Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Kornea merupakan bagian anterior dari mata, yang merupakan bagian dari media refraksi,
kornea juga berfungsi sebagai membran pelindung dan jendela yang dilalui berkas cahaya menuju
retina. Kornea terdiri atas 5 lapis yaitu epitel, membran bowman, stroma, membran descemet, dan
endotel. Endotel lebih penting daripada epitel dalam mekanisme dehidrasi dan cedera kimiawi atau
fisik pada endotel jauh lebih berat daripada cedera pada epitel. Kerusakan sel-sel endotel
menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya cedera pada epitel hanya
menyebabkan edema lokal sesaat pada stroma kornea yang akan menghilang bila sel-sel epitel itu
telah beregenerasi.
Keratitis adalah suatu peradangan kornea yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan jamur.
Keratitis dapat diklasifikasikan berdasarkan lapis kornea yang terkena seperti keratitis superficial
dan profunda, atau berdasarkan penyebabnya. Keratitis diklasifikasikan berdasarkan lapisan pada
kornea yang terkena, keratitis superfisial dan keratitis profunda, atau berdasarkan penyebabnya
yaitu keratitis karena berkurangnya sekresi air mata, keratitis karena keracunan obat, keratitis
reaksi alergi, infeksi, reaksi kekebalan, reaksi terhadap konjungtivitis menahun.
Pada Keratitis sering timbul rasa sakit yang berat oleh karena kornea bergesekan dengan
palpebra, karena kornea berfungsi sebagai media untuk refraksi sinar dan merupakan media
pembiasan terhadap sinar yang yang masuk ke mata maka lesi pada kornea umumnya akan
mengaburkan penglihatan terutama apabila lesi terletak sentral dari kornea. Fotofobia terutama
disebabkan oleh iris yang meradang Keratitis dapat memberikan gejala mata merah, rasa silau dan
merasa ada yang mengganjal atau kelilipan.
Keratitis filamentosa adalah keratitis yang disertai adanya filamen mukoid dan deskuamasi
sel epitel pada permukaan kornea. Penyebabnya belum diketahui. Biasanya ditemukan pada gejala
sindrom mata kering, diabetes melitus, pasca bedah katarak, peradangan pada kornea, dan
keracunan kornea oleh obat tertentu.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

ASBES
Asbes merupakan mineral fibrosa yang secara luas banyak dipakai bukan hanya di negara
berkembang melainkan juga di negara yang sudah maju seperti di Amerika. Di Amerika, asbes
dipakai sebagai bahan penyekat. Terdapat banyak jenis serat asbes tetapi yang paling umum
dipakai adalah krisotil, amosit dan krokidolit, semuanya merupakan silikat magnesium berantai
hidrat kecuali krokidolit yang merupakan silikat natrium dan besi. Krokidolit dan amosit
mempunyai kandungan besi yang besar. Krisotil terdapat dalam lembaran-lembaran yang
menggulung, membentuk serat-serat berongga seperti tabung dengan diameter sekitar 0,03
milimikron. Serat asbes bersifat tahan panas dan dapat mencapai 800 0C (Abraham, 1994). Karena
sifat inilah maka asbes banyak dipakai di industri konstruksi dan pabrik (Roggli et al., 1994).
Lebih dari 30 juta ton asbes digunakan di dalam konstruksi dan pabrik di Amerika. Selain itu asbes
relatif sukar larut, daya regang tinggi, dan tahan asam (hanya amfibol) (Abraham, 1994).
Asbes dapat menjadi kering atau rapuh bila keberadaannya digangggu (misal: perbaikan
penyekat pipa) atau oleh karena termakan usia. Akibatnya serat mikroskopis yang tidak terlihat
oleh mata tersebut dapat terpecah dan melayang di udara. Sekali terdapat di udara, serat asbes akan
menetap dalam jangka waktu yang panjang dan kemudian terhirup oleh manusia yang berada di
lingkungan tersebut. Ukuran dan bentuknya yang kecil menyebabkan serat asbes ini terperangkap
di dalam paru-paru (Anonim, 1995).
PENGERTIAN ASBES
Asbes adalah nama umum yang berlaku untuk beberapa jenis mineral silikat berserat.
Secara historis, asbes terkenal karena ketahanan terhadap api dan kemampuannya untuk
ditenun menjadi kain. Karena sifat ini, asbes digunakan untuk membuat tirai tahan api panggung
untuk teater, serta tahan panas pakaian untuk pekerja logam dan petugas pemadam kebakaran.
Aplikasi yang lebih modern dari asbes memanfaatkan ketahanan kimia dan sifat penguat serat
untuk menghasilkan produk asbes semen yang diperkuat termasuk pipa, lembaran, dan herpes
zoster yang digunakan dalam konstruksi bangunan. Asbes juga digunakan sebagai isolasi untuk
mesin roket di pesawat luar angkasa dan sebagai komponen dalam sel elektrolitik yang membuat
oksigen di kapal selam nuklir terendam. Sebagian besar klorin untuk pemutih, pembersih, dan
desinfektan diproduksi menggunakan produk asbes.

