BIOKIMIA
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
(Minimal 3 manfaat)
4.2. Pembahasan
4.2.1. Penentuan Bilangan Penyabunan
Mengapa Digunakan HCl
Fungsi NaOH pada larutan Sampel
Larutan Indikator yang digunakan
Mengapa Bisa Berwarna merah muda
Sifat dari larutan NaOH dan HCl
Bahas Hasil
Metode Titrasi yang digunakan pada penentuan Bilangan Penyabunan
Fungsi penentuan Bilangan Penyabunan
Mengapa Hasil Negatif
4.2.2. Penentuan Bilangan Asam
Mengapa Digunakan NaOH sebagai titran
Fungsi Etanol pada larutan Sampel
Larutan Indikator yang digunakan
Mengapa Bisa Tidak Berwarna
Sifat dari larutan NaOH dan Etanol
Bahas Hasil
Metode Titrasi yang digunakan pada penentuan Bilangan Asam
Fungsi penentuan Bilangan Asam
Mengapa Hasil Negatif
4.2.3. Penentuan Bilangan Peroksida
Fungsi Masing masing Larutan
Bahas Hasil
Kegunaan Penentuan Bilangan Peroksida
Faktor yang berpengaruh terhadap Bilangan Peroksida (cont: Faktor
Pengaruh Laju Reaksi: Konsentrasi, nah cari factor yang menimbulkan
tinggi rendahnya bilangan peroksida).
Metode Titrasi yang digunakan pada penentuan Bilangan Asam
Mengapa digunakan amilum sebagai indikator
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
(Menjawab Tujuan)
5.2. Saran
(Saran untuk Praktikum)
Daftar Pustaka (Min 3 Jurnal (tahun min 2012), dan 2 buku (tahun bebas))
Lampiran Foto + Keterangan
Margin 4333
Diberi Watermark Nama_NIM
DILARANG MEMBERIKAN
FILE INI KEPADA
KELOMPOK YANG BELUM
PRAKTIKUM
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari zat-zat kimia. kimia organik
maupun non organik. Salah satu contoh bahan kimia organik adalah lemak dan
minyak. Lemak dan minyak adalah senyawa kimia yang terdapat di alam. Minyak
umumnya berwujud cair pada suhu ruang sedangkan lemak cenderung berwujud
padat pada suhu ruang. Asam-asam lemak merupakan komponen penyusun minyak
dan lemak. Minyak dan lemak memiliki berat molekul. Untuk mengetahui Wujud
lemak berkaitan dengan asam lemak pembentukannya. Lemak yang berbentutk cair
(minyak) banyak mengandung asam lemak tak jenuh. Sedangkan lemak yang
berbentuk padat lebih banyak mengandung asam lemak jenuh.
Minyak dan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya
mengandung sejumlah kecil komponen selain trigliserida, yaitu: lipida kompleks
(lesitin, sephalin, fosfatida lainnya, glikolipida), sterol yang berada dalam keadaan
bebas atau terikat dengan asam lemak, asam lemak bebas, lilin, pigmen yang larut
dalam lemak, dan hidrokarbon. Komponen tersebut mempengaruhi warna dan
flavor produk.
Minyak dan lemak memiliki berat molekul. Untuk mengetahui Wujud
lemak berkaitan dengan asam lemak pembentukannya. Lemak yang berbentutk cair
(minyak) banyak mengandung asam lemak tak jenuh. Sedangkan lemak yang
berbentuk padat lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Lemak dan minyak
memiliki sifat kelarutan yang sama, yaitu nonpolar. Namun untuk mengetahuinya
serta mengetahui beberapa reaksi lainnya seperti asam lemak bebas dan reaksi
penyabunan, maka harus dilakukan satu percobaan, oleh karena itu mengapa
dilakukan percobaan ini.
1.2. Tujuan
1. Menentukan bilangan penyabunan sampel minyak/lemak ikan.
2. Menentukan bilangan asam sampel minyak/lemak ikan.
1.3. Manfaat
1. Dapat mengetahui bilangan penyabunan minyak/lemak
2. Dapat mengetahui bilangan asam minyak/lemak
3. Dapat mengetahui kelarutan minyak/lemak
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Asam Lemak
Asam lemak dengan atom C lebih dari dua belas tidak larut dalam air dingin
maupun air panas. Asam lemak dari C4,C6, C8, C10 dapat menguap dan asam
lemak C12 dan C14 sedikit menguap. Garam-garam dari asam lemak yang
mempunyai berat molekul rendah dan asam tidak jenuh lebih mudah larut dalam
alkohol dari pada garam-garam dari asam lemak yang mempunyai berat molekul
tinggi dan jenuh.
Asam lemak merupakan suatu asam karnoksilat alifatik, yaitu suatu
senyawa golongan karnoksilat yang mempunyai rantai panjang. Asam lemak alami
mempunyai rantai dengan jumlah atom karbon genap dari 4 sampai 28. Asam lemak
adalah suatu asam lemah yang merupakan suatu turunan dari trigliserida dan
fosfolipid. Pada umumnya asam lemak kebanyakan tidak bercabang dan mimiliki
jumlah atom karbon yang genap. Asam lemak terdiri dari 2 jenis yaitu asam lemak
jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang rantai
karbonya tidak memiliki ikatan rangkap sedangkan asam lemak tak jenuh adalah
asam lemak yang rantai karbonnya mengandung 1 iktan rangkap atau lebih.
