Anda di halaman 1dari 11

HUTAN MANGROVE

Definisi Mangrove
Kata ‘mangrove’ merupakan kombinasi antara bahasa Portugis mangue dan bahasa
Inggris grove. Dalam bahasa Inggris, kata mangrove digunakan untuk komunitas tumbuhan
yang tumbuh di daerah jangkauan pasang surut dan untuk individu-individu spesies
tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut. Sedang dalam bahasa Portugis kata
’mangrove’ digunakan untuk menyatakan individu spesies tumbuhan, sedangkan kata
’mangal’ digunakan untuk menyatakan komunitas tumbuhan tersebut. Sedangkan menurut
FAO, kata mangrove sebaiknya digunakan untuk individu jenis tumbuhan maupun komunitas
tumbuhan yang hidup di daerah pasang surut.

Menurut Snedaker (1978) dalam Kusmana (2003), hutan mangrove adalah kelompok
jenis tumbuhan yang tumbuh di sepanjang garis pantai tropis sampai sub-tropis yang memiliki
fungsi istimewa di suatu lingkungan yang mengandung garam dan bentuk lahan berupa
pantai dengan reaksi tanah anaerob. Sedangkan menurut Tomlinson (1986), kata mangrove
berarti tanaman tropis dan komunitasnya yang tumbuh pada daerah intertidal. Daerah
intertidal adalah wilayah dibawah pengaruh pasang surut sepanjang garis pantai, seperti
laguna, estuarin, pantai dan river banks. Mangrove merupakan ekosistem yang spesifik
karena pada umumnya hanya dijumpai pada pantai yang berombak relatif kecil atau bahkan
terlindung dari ombak, di sepanjang delta dan estuarin yang dipengaruhi oleh masukan air
dan lumpur dari daratan.

Dengan demikian secara ringkas dapat didefinisikan bahwa hutan mangrove adalah
tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut (terutama pada pantai yang terlindung,
laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas genangan pada saat surut yang
komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Sedangkan ekosistem mangrove
merupakan suatu sistem yang terdiri atas organisme (hewan dan tumbuhan) yang
berinteraksi dengan faktor lingkungannya di dalam suatu habitat mangrove.

Ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut hutan mangrove. Antara
lain tidal forest, coastal woodland,vloedbosschen, hutan payau dan hutan bakau. Khusus
untuk penyebutan hutan bakau, sebenarnya istilah ini kurang sesuai untuk menggambarkan
mangrove sebagai komunitas berbagai tumbuhan yang berasosiasi dengan lingkungan
mangrove. Di Indonesia, istilah bakau digunakan untuk menyebut salah satu genus vegetasi
mangrove, yaitu Rhizopora. Sedangkan kenyataannya mangrove terdiri dari banyak genus
dan berbagai jenis, sehingga penyebutan hutan mangrove dengan istilah hutan bakau
sebaiknya dihindari.

Secara ringkas mangrove terbentuk dari unsur-unsur sebagai berikut :

1. spesies pohon dan semak yang benar-benar memiliki habitat terbatas di


lingkungan mangrove (exclusive mangrove)

2. spesies pohon dan semak yang mampu hidup di lingkungan mangrove dan di
luar lingkungan mangrove (non-exclusive mangrove)
3. berbagai biota yang hidupnya berasosiasi dengan lingkungan mangrove, baik
biota yang keberadaannya bersifat menetap, sekedar singgah mencari makan
maupun biota yang keberadaannya jarang ditemukan di lingkungan mangrove

4. berbagai proses yang terjadi di ekosistem mangrove untuk mempertahankan


keberadaan ekosistem mangrove itu sendiri

5. hamparan lumpur yang berada di batas hutan sebenarnya dengan laut

6. sumber daya manusia yang berada di sekitar ekosistem mangrove


Hutan mangrove dapat ditemukan di pesisir pantai wilayah tropis sampai sub tropis,
terutama pada pantai yang landai, dangkal, terlindung dari gelombang besar dan muara
sungai. Secara umum hutan mangrove dapat berkembang dengan baik pada habitat dengan
ciri-ciri sebagai berikut :

1. jenis tanah berlumpur, berlempung atau berpasir, dengan bahan bentukan


berasal dari lumpur, pasir atau pecahan karang/koral

2. habitat tergenang air laut secara berkala, dengan frekuensi sering (harian)
atau hanya saat pasang purnama saja. Frekuensi genangan ini akan menentukan
komposisi vegetasi hutan mangrove

