Anda di halaman 1dari 19

FORMAT LAPORAN RESMI ACARA 2

BIOKIMIA

BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Tujuan
1.3. Manfaat
(Minimal 3 manfaat)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Asam Lemak
2.2. Sifat-sifat Lemak
2.2.1. Sifat Fisis Lemak
2.2.2. Sifat Kimia Lemak
2.3. Degradasi Lemak
2.4. Bilangan Peroksida
2.5. Bilangan Penyabunan
2.6. Bilangan Asam
2.7. Pelarut
2.7.1. Pelarut Polar
2.7.2. Pelarut Semi Polar
2.7.3. Pelarut Non Polar
2.8. Titrasi
2.8.1. Titrasi Asidimetri
2.8.2. Titrasi Alkalimetri
2.8.3. Titrasi Iodo-Iodimetri
2.9. Indikator
2.9.1. Indikator Phenolptealin (PP)
2.9.2. Indikator Amilum
(Per SubBAB dan SubsubBab min 1 halaman dan 3 Paragraf)
BAB III. MATERI DAN METODE
3.1. Waktu dan Tempat
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat Praktikum
3.2.2. Bahan Praktikum
3.3. Metode
3.2.1. Cara Kerja
3.3.2. Diagram Alir

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1. Hasil
4.1.1. Penentuan Bilangan Penyabunan
(Perhitungan, Gambar Sebelum dan Sesudah Titrasi)
4.1.2. Penentuan Bilangan Asam
(Perhitungan, Gambar Sebelum dan Sesudah Titrasi)
4.1.3. Penentuan Bilangan Peroksida
(Perhitungan, Gambar Sebelum dan Sesudah Titrasi)

4.2. Pembahasan
4.2.1. Penentuan Bilangan Penyabunan
 Mengapa Digunakan HCl
 Fungsi NaOH pada larutan Sampel
 Larutan Indikator yang digunakan
 Mengapa Bisa Berwarna merah muda
 Sifat dari larutan NaOH dan HCl
 Bahas Hasil
 Metode Titrasi yang digunakan pada penentuan Bilangan Penyabunan
 Fungsi penentuan Bilangan Penyabunan
 Mengapa Hasil Negatif
4.2.2. Penentuan Bilangan Asam
 Mengapa Digunakan NaOH sebagai titran
 Fungsi Etanol pada larutan Sampel
 Larutan Indikator yang digunakan
 Mengapa Bisa Tidak Berwarna
 Sifat dari larutan NaOH dan Etanol
 Bahas Hasil
 Metode Titrasi yang digunakan pada penentuan Bilangan Asam
 Fungsi penentuan Bilangan Asam
 Mengapa Hasil Negatif
4.2.3. Penentuan Bilangan Peroksida
 Fungsi Masing masing Larutan
 Bahas Hasil
 Kegunaan Penentuan Bilangan Peroksida
 Faktor yang berpengaruh terhadap Bilangan Peroksida (cont: Faktor
Pengaruh Laju Reaksi: Konsentrasi, nah cari factor yang menimbulkan
tinggi rendahnya bilangan peroksida).
 Metode Titrasi yang digunakan pada penentuan Bilangan Asam
 Mengapa digunakan amilum sebagai indikator

BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
(Menjawab Tujuan)
5.2. Saran
(Saran untuk Praktikum)

TIADA COPAS DIANTARA KITA KETAHUAN COPAS DENGAN YANG


LAIN NILAI KEDUANYA AKAN SAYA ANGGAP 0 DAN TIDAK ADA
REVISI UNTUK YANG COPY PASTE MILIK TEMANNYA TERMASUK
TEMAN BERBEDA KELOMPOK, TINJAUAN PUSTAKA
MENGGUNAKAN KALIMAT SENDIRI.

Daftar Pustaka (Min 3 Jurnal (tahun min 2012), dan 2 buku (tahun bebas))
Lampiran Foto + Keterangan
Margin 4333
Diberi Watermark Nama_NIM

Font TNR 12, Spasi 1.5


Daftar Pustaka ditulis sesuai kaidah penulisan di FPIK menurut
pedoman tahun 2012

