Anda di halaman 1dari 4

2.

3 Konsep dan Struktur Wilayah Perkotaan

Adapun konsep dan struktur wilayah perkotaan itu sendiri mempunyai hubungan
interaksi antara manusia dengan lingkungannya mengakibatkan adanya pola penggunahan
lahan yang beraneka ragam. Hal ini disebabkan karena situasi dan kondisi lahan yang
berbeda-beda sehingga menuntut manusia yang mengggunakannya harus menggunakan cara
penggunaan yang berbeda pula. Menurut Danang Endarto (2009), Penggunaan alam sekitar
harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang meliputi keadaan fisik lingkungan,
keadaan sosial dan keadaan dari segi ekonomi. Sehubungan dengan hal ini, munculah
beberapa teori seperti teori konsentris, sektoral, inti ganda, konsektoral, poros dan historis.
Adapun konsep dan struktur pembentuk dalam wilayah perkotaan meliputi:

1. Bentuk Wilayah Perkotaan


Bentuk wilayah perkotaan merupakan salah satu bentuk elemen-elemen
pembentuk suatu perkotaan yang meliputi pola jalan,dan penggunaan lahan.
2. Interaksi Wilayah Perkotaan
Merupakan suatu hubungan yang saling berkaitan dimana sarana yang terbangun
pada lahan berupa jalan dapat menyatukan suatu aktivitas dan kegiatan antar
individu, sehingga menciptakan suatu wilayah dengan fungsi tertentu.
3. Struktur Ruang Wilayah Perkotaan
Struktur ini secara umumnya menghubungkan wilayah berupa bentuk wilayah
perkotaan melalui interaksi wilayah perkotaan menjadi suatu sistem perkotaan.

Adapun struktur-struktur ruang meliputi Struktur kota dapat ditinjau dari dua aspek,
yaitu struktur ekonomi kota dan struktur intern kota. Struktur ekonomi kota berkaitan dengan
kegiatan ekonomi penduduk kota, sedang struktur intern kota berkaitan dengan struktur
bangunan dan demografis.

a. Struktur Ekonomi Kota


Wilayah perkotaan menjadi tempat kegiatan ekonomi penduduknya di bidang jasa,
perdagangan, industri, dan administrasi. Selain itu, wilayah kota menjadi tempat tinggal dan
pusat pemerintahan. Kegiatan ekonomi kota dapat dibedakan menjadi dua sebagai berikut.

1) Kegiatan Ekonomi Dasar


Kegiatan ini meliputi pembuatan dan penyaluran barang dan jasa untuk keperluan luar kota
atau dikirim ke daerah sekitar kota. Produk yang dikirim dan disalurkan berasal dari industri,
perdagangan, hiburan, dan lainnya.
2) Kegiatan Ekonomi Bukan Dasar
Kegiatan ekonomi bukan dasar ini meliputi pembuatan dan penyaluran barang dan
jasa untuk keperluan sendiri. Kegiatan ekonomi kota dapat berupa industri dan kegiatan jasa
atau fasilitas yang tidak memerlukan lahan yang luas. Kegiatan ini menyebabkan kota
berpenduduk padat, jarak bangunan rapat, dan bentuk kota kompak.
Adapun Struktur kota dipengaruhi oleh jenis mata pencaharian penduduknya. Mata
pencaharian penduduk kota bergerak di bidang nonagraris, seperti perdagangan, perkantoran,
industri, dan bidang jasa lain. Dengan demikian, struktur kota akan mengikuti fungsi kota.
Sebagai contoh, suatu wilayah direncanakan sebagai kota industri, maka struktur penduduk
kota akan mengarah atau cenderung ke jenis kegiatan industri.

b. Struktur Intern Kota


Pertumbuhan kota-kota di dunia termasuk di Indonesia cukup pesat. Pertumbuhan
suatu kota dapat disebabkan oleh pertambahan penduduk kota, urbanisasi, dan kemajuan
teknologi yang membantu kehidupan penduduk di kota. Wilayah kota atau urban bersifat
heterogen ditinjau dari aspek struktur bangunan dan demografis. Susunan, bentuk, ketinggian,
fungsi, dan usia bangunan berbeda-beda.
Mata pencaharian, status sosial, suku bangsa, budaya, dan kepadatan penduduk juga
bermacam-macam. Selain aspek bangunan dan demografis, karakteristik kota dipengaruhi
oleh berbagai faktor seperti topografi, sejarah, ekonomi, budaya, dan kesempatan usaha.
Karakteristik kota selalu dinamis dalam rentang ruang dan waktu.
Jadi, suatu kota memiliki bentuk dan susunan yang khas. Apabila jika diamati kota
berdasarkan peta penggunaan lahan, maka akan membentuk berbagai jenis zona, seperti zona
perkantoran, perumahan, pusat pemerintahan, pertokoan, industri, dan perdagangan. Zona-
zona tersebut menempati daerah kota, baik di bagian pusat, tengah, dan pinggirannya.