3. menerima pasokan air tawar yang cukup, baik berasal dari sungai, mata air
maupun air tanah yang berguna untuk menurunkan kadar garam dan menambah
pasokan unsur hara dan lumpur

4. berair payau (2-22 ‰) sampai dengan asin yang bisa mencapai salinitas 38

Secara umum hutan mangrove memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Tidak dipengaruhi oleh iklim, tetapi dipengaruhi oleh pasang surut air laut
(tergenang air laut pada saat pasang dan bebas genangan air laut pada saat surut)

2. Tumbuh membentuk jalur sepanjang garis pantai atau sungai dengan


substrat anaerob berupa lempung (firm clay soil), gambut (peat), berpasir (sandy
soil) dan tanah koral

3. Struktur tajuk tegakan hanya memiliki satu lapisan tajuk (berstratum tunggal).
Komposisi jenis dapat homogen (hanya satu jenis) atau heterogen (lebih dari satu
jenis). Jenis-jenis kayu yang terdapat pada areal yang masih berhutan dapat
berbeda antara satu tempat dengan lainnya, tergantung pada kondisi tanahnya,
intensitas genangan pasang surut air laut dan tingkat salinitas

4. Penyebaran jenis membentuk zonasi. Zona paling luar berhadapan langsung


dengan laut pada umumnya ditumbuhi oleh jenis-jenis Avicennia spp
dan Sonneratia spp (tumbuh pada lumpur yang dalam, kaya bahan organik). Zona
pertengahan antara laut dan daratan pada umumnya didominasi oleh jenis-
jenis Rhizophora spp. Sedangkan zona terluar dekat dengan daratan pada
umumnya didominasi oleh jenis-jenis Brugiera spp.

ciri-ciri mangrove
Ciri-ciri terpenting dari penampakan hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang
unik, adalah :
 memiliki jenis pohon yang relatif sedikit;
 memiliki akar tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti jangkar melengkung dan
menjulang pada bakau Rhizophora spp., serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil pada pidada
Sonneratia spp. dan pada api-api Avicennia spp.;
 memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya, khususnya
pada Rhizophora;
 memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.
Sedangkan tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki
ciri-ciri khusus, diantaranya adalah :
 tanahnya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang pada saat
pasang pertama
 tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat;
 daerahnya terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat;
 airnya berkadar garam (bersalinitas) payau (2 - 22 o/oo) hingga asin
.
Manfaat mangrove
Manfaat mangrove antara lain :
 Tempat hidup (berlindung, mencari makan, pemijahan dan asuhan) biota laut seperti ikan dan
udang).
 Sumber bahan organik sebagai sumber pakan konsumen pertama (pakan cacing, kepiting dan
golongan kerang/keong), yang selanjutnya menjadi sumber makanan bagi konsumen di atasnya dalam
siklus rantai makanan dalam suatu ekosistem.
 Tempat hidup berbagai satwa liar, seperti monyet, buaya muara, biawak dan burung
 pelindung alami yang paling kuat dan praktis untuk menahan erosi pantai.
 menyediakan berbagai hasil kehutanan seperti kayu bakar, alkohol, gula, bahan penyamak kulit,
bahan atap, bahan perahu, dll.
 mempunyai potensi wisata
 sebagai tempat hidup dan berkembang biak ikan, udang, burung, monyet, buaya dan satwa liar
lainnya yang diantaranya endemik.
Zonasi Mangrove
Vegetasi mangrove biasanya tumbuh di habitat mangrove membentuk zonasi mulai
dari daerah yang paling dekat dengan laut sampai dengan daerah yang dekat dengan
daratan. Pada kawasan delta atau muara sungai, biasanya vegetasi mangrove tumbuh subur
pada areal yang luas dan membentuk zonasi vegetasi yang jelas. Sedangkan pada daerah
pantai yang lurus, biasanya vegetasi mangrove tumbuh membentuk sabuk hijau/green
belt dengan komposisi yang hampir seragam (Nirarita, dkk, 1996).
Identifikasi zonasi didasarkan pada jenis mangrove atau kelompok jenis mangrove
dan dinamakan sesuai dengan jenis vegetasi yang dominan, yang tumbuh pada areal
tertentu. Beberapa faktor penting yang dianggap paling berperan dalam pembentukan zonasi
mangrove antara lain sebagai berikut :
1. pasang surut air laut yang secara langsung mengontrol ketinggian muka air
dan salinitas air serta tanah