Dengan demikian kelompok lipid itu mencakup asam lemak, minyak,
malam dan senyawa lain yang berhubungan. Lipid dapat diklasifikasikan menjadi
lipid sederhana, lipid kompleks dan drivat lipid.
2.2. Sifat-Sifat Asam Lemak
Asam lemak pada umumnya bersifat semakin reaktif terhadap oksigen
dengan bertambahnya jumlah ikatan rangkap pada rantai molekul. Sebagai contoh
asam linoleat akan teroksidasi lebih mudah dari pada asam oleat pada kondisi yang
sama. Di samping itu variasi stabilitas lemak terhadap proses oksidasi dipengaruhi
oleh perbedaan sumber lemak.
2.2.1. Sifat Fisis Lemak
Menurut Herlina, (2002),berikut sifat – sifat fisis dari lemak/minyak yaitu :
1. Bau amis yang disebabkan oleh terbentuknya trimetil-amin dari lecitin.
2. Identifikasi lemak/minyak dengan penetapan titik lunak.
3. Indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada pengenalan unsur kimia
dan untuk pengujian kemurnian minyak.
4. Slipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak alam serta
pengaruh kehadiran komponen-komponennya.
5. Titik didih meningkat dengan bertambahnya panjang rantai karbon.
6. Rasa pada lemak dan minyak terjadi karena asam-asam yang berantai sangat
pendek hasil penguraian pada kerusakan minyak atau lemak.
7. Titik kekeruhan ditetapkan dengan pendinginan campuran lemak atau
minyak dengan pelarut lemak.
8. Bobot jenis lemak/minyak biasanya ditentukan pada suhu kamar.
9. Shot melting point adalah temperature saat terjadi tetesan pertama dari
minyak / lemak.
10. Minyak/lemak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (coastor oil) yang
sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter,karbon
disulfida dan pelarut halogen.
2.2.2. Sifat Kimia Lemak
Sifat-sifat Kimia Lemak menurut Herlina dan Ginting (2002) :
1. Hidrogenasi
Proses hidrogenasibertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon
asam lemak pada lemak atau minyak, setelah proses hidrogenasi selesai, minyak
didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan disaring. Hasilnya adalah
minyak yang bersifat plastis atau keras , tergantung pada derajat kejenuhan.
2. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam asam
lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisi mengakibatkan kerusakan lemak dan
minyak. Ini terjadi karena terdapat terdapat sejumlah air dalam lemak dan
minyak tersebut.
3. Penyabunan
Reaksi ini dilakukandenganpenambhan sejumlah larutan basa kepada
trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung
gliserol dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan.
4. Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida,
menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia
yang disebutin terifikasi atau penukaran ester yang didasarkan pada prinsip
transesterifikasi Fiedel-Craft.
2.3. Degradasi Lemak
2.4. Bilangan Peroksida
2.5. Bilangan Penyabunan
Pada reaksi antara lemak dan kalium hidroksida ini, kita mengenal adanya suatu
bilangan yang disebut bilangan penyabunan. Yaitu suatu bilangan yang
menunjukkan jumlah milligram kalium hidroksida yang dibutuhkan untuk
menyabunkan 1 gram lemak atau minyak.
Bilangan penyabunan adalah jumlah KOH yang diperlukan untuk
menyabunkan satu gram lemak/minyak. Jika sampel minyak/lemak disabunkan
dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol, maka KOH akan bereaksi dengan
trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau
lemak.
Bilangan ini menggambarkan kepada kita tentang besar kecilnya molekul
lemak. Makin besar bilangan penyabunan suatu lemak, makin kecil molekul lemak
tersebut dan sebaliknya semakin kecil bilangan penyabunan suatu lemak, makin
besar molekul lemaknya.
2.6. Bilangan Asam
Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas, serta dihitung
berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campur anasam lemak . Bilangan
asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH yang digunakan untuk
menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak ataul lemak.
Asam lemak adalah senyawa hidrokarbon yang berantai panjang dan lurus, dimana
bagian ujungnya mengikat gugus karboksilat, asam lemak mempunyai satu atau
lebih ikatan rangkap dan memiliki jumlah atom karbon genap.
Asam lemak tak jarang terdapat dialam, tetapi terdapat sebagai ester dalam
gabungan dengan fungsi alkohol. Asam lemak dapat bersala dari hewan maupun
tumbuhan dan mempunyai rumus umum. Bilangan asam yang besar menunjukkan
asam lemak bebas yang besar pula, yang berasal dari hidrolisa minyak atau lemak,
ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik.
Bilangan asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar pula,
yang berasal dari hidrolisa minyak atau lemak, ataupun karena proses pengolahan
yang kurangbaik. Makin tinggi bilangan asam, maka makin rendah kualitasnya.