2.6 Strategi Management Lalu lintas


Manajemen lalu lintas merupakan suatu kebijakan berupa peraturan untuk mengatasi
permasalahan lalu lintas yang dilakukan di suatu daerah, pengertian manajemen lalu linats
menurut Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan
”Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas adalah serangkaian usaha dan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pengadaan, pemasangan, pengaturan, dan pemeliharaan fasilitas perlengkapan
Jalan dalam rangka mewujudkan, mendukung dan memelihara keamanan, keselamatan,
ketertiban, dan kelancaran lalu lintas.
Pasal 93 ayat (1) manajemen dan rekayasa lalu lintas dilaksanakan untuk
mengoptimalkan penggunaan jaringan jalan dan gerakan lalu lintas dalam rangka menjamin
keamanan, keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan. Adapun
strategis management lalu lintas yang dilakukan sebagai berikut:
1. Sistem Pengendalian Transportasi
Sistem adalah gabungan dari beberapa komponen yang saling berkaitan satu
dengan lainnya. Jadi sistem pengendalian transportasi adalah seperangkat aturan
atau prosedur yang terkait dengan kendaaraan dan lalu lintas guna menerapkan
oprasi transportasi yang aman dan efisien serta menghindari terjadinya konflik.
Tujuan dari sistem pengendalian transportasi sendiri adalah untuk mengatur agar
pergerakan yang terjadi bisa dikontrol dan berjalan dengan selamat dan efisien
serta menghasilkan konerja maksimum. Bentuk pengendalian sistem
pengendalian transportasi berbentuk sebagai berikut :
A. Pada Persimpangan jalan, yaitu dapat berupa optimalisasi lalu lintas dan
perioritaskan angkutan bus kota.
B. Penggunaan jalur, dimana dapat diberikan penggunaan jalur khusus
kendaraan pribadi dan kendaraan umum.
C. Penggunaan tepi jalan, yaitu berupa pengendalian parkir on-street maupun
parkir off-street.
D. Kecepatan kendaraan, perlu adanya maksimal dan minimum kecepatan
kendaraan pada ruas jalan tertentu.
2. Informasi kepada Pemakai jalan
Adapun informasi yang diberikan untuk para pengguna jalan yaitu dengan
cara:
a. Pendidikan, dengan pembekalan ilmu dan informasi mengenai lalu lintas
kepada masyarakat
b. Informasi saat melakukan perjalanan, yaitu menjelaskan mengenai rute
yang akan dilalui, kemudian penjelasan mengenai batas maksimum dan
minimum pada laju jalur tertentu.
3. Tarif
Pada dasarnya tarif merupakan salah satu hal yang dibutuhkan dalam
memanagement lalu lintas, hal ini dapat berupa tarif tol, tarif parkir kemudian
pemberlakuan bebas tarif pada saat melakukan pergantian moda trasnportasi.

4. Modifikasi Operasi Angkutan Umum


Menurut Munawar (2004), modifikasi operasi angkutan umum merupakan
suatu modifikasi berupa perbaikan oprasi angkutan umum dan bentuk dari
manajement efisiensi kendaraan. Berikut merupakan hal yang terkait dengan
modifikasi oprasi angkutan umum, sebagai berikut:
a. Perbaikan operasi, yaitu berupa modifikasi jadwal bus kota, modifikasi
jalur bus, dan efisiensi pembayaran karcis dan jumlah penumpang.
b. Perpindahan Moda, yaitu berupa peletakan berupa halte, penggunaan
fasilitas park dan ride, dan perbaikan kenyamanan halte.
c. Efisiensi management, yaitu berupa perbaikan pemeliharaan kendaraan,
dan perbaikan keamanan.
5. Modifikasi pemakaian jalan
Modifikasi pemakaian jalan sendiri merupakan suatu perubahan dalam
penggunaan jalan guna menunjang aktivitas masyarakat. Adapun hal yang
berkaitan dengan modifikasi pemakaian jalan adalah sebagai berikut:
a. Modifikasi distribusi waktu dan pemakaian jalan, yaitu berupa
penggeseran waktu masuk kerja dan sekolah, agar kepadatan lalu lintasnya
dapat terkendali.
b. Modifikasi frekuensi pemakaian jalan, berupa perluasan fasilitas jaringan
telepon.
c. Modifikasi Penataan Ruang ,berupa bentuk dari penggunaan bangunan
komersial sebagai tempat tinggal.

Anda mungkin juga menyukai