crystal flotation terjadi karena adanya
pengembangan mineral-mineral pada fluida magma yang memiliki densitas yang
lebih rendah dibandingkan dengan mineral yang telah mengalami proses crystal
settling. Tidak terdapat adanya gelasan pada asosiasi mineral kuarsa yang terdapat
pada kode 17 ini menunjukkan bahwa mineral ini telah mengalami proses liquid
immisibility.Mineral kuarsa merupakan mineral dengan kandungan SiO2 yang
keterdapatannya pada batuan beku dengan sifat magma yang asam batuan granit
dan rhyolit. Batuan asam dalam busur magmatisme terbentuk pada zona continental
rift zone yang merupakan ativitas pemekaran lempengbenua yang memicu adanya
partial melting yang membentuk chamber baru yang mengakibatkan magma yang

21
dihasilkan bersifat intermediet-asam, hal ini diakibatkan adanya asimilasi maupun
anateksis dari magma. Berdasarkan keterdapatan mineral kuarsa yang cenderung
terbentuk pada batuan asam maka dapat diketahui bahwa mineral ini terbentuk pada
temperature rendah yang berkisar pada 600oC

Gambar 3.3 Zona terbentuknya mineral kode 17

3.2 Kode Preparat 9


Pengamatan kode preparat 9 dilakukan dengan mikroskop polarisasi
perbesaran 4x artinya diameter sayatan preparat sepanjang 10mm. Pengamatn
sayatan dilakukan melalui nikol sejajar (Plane Polarized Light) dan melalui
nikol silang (Cross Polarized Light). Pengamatan melalui nikol sejajar (PPL)
dapat mengetahui warna, ukuran, bentuk, belahan, pecahan, inklusi, relief, dan
pleokroisme. Sayatan kode 9 pada pengamatan nikol sejajar terlihat berwarna
coklat kehijauan dengan panjang sayatan 6 mm pada perbesaran mikroskop
polarisari 4x. Mineral pada kode sayatan 9 ini butiran mineralnya dibatasi oleh
bidang kristal yang sempurna artinya bidang batas antar kristal mineral dapat
terlihat secara jelas sehingga bentuk mineral kode 9 euhedral. Pada kode
preparat 9 terlihat adanya kenampakan bentuk garis-garis lurus teraturyang
sejajar satu sama lain sepanjang mineral yang diamati hal ini menunjukkan
bahwa mineral ini tidak memiliki belahan. Tetapi terlihat sedikit kenampakan
yang memilii orientasi tidak teratur dengan frekuensi yang sangat rendah
sehingga pada mineral ini terdapat adanya pecahan yang relatif sedikit. Pada

22
mikroskop polarisasi dapat diamati adanya material kecil yang berwarna gelap
yang diindikasikan sebagai pengotor atau impurities dari proses pembentukan
mineral tersebut. Adanya inklusi pada suatu mineral menunjukkan bahwa
selama proses kristalisasi sebagian material asing yang terkumpul pada
permukaan bidang pertumbuhannya akan terperangkap dalam dalam kristal
tersebut. Relief suatu mineral dapat tertangkap mata karena adanya pembiasan
cahaya pada batas kontak kedua media atau kristal yang berdekatan, pada kode
preparat 9 ini terlihat adanya bidang batas pagar mineral yang cukup jelas
sehingga dapat diketahui bahwa cahaya mengalami pembiasan secara cukup
sempurna sehingga relief mineral pada kode preparat 9 rendah. Relief suatu
mineral berbanding lurus dengan indeks bias, jadi dapat diidentifikasi bahwa
mineral ini memiliki harga perbedaan indeks bias yang relatif rendah. Hal ini
menunjukkan bahwa perbedaan harga indeks bias antara kedua media bernilai
sedang sehingga terlihat adanya bidang batas pagar antara satu mineral dengan
mineral lainnya dengan intensitas yang cukup jelas. Warna yang terlihat pada
sayatan ini tidak mengalami perubahan ketika diputar 360o baik searah jarum
jam atau berlawanan arah jarum jam sehingga dapat diketahui bahwa
pleokroisme mineral kode 9 ini tidak ada.

Pengamatan melalui nikol bersilang (XPL) dapat mengetahui gelapan,


sudut gelapan atau kembaran, sudut kembaran, warna interferensi dan tanda
rentang optik. Pada pengamatan kode ini terlihat adanya keadaan dimana
mineral yang diamati mengalami gelap maksimal yang terjadi akibat tidak ada
cahaya yang diteruskan oleh analisator hingga mata pengamat, dimana mineral
ini memiliki kedudukan gelapan yang sumbu panjang kristal (sumbu c)
menyudut terhadap arah getar. Hal ini merupakan ciri dari gelapan miring. Pada
kode sayatan 9 ini memiliki sudut gelapan sebesar 40o . Warna interferensi
dapat ditentukan dengan memutar meja objek yang terdapat sayatan mineral
hingga diperoleh terang maksimal, pada sayatan ini ketika diputar hingga
diperoleh terang maksimal terlihat mineral berwarna Orange Orde II kemudian
ketika dimasukkan baji kuarsa warna tersebut berubah menjadi Orange orde III

23
sehingga terjadi penambahan orde warna pada tabel Michel Levy menandakan
bahwa tanda rendang optik (TRO) yang dimiliki mineral pada sayatan adalah
positif (+).

Gambar 3.4 Kenampakan Mineral Pada Mikroskop

Gambar 3.5 Michel Levy Kode 9

Berdasarkan identifikasi sifat optik mineral yang telah diamati pada


pengamatan PPL yang terlihat adanya mineral berwarna coklat kehjauan
berukuran 6mm, memiliki belahan satu arah, memiliki inklusi dan tidak
memiliki pleokroisme. Pada pengamatan XPL terlihat adanya gelapan miring
dengan sudut berkisar 400 dan berdasarkan identifikasi warna interferensi,
TRO mineral ini (+). Dari ciri tersebut dapat diidentifikasi bahwa kode preparat
9 merupakan kelompok mineral pirosen yaitu klinopiroksen jenis Augite
dengan ciri khusus warna coklat kehijauan dengan gelapan miring.