DILARANG MEMBERIKAN
FILE INI KEPADA
KELOMPOK YANG BELUM
PRAKTIKUM
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari zat-zat kimia. kimia organik
maupun non organik. Salah satu contoh bahan kimia organik adalah lemak dan
minyak. Lemak dan minyak adalah senyawa kimia yang terdapat di alam. Minyak
umumnya berwujud cair pada suhu ruang sedangkan lemak cenderung berwujud
padat pada suhu ruang. Asam-asam lemak merupakan komponen penyusun minyak
dan lemak. Minyak dan lemak memiliki berat molekul. Untuk mengetahui Wujud
lemak berkaitan dengan asam lemak pembentukannya. Lemak yang berbentutk cair
(minyak) banyak mengandung asam lemak tak jenuh. Sedangkan lemak yang
berbentuk padat lebih banyak mengandung asam lemak jenuh.
Minyak dan lemak yang telah dipisahkan dari jaringan asalnya
mengandung sejumlah kecil komponen selain trigliserida, yaitu: lipida kompleks
(lesitin, sephalin, fosfatida lainnya, glikolipida), sterol yang berada dalam keadaan
bebas atau terikat dengan asam lemak, asam lemak bebas, lilin, pigmen yang larut
dalam lemak, dan hidrokarbon. Komponen tersebut mempengaruhi warna dan
flavor produk.
Minyak dan lemak memiliki berat molekul. Untuk mengetahui Wujud
lemak berkaitan dengan asam lemak pembentukannya. Lemak yang berbentutk cair
(minyak) banyak mengandung asam lemak tak jenuh. Sedangkan lemak yang
berbentuk padat lebih banyak mengandung asam lemak jenuh. Lemak dan minyak
memiliki sifat kelarutan yang sama, yaitu nonpolar. Namun untuk mengetahuinya
serta mengetahui beberapa reaksi lainnya seperti asam lemak bebas dan reaksi
penyabunan, maka harus dilakukan satu percobaan, oleh karena itu mengapa
dilakukan percobaan ini.
1.2. Tujuan
1. Menentukan bilangan penyabunan sampel minyak/lemak ikan.
2. Menentukan bilangan asam sampel minyak/lemak ikan.
1.3. Manfaat
1. Dapat mengetahui bilangan penyabunan minyak/lemak
2. Dapat mengetahui bilangan asam minyak/lemak
3. Dapat mengetahui kelarutan minyak/lemak
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Asam Lemak
Asam lemak dengan atom C lebih dari dua belas tidak larut dalam air dingin
maupun air panas. Asam lemak dari C4,C6, C8, C10 dapat menguap dan asam
lemak C12 dan C14 sedikit menguap. Garam-garam dari asam lemak yang
mempunyai berat molekul rendah dan asam tidak jenuh lebih mudah larut dalam
alkohol dari pada garam-garam dari asam lemak yang mempunyai berat molekul
tinggi dan jenuh.
Asam lemak merupakan suatu asam karnoksilat alifatik, yaitu suatu
senyawa golongan karnoksilat yang mempunyai rantai panjang. Asam lemak alami
mempunyai rantai dengan jumlah atom karbon genap dari 4 sampai 28. Asam lemak
adalah suatu asam lemah yang merupakan suatu turunan dari trigliserida dan
fosfolipid. Pada umumnya asam lemak kebanyakan tidak bercabang dan mimiliki
jumlah atom karbon yang genap. Asam lemak terdiri dari 2 jenis yaitu asam lemak
jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh adalah asam lemak yang rantai
karbonya tidak memiliki ikatan rangkap sedangkan asam lemak tak jenuh adalah
asam lemak yang rantai karbonnya mengandung 1 iktan rangkap atau lebih.
Dengan demikian kelompok lipid itu mencakup asam lemak, minyak,
malam dan senyawa lain yang berhubungan. Lipid dapat diklasifikasikan menjadi
lipid sederhana, lipid kompleks dan drivat lipid.
2.2. Sifat-Sifat Asam Lemak
Asam lemak pada umumnya bersifat semakin reaktif terhadap oksigen
dengan bertambahnya jumlah ikatan rangkap pada rantai molekul. Sebagai contoh
asam linoleat akan teroksidasi lebih mudah dari pada asam oleat pada kondisi yang
sama. Di samping itu variasi stabilitas lemak terhadap proses oksidasi dipengaruhi
oleh perbedaan sumber lemak.
2.2.1. Sifat Fisis Lemak
Menurut Herlina, (2002),berikut sifat – sifat fisis dari lemak/minyak yaitu :
1. Bau amis yang disebabkan oleh terbentuknya trimetil-amin dari lecitin.
2. Identifikasi lemak/minyak dengan penetapan titik lunak.
3. Indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada pengenalan unsur kimia
dan untuk pengujian kemurnian minyak.
4. Slipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak alam serta
pengaruh kehadiran komponen-komponennya.
5. Titik didih meningkat dengan bertambahnya panjang rantai karbon.
6. Rasa pada lemak dan minyak terjadi karena asam-asam yang berantai sangat
pendek hasil penguraian pada kerusakan minyak atau lemak.
7. Titik kekeruhan ditetapkan dengan pendinginan campuran lemak atau
minyak dengan pelarut lemak.
8. Bobot jenis lemak/minyak biasanya ditentukan pada suhu kamar.
9. Shot melting point adalah temperature saat terjadi tetesan pertama dari
minyak / lemak.
10. Minyak/lemak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (coastor oil) yang
sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter,karbon
disulfida dan pelarut halogen.
2.2.2. Sifat Kimia Lemak
Sifat-sifat Kimia Lemak menurut Herlina dan Ginting (2002) :
1. Hidrogenasi
Proses hidrogenasibertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai karbon
asam lemak pada lemak atau minyak, setelah proses hidrogenasi selesai, minyak
didinginkan dan katalisator dipisahkan dengan disaring. Hasilnya adalah
minyak yang bersifat plastis atau keras , tergantung pada derajat kejenuhan.
2. Hidrolisa
Dalam reaksi hidrolisis, lemak dan minyak akan diubah menjadi asam asam
lemak bebas dan gliserol. Reaksi hidrolisi mengakibatkan kerusakan lemak dan
minyak. Ini terjadi karena terdapat terdapat sejumlah air dalam lemak dan
minyak tersebut.
3. Penyabunan
Reaksi ini dilakukandenganpenambhan sejumlah larutan basa kepada
trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung
gliserol dipisahkan dan gliserol dipulihkan dengan penyulingan.
4. Esterifikasi
Proses esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida,
menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia
yang disebutin terifikasi atau penukaran ester yang didasarkan pada prinsip
transesterifikasi Fiedel-Craft.
2.3. Degradasi Lemak
2.4. Bilangan Peroksida
2.5. Bilangan Penyabunan
Pada reaksi antara lemak dan kalium hidroksida ini, kita mengenal adanya suatu
bilangan yang disebut bilangan penyabunan. Yaitu suatu bilangan yang
menunjukkan jumlah milligram kalium hidroksida yang dibutuhkan untuk
menyabunkan 1 gram lemak atau minyak.
Bilangan penyabunan adalah jumlah KOH yang diperlukan untuk
menyabunkan satu gram lemak/minyak. Jika sampel minyak/lemak disabunkan
dengan larutan KOH berlebih dalam alkohol, maka KOH akan bereaksi dengan
trigliserida, yaitu tiga molekul KOH bereaksi dengan satu molekul minyak atau
lemak.
Bilangan ini menggambarkan kepada kita tentang besar kecilnya molekul
lemak. Makin besar bilangan penyabunan suatu lemak, makin kecil molekul lemak
tersebut dan sebaliknya semakin kecil bilangan penyabunan suatu lemak, makin
besar molekul lemaknya.
2.6. Bilangan Asam
Bilangan asam adalah ukuran dari jumlah asam lemak bebas, serta dihitung
berdasarkan berat molekul dari asam lemak atau campur anasam lemak . Bilangan
asam dinyatakan sebagai jumlah milligram KOH yang digunakan untuk
menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak ataul lemak.
Asam lemak adalah senyawa hidrokarbon yang berantai panjang dan lurus, dimana
bagian ujungnya mengikat gugus karboksilat, asam lemak mempunyai satu atau
lebih ikatan rangkap dan memiliki jumlah atom karbon genap.
Asam lemak tak jarang terdapat dialam, tetapi terdapat sebagai ester dalam
gabungan dengan fungsi alkohol. Asam lemak dapat bersala dari hewan maupun
tumbuhan dan mempunyai rumus umum. Bilangan asam yang besar menunjukkan
asam lemak bebas yang besar pula, yang berasal dari hidrolisa minyak atau lemak,
ataupun karena proses pengolahan yang kurang baik.
Bilangan asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar pula,
yang berasal dari hidrolisa minyak atau lemak, ataupun karena proses pengolahan
