Perbandingan Budaya Politik Gabriel Almond dan Budaya Poilitik Jawa
Budaya Politik Gabriel Almond Budaya Politik Jawa
Orientasi budaya Politik dibagi menjadi 3 Budaya politik jawa bersifat herarkis, bagian, yaitu : sehingga orientasi budaya politinya (1) Orientasi Kognitif (cognitive didasarkan pada stratifikasi sosial. orientation), merupakan pengetahuan Startifikasi sosial ini tidak berdasarkan atas masyarakat tentang sistem politik, peran, atribut sosial yang bersifat materialistik, dan segala kewajibannya, termasuk namun lebihkepada akses pada kekuasaan. pengetahuan mengenai kebijakan- Sehingga terjadi kesenjangan politik maupun kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. sosial antara golongan pemegang (2) Orientasi Afektif (affective orientation), kekuasaan, yang biasa disebut kalangan merupakan perasaan masyarakat priyayi dangolongan masyarakat yang terhadap sistem politik dan perannya, secara kedudukan lebih rendah.golongan serta para aktor dan penampilannya. !riyayi terdiridari kalangan bangsawan maupun Sebagai bentuk aplikasinya yaitu keluarga dan keturunan raja"raja Jawa. perasaan masyarakat untuk menolak atau menerima sistem politik atau kebijakan yang dibuat. (3) Orientasi Evaluatif (evaluation orientation), merupakan keputusan dan pendapat masyrakat tentang objek-objek politik yang secara tipikal melibatkan nilai-nilai moral yang ada dalam masyarakat dengan kriteria informasi dan perasaan yang mereka miliki. Budaa Politik dibagi menjadi 3 yaitu parokial Tidak ada yang dapat dikategorikan kesitu subjek dan kaula kekuasaan dalam budaya jawa pada dasarnya bersi at kongkrit, besarannya konstan, sumbernya homogen, dan tidak mempersoalkan legitimasi, dalam hal inimereka lebih bertumpu pada bagaimana mengakumulasikan kekuasaan bukanmelaksanakan kekuasaan. Dan orientasi politik mereka juga cenderung monotond a n h a n y a b e r p u s a t p a d a pemusatan dan pemeliharaan k e k u a s a a n d a n t i d a k berorientasi pada tujuan dan hakikat dari sebuah kekuasaan, yaitu bagaimanamenggunakan kekuasaan untuk mensejahterakan yang dipimpin Cara memperoleh kekuasaan dalam budaya Jawa kuno yang bersistem monark icenderung bersi at dinamisme.mereka masih menggunakan cara seperti bertapa,p u a s a , meditasi dan kegiatan pengumpulan benda"benda yang bersi at m a g i c lainnya. Adanya tiga konsep dari budaya poltik jawa. Sekarang kita coba meneropong budaya Jawa terkait dengan indikator ini. Ketika demokrasi menawarkan konsep egalitarian dengan memandang orang lain sama tinggi/sejajar, maka inilah persoalan pertama bagi budaya politik Jawa untuk eksis. Kemudian masalah keterbukaan, kita melihat dualisme sikap budaya Jawa yang cendrung tertutup sangat tidak baik bagi perkembangan demokrasi. Kritik terhadap pemimpin yang dianggap sebagai hal yang tabu menjadikan kedinamisan perbedaan terkekang. Budaya Jawa yang mementingkan keharmonisan membuat warna dialektis cendrung terkekang, kerena perbedaan dinihari dieliminir untuk menjaga keutuhan kebersamaan