24
Mineral Augite ini terbentuk karena adanya pendinginan magma yang
terjadi dalam waktu yang relatif lama dengan suhu atau temperatur 10000-
11000 C. Bentuk kristalnya yang euhedral menandakan bahwa tubuh kristal
membeku terlebih dahulu dan mengisi ruang kosong yang ada, sehingga
bentuknya jelas. Berdasarkan adanya inklusi pada mineral yang diamati dapat
diketahui bahwa selama proses kristalisasi magma sebagian material asing
yang terkumpul pada permukaan bidang pertumbuhannya akan terperangkap
dalam kristal, dan seterusnya menjadi bagian dari kristal tersebut. Material
tersebut dapat berupa kristal yang lebih kecil dari mineral yang berbeda
jenisnya, atau berupa kotoran/impurities pada magma, dapat juga berupa fluida
baik cairan ataupun gas. Berdasarkan asosiasi mineral yang berada di sekitar
mineral augit yang diamati dan terlihat adanya vitric atau gelasan yang terekam
pada kode preparat 9 atau yang berda di sekitar mineral augit maka dapat
diidentifikasikan bahwa mineral ini telah mengalami proses diferensiasi
magma berupa fraksinasi, crystal settling dan floatation. Tahap fraksinasi
dilewati oleh magma akibat adanya gaya gravitasi. Kristal dengan kandungan
Si tinggi telah terbentuk akan turun ke bawah yang disebut dengan crystal
settling. Crystal flotation terjadi karena adanya pengembangan mineral-
mineral pada fluida magma yang memiliki densitas yang lebih rendah
dibandingkan dengan mineral yang telah mengalami proses crystal settling.
Mineral ini memiliki kandungan Fe Mg yang relatif tinggi hal ini menunjukkan
bahwa mineral ini terdapat pada batuan dengan sifat magma basa seperti
gabbro dan basalt. Hal ini mengidentifikasikan bahwa mineral augit terbentuk
pada zona MOR atau Back Arc Basin zona dimana lempeng samudera dan
samudera saling menjauh atau divergen. Hal ini dikontrol oleh arus konveksi
yang terjadi pada mantel bumi sehingga magma keluar dan membentuk
pegunungan lantai samudera. Magma yang dihasilkan bersifat basah-ultra
basah.

25
Gambar 3.6 Zona Pembentukan Mineral kode 9

3.3 Kode Preparat K136E


Pengamatan kode preparat K136E dilakukan dengan mikroskop
polarisasi perbesaran 4x artinya diameter sayatan preparat sepanjang 10mm.
Pengamatn sayatan dilakukan melalui nikol sejajar (Plane Polarized Light) dan
melalui nikol silang (Cross Polarized Light). Pengamatan melalui nikol sejajar
(PPL) dapat mengetahui warna, ukuran, bentuk, belahan, pecahan, inklusi,
relief, dan pleokroisme. Sayatan kode K136E pada pengamatan nikol sejajar
terlihat berwarna kecoklatan dengan panjang sayatan 2 mm pada perbesaran
4x. Mineral pada kode sayatan ini butiran mineralnya dibatasi oleh sebagian
bidang kristal yang sempurna artinya bidang batas antar kristal mineral dapat
terlihat cukup jelas sehingga bentuk mineral kode K136E subhedral prismatik.
Pada pengamatan mikroskopis terlihat adanya kenampakan mineral yang
membelah dengan arah belahan yang searah sehingga mineral ini memiliki
belahan satu arah dan terlihat adanya kenampakan pecahan yang tidak teratur
dengan frekuensi yang tidak dominan sehingga pada mineral ini terdapat
adanya sedikit pecahan. Pada mikroskop dapat diamati adanya material kecil
yang berwarna gelap yang diindikasikan sebagai pengotor atau impurities dari
proses pembentukan mineral tersebut atau disebut sebagai inklusi. Relief suatu
mineral yang terlihat pada mikroskop berbanding lurus dengan bentuk mineral
tersebut. Pada kode K136E ini tidak terlihat adanya bidang batas pagar mineral
dan diketahui bahwa bentuk mineral ini yaitu euhedral sehingga dapat

26
diketahui bahwa mineral kode K136 E memiliki relief yang tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa perbedaan harga indeks bias antara kedua media bernilai
tinggi sehingga terlihat adanya bidang batas pagar antara satu mineral dengan
mineral lainnya dengan intensitas yang jelas. Warna yang terlihat pada sayatan
ini mengalami perubahan ketika diputar 360o baik searah jarum jam atau
berlawanan arah jarum jam sebanyak 2 kali perubahan warna sehingga dapat
diketahui bahwa pleokroisme mineral kode K136E ini dikroik.

Pengamatan melalui nikol bersilang (XPL) dapat mengetahui gelapan,


sudut gelapan atau kembaran, sudut kembaran, warna interferensi dan tanda
rentang optik. Pada pengamatan kode ini terlihat adanya keadaan dimana
mineral yang diamati mengalami gelap maksimal yang terjadi akibat tidak ada
cahaya yang diteruskan oleh analisator hingga mata pengamat, dimana mineral
ini memiliki kedudukan gelapan yang sumbu panjang kristal (sumbu c)
menyudut terhadap arah getar. Hal ini merupakan ciri dari gelapan miring. Pada
kode sayatan K136E ini memiliki sudut gelapan sebesar 26o. Warna
interferensi dapat ditentukan dengan memutar meja objek yang terdapat
sayatan mineral hingga diperoleh terang maksimal, pada sayatan ini ketika
diputar hingga diperolrh terang maksimal terlihat mineral berwarna kuning
Orde III kemudian ketika dimasukkan baji kuarsa warna tersebut berubah
menjadi Kuning orde II sehingga terjadi pengurangan orde warna pada tabel
Michel Levy menandakan bahwa tanda rendang optik (TRO) yang dimiliki
mineral pada sayatan adalah negatif(-).

Gambar 3.7 Kenampakan Mineral K136E

27
Gambar 3.8 Michel Levy Kode K136E

Berdasarkan identifikasi sifat optik mineral yang telah diamati pada


pengamatan PPL yang terlihat adanya mineral berwarna kecoklatan berukuran
2mm pada perbesaran 4x, memiliki belahan satu arah, memiliki inklusi dan
relief tinggi serta adanya pleokroisme tinggi berupa dikroik. Pada pengamatan
XPL terlihat adanya gelapan miring dengan sudut berkisar 260 dan berdasarkan
identifikasi warna interferensi, TRO mineral ini (-). Dari ciri tersebut dapat
diidentifikasi bahwa kode preparat K136E merupakan kelompok mineral
Hornblende.
Mineral ini terbentuk karena adanya pendinginan magma yang terjadi
dalam waktu yang relatif lama dengan suhu atau temperatur 10000- 9000 C.
Bentuk kristalnya yang subhedral menandakan bahwa sebagian dari tubuh
kristal membeku terlebih dahulu dan mengisi ruang kosong yang ada, sehingga
bentuknya jelas, sementara sebagian lainnya sudah dibatasi oleh bidang kristal
lain yang telah tumbuh. Berdasarkan adanya inklusi pada mineral kuarsa yang
diamati dapat diketahui bahwa selama proses kristalisasi magma sebagian
material asing yang terkumpul pada permukaan bidang pertumbuhannya akan
terperangkap dalam kristal, dan seterusnya menjadi bagian dari kristal tersebut.
Material tersebut dapat berupa kristal yang lebih kecil dari mineral yang
berbeda jenisnya, atau berupa kotoran/impurities pada magma, dapat juga
berupa fluida baik cairan ataupun gas. Mineral hornblrnde terbentuk saat unsur-
yang saling tarik menarik dan membentuk suatu tubuh kristal yang masih

28
bercampur dengan cairan magma basa mulai mengalami fraksinasi pemisahan
antar kristalnya dengan magma seiring waktu dengan pendinginan yang relatif
rendah sehinga mengakibatkan mineral ini mengalami proses kristalisasi
dengan waktu yang relatif lama. Kristal dengan kandungan Fe Mg tinggi telah
terbentuk akan turun ke bawah dan mineral gelasan dengan kandungan Si akan
mengambang dan naik ke atas , hal inilah yang disebut dengan crystal settling
dan floatation , dimana pada tahap ini sebagian akan terbentuk kristal dan yang
lain akan berbentuk gelasan. Dilihat dari asosiasi mineral yang terlihat pada
sayatan dapat diketahui bahwa mineral pada sayatan batuan tersebut telah
mengalami proses diferensiasi magma berupa fraksinasi, crystal settling, dan
crystal flotation, dimana mineral ini terbentuk pada zona subduction dimana
terjadi penunjaman antara lempeng samudera dengan lempeng benua sehingga
lempeng samudera menyusup dibawahnya langsung terjadi melting dan
terbentuklah gunung vulkanik dengan magma yang bersifat intermediet. Hal
ini dapat ditunjukkan berdasarkan asosiasi mineral hornblende pada sayatan
yang diamati. Berdasarkan hal tersebut mineral hornblende terkandung dalam
batuan yang bersifat intermediet seperti Andesit dan batuan Diorit.

