Anda di halaman 1dari 9

SEJARAH

KTP telah mengalami perubahan bentuk serta isi dari masa ke masa. KTP
pertama kali dibuat pada jaman Belanda (Nederlandsch Indie). KTP pada masa itu diberi
nama Verklaring van Ingezetenschap, voor personen in Nederlandsch Indie geboren yang
artinya Kartu Tanda Penduduk untuk orang yang lahir di Hindia Belanda. KTP ini
diterbitkan di Batavia (sekarang Jakarta), pada 14 April 1921. Dokumen ini dicetak diatas
kertas zegel jenis emboss, dengan nilai 1 1/2 Gulden (Een Gulden en Vijftig cent). Ukuran:
15 cm X 10 cm. Sebuah dokumen sipil kuno dari jaman Belanda yang cukup langka.

Ketika Jepang menjajah Indonesia dan menggantikan kedudukan Belanda, mereka


mengubah sistem administrasi kependudukan. Salah satu cara mereka adalah dengan
mengubah KTP dengan KTP baru. KTP versi negara sakura ini disebut dengan KTP
Propaganda, sebab bagian penduduk yang memegang kartu ini secara tidak langsung
menyatakan dirinya setia terhadap kepemimpinan Jepang di Nusantara.

Setelah itu, di awal kemerdekaan (1950) pemerintah membuat KTP baru. Pada masa
itu KTP ini masih dibuat secara manual dan menggunakan ejaan huruf lama. Untuk Ukuran
dari KTP ditahun ini pun masih sangat besar.
Pada tahun 1967, desain KTP Indonesia mengalami sedikit revisi. Namun, KTP ini
hanya bertahan selama tiga tahun saja. Di KTP ini, Kepala Urusan Pendaftaran Penduduklah
yang membubuhkan tandatangannya untuk legalitas.

Jika desain KTP yang sebelumnya hanya berupa kertas, maka KTP yang satu ini
sudah dilengkapi dengan sampul berupa hardcover. Meski bentuknya berubah drastis, namun
isi dan keterangan di KTP sama seperti versi sebelumnya.

Pada tahun 1990, Kartu tanda penduduk sudah mulai menggunakan mesin cetak.
Pembuatannya pun sudah lebih modern dibanding kartu tanda penduduk di tahun-tahun
sebelumnya. Untuk ejaan juga sudah menggunakan ejaan yang disempurnakan atau yang biasa
kita sebut EYD.
Pada tahun 2000an, muncul KTP yang telah menggunakan IT (Information
Technology). Tentu dengan kemajuan teknoligi, pembuatan KTP pun semakin modern.
Membuat semuanya tersistem komputerisasi

Periode berikutnya, KTP disebut dengan KTP Nasional, karena satu daerah dengan
daerah lain tidak memiliki perbedaan warna ataupun lambang. KTP ini berlaku sejak tahun
2004 hingga tahun 2010. KTP ini dicetak dengan bahan dasar plastik.

Kemudian, KTP terakhir yang sudah ada hingga sekarang disebut e-KTP. KTP yang
sempat menimbulkan kontroversi ini mulai berlaku sejak 2011. Dari segi bentuk, KTP ini tidak
mengalami banyak perubahan dari versi sebelumnya. Namun, KTP ini dilengkapi dengan
microchip sebagai tempat penyimpanan data. KTP ini memiliki metode identifikasi yang
akurat, sehingga berlaku secara Internasional.
Kelebihan dan Kekurangan E-KTP

Kemunculan e-KTP menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat. Banyak dari


mereka yang setuju dengan perubahan KTP nasional ke e-KTP, namun banyak pula yang
menolak. Karena banyak sekali menimbulkan kontroversi, mari kita lihat apa manfaat atau
kelebihan dari e-KTP maupun kekurangannya.

Kelebihan e-KTP

a. Meminimalisir data ganda.

Dengan adanya e-KTP masyarakat tidak bisa lagi mempunyai identitas ganda (e-
KTP ganda) karena semuanya sudah terekam di sistem atau data base. Beda dengan KTP
sebelumnya dimana masyarakat bisa memiliki lebih dari satu KTP. Dengan adanya e-KTP ini,
penyalahgunaan kartu identitas diri dapat diminimalisir, seperti dalam praktik terorisme,
human traficking, dan bahkan melindungi kreditur.

b. Pemilu yang bersih dan peghematan kas negara.

Dengan e-KTP, kartu pemilihan untuk pemilu diharapkan sudah tidak ada lagi.
Artinya masyarakat cukup memperlihatkan e-KTP mereka masing-masing saat melakukan
pemilu. Tentunya, hal ini memberikan penghematan yang luar biasa ke kas negara. Selain itu,
e-KTP juga meminimalisir kecurangan dalam pemilu. Karena sudah komputerisasi, tidak ada
lagi yang bisa memilih/nyoblos dua kali. Berbeda dengan sistem manual kemarin. Jadi, pemilu
bisa lebih jujur, adil, dan bersih.
c. Tidak perlu melakukan perpanjangan ulang.