yang kurangbaik. Makin tinggi bilangan asam, maka makin rendah kualitasnya.
Penentuan bilangan asam dipergunakan untuk mengukur jumlah asam lemak bebas
yang terdapat dalam minyak atau lemak. Besarnya bilangan asam tergantung dari
kemurnian dan umur dari minyak atau lemak tersebut. Analisa minyak dan lemak
yang umumnya banyak dilakukan dalam bahan makanan adalah penentuan sifat
fisik maupun kimiawi yang khas mencirikan sifatnya tertentu sehingga dapat
dianalisa dengan bilangan asam pada suatu sampel.
2.7. Pelarut
2.7.1. Pelarut Polar
2.7.2. Pelarut Semi Polar
2.7.3. Pelarut Non Polar
2.8. Titrasi
2.8.1. Titrasi Asidimetri
Proses kimia yang terjadi berupa reaksi asam basa tentunya memiliki nilai
Akhir. Pada suatu reaksi setelah melakukan percobaan tentunya diperlukan proses
penetralan. Penetralan/asidimetri adalah penentuan konsentrai larutan asam dalam
suatu larutan. Pereaksi yang sering digunakan alam titrasi ditetapkan berasakna
pada prinsip netralisasi asam basa. Asidimetri merupakan penetralan yang ada
dalam titrasi asam basa.
Proses asidimetri biasanya dilakukan dengan jalan titrasi berasal dari larutan
asam basa yang telah diketahui konsentrasinya. Larutan baku dan suatu indicator
untuk menunjukkan titik akhir titrasi. Asidimetri juga merupakan analisis dengan
menggunakan asam sebagai larutan standart. Analisa organic secara kualitatif yaitu
proses atau oprasi analisis. Titrasi merupakan satu proses analisis.
2.8.2. Titrasi Alkalimetri
Alkalimetri adalah suatu Teknik analisi untuk mengetahui kadar keasaman
suatu zat dengan mengandung larutan natrium hiroksida. Alkalimetri adalah titrasi
suatu asam dengan suatu basa dengan kadar yang telah diketahui.
Penggunaan NaOH paling sering digunakan karena murah dan emurniannya
tinggi. Oleh karena sifat-sifatnya yang sangat higroskopis. Diperlukan ketelitian
dalam proses penimbangan untuk mengambil sampel NaOH. Pada saat
penimbangan digunakan botol penutup untuk mengurangi kesalahan yang ada.
Menurut teori asam basa Brownsted-Lorry, yang berlaku baik dalam larutan air atau
bukan air yaitu asam.
Alkalimetri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan
larutan baku asam. Dalam alkalimetri dapat disebut juga dengan titrasi asam basa.
Proses Panjang dari sebuah proses titrasi akan berakhir dalam titik ekuivalen
dimana proses titrasi harus melewati taapan alkalimetri. Setelah proses pemberian
asam dan menjadi basa bersesuai yang disebut proteolysis. Basayang bersesuai
dengan asam kuat adalah basa lemah. Basa kuat bersesuai dengan asam lemah.
2.8.3. Titrasi Iodo-Iodimetri
Iodimetri adalah analisis tritimetri untuk zat-zat reduktor seperti natrium.
Iodimetri merupakan uatu nmetode analisi kuantitatif volumetric. Reaksi iodimetry
kuantiatif volumetric berdasarkan reoks. Dalam proses penetralan, titran
mengoksidasi titrat maka metoeini termasuk dalam oksidimetri. Oksidasi yang
dapat terjadi penuruna vitamin.
Titrasi iodometri secara tidak langsung natrium tiosultaf digunakan sebagai
titran. Natrium tiosulfat akan bereaksi dengan larutan iodin yang dihasilkan.
Padasaat mendekati titik ekuivalen indicator amilum ditambahkan Amilum dapat
membentuk komplesk yang stabil dengan iodin. Iodometri merupakan suatu metode
analisis kuantitatif volumetric secara oksidimetri dan redoksimetri
2.9. Indikator
2.9.1. Indikator Phenolptealin (PP)
2.9.2. Indikator Amilum
BAB III. MATERI METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Hari, tanggal : Kamis, 2 April 2015
Waktu :13.35-14.55 WIB
Tempat : Laboratorium Biokimia, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Diponegoro, Semarang.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat Praktikum
No Nama Gambar Fungsi
Buret dan Statif : untuk menjepit
Statif buret dalam proses titrasi
1. Buret : tempat zat cair
dengan volume tertentu
yang akan di titrasi
Erlenmeyer Tempat mereaksikan zat
dan atau mencampur zat.
2.