Gambar 3.9 Zona Pembentukan Mineral kode K136E

3.4 Kode Peraga L4


Pengamatan kode preparat L4 dilakukan dengan mikroskop polarisasi
perbesaran 4x artinya diameter sayatan preparat sepanjang 10mm. Pengamatn
sayatan dilakukan melalui nikol sejajar (Plane Polarized Light) dan melalui

29
nikol silang (Cross Polarized Light). Pengamatan melalui nikol sejajar(PPL)
dapat mengetahui warna, ukuran, bentuk, belahan, pecahan, inklusi, relief, dan
pleokroisme. Sayatan kode L4 pada pengamatan nikol sejajar terlihat berwarna
putih dengan panjang sayatan 6 mm dengan perbesaran 4x. Mineral pada kode
sayatan ini butiran mineralnya dibatasi oleh sebagian bidang kristal yang
sempurna artinya bidang batas antar kristal mineral dapat terlihat cukup jelas
sehingga bentuk mineral kode L4 subhedral prismatik. Pada pengamatan
mikroskopis tidak terlihat adanya kenampakan mineral yang membelah
sehingga mineral ini tidak memiliki belahan dan tidak terlihat adanya
kenampakan pecahan sehingga pada mineral ini tidak terdapat adanya sedikit
pecahan. Pada mikroskop dapat diamati adanya material kecil yang berwarna
gelap yang diindikasikan sebagai pengotor atau impurities dari proses
pembentukan mineral tersebut. Relief suatu mineral yang terlihat pada
mikroskop berbanding lurus dengan bentuk mineral tersebut. Pada kode L4 ini
tidak terlihat adanya bidang pagar mineral dan diketahui bahwa bentuk mineral
ini yaitu anhedral sehingga dapat diketahui bahwa mineral kode L4 memiliki
relief yang rendah. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan harga indeks bias
antara kedua media bernilai rendah sehingga terlihat adanya bidang batas pagar
antara satu mineral dengan mineral lainnya dengan intensitas yang kurang
jelas. Warna yang terlihat pada sayatan ini tidak mengalami perubahan ketika
diputar 360o baik searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam sehingga
dapat diketahui bahwa pleokroisme mineral kode L4 ini tidak ada.

Pengamatan melalui nikol bersilang (XPL) dapat mengetahui gelapan,


sudut gelapan atau kembaran, sudut kembaran, warna interferensi dan tanda
rentang optik. Pada pengamatan kode ini terlihat adanya keadaan dimana
mineral yang diamati mengalami kedudukan gelapan yang berlainan atau biasa
disebut dengan kembaran. Kembaran yang terlihat pada mineral ini berupa
kenampakan perselingan warna hitam putih yang berulang sehingga kembaran
pada mineral ini disebut kembaran albit dengan sudut kembaran sebesar 54o.
Warna interferensi dapat ditentukan dengan memutar meja objek yang terdapat

30
sayatan mineral hingga diperoleh terang maksimal, pada sayatan ini ketika
diputar hingga diperolrh terang maksimal terlihat mineral berwarna putih orde
I kemudian ketika dimasukkan baji kuarsa warna tersebut berubah menjadi biru
orde II sehingga terjadi penambahan orde warna pada tabel Michel Levy
menandakan bahwa tanda rendang optik (TRO) yang dimiliki mineral pada
sayatan adalah positif(+).

Gambar 3.10 Kenampakan mineral L4

Gambar 3.11 Michel Levy Kode L4


Berdasarkan identifikasi sifat optik mineral yang telah diamati pada
pengamatan PPL yang terlihat adanya mineral berwarna putih colorless
berukuran 6mm, tidak terlihat adanya belahan dengan pecahan yang relatif
sedikit, memiliki inklusi dan relief rendah serta tidak terdapat adanya
pleokroisme. Pada pengamatan XPL terlihat adanya kembaran albit dengan
sudut kembaran sebesar 540 dan berdasarkan identifikasi warna interferensi,
TRO mineral ini (+). Berdasarkan identifikasi sifat optik mineral yang telah
diamati dapat diidentifkais bahwa mineral dengan kode preparat merupakan

31
kelompok mineral plagioklas. Penentuan jenis plagioklas dapat diketahui
dengan tabel plagioklas dimana didapatkan sudut kembaran 54o yang kemudian
diplot pada tabel tersebut dan ditarik garis lurus sehingga didapatkan bahwa
mineral dengan kode L4 termasuk dalam jenis plagioklas Anorthite An 92.

Gambar 3.12 Penamaan Mineral L4 berdasarkan Kurva Plagioklas

Mineral ini terbentuk karena adanya pendinginan magma yang terjadi


dalam waktu yang relatif lama dengan suhu atau temperatur 12000- 11000 C.
Bentuk kristalnya yang subhedral menandakan bahwa sebagian dari tubuh
kristal membeku terlebih dahulu dan mengisi ruang kosong yang ada, sehingga
bentuknya jelas, sementara sebagian lainnya sudah dibatasi oleh bidang kristal
lain yang telah tumbuh. Berdasarkan adanya inklusi pada mineral kuarsa yang
diamati dapat diketahui bahwa selama proses kristalisasi magma sebagian
material asing yang terkumpul pada permukaan bidang pertumbuhannya akan
terperangkap dalam kristal, dan seterusnya menjadi bagian dari kristal tersebut.
Material tersebut dapat berupa kristal yang lebih kecil dari mineral yang
berbeda jenisnya, atau berupa kotoran/impurities pada magma, dapat juga
berupa fluida baik cairan ataupun gas. Mineral Anorthit terbentuk saat unsur-
yang saling tarik menarik dan membentuk suatu tubuh kristal yang masih
bercampur dengan cairan magma basa mulai mengalami fraksinasi pemisahan
antar kristalnya dengan magma seiring waktu dengan pendinginan yang relatif
rendah sehinga mengakibatkan mineral ini mengalami proses kristalisasi
dengan waktu yang relatif lama. Kristal dengan kandungan Fe Mg tinggi telah

32
terbentuk akan turun ke bawah dan mineral gelasan dengan kandungan Si akan
mengambang dan naik ke atas , hal inilah yang disebut dengan crystal settling.
Crystal flotation terjadi karena adanya pengembangan mineral-mineral pada
fluida magma yang memiliki densitas yang lebih rendah dibandingkan dengan
mineral yang telah mengalami proses crystal settling. Anorthite merupakan
mineral yang pertama kali terbentuk dengan temperature yang relatif tinggi.
Mineral ini memiliki kandungan Fe Mg yang relatif tinggi hal ini menunjukkan
bahwa mineral ini terdapat pada batuan dengan sifat magma basa seperti
gabbro dan basalt. Hal ini mengidentifikasikan bahwa mineral anorthite
terbentuk pada zona MOR atau Back Arc Basin zona dimana lempeng
samudera dan samudera saling menjauh atau divergen. Hal ini dikontrol oleh
arus konveksi yang terjadi pada mantel bumi sehingga magma keluar dan
membentuk pegunungan lantai samudera. Magma yang dihasilkan bersifat
basah-ultra basah.