Dengan e-KTP, masyarakat tidak perlu lagi memperpanjang e-KTP seperti KTP
sebelumnya. Apabila diinginkan, mungkin yang diperlukan masyarakat hanyalah mengupdate
data diri. Sehingga pemerintah dapat menghemat kas negara untuk pencetakan KTP serta
masyarakat tidak perlu repot lagi untuk memperpanjang.

d. Kartu pintar untuk semua akses.

kartu identitas diri ini rencananya akan dijadikan kartu pintar untuk segala akses.
Baik untuk kesehatan, pendidikan, dan lain-lain. Jadi, dengan satu kartu, masyarakat bisa
menikmati pelayanan yang diberikan pemerintah untuk masyarakat

Kekurangan e-KTP

a. Sangat sensitif

e-KTP terdiri dari tujuh lapis. Di dalamnya ada data diri, tanda tangan, sidik jari,
pupil mata, dan masih banyak lagi. Semuanya dalam bentuk elektrik. Jadi, saat e-KTP
diletakkan di dekat barang-barang elektronik seperti handphone, televisi, kulkas, laptop, dan
lainnya e-KTP akan rusak. Hal ini karena elektromagnetik yang terdapat dalam benda-benda
tersebut dalam merusak sistem yang ada di e-KTP. e-KTP juga tidak boleh dilaminating, proses
laminating akan menyebabkan chip didalamnya menjadi rusak pula.

b. Rentan terjadi kesalahan data.

Dalam proses perekaman data eKTP, seorang operator akan mengonfirmasi kepada
penduduk yang bersangkutan apakah datanya sudah benar atau belum dan selanjutnya proses
perekaman dilanjutkan. Akan tetapi karena banyaknya orang atau karena perekaman hingga
larut malam, maka penduduk yang direkam datanya tidak ditanya lagi atau ditanya tapi lupa
menyuntingnya yang pada akhirnya data penduduk yang bersangkutan menjadi tidak sesuai
dengan yang sebenarnya sehingga mengakibatkan data penduduk yang bersangkutan salah.
c. Repot apabila terjadi kesalahan data

Saat penduduk melakukan perekaman data di Kecamatan/Kelurahan/Mobile, data


penduduk tidak ada dan ia disarankan untuk melakukan pembuatan Kartu Keluarga di Dinas
Kependudukan dan Catatan Sipil yang lokasinya sangat jauh dan akhirnya biaya yang
dikeluarkan tidak sedikit.

Pro kontra pembuatan e-KTP

Setelah diterbitkannya surat edaran Mendagri tentang larangan fotocopy e – KTP,


respon kontra pun mulai banyak muncul di masyarakat dan lingkup pemerintahan. Mengapa
demikian? Banyak spekulasi yang muncul dengan adanya surat edaran tersebut. Larangan
fotocopy e – KTP dirasa sangat merugikan masyarakat, pemerintah dan perbankan.Seperti yang
kita ketahui, hampir di dalam setiap proses pelayanan publik, masyarakat, pemerintah,
perbankan dan lembaga – lembaga yang lain selalu menggunakan KTP kemudian di fotocopy
guna pemenuhan syarat kelengkapan identitas.

Adanya larangan untuk memfotocopy e – KTP sangatlah menyulitkan pihak – pihak


penyedia pelayanan publik.Menurut Mendagri, e – KTP lama – kelamaan akan rusak apabila
terlalu sering difotocopy. Tapi, coba kita pikirkan kembali, apabila kita melihat kegiatan
perbankan setiap harinya, banyak sekali proses perbankan yang mensyaratkan adalanya
kelengkapan identitas misalnya dalam hal pembuatan rekening baru. Jika setiap harinya ada
kurang lebih 3 orang yang membuat rekening baru di setiap bank, maka akan sangat banyak
jumlahnya jika dikalikan dengan jumlah bank yang ada di negara kita.

Hal tersebut baru dilihat dari kegiatan perbankan, belum dilihat dari kegiatan
pemerintahan dan lembaga – lembaga pelayanan publik lainnya.Melihat dari paparan di atas,
apabila terdapat larangan untuk memfotocopy e – KTP tentunya hal ini akan mempersulit pihak
– pihak penyedia layanan publik. Proses penyediaan pelayanan publik dirasa akan terganggu
dan tidak efektif dengan adanya larangan fotocopy e – KTP ini. Sebenarnya, tujuan dari
Mendagri mengeluarkan surat edaran tersebut adalah agar e – KTP dapat digunakan dengan
lebih efektif dan tentunya mengurangi tindakan pemalsuan serta penggandaan identitas diri.
Tetapi pada kenyataanya, masyarakat tidak merespon surat edaran ini dengan cara positif,
karena dinggap semakin mempersulit masyarakat dalam proses pelayan pubik. Pada
hakikatnya kebijakan dan implementasi kebijakan dapat berjalan sesuai dengan apa yang
menjadi kepentingan publik. Tetapi keadaan tersebut malah menggambarkan implementasi
yang hanya mengutamakan kepentingan pihak tertentu saja dan dapat dikatakan sangat
merugikan pihak yang laiinya.Hanya sekedar melaksanakan kebijakan tanpa adanya
penyelesaian masalah.