II. SIFAT ASBES


Asbes adalah nama kelompok mineral berserabut yang terdiri dari mineral-mineral krisotil,
krokidolit dan aktinolit. Jenis asbes yang tersusun oleh mineral krisolit yang terbanyak
diproduksi (94% produksi dunia), sedangkan untuk yang disusun oleh tremolite dan aktinolit
hampir tidak memiliki nilai ekonomis. Sifat-sifat asbes Asbes memiliki beberapa sifat khusus
antaranya :
- Mikroskopi, dibawah mikroskop, serat asbes nampak bergelombang-lurus.
- Permukaan seart kasar hingga mudah selip jika dipintal
Sifat Fisika:
- Kekuatan serat asbes tergantung jenisnya, cara penambangan dan pengolahannya.
- Asbes tahan panas dan api. Pada huhu 200-1000 derajat celsius asbes kehilangan berat karena
menguapnya air kristal dan karbon dioksida. Titik leleh asbes sekitar 1180 – 1500 derajat celsius.

Sifat kimia:
- asbes tersusun dari komposisi kikia antara lain SiO2, MgO, OksidaØ Fe, Al2O3, CaO, Na2O
dan H2O.

III. PEMBAGIAN ASBES


1. Golongan serpentine mengandung mineralchrysotile (Mg6(OH)4Si3O8). Terbentuk dari batuan
ultrabasa yang kaya magnesia (penting dalam pertextilan)
2. Golongan amphibole, mengandung mineral :
o crocidolite (Na2Fe5((OH)Si4O11)2
o amosite (Mg, Fe) (OH) Si4O11)2,terbentuk karena proses metamorfosa kontak dari sedimen silika
besi.
o Anthophylite (MgFe)7 ((OH)Si4O11)2 terbentuk dalam proses lensa amphobole dan berasal dari
mineral serpentine ultrabasa dengan komposisi dunite
o Tremolite (Ca2(Mg, Fe)5((OH)Si4O11)2 ditemukan dalam batuan beku tipe epimagnetik
dapat juga dalam batu gamping kristalin dan dolomit termetamorf
o Actinolite(Ca2(Mg,Fe)5(OH)Si4O11)2 terbentuk dalam temperatur relatif rendah dalam kristal
skist, dalam batuan beku karena metamorfisme, hydrothermal.

IV. TEMPAT TERDAPATNYA DAN CARA PENAMBANGAN


keterdapatan endapan asbes di Indonesia berkaitan dengan daerah sebaran batuan basa
atau ultrabasa, terdapat di beberapa tempat, seperti:
- kuningan (jawa barat)
- jawa tengah
- Pulau Halmahera
- Sulawesi
- Irian
- Seram (Maluku)
- papua
Penambangan asbes dapat dilakukan dengan cara tambang terbuka maupun tambang
bawah tanah, adapun tahapannya meliputi:
- pemboran
- peledakan
- pemisahan batuan yang mengandung asbes dengan batuan lainnya
- pengolahan.

V. PENGGUNAAN
Penggunaan asbes dalam industri dipengaruhi oleh panjang pendeknya serabut asbes
misalnya :
• Asbes serabut panjang : dipintal untuk benang, tali, kain asbes, untuk tirai tahan api, baju tahan
api, isolasi listrik dan panas, belt conveyor, lapisan rem mobil, kaos tangan, sumbu, kaos lampu.

• Asbes serabut sedang : bahan campuran dalam semen asbes, membuat pipa-pipa, lembaran asbes,
atap.
• Asbes serabut pendek : bahan tuang tahan api, Macam-macam bahan campuran lain yang menggunakan
asbes sangat halus dan kebanyakan asbes sebagai bubur.