Gambar 3.13 Zona Pembentukan Mineral L4

3.5 Kode Peraga F1


Pengamatan kode preparat F:1 dilakukan dengan mikroskop polarisasi
perbesaran 4x artinya diameter sayatan preparat sepanjang 10mm. Pengamatn
sayatan dilakukan melalui nikol sejajar (Plane Polarized Light) dan melalui
nikol silang (Cross Polarized Light). Pengamatan melalui nikol sejajar(PPL)
dapat mengetahui warna, ukuran, bentuk, belahan, pecahan, inklusi, relief, dan
pleokroisme. Sayatan kode F1 pada pengamatan nikol sejajar terlihat berwarna

33
abu kecoklatan dengan panjang sayatan 6 mm dengan perbesaran 4x. Mineral
pada kode sayatan ini butiran mineralnya dibatasi oleh sebagian bidang kristal
yang sempurna artinya bidang batas antar kristal mineral dapat terlihat cukup
jelas sehingga bentuk mineral kode F1 subhedral prismatik. Pada pengamatan
mikroskopis tidak terlihat adanya kenampakan mineral yang membelah
sehingga mineral ini tidak memiliki belahan dan tidak terlihat adanya
kenampakan pecahan sehingga pada mineral ini tidak terdapat adanya sedikit
pecahan. Pada mikroskop dapat diamati adanya material kecil yang berwarna
gelap yang diindikasikan sebagai pengotor atau impurities dari proses
pembentukan mineral tersebut. Relief suatu mineral yang terlihat pada
mikroskop berbanding lurus dengan bentuk mineral tersebut. Pada kode F1 ini
terlihat adanya bidang batas pagar mineral dan diketahui bahwa bentuk mineral
ini yaitu subhedral prismatik sehingga dapat diketahui bahwa mineral kode F1
memiliki relief yang sedang . Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan harga
indeks bias antara kedua media bernilai sedang sehingga terlihat adanya bidang
batas pagar antara satu mineral dengan mineral lainnya dengan intensitas yang
cukup jelas. Warna yang terlihat pada sayatan ini tidak mengalami perubahan
ketika diputar 360o baik searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam
sehingga dapat diketahui bahwa pleokroisme mineral kode F1 ini tidak ada.

Pengamatan melalui nikol bersilang (XPL) dapat mengetahui gelapan,


sudut gelapan atau kembaran, sudut kembaran, warna interferensi dan tanda
rentang optik. Pada pengamatan kode ini terlihat adanya keadaan dimana
mineral yang diamati mengalami kedudukan gelapan yang berlainan atau biasa
disebut dengan kembaran. Kembaran yang terlihat pada mineral ini berupa
kenampakan perselingan warna hitam putih yang berulang sehingga kembaran
pada mineral ini disebut kembaran albit dengan sudut kembaran sebesar 35o.
Warna interferensi dapat ditentukan dengan memutar meja objek yang terdapat
sayatan mineral hingga diperoleh terang maksimal, pada sayatan ini ketika
diputar hingga diperolrh terang maksimal terlihat mineral berwarna pink orde
II kemudian ketika dimasukkan baji kuarsa warna tersebut berubah menjadi

34
pink orde III sehingga terjadi penambahan orde warna pada tabel Michel Levy
menandakan bahwa tanda rendang optik (TRO) yang dimiliki mineral pada
sayatan adalah positif(+).

Gambar 3.14 Kenampakan mineral F1

Gambar 3.15 Michel Levy Kode F1

Berdasarkan identifikasi sifat optik mineral yang telah diamati pada


pengamatan PPL yang terlihat adanya mineral berwarna abu kecoklatan
berukuran 6mm, tidak terlihat adanya belahan dengan pecahan yang relatif
sedikit, memiliki inklusi dan relief sedang serta tidak terdapat adanya
pleokroisme. Pada pengamatan XPL terlihat adanya kembaran albit dengan
sudut kembaran sebesar 350 dan berdasarkan identifikasi warna interferensi,
TRO mineral ini (+). Berdasarkan identifikasi sifat optik mineral yang telah
diamati dapat diidentifkais bahwa mineral dengan kode preparat merupakan
kelompok mineral plagioklas. Penentuan jenis plagioklas dapat diketahui
dengan tabel plagioklas dimana didapatkan sudut kembaran 35o yang kemudian

35
diplot pada tabel tersebut dan ditarik garis lurus sehingga didapatkan bahwa
mineral dengan kode F1 termasuk dalam jenis plagioklas Labradorite An 62.

Gambar 3.16 Penamaan Mineral F1 berdasarkan Kurva Plagioklas

Mineral ini terbentuk karena adanya pendinginan magma yang terjadi


dalam waktu yang relatif lama dengan suhu atau temperatur 9000- 10000 C.
Bentuk kristalnya yang subhedral menandakan bahwa sebagian dari tubuh
kristal membeku terlebih dahulu dan mengisi ruang kosong yang ada, sehingga
bentuknya jelas, sementara sebagian lainnya sudah dibatasi oleh bidang kristal
lain yang telah tumbuh. Berdasarkan adanya inklusi pada mineral kuarsa yang
diamati dapat diketahui bahwa selama proses kristalisasi magma sebagian
material asing yang terkumpul pada permukaan bidang pertumbuhannya akan
terperangkap dalam kristal, dan seterusnya menjadi bagian dari kristal tersebut.
Material tersebut dapat berupa kristal yang lebih kecil dari mineral yang
berbeda jenisnya, atau berupa kotoran/impurities pada magma, dapat juga
berupa fluida baik cairan ataupun gas. Mineral labradorite terbentuk saat unsur-
yang saling tarik menarik dan membentuk suatu tubuh kristal yang masih
bercampur dengan cairan magma basa mulai mengalami fraksinasi pemisahan
antar kristalnya dengan magma seiring waktu dengan pendinginan yang relatif
rendah sehinga mengakibatkan mineral ini mengalami proses kristalisasi
dengan waktu yang relatif lama. Kristal dengan kandungan Fe Mg tinggi telah
terbentuk akan turun ke bawah dan mineral gelasan dengan kandungan Si akan
mengambang dan naik ke atas , hal inilah yang disebut dengan crystal settling,

36
Crystal flotation terjadi karena adanya pengembangan mineral-mineral pada
fluida magma yang memiliki densitas yang lebih rendah dibandingkan dengan
mineral yang telah mengalami proses crystal settling. Karena pada asosiasi
mineral labradorit ini masih terlihat adanya gelasan maka mineral ini belum
mengalami proses liquid immisibility. Dilihat dari asosiasi mineral yang terlihat
pada sayatan dapat diketahui bahwa mineral pada sayatan batuan tersebut telah
mengalami proses diferensiasi magma berupa fraksinasi, crystal settling, dan
crystal flotation, mineral ini terbentuk pada zona subduction dimana terjadi
penunjaman antara lempeng samudera dengan lempeng benua sehingga
lempeng samudera menyusup dibawahnya langsung terjadi melting dan
terbentuklah gunung vulkanik dengan magma yang bersifat intermediet.
Karena sifat magmanya intermediet maka dapat diidentifikasi bahwa mineral
labradorit banyak terdapat pada batuan dengan kandungan sifat magma yang
intermediet seperti batuan andesit dan diorit.