Penentuan bilangan asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas
yang terdapat dalam minyak atau lemak. Besarnya bilangan asam tergantung dari
kemurnian dan umur dari minyak atau lemak tersebut. Analisa minyak dan lemak
yang umumnya banyak dilakukan dalam bahan makanan adalah penentuan sifat
fisik maupun kimiawi yang khas mencirikan sifatnya tertentu sehingga dapat
dianalisa dengan bilangan asam pada suatu sampel.
2.7. Pelarut
2.7.1. Pelarut Polar
2.7.2. Pelarut Semi Polar
2.7.3. Pelarut Non Polar
2.8. Titrasi
2.8.1. Titrasi Asidimetri
Proses kimia yang terjadi berupa reaksi asam basa tentunya memiliki nilai
Akhir. Pada suatu reaksi setelah melakukan percobaan tentunya diperlukan proses
penetralan. Penetralan/asidimetri adalah penentuan konsentrai larutan asam dalam
suatu larutan. Pereaksi yang sering digunakan alam titrasi ditetapkan berasakna
pada prinsip netralisasi asam basa. Asidimetri merupakan penetralan yang ada
dalam titrasi asam basa.
Proses asidimetri biasanya dilakukan dengan jalan titrasi berasal dari larutan
asam basa yang telah diketahui konsentrasinya. Larutan baku dan suatu indicator
untuk menunjukkan titik akhir titrasi. Asidimetri juga merupakan analisis dengan
menggunakan asam sebagai larutan standart. Analisa organic secara kualitatif yaitu
proses atau oprasi analisis. Titrasi merupakan satu proses analisis.
2.8.2. Titrasi Alkalimetri
Alkalimetri adalah suatu Teknik analisi untuk mengetahui kadar keasaman
suatu zat dengan mengandung larutan natrium hiroksida. Alkalimetri adalah titrasi
suatu asam dengan suatu basa dengan kadar yang telah diketahui.
Penggunaan NaOH paling sering digunakan karena murah dan emurniannya
tinggi. Oleh karena sifat-sifatnya yang sangat higroskopis. Diperlukan ketelitian
dalam proses penimbangan untuk mengambil sampel NaOH. Pada saat
penimbangan digunakan botol penutup untuk mengurangi kesalahan yang ada.
Menurut teori asam basa Brownsted-Lorry, yang berlaku baik dalam larutan air atau
bukan air yaitu asam.
Alkalimetri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan
larutan baku asam. Dalam alkalimetri dapat disebut juga dengan titrasi asam basa.
Proses Panjang dari sebuah proses titrasi akan berakhir dalam titik ekuivalen
dimana proses titrasi harus melewati taapan alkalimetri. Setelah proses pemberian
asam dan menjadi basa bersesuai yang disebut proteolysis. Basayang bersesuai
dengan asam kuat adalah basa lemah. Basa kuat bersesuai dengan asam lemah.
2.8.3. Titrasi Iodo-Iodimetri
Iodimetri adalah analisis tritimetri untuk zat-zat reduktor seperti natrium.
Iodimetri merupakan uatu nmetode analisi kuantitatif volumetric. Reaksi iodimetry
kuantiatif volumetric berdasarkan reoks. Dalam proses penetralan, titran
mengoksidasi titrat maka metoeini termasuk dalam oksidimetri. Oksidasi yang
dapat terjadi penuruna vitamin.
Titrasi iodometri secara tidak langsung natrium tiosultaf digunakan sebagai
titran. Natrium tiosulfat akan bereaksi dengan larutan iodin yang dihasilkan.
Padasaat mendekati titik ekuivalen indicator amilum ditambahkan Amilum dapat
membentuk komplesk yang stabil dengan iodin. Iodometri merupakan suatu metode
analisis kuantitatif volumetric secara oksidimetri dan redoksimetri
2.9. Indikator
2.9.1. Indikator Phenolptealin (PP)
2.9.2. Indikator Amilum
BAB III. MATERI METODE
7.
15 ml Na2CO3 ditambahkan
kedalam erlenmeyer
Dinginkan Dinginkan
Ditambahkan etanol 15 ml
Dinginkan Dinginkan
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Penentuan Bilangan Penyabunan
V1 = 4,25 ml Berat minyak = 0,25gram
V2 = 4 ml BM Na OH= 40
N HCl = 0,5 N
(V2−V1)x N HCl x BM NaOH
Bilangan penyabunan = berat minyak
(4,25−4)𝑥 0,5 𝑥 40
= 0,25
= 20
= 20
= -4,8
Gambar 3. Sebelum Titrasi Gambar 4. Sesudah Titrasi
4.1.3. Penentuan Bilangan Peroksida
V1 = 0 ml Berat minyak = 1,27 gram
V2 = 1 ml Np =1
N HCl = 0,5 N
(V2−V1)x Np x 8 x 100
Bilangan penyabunan = berat minyak
(0−1)𝑥 0,1 𝑥 8 𝑥 100
= 1,27
= -6,24