Kornea merupakan jaringan transparan dan avascular yang berukuran 11-12 mm pada bidang
horizontal dan 10-11 mm secara vertikal. Indeks bias kornea adalah 1,376, meskipun,dalam
kalibrasi keratometer, sebuah indeks bias 1,3375 digunakan untuk menjelaskan dayaoptik
gabungan dari anterior dan lekukan posterior kornea. Jari-jari rata-rata kelengkungan kornea
sentral adalah 7.8 mm. Kornea sehingga memberikan kontribusi 74%, atau 43,25dioptri (D), dari
kekuatan 58.60 total dioptri pada orang normal. Kornea dewasa rata-ratamempunyai tebal 0,54
mm di tengah, sekitar 0,65 mm di tepi. Untuk nutrisi, kornea bergantung kepada glukosa yang
berdifusi melalui akuos humor dan oksigen yang berdifusi dari tear film,namun pada kornea
perifer, oksigen disuplai dari sirkulasi limbus.Kornea memiliki salah satu dari ujung saraf bebas
yang paling peka dalam tubuh.Dengan kesensitifan 100 kali dari kongjungtiva. Serabut saraf
sensoris memanjang darinervus siliaris longus dari suatu pleksus subepitelial. Neurotransmitter di
kornea mencakupasetilkolin, katekolamin, substansi P, calcitonin gene-related peptide,
neuropeptida Y, peptide intestinal, galanin dan metionin-enkefalin. Dari anterior ke posterior,
kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisanepitel (yang bersambung dengan
lapisan epitel konjungtiva bulbaris), membran bowman,stroma, membran descemet, dan lapisan
endotel.
1

Epitel

Epitel kornea trediri dari sel epitel skuamosa bertingkat dan berkontribusi terhadapketebalan
kornea sekitar 5% (0,05mm). Lapisan tear film dan epitel membuat permukaankornea licin. Tight
junction antara sel epitel superficial mencegah penetrasi dari cairan air mata kedalam stroma.
Proliferasi yang berkelanjutan dari sel epitel basal perilimbus (stem sellimbus) memberikan
pertumbuhan untuk lapisan lainnya yang akan berdiferensiasi menjadilapisan superficial. Karena
proses maturasi, sel ini dibungkus oleh mikrovili pada permukaanyang paling jauh (yang
menyebabkan mereka terlihat gelap pada skening mikroskop electrondan lebih terang pada
mikrosop spekular) dan kemudian mengalami deskuamasi kedalam air mata. Proses diferensiasi
ini berlangsung sekitar 7-14 hari, sel epitel basal mensekresikan membrane basalis dengan
ketebalan 50nm yang terdiri dari kolagen tipe IV, laminin dan protein lain.

Stroma

Kondisi kornea yang optimal membutuhkan suatu permukaan yang licin dengan taer film dan
epitel yang sehat. Kejernihan kornea bergantung kepada sel epitel yang kuat untuk menghasilkan
suatu lapisan dengan indeks bias yang seragam dan penyebaran cahaya yangminimal. Susunan
regular dari sel stroma dan makromolekul lainnya juga penting untuk kejernihan kornea. Keratosit
bervariasi dalam densitas dan ukuran disepanjang stroma danmembentuk jaringan spiral 3 dimensi
pada kornea. Hal ini ditemukan sebagai fibroblast yangtipis antara lamella kolagen. Fibroblast
kornea ini secara kontinu mencerna dan menghasilkanmolekul stroma.Di bagian bawah lapisan
aselular bowman, stroma kornea disusun oleh matriksekstrasel yang terbentuk dari kolagen dan
proteoglikan. Kolagen fibrillar tipe I dan V berhubungan dengan kolagen
tipe IV. Proteoglikan utama pada cornea adalah decorin (berhubungan dengan dermatan sulfat)
dan lumican (berhubungan dengan keratan sulfat).Konsentrasi dan ratio dari proteoglikan bevariasi
dari anterior sampai posterior. Pada stroma bagian posterior lebih “basah”
dibandingkan dengan anterior (3,85 mgH O/mg berat keringvs 3.04). protein larut air lainnya yang
berhubungan dengan lensa kristalin bisa dihasilkanoleh keratosit atau terkandung dalam sel epitel
untuk mengontrol komposisi optic kornea.Kornea manusia memiliki elastisitas dan regangan yang
kecil yaitu 0,25% pada tekanan intraocular yang normal.