Gambar 3.17 Zona Pembentukan Mineral F1

3.6 Kode Peraga STA 42


Pengamatan kode preparat STA 42 dilakukan dengan mikroskop
polarisasi perbesaran 4x artinya diameter sayatan preparat sepanjang 10mm.
Pengamatn sayatan dilakukan melalui nikol sejajar (Plane Polarized Light) dan
melalui nikol silang (Cross Polarized Light). Pengamatan melalui nikol
sejajar(PPL) dapat mengetahui warna, ukuran, bentuk, belahan, pecahan,
inklusi, relief, dan pleokroisme. Sayatan kode STA 42 pada pengamatan nikol
sejajar terlihat berwarna colorless dengan panjang sayatan 4 mm dengan

37
perbesaran 4x. Mineral pada kode sayatan ini butiran mineralnya dibatasi oleh
sebagian bidang kristal yang sempurna artinya bidang batas antar kristal
mineral dapat terlihat cukup jelas sehingga bentuk mineral kode STA 42
subhedral prismatik. Pada pengamatan mikroskopis tidak terlihat adanya
kenampakan mineral yang membelah sehingga mineral ini tidak memiliki
belahan dan tidak terlihat adanya kenampakan pecahan sehingga pada mineral
ini tidak terdapat adanya sedikit pecahan. Pada mikroskop dapat diamati
adanya material kecil yang berwarna gelap yang diindikasikan sebagai
pengotor atau impurities dari proses pembentukan mineral tersebut. Relief
suatu mineral yang terlihat pada mikroskop berbanding lurus dengan bentuk
mineral tersebut. Pada kode STA 42 ini terlihat adanya bidang batas pagar
mineral dan diketahui bahwa bentuk mineral ini yaitu subhedral prismatik
sehingga dapat diketahui bahwa mineral kode STA 42 memiliki relief yang
sedang . Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan harga indeks bias antara kedua
media bernilai sedang sehingga terlihat adanya bidang batas pagar antara satu
mineral dengan mineral lainnya dengan intensitas yang cukup jelas. Warna
yang terlihat pada sayatan ini tidak mengalami perubahan ketika diputar 360o
baik searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam sehingga dapat
diketahui bahwa pleokroisme mineral kode STA 42 ini tidak ada.

Pengamatan melalui nikol bersilang (XPL) dapat mengetahui gelapan,


sudut gelapan atau kembaran, sudut kembaran, warna interferensi dan tanda
rentang optik. Pada pengamatan kode ini terlihat adanya keadaan dimana
mineral yang diamati mengalami kedudukan gelapan yang berlainan atau biasa
disebut dengan kembaran. Kembaran yang terlihat pada mineral ini berupa
kenampakan perselingan warna hitam putih yang berulang sehingga kembaran
pada mineral ini disebut kembaran albit dengan sudut kembaran sebesar 30o.
Warna interferensi dapat ditentukan dengan memutar meja objek yang terdapat
sayatan mineral hingga diperoleh terang maksimal, pada sayatan ini ketika
diputar hingga diperolrh terang maksimal terlihat mineral berwarna putih orde
I kemudian ketika dimasukkan baji kuarsa warna tersebut berubah menjadi biru

38
orde II sehingga terjadi penambahan orde warna pada tabel Michel Levy
menandakan bahwa tanda rendang optik (TRO) yang dimiliki mineral pada
sayatan adalah positif(+).

Gambar 3.18 Kenampakan mineral STA 42

Gambar 3.19 Michel Levy Kode STA 42

Berdasarkan identifikasi sifat optik mineral yang telah diamati pada


pengamatan PPL yang terlihat adanya mineral berwarna abu kecoklatan
berukuran 6mm, tidak terlihat adanya belahan dengan pecahan yang relatif
sedikit, memiliki inklusi dan relief sedang serta tidak terdapat adanya
pleokroisme. Pada pengamatan XPL terlihat adanya kembaran albit dengan
sudut kembaran sebesar 300 dan berdasarkan identifikasi warna interferensi,
TRO mineral ini (+). Berdasarkan identifikasi sifat optik mineral yang telah
diamati dapat diidentifkais bahwa mineral dengan kode preparat merupakan
kelompok mineral plagioklas. Penentuan jenis plagioklas dapat diketahui

39
dengan tabel plagioklas dimana didapatkan sudut kembaran 30o yang kemudian
diplot pada tabel tersebut dan ditarik garis lurus sehingga didapatkan bahwa
mineral dengan kode STA 42 termasuk dalam jenis plagioklas Labradorite
An 54.

Gambar 3.20 Penamaan Mineral STA 42 berdasarkan Kurva Plagioklas

Mineral ini terbentuk karena adanya pendinginan magma yang terjadi


dalam waktu yang relatif lama dengan suhu atau temperatur 9000- 10000 C.
Bentuk kristalnya yang subhedral menandakan bahwa sebagian dari tubuh
kristal membeku terlebih dahulu dan mengisi ruang kosong yang ada, sehingga
bentuknya jelas, sementara sebagian lainnya sudah dibatasi oleh bidang kristal
lain yang telah tumbuh. Berdasarkan adanya inklusi pada mineral kuarsa yang
diamati dapat diketahui bahwa selama proses kristalisasi magma sebagian
material asing yang terkumpul pada permukaan bidang pertumbuhannya akan
terperangkap dalam kristal, dan seterusnya menjadi bagian dari kristal tersebut.
Material tersebut dapat berupa kristal yang lebih kecil dari mineral yang
berbeda jenisnya, atau berupa kotoran/impurities pada magma, dapat juga
berupa fluida baik cairan ataupun gas. Mineral labradorite terbentuk saat unsur-
yang saling tarik menarik dan membentuk suatu tubuh kristal yang masih
bercampur dengan cairan magma basa mulai mengalami fraksinasi pemisahan
antar kristalnya dengan magma seiring waktu dengan pendinginan yang relatif
rendah sehinga mengakibatkan mineral ini mengalami proses kristalisasi
dengan waktu yang relatif lama. Kristal dengan kandungan Fe Mg telah

40
terbentuk akan turun ke bawah dan mineral gelasan dengan kandungan Si akan
mengambang dan naik ke atas , hal inilah yang disebut dengan crystal settling,
Crystal flotation terjadi karena adanya pengembangan mineral-mineral pada
fluida magma yang memiliki densitas yang lebih rendah dibandingkan dengan
mineral yang telah mengalami proses crystal settling. Karena pada asosiasi
mineral labradorit ini masih terlihat adanya gelasan maka mineral ini belum
mengalami proses liquid immisibility. Dilihat dari asosiasi mineral yang terlihat
pada sayatan dapat diketahui bahwa mineral pada sayatan batuan tersebut telah
mengalami proses diferensiasi magma berupa fraksinasi, crystal settling, dan
crystal flotation, mineral ini terbentuk pada zona subduction dimana terjadi
penunjaman antara lempeng samudera dengan lempeng benua sehingga
lempeng samudera menyusup dibawahnya langsung terjadi melting dan
terbentuklah gunung vulkanik dengan magma yang bersifat intermediet.
Karena sifat magmanya intermediet maka dapat diidentifikasi bahwa mineral
labradorit banyak terdapat pada batuan dengan kandungan sifat magma yang
intermediet seperti batuan andesit dan diorit.