2. tipe tanah yang berkorelasi langsung dengan aerase, draenase dan tinggi
muka air

3. kadar garam air dan tanah

4. cahaya yang berkorelasi langsung dengan daya tumbuh semaian

5. pasokan dan aliran air tawar


Secara umum, zona yang paling dekat dengan laut (berhadapan langsung dengan
laut) didominasi oleh jenis-jenisAvicennia dan Sonneratia. Sedangkan zona
pertengahan biasanya didominasi oleh jenis-jenis Rhizopora dan kadang juga ditemui
jenis Bruguiera. Zona yang paling dekat dengan daratan biasanya didominasi oleh
jenis-jenis Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus dan Lumnitzera.

Menurut Giesen dkk ( - ), zonasi yang paling umum dijumpai ada empat macam, yaitu
:

1. The Exposed Mangrove(zona terluar, paling dekat dengan laut). Secara


umum zona ini didominasi olehSonneratia alba, Avicennia alba dan Avicennia
marina

2. Central Mangrove(zona pertengahan antara lat dan darat). Secara umum


zona ini didominasi oleh jenis-jenisRhizopora, kadang juga ditemui jenis-
jenis Bruguiera

3. The Rear Mangrove(back mangrove, landward mangrove, areal yang paling


dekat dengan daratan). Zona ini biasanya tergenangi oleh pasang tinggi saja.
Seringkali didominasi oleh jenis-jenis Bruguiera, Lumnitzera,
Xylocarpus dan Pandanus sp

4. Brackish Stream Mangrove(aliran sungai dekat mangrove yang berair payau).


Pada zona ini sering dijumpai komunitas Nypa frutican dan kadang
dijumpai Sonneratia caseolaris serta Xylocarpus granatum.
Fungsi Mangrove

Fungsi mangrove secara umum dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Fungsi Fisik

1. menjaga garis pantai dan tebing sungai dari erosi/abrasi agar tetap stabil

2. mempercepat perluasan lahan

3. mengendalikan intrusi air laut

4. melindungi daerah di belakang mangrove dari hempasan gelombang dan


angin kencang

5. menguraikan/mengolah limbah organik


2. Fungsi Biologis/Ekologis

1. tempat mencari makan (feeding ground), tempat memijah (spawning ground)


dan tempat berkembang biak (nursery ground) berbagai jenis ikan, udang, kerang
dan biota laut lainnya

2. tempat bersarang berbagai satwa liar, terutama burung

3. sumber plasma nutfah


3. Fungsi Ekonomis

1. hasil hutan berupa kayu

2. hasil hutan bukan kayu, seperti madu, bahan obat-obatan, minuman,


makanan, tanin

3. lahan untuk kegiatan produksi pangan dan tujuan lain (pemukiman,


pertambangan, industri, infrastruktur, transportasi, rekreasi)

Fauna Pada Mangrove


Gambar Ekosistem Mangrove

Mamalia
Banyak mamalia terdapat di hutan mangrove tetapi hanya sedikit yang hidup secara
permanen dan jumlahnya terbatas. Hutan mangrove merupakan habitat tempat hidup
beberapa mamalia yang sudah jarang ditemukan dan. Pada saat terjadinya surut banyak
monyet-monyet (Macacus irus) terlihat mencari makanan seperti shell-fish dan kepiting
sedangkan kera bermuka putih (Cebus capucinus) memakan cockles di mangrove. Indikasi
pemangsaan ini diperoleh dari sedikitnya jumlah cockles yang ditemukan di lokasi mangrove
yang memiliki banyak kera. Jika jumlah kera menjadi sangat banyak akan mempengaruhi
pembenihan mangrove karena komunitas ini menginjak lokasi yang memiliki benih sehingga
benih mati. Kera proboscis (Nasalis larvatus) merupakan endemik di mangrove Borneo, yang
mana ia memakan daun-daunan Sonneratia caseolaris dan Nipa fruticans (FAO,1982) juga
propagul Rhizophora. Sebaliknya, kera-kera tersebut di mangsa oleh buaya-buaya dan
diburu oleh pemburu gelap. Hewan-hewan menyusui lainnya termasuk Harimau Royal
Bengal (Panthera tigris), macan tutul (Panthera pardus) dan kijing bintik (Axis axis), babi–
babi liar (Sus scrofa) dan Kancil (Tragulus sp) di rawa-rawa Nipa di sepanjang selatan dan
tenggara Asia ; binatang-binatang karnivora kecil seperti ikan-ikan berkumis seperti kucing
(Felix viverrima), musang (Vivvera sp dan Vivverricula sp), luwak (Herpestes sp). Berang-
berang (Aonyx cinera dan Lutra sp) umum terdapat di hutan mangrove namun jarang terlihat.
Sedangkan Lumba-lumba seperti lumba-lumba Gangetic (Platanista gangetica) dan lumba-
lumba biasa (Delphinus delphis) juga umum ditemukan di sungai-sungai hutan mangrove,
yaitu seperti Manatees (Trichechus senegalensis dan Trichechus manatus latirostris) dan
Dugong (Dugong dugon), meskipun spesies-spesies ini pertumbuhannya jarang dan pada
beberapa tempat terancam mengalami kepunahan.