Pola susunan fibril kolagen yang menempel pada matriks ekstraselular berpengaruh terhadap
kejernihan kornea. Pola ini berperan dalam penguraian cahaya (difraksi) untuk mengurangi
sebaran cahaya pada gangguan destruktif.

Scattering lebih besar pada bagian anterior yang menghasilkan indeks bias yang lebih besar yang
menurun dari 1,401 di epitelmenjadi 1,380 di stroma dan dibagian posterior 1,373. Kornea yang
transparan terjadi karenaukuran komponen kornea yang lebih kecil dari panjang gelombang cahaya
yang terlihat.Tranparansi kornea juga bergantung pada komponen air dari stroma kornea yang
tetapsekitar 78%. Kondisi hidrasi kornea ini dikontrol oleh epitel yang utuh, barrier endothel
danfungsi pompa endotel, yang dihubungkan dengan suatu proses transport ion yang diatur oleh
temperature dependent enzyme seperti Na +, K + , ATP ase.
Membran Descemet

Membrane descemet merupakan struktur homogen dengan ketebalan yang meningkatdari 3µm
saat lahir menjadi 10-12µm saat dewasa. Terdiri atas susunan filament kolagenhalus yang
membentuk jalinan 3 dimensi

Endotel

Endotel kornea merupakan epitel selapis gepeng. Sel-sel ini memiliki organel untuk sekresi yang
khas untuk sel yang terlibat dalam transport aktif dan sintesis protein, danmemiliki organel yang
mungkin berhubungan dengan sintesis dan ketahanan membranedescemet. Endotel dan epitel
kornea bertanggung jawab mempertahankan kejernihan kornea.Kedua lapisan tersebut sanggup
mentranspor ion Natrium ke permukaan apikalnya. Ionklorida dan air ikut secara pasif, dan
mempertahankan stroma kornea pada keadaan yangrelative terhidrasi. Keadaan ini bersama
susunan serabut kolagen yang teratur dan sangathalus di stroma, menyebabkan kornea menjadi
transparan.

Biomekanik kornea

Kornea merupakan materi gabungan yang terdiri dari fibril-fibril kolagen yangteregang dari
limbus ke limbus di lamella yang tersusun secara parallel dan menempel padasuatu matriks
ekstraselular glycosaminoglycan.

Ketika kornea berada dalam kondisidehidrasi, ketegangan didistribusikan terutama ke lapisan


posterior secara merata melewatikeseluruhan struktur. Ketika kornea sehat atau edema, lamella
anterior akan meregang.

Abrasi kornea merupakan suatu defek yang terasa nyeri tetapi penyembuhannyacepat, terbatas
pada epitel permukaan kornea, meskipun lapisan Bowman dan stromasuperfisial bisa terkena.
Dalam waktu satu jam setelah trauma, sel epitel parabasilar muaimembelah dan bermigrasi ke
seluruh denudation area hingga mencapai sel yang bermigrasilainnya, kemudian contact inhibiton
menghentikan migrasi lebih jauh. Secara terus menerus,sel basal di sekitar bermitosis untuk
menutup defek. Meskipun abrasi kornea yang luas biasanya ditutup oleh sel epitel yang bermigrasi
dalam waktu 24-48 jam, penyembuhan yanglengkap, termasuk restorasi ketebalan epitel (4-6
lapis) dan reformasi fibril, membutuhkanwaktu 4-6 minggu. Sel epitel tidak stabil, karena itu,
beberapanya bermitosis aktif terus-menerus sehingga mampu untuk menggantikan sel yang hilang.
Jika lapisan tipis padaanterior kornea hilang karena abrasi, bagian tersebut diisi oleh epitel,
membentuk facet.Penyembuhan stroma kornea avascular. Tidak sepeti jaringan lainnya,
penyembuhan pada stroma kornea terjadi karena fibrosis daripada proliferasi fibrovaskular. Aspek
avaskular kornea ini penting untuk keberhasilan keratoplasti penetrasi seperti
photorefractivekeratectomy (PRK), laser in situ keratomileusis (LASIK), laser epithelial
keratomileusis(LASEK), dan prosedur operatif refratif kornea lainnya.Adanya luka kornea sentral,
mengakibatkan neutrophil dibawa oleh air mata ke bagian tersebut
dan ke pinggir pembengkakan luka. tidak ada Factor penyembuhan yang berasal dari pembuluh d
arah. Glikosaminoglikan, yang ada didalam kornea merupakansulfate keratin dan sulfat
kondroitin, hancur di pinggir luka. Fibroblast kornea teraktivasi, bahkan bermigrasi
ke seluruh luka, di bawah kolagen dan fibronektin. Arah fibroblast dan kolagen tidak sejajar
dengan lamella stroma. Sel-sel tersebut menuju anterior dan posterior luka yang selalu terlihat
mikroskopis sebagai bentuk irregular di stroma dan klinisnya opak.Jika pinggir luka terpisah, gap
tidak diisi lengkap oleh fibroblast yang berproliferasi,sehingga menghasilkan suatu kawah yang
terisi sebagian,