Gambar 3.21 Zona Pembentukan Mineral STA 42

3.7 Kode Peraga G11


Pengamatan kode preparat G11 dilakukan dengan mikroskop
polarisasi perbesaran 4x artinya diameter sayatan preparat sepanjang 10mm.
Pengamatn sayatan dilakukan melalui nikol sejajar (Plane Polarized Light) dan
melalui nikol silang (Cross Polarized Light). Pengamatan melalui nikol
sejajar(PPL) dapat mengetahui warna, ukuran, bentuk, belahan, pecahan,

41
inklusi, relief, dan pleokroisme. Sayatan kode G11 pada pengamatan nikol
sejajar terlihat berwarna colorless dengan panjang sayatan 4 mm dengan
perbesaran 4x. Mineral pada kode sayatan ini butiran mineralnya dibatasi oleh
sebagian bidang kristal yang sempurna artinya bidang batas antar kristal
mineral dapat terlihat cukup jelas sehingga bentuk mineral kode G11 subhedral
prismatik. Pada pengamatan mikroskopis tidak terlihat adanya kenampakan
mineral yang membelah sehingga mineral ini tidak memiliki belahan dan tidak
terlihat adanya kenampakan pecahan sehingga pada mineral ini tidak terdapat
adanya sedikit pecahan. Pada mikroskop dapat diamati adanya material kecil
yang berwarna gelap yang diindikasikan sebagai pengotor atau impurities dari
proses pembentukan mineral tersebut. Relief suatu mineral yang terlihat pada
mikroskop berbanding lurus dengan bentuk mineral tersebut. Pada kode G11
ini terlihat adanya bidang batas pagar mineral dan diketahui bahwa bentuk
mineral ini yaitu subhedral prismatik sehingga dapat diketahui bahwa mineral
kode G11 memiliki relief yang sedang . Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan
harga indeks bias antara kedua media bernilai sedang sehingga terlihat adanya
bidang batas pagar antara satu mineral dengan mineral lainnya dengan
intensitas yang cukup jelas. Warna yang terlihat pada sayatan ini tidak
mengalami perubahan ketika diputar 360o baik searah jarum jam atau
berlawanan arah jarum jam sehingga dapat diketahui bahwa pleokroisme
mineral kode G11 ini tidak ada.

Pengamatan melalui nikol bersilang (XPL) dapat mengetahui gelapan,


sudut gelapan atau kembaran, sudut kembaran, warna interferensi dan tanda
rentang optik. Pada pengamatan kode ini terlihat adanya keadaan dimana
mineral yang diamati mengalami kedudukan gelapan yang berlainan atau biasa
disebut dengan kembaran. Kembaran yang terlihat pada mineral ini berupa
kenampakan perselingan warna hitam putih yang berulang sehingga kembaran
pada mineral ini disebut kembaran albit dengan sudut kembaran sebesar 42o.
Warna interferensi dapat ditentukan dengan memutar meja objek yang terdapat
sayatan mineral hingga diperoleh terang maksimal, pada sayatan ini ketika

42
diputar hingga diperolrh terang maksimal terlihat mineral berwarna putih orde
I kemudian ketika dimasukkan baji kuarsa warna tersebut berubah menjadi biru
orde II sehingga terjadi penambahan orde warna pada tabel Michel Levy
menandakan bahwa tanda rendang optik (TRO) yang dimiliki mineral pada
sayatan adalah positif(+).

Gambar 3.22 Kenampakan mineral G11

Gambar 3.23 Michel Levy Kode G11

Berdasarkan identifikasi sifat optik mineral yang telah diamati pada


pengamatan PPL yang terlihat adanya mineral berwarna abu kecoklatan
berukuran 6mm, tidak terlihat adanya belahan dengan pecahan yang relatif
sedikit, memiliki inklusi dan relief sedang serta tidak terdapat adanya
pleokroisme. Pada pengamatan XPL terlihat adanya kembaran albit dengan
sudut kembaran sebesar 420 dan berdasarkan identifikasi warna interferensi,
TRO mineral ini (+). Berdasarkan identifikasi sifat optik mineral yang telah
diamati dapat diidentifkais bahwa mineral dengan kode preparat merupakan

43
kelompok mineral plagioklas. Penentuan jenis plagioklas dapat diketahui
dengan tabel plagioklas dimana didapatkan sudut kembaran 42o yang kemudian
diplot pada tabel tersebut dan ditarik garis lurus sehingga didapatkan bahwa
mineral dengan kode G11 termasuk dalam jenis plagioklas Bytownite An 74.

Gambar 3.24 Penamaan Mineral STA 42 berdasarkan Kurva Plagioklas

Mineral ini terbentuk karena adanya pendinginan magma yang terjadi


dalam waktu yang relatif lama dengan suhu atau temperatur 11000- 10000 C.
Bentuk kristalnya yang subhedral menandakan bahwa sebagian dari tubuh
kristal membeku terlebih dahulu dan mengisi ruang kosong yang ada, sehingga
bentuknya jelas, sementara sebagian lainnya sudah dibatasi oleh bidang kristal
lain yang telah tumbuh. Berdasarkan adanya inklusi pada mineral kuarsa yang
diamati dapat diketahui bahwa selama proses kristalisasi magma sebagian
material asing yang terkumpul pada permukaan bidang pertumbuhannya akan
terperangkap dalam kristal, dan seterusnya menjadi bagian dari kristal tersebut.
Material tersebut dapat berupa kristal yang lebih kecil dari mineral yang
berbeda jenisnya, atau berupa kotoran/impurities pada magma, dapat juga
berupa fluida baik cairan ataupun gas. Mineral Bytownite terbentuk saat unsur-
yang saling tarik menarik dan membentuk suatu tubuh kristal yang masih
bercampur dengan cairan magma basa mulai mengalami fraksinasi pemisahan
antar kristalnya dengan magma seiring waktu dengan pendinginan yang relatif
rendah sehinga mengakibatkan mineral ini mengalami proses kristalisasi
dengan waktu yang relatif lama. Kristal dengan kandungan Fe Mg tinggi telah

44
terbentuk akan turun ke bawah dan mineral gelasan dengan kandungan Si akan
mengambang dan naik ke atas , hal inilah yang disebut dengan crystal settling,
Crystal flotation terjadi karena adanya pengembangan mineral-mineral pada
fluida magma yang memiliki densitas yang lebih rendah dibandingkan dengan
mineral yang telah mengalami proses crystal settling. Karena pada asosiasi
mineral ini masih terlihat adanya gelasan maka mineral ini belum mengalami
proses liquid immisibility. Mineral ini memiliki kandungan Fe Mg yang relatif
tinggi hal ini menunjukkan bahwa mineral ini terdapat pada batuan dengan sifat
magma basa seperti gabbro dan basalt. Hal ini mengidentifikasikan bahwa
mineral augit terbentuk pada zona MOR atau Back Arc Basin zona dimana
lempeng samudera dan samudera saling menjauh atau divergen. Hal ini
dikontrol oleh arus konveksi yang terjadi pada mantel bumi sehingga magma
keluar dan membentuk pegunungan lantai samudera. Magma yang dihasilkan
bersifat basah-ultra basah.