Pipet Tetes Untuk meneteskan atau


mengambil larutan dalam
jumlah kecil
3.

Gelas Ukur Untuk menentukan


volume zat cair yang akan
4.
digunakan
Beker Gelas Untuk mengukur dan
mencampur bahan
5.
praktikum

Corong Untuk memudahkan


dalam memasukkan
6.
cairan

Neraca Untuk menimbang sampel

7.

Kompor listrik Untuk memanaskan bahan


praktikum
8.

Tabel 1. Alat Praktikum Acara 2


3.2.2. Bahan Praktikum
No Nama Gambar Fungsi
1. Minyak Ikan Bahan utama untuk
mengetahui bilangan
penyabunan dan bilangan
asam
2. NaOH 0.1 N Titran pada proses
bilangan asam

3. Indikator PP Indicator. Untuk


mengetahui perubahan
warna
4. HCl 0.1 N Titran dalam bilangan
penyabunan

5. Etanol Titrat dalam bilangan


asam

6 Na2CO3 Titrat dalam bilangan


penyabunan

Tabel 2. Bahan Praktikum Acara 2


3.3. Metode
3.3.1. Cara Kerja
a. Penentuan Bilangan Penyabunan
1. 2 butir minyak ikan dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer
2. Na2CO3 ditambahkan sebanyak 15 ml
3. Na2CO3 sebanyak 15 ml dimasukkan ke dalam erlenmeyer
sebagai blangko
4. Tabung erlenmeyer dipanaskan selama 5 menit
5. Tabung Erlenmeyer didinginkan
6. 2 tetes indikator PP ditambahkan kedalam erlenmeyer
7. HCl dititrasi dengan 0.1 N
8. Volume yang diperlukan untuk titrasi dicatat sebagai V1
9. Lakukan cara yang sama untuk larutan blanko sebagai V2
b. Penentuan Bilangan Asam
1. 2 butir minyak ikan dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer
2. Etanol 70% ditambahkan sebanyak 15 ml
3. Etanol 70% sebanyak 15 ml dimasukkan ke dalam erlenmeyer
sebagai blangko
4. Tabung erlenmeyer dipanaskan selama 5 menit
5. Tabung erlenmeyer ditambahkan
6. 2 tetes indikator PP ditambahkan kedalam erlenmeyer
7. NaOH 0.1 N dititrasi dengan
8. Volume yang diperlukan untuk titrasi dicatat sebagai V1
9. Lakukan cara yang sama untuk larutan blanko sebagai V2

3.3.2. Diagram Alir


a. Penentuan Bilangan Penyabunan

2 butir minyak ikan (0,3 gram) 15 ml Na2CO3 dimasukkan


dimasukkan kedalam erlenmeyer kedalam erlenmeyer

15 ml Na2CO3 ditambahkan
kedalam erlenmeyer

Dipanaskan selama 5 menit

Dinginkan Dinginkan

Ditambahkan 2 tetes indicator PP

Dititrasi dengan HCl 0,1 N

HCL yang diperlukan (V1) HCL yang diperlukan (V2)


b. Penentuan Bilangan Asam

2 butir minyak ikan (0,3 gram) 15ml etanol dimasukkan kedalam


Bilangan Penyabunan
dimasukkan kedalam erlenmeyer erlenmeyer

Ditambahkan etanol 15 ml

Dipanaskan selama 5 menit

Dinginkan Dinginkan
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Penentuan Bilangan Penyabunan
V1 = 4,25 ml Berat minyak = 0,25gram
V2 = 4 ml BM Na OH= 40
N HCl = 0,5 N
(V2−V1)x N HCl x BM NaOH
Bilangan penyabunan = berat minyak
(4,25−4)𝑥 0,5 𝑥 40
= 0,25

= 20
= 20

Gambar 1. Sebelum Titrasi Gambar 2. Sesudah Titrasi


4.1.2. Penentuan Bilangan Asam
V1 = 0,7 ml Berat minyak = 0,25gram
V2 = 0,4 ml BM Na OH= 40
N NaOH = 0,5 N
(V2−V1)x N NaOH x BM NaOH
Bilangan penyabunan = berat minyak
(0,4−0,7)𝑥 0,1 𝑥 40
= 0,25