Reptil dan Ampibia


Beberapa spesies reptilia yang pernah ditemukan di kawasan mangrove Indonesia
antara lain biawak (Varanus salvatoe), Ular belang (Boiga dendrophila), dan Ular sanca
(Phyton reticulates), serta berbagai spesies ular air seperti Cerbera rhynchops,
Archrochordus granulatus, Homalopsis buccata dan Fordonia leucobalia. Dua jenis katak
yang dapat ditemukan di hutan mangrove adalah Rana cancrivora dan R. Limnocharis.
Buaya-buaya dan binatang alligator merupakan binatang-binatang reptil yang
sebagian besar mendiami daerah berair dan daerah muara. Dua spesies buaya (Lagarto),
Caiman crocodilus (Largarto cuajipal) dapat dijumpai umum dijumpai di hutan mangrove, dan
sebagai spesies yang berada dalam keadaan waspada karena kulitnya diperdagangkan
secara internasional. Caiman acutus mempunyai wilayah geografi yang sangat luas dan
dapat ditemukan di Cuba, Pantai lautan Pasifik di Amerika Tengah, Florida dan Venezuela.
Jenis buaya Cuba, seperti Crocodilus rhombifer terdapat di Cienaga de Lanier dan bersifat
endemik. Aligator Amerika seperti Alligator mississippiensis tercatat sebagai spesies yang
membahayakan di Florida ( Hamilton dan Snedaker, 1984). Buaya yang memiliki moncong
panjang (Crocodilus cataphractus) terdapat di daerah hutan bakau Afrika dan di Asia.
Berbagai cara dilakukan untuk melindungi hewan-hewan tersebut tergantung negara masing-
masing misalnya di India, Bangladesh, Papua New Guinea dan Australia mengadakan
perlindungan dengan cara konservasi, ( FAO, 1982). Sejumlah besar kadal, Iguana iguana
(iguana) dan Cetenosaura similis (garrobo) pada umumnya terdapat di hutan mangrove di
Amerika Latin, dimana mereka menjadi santapan masyarakat setempat sebagaimana juga
jenis kadal yang serumpun dengan mereka di Afrika bagian barat (Varanus salvator). Pada
umumnya penyu merupakan sebagai mahkluk sungai yang meletakkan telur-telur mereka
pada pantai berpasir yang memiliki hutan mangrove. Selain hewan-hewan tersebut ular juga
dapat ditemukan di sekitar area mangrove, khususnya pada dataran yang mengarah ke laut.

Burung
Pada saat terjadinya perubahan pasang surut merupakan suatu masa yang ideal bagi
berlindungnya burung (dunia burung), dan merupakan waktu yang ideal bagi burung untuk
melakukan migrasi. Menurut Saenger et al. (1954), tercatat sejumlah jenis burung yang hidup
di hutan mangrove yang mencapai 150-250 jenis. Beberapa penelitian tentang burung di Asia
Tenggara telah dilakukan oleh Das dan Siddiqi 1985 ; Erftemeijer, Balen dan Djuharsa, 1988;
Howes,1986 dan Silvius, Chan dan Shamsudin,1987.

Di Kuba, terdapat beberapa spesies yang menempati tempat atau dataran tinggi
seperti Canario del manglar (Dendroica petechis gundlachi) dan tempat yang lebih rendah
seperti Oca del manglar (Rallus longirostris caribaeus). Burung yang paling banyak adalah
Bangau yang berkaki panjang. Dan yang termasuk burung pemangsa adalah Elang laut
(Haliaetus leucogaster), Burung layang-layang (Haliastur indus), dan elang pemakan ikan
(Ichthyphagus ichthyaetus). Burung pekakak dan pemakan lebah adalah burung-burung
berwarna yang biasa muncul atau kelihatan di hutan mangrove.