Gambar 3.25 Zona Pembentukan Mineral G11

3.7 Kode Peraga MNO5


Pengamatan kode preparat MNO5 dilakukan dengan mikroskop
polarisasi perbesaran 4x artinya diameter sayatan preparat sepanjang 10mm.
Pengamatn sayatan dilakukan melalui nikol sejajar (Plane Polarized Light) dan
melalui nikol silang (Cross Polarized Light). Pengamatan melalui nikol
sejajar(PPL) dapat mengetahui warna, ukuran, bentuk, belahan, pecahan,
inklusi, relief, dan pleokroisme. Sayatan kode MNO5 pada pengamatan nikol

45
sejajar terlihat berwarna abu kecoklatan dengan panjang sayatan 6 mm dengan
perbesaran 4x. Mineral pada kode sayatan ini butiran mineralnya dibatasi oleh
sebagian bidang kristal yang sempurna artinya bidang batas antar kristal
mineral dapat terlihat cukup jelas sehingga bentuk mineral kode MNO5
subhedral prismatik. Pada pengamatan mikroskopis tidak terlihat adanya
kenampakan mineral yang membelah sehingga mineral ini tidak memiliki
belahan dan tidak terlihat adanya kenampakan pecahan sehingga pada mineral
ini tidak terdapat adanya sedikit pecahan. Pada mikroskop dapat diamati
adanya material kecil yang berwarna gelap yang diindikasikan sebagai
pengotor atau impurities dari proses pembentukan mineral tersebut. Relief
suatu mineral yang terlihat pada mikroskop berbanding lurus dengan bentuk
mineral tersebut. Pada kode MNO5 ini terlihat adanya bidang batas pagar
mineral dan diketahui bahwa bentuk mineral ini yaitu subhedral prismatik
sehingga dapat diketahui bahwa mineral kode MNO5 memiliki relief yang
sedang . Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan harga indeks bias antara kedua
media bernilai sedang sehingga terlihat adanya bidang batas pagar antara satu
mineral dengan mineral lainnya dengan intensitas yang cukup jelas. Warna
yang terlihat pada sayatan ini tidak mengalami perubahan ketika diputar 360o
baik searah jarum jam atau berlawanan arah jarum jam sehingga dapat
diketahui bahwa pleokroisme mineral kode MNO5 ini tidak ada.

Pengamatan melalui nikol bersilang (XPL) dapat mengetahui gelapan,


sudut gelapan atau kembaran, sudut kembaran, warna interferensi dan tanda
rentang optik. Pada pengamatan kode ini terlihat adanya keadaan dimana
mineral yang diamati mengalami kedudukan gelapan yang berlainan atau biasa
disebut dengan kembaran. Kembaran yang terlihat pada mineral ini berupa
kenampakan perselingan warna hitam putih seperti bendera sehingga kembaran
pada mineral ini disebut kembaran calsbad dengan sudut kembaran sebesar 35o.
Warna interferensi dapat ditentukan dengan memutar meja objek yang terdapat
sayatan mineral hingga diperoleh terang maksimal, pada sayatan ini ketika
diputar hingga diperolrh terang maksimal terlihat mineral berwarna putih orde

46
I kemudian ketika dimasukkan baji kuarsa warna tersebut berubah menjadi biru
orde II sehingga terjadi penambahan orde warna pada tabel Michel Levy
menandakan bahwa tanda rendang optik (TRO) yang dimiliki mineral pada
sayatan adalah positif(+).

Gambar 3.26 Kenampakan mineral MNO5

Gambar 3.27 Michel Levy Kode MNO5

Berdasarkan identifikasi sifat optik mineral yang telah diamati pada


pengamatan PPL yang terlihat adanya mineral berwarna abu kecoklatan
berukuran 6mm, tidak terlihat adanya belahan dengan pecahan yang relatif
sedikit, memiliki inklusi dan relief sedang serta tidak terdapat adanya
pleokroisme. Pada pengamatan XPL terlihat adanya kembaran calsbad dengan
sudut kembaran sebesar 350 dan berdasarkan identifikasi warna interferensi,
TRO mineral ini (+). Berdasarkan identifikasi sifat optik mineral yang telah
diamati dapat diidentifkais bahwa mineral dengan kode preparat merupakan
mineral Orthoclas.

47
Mineral ini merupakan mineral dengan komposisi SiO2 yang dominan
terbentuk akibat adanya pendinginan magma bersifat asam, setelah proses
magmatisme dan memasuki fase pegmatisme dan pnumatolisis pada proses
hidrotermal yang bersuhu rendah (berkisar 8000C). Awalnya magma mengintrusi
batuan dipermukaan dan menghasilkan gejala-gejala intrusi sehingga terbentuklah
mineral-mineral yang bersifat holokristalin dan asam. Kemudian seiring dengan
penurunan suhu karena penyerapan panas oleh batuan yang dilaluinya serta
penurunan tekanan akibat semakin menjauhnya magma dari dapur magma dan
pengaruh gravitasi sehingga memasuki tahap pada suhu pembentukan kristal
kuarsa, selanjutnya terbentuklah orthoclas. Mineral ini terbentuk saat unsur-unsur
dari mineral orthoclas saling tarik menarik dan membentuk suatu tubuh kristal yang
masih bercampur dengan cairan magma basa mulai mengalami fraksinasi
pemisahan antar kristalnya dengan magma seiring waktu dengan pendinginan yang
relatif rendah sehinga mengakibatkan mineral ini mengalami proses kristalisasi
dengan waktu yang relatif lama. Berdasarkan asosiasi mineral yang berada di
sekitar mineral kuarsa yang diamati dan terlihat tidak adanya vitric atau gelasan
yang terekam pada kode preparat MNO5 atau yang berda di sekitar mineral kuarsa
maka dapat diidentifikasikan bahwa mineral ini telah mengalami proses diferensiasi
magma berupa fraksinasi, crystal settling dan floatation dan proses liquid
immisibility.Tahap fraksinasi dilewati oleh magma akibat adanya gaya gravitasi.
Kristal dengan kandungan Si tinggi telah terbentuk akan turun ke bawah yang
disebut dengan crystal settling. Crystal flotation terjadi karena adanya
pengembangan mineral-mineral pada fluida magma yang memiliki densitas yang
lebih rendah dibandingkan dengan mineral yang telah mengalami proses crystal
settling. Mineral Orthoclas merupakan mineral dengan kandungan SiO2 yang
keterdapatannya pada batuan beku dengan sifat magma yang asam batuan granit
dan rhyolit. Batuan asam dalam busur magmatisme terbentuk pada zona continental
rift zone yang merupakan ativitas pemekaran lempengbenua yang memicu adanya
partial melting yang membentuk chamber baru yang mengakibatkan magma yang
dihasilkan bersifat intermediet-asam, hal ini diakibatkan adanya asimilasi maupun
anateksis dari magma. Berdasarkan keterdapatan mineral kuarsa yang cenderung