Epitelium dan endothelium merupakan bagian yang penting untuk penyembuhan lukasentral. Jika
epitelium tidak menutupi luka dalam waktu beberapa hari, penyembuhan stromadi bawahnya akan
terbatas dan luka akan rapuh. Factor pertumbuhan dari epiteliummerangsang dan meneruskan
penyembuhan. Sel endotel di atas luka menyebrang ke posterior kornea, beberapa sel diganti
melalui aktivitas mitosis. Endothelium membentang di bawahlapisan tipis yang baru dari
membrane Descemet. Jika batas interna luka tidak ditutupi olehmembrane Descemet, fibroblast
stroma berproliferasi terus-menerus ke ruang anterior sebagaifibrous ingrowth, atau posterior luka
mungkin terbuka permanen. Kolagen fibrillar pertamadiganti oleh kolagen yang lebih kuat pada
pada akhir bulan-bulan penyembuhan. LapisanBowman tidak berdegenerasi ketika luka ataupun
hancur. Pada ulkus, permukaan ditutupioleh epitelium, tetapi sedikitnya dari stroma yang hilang
diganti dengan jaringan fibrosa.Modisikasi proses penyembuhan ini karena penggunaan
antimetabolite topical, seperti 5-fluorouracil dan mitomycin C, meungkin dibutuhkan dalam situasi
klinis tertentu.
hiperosmotik topikal digunakan malam hari dalam 8 minggu menghasilkanresolusi.2.

Jika pasien tidak respon dengan hiperosmotik topikal, langkah selanjutnya adalah

extended-wear bandage contact lens

. Lensa ini (diganti tiap 2 minggu) sebaiknyadigunakan terus (bangun dan juga tidur) minimal
dalam waktu 6-8 minggu3.

Terapi operatif diharuskan. Pada beberapa pasien, keluhan masih tetap adameskipun sudah
diberikan terapi konservatif. Berbagai macam pilihan.

Debridement

bisa dilakukan dengan :

cotton-tipped applicator, membuang epitel yang lepas dan membersihkanmembran basalis, atau

pisau di ruang operasi. Lapisan Bowman sebaiknya diselimuti dengan perlahan tetapi tidak diha
ncurkan. Pembongkaran sebaiknya diselesaikandengan pisau yang sejajar dengan permukaan atau
sudut yang kecil untuk mencegah penetrasi yang tidak disengaja pada stroma kornea. Jikatindakan
ini gagal untuk penyembuhan, pilihan operatif lainnya yaitu:

Stromal micropuncture
alasan untuk terapi ini adalah, dikarenakan adhesi yanginadekuat, epitel tidak berlabuh ke
pondasinya. Mikropunktur ditujukan
untuk perlekatan epitel dengan memanfaatkan jairngan parut normal mengikuti cedera pada
lapisan Bowman.

Pertama, area epitel yang abnormal diidentifikasi dengan baik. Fluoresensebaiknya dimasukkan
untuk memudahkan pemeriksa memantau perkembangannya

Mikropunktur dibentang pada pola yang berjala dan sebaiknya melingkupi pinggir dari jaringan
normal.

Antibiotik topikal dan NSAID tetes sebaiknya diberikan post operatif. A

bandage soft contact lens

akan membantu dalam mempertahankan epitelyang masih longgar.