Crustacea dan Moluska


Berbagai jenis fauna yang relatif kecil dan tergolong dalam invertebrata, seperti udang
dan kepiting (Krustasea), gastropoda dan bivalva (Moluska), Cacing (Polikaeta) hidup di
hutan mangrove. Kebanyakan invertebrata ini hidup menempel pada akar-akar mangrove,
atau di lantai hutan mangrove. Sejumlah invertebrata tinggal di dalam lubang-lubang di lantai
hutan mangrove yang berlumpur. Melalui cara ini mereka terlindung dari perubahan
temperatur dan faktor lingkungan lain akibat adanya pasang surut di daerah hutan mangrove.

Biota yang paling banyak dijumpai di ekosistem mangrove adalah crustacea dan
moluska. Kepiting, Uca sp dan berbagai spesies Sesarma umumnya dijumpai di hutan
Mangrove. Kepiting-kepiting dari famili Portunidae juga merupakan biota yang umum
dijumpai. Kepiting-kepiting yang dapat dikonsumsi (Scylla serrata) termasuk produk
mangrove yang bernilai ekonomis dan menjadi sumber mata pencaharian penduduk sekitar
hutan mangrove. Udang yang paling terkenal termasuk udang raksasa air tawar
(Macrobrachium rosenbergii) dan udang laut (Penaeus indicus , P. Merguiensis, P. Monodon,
Metapenaeus brevicornis) seringkali juga ditemukan di ekosistem mangrove. Semua
spesies-spesies ini umumnya mempunyai dasar-dasar sejarah hidup yang sama yaitu
menetaskan telurnya di ekosistem mangrove dan setelah mencapai dewasa melakukan
migrasi ke laut. Ekosistem mangrove juga merupakan tempat memelihara anak- anak ikan.
Migrasi biota ini berbeda-beda tergantung spesiesnya. Udang Penaeus dijumpai melimpah
jumlahnya hingga kedalaman 50 meter sedangkan Metapenaeus paling melimpah dalam
kisaran kedalaman 11-30 meter dan Parapenaeopsis terbatas hanya pada zona 5-20 meter.
Penaeid bertelur sepanjang tahun tetapi periode puncaknya adalah selama Mei – Juni dan
Oktober- Desember yang bertepatan dengan datangnya musim hujan atau angin
musim. P. Merquiensis setelah post larva ditemukan pada bulan November dan Desember
dan setelah 3 - 4 bulan berada di mangrove mencapai juvenile dan pada bulan Maret sampai
Juni juvenil berpindah ke air yang dangkal. Setelah mencapai dewasa atau lebih besar,
udang akan bergerak lebih jauh lagi keluar garis pantai untuk bertelur dengan kedalaman
melebihi 10 meter. Waktu untuk bertelur dimulai bulan Juni dan berlanjut sampai akhir
Januari.

Molusca yang memiliki nilai ekonomis biasanya sudah jarang ditemukan di ekosistem
mangrove karena dieksploitasi secara besar-besaran. Contohnya adalah spesies Anadara
sp saat ini jarang ditemukan di beberapa lokasi ekosistem mangrove karena dieksploitasikan
secara berlebihan. Bivalva lain yang paling penting di wilayah mangrove adalah kerang
darah (Anadara granosa) dan gastropod yang biasanya juga dijumpai terdiri dari Cerithidia
obtusa, Telescopium mauritsii dan T telescopium. Kerang-kerang ini merupakan sumber
daya yang penting dalam produksi perikanan, dan karena mangrove mampu menyediakan
substrat sebagai tempat berkembang biak yang sesuai, dan sebagai penyedia pakan maka
dapat mempengaruhi kondisi perairan sehingga menjadi lebih baik. Kerang merupakan
sumberdaya penting dalam pasokan sumber protein dan sumber penghasilan ekonomi
jangka panjang. Untuk penduduk sekitar pantai menjadikan kerang sebagai salah satu jenis
yang penting dalam penangkapan di wilayah mangrove.