= -4,8
Gambar 3. Sebelum Titrasi Gambar 4. Sesudah Titrasi
4.1.3. Penentuan Bilangan Peroksida
V1 = 0 ml Berat minyak = 1,27 gram
V2 = 1 ml Np =1
N HCl = 0,5 N
(V2−V1)x Np x 8 x 100
Bilangan penyabunan = berat minyak
(0−1)𝑥 0,1 𝑥 8 𝑥 100
= 1,27

= -6,24

Gambar 3. Sebelum Titrasi Gambar 4. Sesudah Titrasi


4.2. Pembahasan
4.2.1. Penentuan Bilangan Penyabunan
Saat praktikum digunakan sampel berupa minyak ikan, larutan
NaOh, PP dan HCl. Penentuan bilangan penyabunan berfungsi untuk
mengitung jumlah molekul di dalamnya. Kita menentukan jumlah bilangan
penyabunan dengan metode titrasi asidimetri dan larutan HCl sebagai titrat.
Sampel awalnya ditambahkan NaOh sebagai pelarut dan bersifat basa kuat.
HCl digunakan karena sampel titran adalah bersifat basa, jadi digunakan titrat
asam kuat yaitu HCl. Sampel juga diberi larutan indicator berupa PP.
Penambahan indikator fenolftalein agar ketika proses titrasi dilakukan, titik
akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna. Penambahan indikator pp
terhadap larutan basa menyebabkan warna titik akhir titrasi menjadi
bening.titrasi pada penentuan bilangan penyabunan ini termasuk ke dalam
titrasi asidimetri. Titrasi asidimetri merupakan metode titrasi larutan basa
dengan larutan asam sebagai larutan standarnya.
Dari proses penentuan bilangan penyabunan yang telah dilakukan
didapatkan hasil sejumlah 20 bilangan penyabunan. Hal ini berbeda dari
kelompok lainnya yang mendapatkan hasil negatif. Kelompok lainnya
mendapatkan hasil negatif karena adanya kesalahan praktikan saat proses
penentuan bilangan penyabunan. Sedangkan kelompok kami diyakini tidak
menunjukan kesalahan berarti saat proses penentuan bilangan penyabunan
sehingga hasil dari kelompok kami positif 20.
4.2.2. Penentuan Bilangan Asam
Bilangan asam merupakan bilangan yang menyatakan banyaknya asam
lemak bebas yang terkandung dalam suatu larutan minyak. Dalam proses
penentuan bilangan asam digunakan etanol sebagai pelarut, karena etanol
bersifat asam, perhitungan terhadap penetralan asam lemak dalam minyak dapat
dilakukan. Proses ini menggunakan metode titrasi alkalimetri, karena sampel
telah dicampur etanol terlebih dahulu dan menjadi asam, maka diperlukan basa
kuat (NaOH) untuk menjadi titrannya. Larutan PP juga dipakai sebagai larutan
indicator upaya mempermudah dalam proses titrasi dan terjadi perubahan
warna.
Saat proses titrasi terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi
tidak berwarna. Hasil yang didapatkan kelompok kami adalah -4,8. Hal ini
relatif sama dengan kelompok lainnya yang juga mendapatkan hasil negatif.
Kemungkinan besar hasil yang didapatkan terjadi karena adanyakesalahan
praktikan saat proses pengerjaan, dan hasil yang sesuai seharusnya positif.
4.2.3. Penentuan Bilangan Peroksida

 Fungsi Masing masing Larutan


 Bahas Hasil
 Kegunaan Penentuan Bilangan Peroksida
 Faktor yang berpengaruh terhadap Bilangan Peroksida (cont: Faktor
Pengaruh Laju Reaksi: Konsentrasi, nah cari factor yang menimbulkan
tinggi rendahnya bilangan peroksida).
 Metode Titrasi yang digunakan pada penentuan Bilangan Asam
 Mengapa digunakan amilum sebagai indikator
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Bio Kimia Acara II tentang
Uji Lemak atau Minyak yaitu:
1. Hasil penghitungan bilangan penyabunan yang terdapat pada sampel minyak
ikan yaitu sebesar 20.
2. Hasil penghitungan bilangan asam yang terdapat pada sampel minyak ikan
yaitu sebesar -4,8.
3. Hasil penghitungan bilangan peroksida yang ada pada sampel minyak jelantah
sebesar -6,24.
5.2. Saran
1. Sebaiknya pendingin ruangan dinyalakan
2. Sebaiknya praktikan lebih aktif aat praktikum
3. Sebaiknya asisten praktikum tidak gaduh saat praktikum berlangsung.

Anda mungkin juga menyukai