Excimer Laser

, mengikis membran basalis dan lapisan Bowman superfisial.Terjadi erosi rekuren telah diketahui,

Lacerations and Ruptures.


Laserasi kornea khasnya melibatkan stroma,sebagianatau seluruh lapisan. sebagian besar laserasi
dan seluruh rupture merupakan(contohnya melibatkan 5 lapisan kornea) dan biasanya berkaitan
dengan traumawajah, periorbita, atau intraocular.

24

Epidemiologi

Pada salah satu studi trauma terbuka pada anak-anak, 92% kornea terkena. Ruptur karena jatuh
jarang pada orang yang lebih tua. Operasi pada mata sebelumnya membuatkornea lebih rentan.

Evaluasi

Anamnesis yang sesuai akan membantu memperkirakan risiko terjadinya penetrasidalam (IOFB)
atau cedera pada struktur intraokular. Pada kasus-kasus tertentu (contohnyaledakan),
kemungkinan kontaminasi kimia juga dipertimbangkan.Pemeriksaan fisik dimulai dengan:

Inspeksi luar untuk bukti adanya benda asing pada wajah, kulit atau bulu mata danuntuk tanda
pasti lainyya yang akan membantu pemeriksa menduga jumlah energyyang ditransfer dan
karakteristik agen trauma jika belum diketahui. Ini seringkalimembantu dengan menggunakan
penlight.

Kelopak mata mungkin bengkak. Jika pasien tidak bisa membuka mata dan kelopak mata tidak
bisa dibuka dengan jari ophtalmologis,

lid retractors
sebaiknya diselipkandengan hati-hati di bawah kelopak mata superior dan inferior. seluruh pasien
dengansuspek cedera kornea sebaiknya dievaluasi dengan slit lamp.

Meskipun sebagian besar luka pada kornea mudah dilihat, luka tersebut bisa sajahalus dan
sulit untuk dideteksi. Seluruh teknik iluminasi sebaiknya digunakan untuk mengidentifikasi
laserasi kornea yang kecil dan tersembunyi, yang mungkinmengindikasikan cedera yang dalam
atau adanya IOFB. Seidel test dapatmenunjukkan apakan luka tersebut bocor.

Gonioskopi dengan lensa Zeiss tanpa adanya anestesi topikal dapat dilakukan jikaluka tersembunyi

AC sebaiknya diinspeksi pada pembengkakan local

Defek transiluminasi iris mungkin mengindikasikan penetrasi yang tersembunyi

Anomaly transmisi cahaya pada lensa bisa menyiagakan pemeriksa terhadapkemungkinan cedera
dalam. (IOFB)
25

Manajemen

Anamnesis dan penilaian sebaiknya membantu menjawab 3 pertanyaan yangmenentukan langkah


terapi yang akan diambil:1.

Apakah luka kornea tersebut sebagian atau seluruh lapisan yang terkena?2.

Apakah luka tersebut tersembunyi?3.

Apakah luka tersebut kecil atau besar?Ada beberapa tipe luka

Pada laserasi kornea yang kecil, hanya antibiotic profilaks yang diberikan.
Intervensi bedah dipilih untuk alasan jangka pendek (kecepatan penyembuhan) dan jangka panja
ng

Pada laserasi yang besar,

bandage contact lens

atau c

yanoacrylate tissue glue


biasanya sudah cukup.

Flaps

mungkin tetap pada tempatnya atau berpindah

11
Pemeriksaan

Penilaian pasien yang dicurigai luka perforasi pada mata sebaiknya


termasuk pemeriksaan umum lengkap dan pemeriksaan mata. Secepatnya, pemeriksan harusmen
entukan ketajaman penglihatan, yang merupakan predictor paling bisa diandalkan untuk gangguan
penglihatan pada trauma mata, dan melakukan pemeriksaan pupil untuk mendeteksi defek pupil
aferen ( termasuk respon kebalikan Marcus Gunn). Oftalmologiskemudian juga harus mencari
tanda penting untuk diagnostic trauma ocular perforasi. Jikadicurigai adanya trauma perforasi yang
signifikan, forced duction testing, gonioscopy,tonometry, dan depresi sclera dihindari.