Secara umum di perairan terdapat dua tipe rantai makanan yaitu rantai makanan
langsung dan rantai makanan detritus. Di ekosistem mangrove rantai makanan yang ada
untuk biota perairan adalah rantai makanan detritus. Detritus diperoleh dari guguran daun
mangrove yang jatuh ke perairan kemudian mengalami penguraian dan berubah menjadi
partikel kecil yang dilakukan oleh mikroorganisme seperti bakteri dan jamur.

Keberhasilan dari pengaturan menggabungkan dari mangrove berupa sumber


penghasil kayu dan bukan kayu, bergantung dari pemahaman kepada; satu parameter dari
ekologi dan budaya untuk pengelolaan kawasan hutan (produksi primer) dan yang kedua
secara biologi dimana produksi primer dari hutan mangrove merupakan sumber makanan
bagi organisme air (produksi sekunder). Pemahaman aturan tersebut merupakan kunci
dalam memelihara keseimbangan spesies yang merupakan bagian dari ekosistem yang
penting.
Rantai ini dimulai dengan produksi karbohidrat dan karbon oleh tumbuhan melalui
proses Fotosintesis. Sampah daun kemudian dihancurkan oleh amphipoda dan kepiting.
(Head, 1971; Sasekumar, 1984). Proses dekomposisi berlanjut melalui pembusukan daun
detritus secara mikrobial dan jamur (Fell et al., 1975; Cundel et al., 1979) dan penggunaan
ulang partikel detrital (dalam wujud feses) oleh bermacam-macam detritivor (Odum dan
Heald, 1975), diawali dengan invertebrata meiofauna dan diakhiri dengan suatu spesies
semacam cacing, moluska, udang-udangan dan kepiting yang selanjutnya dalam siklus
dimangsa oleh karnivora tingkat rendah. Rantai makanan diakhiri dengan karnivora tingkat
tinggi seperti ikan besar, burung pemangsa, kucing liar atau manusia.

Sumber energi lain yang juga diketahui adalah karbon yang di konsumsi ekosistem
mangrove (contoh diberikan oleh Carter et al., 1973; Lugo dan Snedaker 1974; 1975 dan
Pool et al; 1975). Dalam siklus ini dimasukan input fitoplankton, alga bentik dan padang
lamun, dan epifit akar Odum et al. (1982).. Sebagai contoh fitoplankton mungkin berguna
sebagai sebuah sumber energi dalam mangrove dengan ukuran yang besar dari perairan
dalam yang relatif bersih. Akar mangrove penyangga epifit juga memiliki produksi yang tinggi.
Nilai produksi perifiton pada akar penyangga adalah 1,4 dan 1,1 gcal/m2/d telah dilaporkan.
(Lugo et al. 1975; Hoffman and Dawes,1980).

Adaptasi Pohon Mangrove


Hutan mangrove yang umumnya didominasi oleh pohon mangrove dari empat genera
(Rhizophora, Avicennia, Sonneratia dan Bruguiera), memiliki kemampuan adaptasi yang
khas untuk dapat hidup dan berkembang pada substrat berlumpur yang sering bersifat asam
dan anoksik. Kemampuan adaptasi ini meliputi:

1. Adaptasi Terhadap Kadar Oksigen Rendah


Pohon mangrove memiliki sistem perakaran yang khas bertipe cakar ayam,
penyangga, papan dan lutut. Sistem perakaran cakar ayam yang menyebar luas di
permukaan substrat, memiliki sederet cabang akar berbentuk pinsil yang tumbuh tegak lurus
ke permukaan substrat. Cabang akar ini disebut pneumatofora dan berfungsi untuk
mengambil oksigen (Avicennia spp., Xylocarpus spp., Sonneratia spp.). Sistem perakaran
penyangga berbeda dengan sistem perakaran cakar ayam, dimana akar-akar penyangga
tumbuh dari batang pohon menembus permukaan substrat. Pada akar penyangga ini tidak
ditemukan pneumatofora seperti pada akar cakar ayam (Rhizophora spp) dan akar lutut
(Bruguiera spp.), tapi mempunyai lobang-lobang kecil yang disebut lentisel yang juga
berfungsi untuk melewatkan udara (mendapatkan oksigen).

2. Adaptasi Terhadap Kadar Garam Tinggi


Berdaun tebal dan kuat yang mengandung kelenjar-kelenjar garam untuk dapat
menyekresi garam. Mempunyai jaringan internal penyimpan air untuk mengatur
keseimbangan garam. Daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi
penguapan.

