LANDASAN TEORI
Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa
akan berbeda pada masing-masing orang tua kerena setiap keluarga memiliki
kondisi-kondisi tertentu yang berbeda corak dan sifatnya antara keluarga yang
Menurut Chabib Thoha (1996) pola asuh orang tua adalah suatu cara
terbaik yang dapat ditempuh orang tua dalam mendidik anak sebagai perwujudan
dari rasa tanggung jawab kepada anak. Jika pendidikan keluarga dapat
anak menjadi manusia dewasa yang memiliki sikap positif terhadap agama,
kepribadian yang kuat dan mandiri, potensi jasmani dan rohani serta intelektual
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pola asuh orang tua
adalah cara mengasuh dan metode disiplin orang tua dalam berhubungan dengan
anaknya dengan tujuan membentuk watak serta kepribadian dan memberi nilai-
22
nilai bagi anak untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Dalam
memberikan aturan-aturan kepada anak, setiap orang tua akan memberikan bentuk
pola asuh yang berbeda-beda. Berdasarkan latar belakang pengasuhan orang tua
Menurut Baumrind (2010), terdapat 4 macam pola asuh orang tua yaitu :
dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada
rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis
kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan
Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti,
melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini
tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal
kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua
23
tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti
mengenai anaknya.
sedikit bimbingan yang diberikan oleh orang tua. Namun orang tua tipe ini
Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang
sangat minim pada anak-anaknya. Waktu yang dimiliki orang tua banyak
kadangkala biaya pun dihemat-hemat untuk anak. Termasuk dalam tipe ini
adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi.
Hurlock (1999) membagi bentuk pola asuh orang tua menjadi 3 macam
dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada
rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis
24
melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan
kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan
Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti,
melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini
tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal
kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua
tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk mengerti
mengenai anaknya.
sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini
Dalam penelitian ini, teori yang diajukan sebagai landasan peneliti pada
variabel pola asuh orang tua adalah teori dari Hurlock (1999).
25
Dampak atau pengaruh pola asuh orang tua terhadap anak–anak menurut
agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang
percaya diri. Beberapa contoh sikap dan perilaku diatas berdampak negatif
adalah anak memiliki sikap keras hati, manja, keras kepala, pemalas,
reaksi perasaan yang stabil terhadap suatu objek permasalahan sehingga untuk
26
pertimbangan dan tidak mudah berubah–ubah dari satu suasana hati ke dalam
individu untuk dapat bersikap toleran, merasa nyaman, mempunyai kontrol diri
sendiri, perasaan mau menerima dirinya sendiri dan orang lain, serta mampu
diharapkan emosinya akan lebih matang dan individu akan lebih menguasai atau
seberapa jauh baik buruk dan apakah bermanfaat bagi dirinya dalam setiap
a. Pola asuh orang tua, keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam
sosial, karena keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama tempat anak
27
dapat berinteraksi. Dari pengalaman berinteraksi dalam keluarga ini akan
keluarga.
merupakan bawaan sejak lahir, dan merupakan bagian dari genetik yang
28
2.2.3 Karakteristik Kematangan Emosi
tidak dapat diterima secara sosial atau membebaskan diri dari energi fisik
dan mental yang tertahan dengan cara yang dapat diterima secara sosial.
situasi tersebut.
maupun orang lain seperti apa adanya, sesuai dengan keadaan objektifnya.
Hal ini disebabkan orang yang matang emosinya dapat berpikir secara baik
dan objektif.
akan merespon stimulus dengan cara mengatur pola berpikir secara baik
29
c. Seseorang yang matang emosinya, dapat mengontrol emosi dan
Dalam penelitian ini, teori yang diajukan sebagai landasan peneliti pada
bersama dengan orang dewasa lainnya (Hurlock, 1999). Masa remaja yang
ditandai dengan pencarian identitas diri, pada masa dewasa awal, identitas diri ini
juga muncul dengan bertambahnya umur pada masa dewasa awal. Pada masa ini
dewasa awal dimulai pada umur 17 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun.
digolongkan dalam usia dewasa awal berada dalam tahap hubungan hangat, dekat
dan komunikatif dengan atau tidak melibatkan kontak seksual. Bila gagal dalam
30
bentuk keintiman maka anak akan mengalami apa yang disebut terisolasi (merasa
tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri karena berbeda dengan
orang lain).
kelompok remaja akhir atau dewasa awal. Kenakalan remaja juga dibuktikan
berupa 57% kasus HIV AIDS terjadi pada masa dewasa awal pada saat anak
dituntut untuk lebih luas dalam pergaulan dan mencari lebih banyak teman
(Prawidya, 2010). Hal ini menunjukkan perilaku kenakalan pada masa usia
dewasa awal dalam kurun waktu kurang dari dasawarsa terakhir semakin
memprihatinkan.
Penelitian Aditya Kusuma (2009) tentang hubungan pola asuh orang tua
dengan kematangan emosi siswa XI SMA Negeri 1 Bergas, menemukan pola asuh
orang tua siswa kelas XI SMA Negeri 1 Bergas adalah dalam kriteria sedang
hitung=0,459. Taraf kesalahan ditetapkan 5%, r tabel = 0,220. Karena 0,459 >
0,220 artinya r hitung lebih besar dari r tabel, sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima. Berarti ada hubungan positif dan dan signifikansi antara pola asuh orang
31
Hasil penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hanum Rohmatul (2009), tentang hubungan pola asuh dengan
data pola asuh orang tua dengan kematangan emosi, diperoleh nilai koefisien
korelasi 0,198 dan nilai r tabel adalah 0,063. Dari hasil korelasi diatas memiliki
nilai 0,198 < r tabel adalah 0,163, berarti Ho diterima dan Ha ditolak. Artinya pola
asuh orang tua tidak memiliki hubungan (tidak berkorelasi) dengan kematangan
emosi.
dilihat dengan pola asuh yang berbeda-beda pada anak dapat menghasilkan
kematangan emosi yang berbeda-beda pula pada setiap anak. Hal itu ditunjukan
Pola asuh orang tua merupakan cara mengasuh anak dengan tujuan
membentuk watak serta kepribadian , dan memberi nilai-nilai bagi anak untuk
aturan kepada anak, setiap orang tua akan memberikan bentuk pola asuh yang
akan menghasilkan bermacam-macam pola asuh yang berbeda dari orang tua yang
berbeda pula sehingga anak tumbuh menjadi pribadi yang dewasa baik dari segi
Pada masa dewasa terutama pada masa dewasa awal merupakan fase
32
kedudukan dalam masyarakat bersama dengan orang dewasa lainnya serta mampu
menempatkan diri dalam bersosialisasi dengan lingkungan secara baik dan matang
situasi secara kritis sebelum berespon secara emosional sehingga tidak bereaksi
seperti anak–anak dan orang yang tidak matang, serta emosinya stabil
Pembentukan suatu kematangan dalam segi emosi tidak lepas dari peranan
pola asuh orang tua, karena orang tua adalah unsur pertama pihak yang memiliki
emosi yang baik. Penalarannya adalah ada hubungan yang signifikan antara pola
2.6 Hipotesis
signifikan antara pola asuh orang tua dengan kematangan emosi pada siswa SMA
Theresiana Salatiga”.
33