2.1 ANATOMI KORNEA

2.1.1 STRUKTUR KORNEA

Kornea merupakan jaringan yang avaskular, bersifat transparan, berukuran 11-12 mm


horizontal dan 10-11 mm vertikal, serta memiliki indeks refraksi 1,37. Kornea memberikan
kontribusi 74 % atau setara dengan 43,25 dioptri (D) dari total 58,60 kekuatan dioptri mata
manusia. Kornea juga merupakan sumber astigmatisme pada sistem optik. Dalam nutrisinya,
kornea bergantung pada difusi glukosa dari aqueus humor dan oksigen yang berdifusi melalui
lapisan air mata. Sebagai tambahan, kornea perifer disuplai oksigen dari sirkulasi limbus. Kornea
adalah salah satu organ tubuh yang memiliki densitas ujung-ujung saraf terbanyak dan
sensitifitasnya adalah 100 kali jika dibandingkan dengan konjungtiva. Kornea dalam bahasa latin
“cornum” artinya seperti tanduk, merupakan selaput bening mata, bagian dari mata yang bersifat
tembus cahaya, merupakan lapis dari jaringan yang menutup bola mata sebelah depan dan terdiri
atas :

1. Epitel

Terdiri dari sel epitel squamos yang bertingkat, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk
yang saling tumpang tindih; sel poligonal dan sel gepeng. Tebal lapisan epitel kira-kira 5 % (0,05
mm) dari total seluruh lapisan kornea. Epitel dan film air mata merupakan lapisan permukaan dari
media penglihatan. Pada sel basal sering terlihat mitosis sel, dan sel muda ini terdorong ke depan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal berikatan erat
dengan sel basal di sampingnya dan sel poligonal di sampingnya melalui desmosom dan makula
okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air, elektrolit dan glukosa melalui barrier. Sel basal
menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila terjadi gangguan akan
mengakibatkan erosi rekuren. Sedangkan epitel berasal dari ektoderem permukaan. Epitel
memiliki daya regenerasi

2. Membran bowman

Membran yang jernih dan aselular, Terletak di bawah membran basal dari epitel. Merupakan
lapisan kolagen yang tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari epitel bagian depan
stroma. Lapisan ini tidak mempunyai daya generasi.

3. Stroma

Lapisan ini mencakup sekitar 90% dari ketebalan kornea. Merupakan lapisan tengah pada
kornea. Bagian ini terdiri atas lamel fibril-fibril kolagen dengan lebar sekitar 1 µm yang saling
menjalin yang hampir mencakup seluruh diameter kornea, pada permukaan terlihat anyaman yang
teratur sedang di bagian perifer serta kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen
memakan waktu lama, dan kadang sampai 15 bulan.

4. Membran Descemet

Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma kornea yang dihasilkan
oleh endotel. Bersifat sangat elastis dan jernih yang tampak amorf pada pemeriksaan mikroskop
elektron, membran ini berkembang terus seumur hidup dan mempunyai tebal + 40 mm.

5. Endotel

Berasal dari mesotelium, terdiri atas satu lapis sel berbentuk heksagonal, tebal antara 20-40
mm melekat erat pada membran descemet melalui taut. Endotel dari kornea ini dibasahi oleh
aqueous humor. Lapisan endotel berbeda dengan lapisan epitel karena tidak mempunyai daya
regenerasi, sebaliknya endotel mengkompensasi sel-sel yang mati dengan mengurangi kepadatan
seluruh endotel dan memberikan dampak pada regulasi cairan, jika endotel tidak lagi dapat
menjaga keseimbangan cairan yang tepat akibat gangguan sistem pompa endotel, stroma bengkak
karena kelebihan cairan (edema kornea) dan kemudian hilangnya transparansi (kekeruhan) akan
terjadi. Permeabilitas dari kornea ditentukan oleh epitel dan endotel yang merupakan membrane
semipermeabel, kedua lapisan ini mempertahankan kejernihan daripada kornea, jika terdapat
kerusakan pada lapisan ini maka akan terjadi edema kornea dan kekeruhan pada kornea. Kornea
dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf nasosiliar,
saraf ke V, saraf siliar longus yang berjalan suprakoroid, masuk ke dalam stroma kornea,
menembus membran Bowman melepas selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi
sampai pada kedua lapis terdepan. Sensasi dingin oleh Bulbus Krause ditemukan pada daerah
limbus.