Mangrove yang dapat mensekresi garam (salt-secretors).


 Jenis mangrove ini memiliki salt glands di daun yang memungkinkan untuk mensekresi cairan
Na+ dan Cl-
 contoh : Aegiceras, Aegialitis, Avicennia, Sonneratia, Acanthus, Laguncularia.
Mangrove yang tidak dapat mensekresi garam (salt-excluders).
 Mangrove jenis ini memiliki ultra filter di akarnya sehingga air dapat diserap dan garam dapat
dicegah masuk ke dalam jaringan

 contoh : Rhizophora, Ceriops, Sonneratia, Avicennia, Osbornia, Bruguiera, Excoecaria,


Aegiceras, Aegialitis, Acrostichum, Lumnitzera, Hibiscus, Eugenia.
Mangrove yang dapat mengakumulasi garam di dalam jaringan tubuhnya (accumulators)
 contoh : Xylocarpus, Excoecaria, Osbornia, Ceriops, Bruguiera.
3. Adaptasi Terhadap Tanah yang Kurang Stabil dan Adanya Pasang Surut
 Mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk jaringan horizontal yang
lebar. Disamping untuk memperkokoh pohon, akar tersebut juga berfungsi untuk mengambil unsur hara
dan menahan sedimen. Tanah kurang stabil dan adanya pasut
 struktur akar ekstensif dan jaringan horizontal yang lebar untuk memperkokoh pohon, mengambil
unsur hara, menahan sedimen
Tipe Akar Mangrove

Gambar Tipe Akar

Mangrove memiliki beberapa macam jenis perakaran. Satu pohon mangrove dapat
mempunyai satu sistem perakaran ataupun lebih. Perbedaan perakaran pada mangrove
merupakan salah satu bentuk adaptasi terhadap lingkungan sekitarnya. Setiap jenis
perakaranpun memiliki fungsinya masing-masing. Macam-macam perakaran mangrove
adalah sebagai berikut :

 Akar Papan (Plank Root)


Akar papan berbentuk seperti papan, akarnya sangat keras dan pipih. Biasanya jenis perakaran ini dimiliki
oleh pohon mangrove yang hidup di daerah yang berada lebih dekat ke darat (bukan tipe pohon mangrove
yang hidup di tepi pantai).

Contoh : Xylocarpus sp.


 Akar Napas (Chicken Claw Root)
Akar napas merupakan akar yang manucul di dekat pohon mangrove, bentuknya seperti pensil. Pohon
dengan jenis perakaran ini biasanya hidup ditepi pantai dengan subsrat lumpur atau pasir berlumpur.
Fungsinya untuk mengambil udara, karena didalam tanah yang berlumpur kandungan oksigen lebih sedikit.

Contoh : Avicennia sp
 Akar Tunjang (Cane root)Akar tunjang ini berbentuk seperti ceker ayam. Biasanya perakaran ini
dimiliki oleh mangrove yang hidup ditepi pantai dengan substrat pasir atau di rawa-rawa pinggir sungai.
Fungsinya untuk menahan pohon agar tetap tegak berdiri bila dihempas angin dan bertahan dari deburan
ombak.
Contoh : Rhizopora sp.
 Akar Lutut (Knee Root)
Akar lutut berbentuk menjalar dan berlutut-lutut. Perakaran jenis ini biasanya memakan tempat lebih
banyak daripada perakaran jenis lain karena akarnya bisa sangat panjang.

Contoh : Bruguiera sp.


Reproduksi Mangrove
Reproduksi tumbuhan mangrove terjadi secara seksual, yakni dengan adanya bunga
berkelamin satu maupun poligami, sehingga memerlukan serangga, burung atau angin untuk
membantu penyerbukan. Dalam kondisi habitat yang berat seperti diterangkan di atas,
sangat sulit bagi tumbuhan mangrove untuk berkembangbiak sebagaimana tumbuhan darat
biasa. Suatu penyesuaian perkembangbiakannya adalah yang
disebut viviparitas (viviparity), yakni bahwa bijinya tumbuh menjadi tumbuhan muda selagi
masih melekat pada tumbuhan induknya. Saat lepas dari induknya ia akan menancap pada
substrat dengan hipokotil (hypocotyl) yang seperti paku tajam. Adaptasi semacam ini
terdapat pada kebanyakan jenis mangrove seperti Rhizophora spp, Bruguiera spp,Ceriops
spp, dll.

Anda mungkin juga menyukai