Saran dan Penanganan dari Pemerintah

Dengan berpedoman pada e – Governence, pemerintah berusaha memaksimalkan


pelayanan publik yang berbasis teknologi dan informasi modern.Begitu pula dengan
pelaksanaan program e – KTP. Untuk mendeketeksi chip yang ada di dalam e – KTP,
diperlukan sebuah alat khusus yang disebut dengan card reader. Pada saat program e – KTP
dilaksanakan di berbagai daerah nusantara, belum ada sosialisasi mengenai card reader
ini.sehingga masyarakat dan instansi penyedia pelayanan publik hanya memfotocopy e – KTP
untuk persyaratan kelengkapan identitas diri.

Namun, pada April 2013 lalu, Mendagri mengeluarkan surat edaran yang berisi
larangan untuk fotocopy e – KTP dan beralih menggunakan card reader. Untuk menanggulangi
adanya kesulitan dalam proses penyediaan dan pengadaan card reader tersebut, Mendagri
mencoba menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang berpotensi untuk pengadaan card
reader ini seperti : Korea Selatan, Amerika dan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi ).

Saat ini, telah tersebar sebanyak 13.000 unit card reader di berbagai daerah di
Indonesia. Card reader tersebut adalah buatan Korea Selatan dan Amerika yang harga setiap
unitnya mencapai 1,5 juta dan PC senilai 6 juta. Nantinya pasti bukan hal yang mudah untuk
pemerintah dalam memenuhi permintaan card reader dari berbagai daerah di Indonesia
mengingat harga dari tiap unit card reader yang begitu mahal. Tetapi, atas instruksi Mendagri,
BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi ) berusaha untuk memproduksi card reader
sendiri secara massal. Setelah melalui uji coba, ternyata perangkat tersebut sangat unggul
karena dapat mendeteksi data dalam chip hanya dalam jangka waktu 10 detik.
Namun, walapun tidak mengimpor dari luar negeri, harga card redaer yang
diproduksi oleh BPPT ini masih terbilang sangat mahal yaitu mencapai 5 juta per
unit.Mendagri memang berusaha untuk memenuhi proses pengadaan card reader tanpa
mengimpor dari Korea Selatan dan Amerika, tetapi harga per unit card reader yang bisa
mencapai 5 juta bukanlah harga yang murah bagi pengadaan 1 unit card reader untuk tiap
instansi pelayanan publik di negara kita. Bisa dibayangkan, instansi dan lembaga yang ada di
Indonesia sangat banyak jumlahnya, setiap instansi tidak mungkin hanya membutuhkan 1 unit
card reader, pasti membutuhkan lebih banyak card reader agar proses pelayanan publik dapat
berjalan lebih lancar. Apabila dikalikan seluruh instansi pemerintah yang ada di negara kita
dengan jumlah card reader yang dibutuhkan tiap instansi dan dikalikan dengan harga tiap unit
card reader, tentunya akan membuat anggaran APBD makin membengkak. Hal ini nantinya
dirasa akan membebani APBD. Karena sesuai dengan instruksi dari Mendagri bahwa proses
pengadaan card reader ini anggarannya diserahkan kepada instansi masing – masing bukan dari
dana APBN.

Kesimpulan

Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah salah satu bukti diri bagi penduduk indonesia
baik warga negara atau bukan warga negara yang menetap di Indonesia. Berdasarkan Undang-
undang no.23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, Setiap penduduk yang berusia
17 tahun keatas baik perempuan maupun laki-laki wajib memilikinya. Karena KTP
berhubungan dengan banyak aspek dalam bermasyarakat, maka tanpa KTP kita tidak dapat
membuat sim, paspor, bahkan menikah.

KTP telah mengalami perubahan bentuk ukuran serta isi dan warna dalam
perubahannya. KTP mulai dikenal pada jaman belanda, kemudian berubah pada jaman
kedudukan jepang, kemudian saat indonesia merdeka KTP juga berevolusi. KTP bertahab
berubah dari tahun 50an, 60an, hingga 2016 sekarang dengan nama e-KTP.

Tentu saja setiap KTP memiliki kelebihan dan kekurangan. Begitu pula e-KTP.
Salah satu kelebihan e-KTP adalah tidak mugkinnya adanya data ganda, selain itu dengan e-
KTP pemerintah akan lebih mengetahui dengan jelas pergerakan masyarakat. Namun, e-KTP
sangat sensitif. Chip didalam e-KTP dapat rusak apabila didekatkan handphone atau barang
yang mengandung elektromaknetik. E-KTP akan rusak apibila dilakukan proses laminating dan
fotocopy yang berulang-ulang.

Dengan adanya kelebihan dan kekurangan dari e-KTP maka muncul pro kontra
dalam masyarakat. Pemerintah yang dinilai kurang siap menjadi salah satu pemicu masyarakat
kurang yakin dengan produk baru pemerintah ini. Oleh karena itu, untuk menujang pembuatan
e-KTP ini, pemerintah akan menyediakan akan yang mumpuni untuk dapat melakukan scan
terhadap e-KTP sehingga e-KTP tidak perlu di fotocopi lagi.

Anda mungkin juga menyukai