48
terbentuk pada batuan asam maka dapat diketahui bahwa mineral ini terbentuk pada
temperature rendah yang berkisar pada 600oC

Gambar 3.28 Zona terbentuknya mineral kode MNO5

49
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
 Kode Preparat 17 ketika diamati dengan nikol sejajar dapat diketahui bahwa
mineral tersebut berwarna colorless dengan ukuran 6 mm, bentuk anhedral tidak
memiliki belahan dengan kenampakan pecahan yang frekuensinya sangat kecil.
Terlihat adanya inklusi , relief rendah dan tidak memiliki pleokroisme.
Berdasarkan pengamatn XPL dapat diketahui mineral ini memiliki gelapan yang
bergelombang dimana tanda rentang optik bernilau (+) dengan warna
interferensi orange orde I dan merah orde II. Dari sifat fisikyang telah diketahui
dapat disebut bahwa mineral preparat 17 merupakan mineral Kuarsa.
 Kode Preparat 9 ketika diamati dengan nikol sejajar dapat diketahui bahwa
mineral tersebut berwarna coklat kehijauan dengan ukuran 4 mm, bentuk
subhedarl prismatik, memiliki belahan satu arah dengan kenampakan pecahan
yang frekuensinya sangat kecil. Terlihat adanya inklusi , relief sedang dan tidak
memiliki pleokroisme. Berdasarkan pengamatn XPL dapat diketahui mineral ini
memiliki gelapan yang miring dengan sudutnya berniali 40o, dimana tanda
rentang optik bernilau (+) dengan warna interferensi orange orde I dan merah
orde II. Dari sifat fisik yang telah diketahui dapat disebut bahwa mineral preparat
9 merupakan mineral Piroksen jenis Augit
 Kode Preparat K136E ketika diamati dengan nikol sejajar dapat diketahui
bahwa mineral tersebut berwarna putih kecoklaklatan dengan ukuran 6 mm,
bentuk subhendral prismatik tidak memiliki belahan dengan kenampakan
pecahan yang frekuensinya sangat kecil. Terlihat adanya inklusi , relief sedang
dan tidak memiliki pleokroisme. Berdasarkan pengamatn XPL dapat diketahui
mineral ini memiliki kemabaran yaitu kembaran albit dengan sudut kembaran
50o dimana tanda rentang optik bernilau (-) dengan warna interferensi kuning
orde III dan Kuning orde II. Dari sifat fisikyang telah diketahui dapat disebut
bahwa mineral preparat K136E merupakan mineral Hornblende.

50
 Kode Preparat L4 ketika diamati dengan nikol sejajar dapat diketahui bahwa
mineral tersebut berwarna putih colorless dengan ukuran 6 mm, bentuk
subhendral prismatik tidak memiliki belahan dengan kenampakan pecahan yang
tidak nampak pula. Terlihat adanya inklusi , relief rendah dan tidak memiliki
pleokroisme. Berdasarkan pengamatn XPL dapat diketahui mineral ini memiliki
kemabaran yaitu kembaran albit dengan sudut kembaran 54o dimana tanda
rentang optik bernilau (+) dengan warna interferensi orange orde I dan merah
orde II. Dari sifat fisik yang telah diketahui dapat disebut bahwa mineral preparat
L4 merupakan mineral Plagioklas Anorthite An 92.
 Kode F1 pada pengamatan PPL yang terlihat adanya mineral berwarna abu
kecoklatan berukuran 6mm, tidak terlihat adanya belahan dengan pecahan yang
relatif sedikit, memiliki inklusi dan relief sedang serta tidak terdapat adanya
pleokroisme. Pada pengamatan XPL terlihat adanya kembaran albit dengan
sudut kembaran sebesar 350 dan berdasarkan identifikasi warna interferensi,
TRO mineral ini (+). Berdasarkan identifikasi sifat optik mineral yang telah
diamati dapat diidentifkais bahwa mineral dengan kode preparat merupakan
kelompok mineral plagioklas labradorite An 62.
 Kode preparat STA 42 pengamatan PPL yang terlihat adanya mineral berwarna
abu kecoklatan berukuran 6mm, tidak terlihat adanya belahan dengan pecahan
yang relatif sedikit, memiliki inklusi dan relief sedang serta tidak terdapat
adanya pleokroisme. Pada pengamatan XPL terlihat adanya kembaran albit
dengan sudut kembaran sebesar 300 dan berdasarkan identifikasi warna
interferensi, TRO mineral ini (+). Berdasarkan identifikasi sifat optik mineral
yang telah diamati dapat diidentifkais bahwa mineral dengan kode preparat
merupakan kelompok mineral plagioklas labradorite An 54.
 Kode preparat G11 pada pengamatan PPL yang terlihat adanya mineral
berwarna abu kecoklatan berukuran 6mm, tidak terlihat adanya belahan dengan
pecahan yang relatif sedikit, memiliki inklusi dan relief sedang serta tidak
terdapat adanya pleokroisme. Pada pengamatan XPL terlihat adanya kembaran
albit dengan sudut kembaran sebesar 420 dan berdasarkan identifikasi warna
interferensi, TRO mineral ini (+). Berdasarkan identifikasi sifat optik mineral

51
yang telah diamati dapat diidentifkais bahwa mineral dengan kode preparat
merupakan kelompok mineral plagioklas bytownite An 74.
 Kode preparat MNO5 pada pengamatan PPL yang terlihat adanya mineral
berwarna abu kecoklatan berukuran 6mm, tidak terlihat adanya belahan dengan
pecahan yang relatif sedikit, memiliki inklusi dan relief sedang serta tidak
terdapat adanya pleokroisme. Pada pengamatan XPL terlihat adanya kembaran
calsbad dengan sudut kembaran sebesar 350 dan berdasarkan identifikasi warna
interferensi, TRO mineral ini (+). Berdasarkan identifikasi sifat optik mineral
yang telah diamati dapat diidentifkais bahwa mineral dengan kode preparat
merupakan mineral Orthoclas.

4.2 Saran
 Praktikan lebih detail dalam melakukan pengamatan
 Praktikan lebih jeli dalam pengamatan sehingga dapat menentukan sifat
optik mineral secara cepat dan tepat

52
DAFTAR PUSTAKA

Endarto, Danang.2005. Pengantar Geologi Dasar. Surakarta : UNS Surakarta


Tim Asisten Praktikum Mineralogi 2016. 2016. Buku Panduan Praktikum
Mineraogi 2016. Semarang: Teknik Geologi Universitas Diponegoro
Tim Asisten Praktikum Petrologi 2017. 2017. Buku Panduan Praktikum Petrologi
2017. Semarang : Teknik Geologi Universitas Diponegoro

53
LAMPIRAN

54
55

Anda mungkin juga menyukai