Gambar 2.1 Lapisan Kornea


2.2. FISIOLOGI KORNEA

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan “jendela” yang dilalui berkas cahaya
menuju retina. Sifat tembus cahayanya disebabkan oleh strukturnya yang uniform, avaskuler dan
deturgesensi. Deturgesensi atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea, dipertahankan oleh
“pompa” bikarbonat aktif pada endotel dan oleh fungsi sawar epitel dan endotel. Dalam
mekanisme dehidrasi ini, endotel jauh lebih penting daripada epitel, dan kerusakan kimiawi atau
fisis pada endotel berdampak jauh lebih parah daripada kerusakan pada epitel. Kerusakan sel-sel
endotel menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan. Sebaliknya, kerusakan pada
epitel hanya menyebabkan edema stroma kornea lokal sesaat yang akan meghilang bila sel-sel
epitel telah beregenerasi. Penguapan air dari lapisan air mata prekorneal menghasilkan
hipertonisitas ringan lapisan air mata tersebut, yang mungkin merupakan faktor lain dalam menarik
air dari stroma kornea superfisial dan membantu mempertahankan keadaan dehidrasi. Penetrasi
kornea utuh oleh obat bersifat bifasik. Substansi larut-lemak dapat melalui epitel utuh dan
substansi larut-air dapat melalui stroma yang utuh. Karenanya agar dapat melalui kornea, obat
harus larut-lemak dan larut-air sekaligus. Epitel adalah sawar yang efisien terhadap masuknya
mikroorganisme kedalam kornea. Namun sekali kornea ini cedera, stroma yang avaskular dan
membran bowman mudah terkena infeksi oleh berbagai macam organisme, seperti bakteri, virus,
amuba, dan jamur.

2.3 KERATITIS

2.3.1 Definisi

Keratitits adalah peradangan pada kornea, membran transparan yang menyelimuti bagian
berwarna dari mata (iris) dan pupil. Keratitis dapat terjadi pada anak-anak maupun dewasa.
Bakteri pada umumnya tidak dapat menyerang kornea yang sehat, namun beberapa kondisi
dapat menyebabkan infeksi bakteri terjadi. Contohnya, luka atau trauma pada mata dapat
menyebabkan kornea terinfeksi. Mata yang sangat kering juga dapat menurunkan mekanisme
pertahanan kornea.

Beberapa faktor resiko yang dapat meningkatkan kejadian terjadinya keratitis antara lain:
• Perawatan lensa kontak yang buruk; penggunaan lensa kontak yang berlebihan
• Herpes genital atau infeksi virus lain
• Kekebalan tubuh yang menurun karena penyakit lain
• Higienis yang tidak baik
• Nutrisi yang kurang baik (terutama kekurangan vitamin A)

2.3.2 Etiologi
Penyebab keratitis bermacam-macam. Bakteri, virus dan jamur dapat menyebabkan
keratitis. Penyebab paling sering adalah virus herpes simplex, tipe 1. Selain itu penyebab
lain adalah kekeringan pada mata, pajanan terhadap cahaya yang sangat terang, benda asing
yang masuk ke mata, reaksi alergi atau mata yang terlalu sensitif terhadap kosmetik mata,
debu, polusi atau bahan iritatif lain, kekurangan vitamin A dan penggunaan lensa kontak yang
kurang baik.

2.3.3 Klasifikasi
A. Keratitis Superfisialis
Bentuk klinis :
- Keratitis pungtata superfisialis
Berupa bintik-bintik putih pada permukaan kornea yang dapat disebabkan oleh
berbagai penyakit infeksi virus antara lain virus herpes, herpes zoster, dan vaksinia.
- Keratitis flikten
Benjolan putih yang bermula di limbus tetapi mempunyai kecenderungan untuk
menyerang kornea.
- Keratitis Sika
Suatu bentuk keratitis yang disebabkan oleh kurangnya sekresi kelenjar lakrimal atau
sel goblet yang berada di konjungtiva.
- Keratitis Lepra
Suatu bentuk keratitis yang diakibatkan oleh gangguan trofik saraf, disebut juga
keratitis neuroparalitik.
- Keratitis Numularis
Bercak putih berbentuk bulat pada permukaan kornea biasanya multipel dan banyak
didapatkan pada petani.
B. Keratitis Profunda
Bentuk klinis :
- Keratitis interstisial luetik atau keratitis sifilis kongenital
- Keratitis sklerotikans

Anda mungkin juga menyukai