dalam menyiapkan sumber daya manusia. Betapa pun kayanya sumber daya alam yang tersedia bagi
suatu bangsa tanpa adanya sumber daya manusia yang tangguh maka sulit diharapkan untuk
berhasil membangun bangsa itu sendiri (Hadi, 2005).
Pembangunan Pendidikan Untuk Semua atau The Education for All Development Index (EDI)
Indonesia tahun 2014 berada pada peringkat 57 dari 115 negara.
Keberhasilan pembangunan kesehatan suatu bangsa tergantung kepada
keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manuasia yang berkualitas,
sehat, cerdas, dan produktif. Betapapun kayanya sumber daya alam yang tersedia bagi suatu
bangsa tanpa adanya sumber daya manusia yang tangguh maka sulit diharapkan untuk
kesehatan adalah mencapai kemampuan hidup sehat bagi tiap penduduk agar
bangsa Indonesia saat ini, tidak semua anak menikmati kehidupan yang baik,
banyak anak berada dalam kondisi yang memprihatikan baik secara fisik, sosial
Kualitas sumber daya manusia pada masa yang akan datang tentunya ditentukan oleh kualitas
anak pada masa sekarang. Kualitas manusia dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu segi sosial,
ekonomi, pendidikan, lingkungan, kesehatan dan lain sebagainya. Kualitas sumber daya
manusia antara lain ditentukan dua faktor yang satu sama yang lain saling berhubungan,
berkaitan dan saling bergantung yakni pendidikan dan kesehatan. Kesehatan merupakan
prasyarat utama agar upaya pendidikan berhasil, sebaliknya pendidikan yang diperoleh akan
sangat mendukung tercapainya peningkatan status kesehatan seseorang. (Novi, 2016)
http://indahfebriachasanah091644218.blogspot.co.id/2010/06/keadaan-pendidikan-di-
indonesia-saat.html
http://psmkgi.org/pelajari-dulu-wajah-pendidikan/
http://metalwareonline.com/pendidikan-di-indonesia-masuk-dalam-peringkat-keberapa-di-
dunia/
http://www.kompasiana.com/www.bohari.com/kondisi-pendidikan-diindonesia-dan-
penyebab-tidak-efetifnya-hasil-belajar_56eaa33bb893733317264c0d
Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan
antara lain dengan data UNESCO tahun 2015 tentang peringkat Indeks Pengembangan
Manusia atau Human Development Index, yaitu komposisi dari peringkat pencapaian
menempati urutan ke-113 tahun 2015 dari sebelumnya ke-110 pada tahun 2014, terjadi
peringkat ke-69 dari 76 negara jauh berada daibawah malaysia,Thailand dan Brunei
Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD
di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam
Tercapainya tujuan dari pendidikan nasional terlihat dari prestasi belajar anak yang
telah diraih. Prestasi belajar yang tinggi mengindikasi pengetahuan yang baik pula
(Sadirman, 2004). Prestasi belajar anak yang berhasil dapat dilihat dari pencapaian
Almatsier, Sunita. (2011). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2013. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2010. Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta.
Bintaria, D. S. 2011. Pengaruh Penyuluhan Dengan Metode Ceramah dan Poster terhadap
Perilaku Konsumsi Makanan Jajanan Murid di SD Kelurahan Pincuran Kerambil
Kecamatan Sibolga Sambas Kota Sibolga, [SKRIPSI]. Gizi Kesehatan Masyarakat
USU. Medan.
Briawan. 2013. Anemia : Masalah Gizi pada Remaja Wanita. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Hardinsyah. 2013. Simposium Pekan Sarapan Nasional, [OnLine] Dari:
www.health.kompas.com, [Accesed 1 Desember 2016].
Hermina N, Ari A, Rina. 2009. Faktor-faktor yang memengaruhi kebiasaan makan pagi pada
remaja putri di Sekolah Menengah Pertama (SMP). PGM 32(2):94-100.
Hermina, dkk. 2004. Dampak Pendidikan Gizi Melalui Guru di Sekolah Terhadap Pola Makan
Murid dan Perilaku Gizi Orangtua Murid di Pedesaan. Media Gizi dan Keluarga. 28 :
14-24.
Martianto D. 2006. Kalau Mau Sehat, Jangan Tinggalkan Kebiasaan Sarapan [OnLine] Dari
www.republika.co.id [Accesed 1 Desember 2016].
Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2. Jakarta: Papas Sinar Sinanti.
Muchtar, Rustam. 2011. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC
Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Promosi kesehatan teori dan Aplikasi, Jakarta : PT Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Perilaku kesehatan dan ilmu perilaku, Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Priyoto. 2014. Teori Sikap dan Perilaku dalam Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Ristiana Nunung .2012. Pengaruh Motivasi, Lingkungan Kerja. Forum Penelitian, hal.40.
Sediaoetama, AD. 1996. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Pofesi Jilid I. Dian Rakyat. Jakarta.
Soedibyo, Soepardi dan Raden Lia Mulyani. 2009. Kesulitan Makan pada Pasien: Survei di
Unit Pediatri Rawat Jalan. Sari Pediatri, Vol. 11, No. 2, Agustus 2009.
Sofianita, Nur Intania, Firlia Ayu Arini, Eflita Meiyetriani. 2015. Peran Pengetahuan Gizi dalam
Menentukan Kebiasaan Sarapan Anak-Anak Sekolah Dasar Negeri di Pondok Labu,
Jakarta Selatan. J. Gizi Pangan. Volume 10, Nomor 1, Maret 2015 [PP] 57-62.
http://twidiarti.blogspot.co.id/2017/01/
B. Makan Pagi
1. Pengertian
Makan pagi adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun
pagi sampai jam sembilan untuk memenuhi sebagian 15% – 30% kebutuhan gizi
harian dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif dan cerdas. Makan pagi
memberikan kontribusi yang penting terhadap total asupan gizi sehari. Makan pagi
menyumbangkan 500 kkal energi dan 12,5 gram protein (Hardinsyah, 2013).
Makan pagi termasuk dalam 13 Pedoman Umum Gizi Seimbang yaitu makanan
yang dimakan pada pagi hari sebelum beraktivitas yang terdiri dari makanan pokok
dan lauk pauk atau makanan kudapan. Menurut Almatsier (2009), makan pagi yang
mengacu pada gizi seimbang dengan pemberian makanan memenuhi zat-zat sebagai
berikut:
a. Sumber zat energi/tenaga seperti padi-padian, tepung-tepungan, umbiumbian,
sagu, dan pisang.
b. Sumber zat pengatur seperti sayuran dan buah-buahan
c. Sumber zat pembangun seperti ikan, ayam, telur, daging, susu, kacangkacangan dan
hasil olahannya (tempe, tahu, oncom).
Manusia membutuhkan makan pagi karena dalam makan pagi diharapkan
terjadinya ketersediaan energi yang digunakan untuk jam pertama melakukan
aktivitas. Akibat tidak makan pagi akan menyebabkan tubuh tidak mempunyai energi
yang cukup untuk melakukan aktivitas terutama pada proses belajar karena pada
malam hari di tubuh tetap berlangsung proses oksidasi guna menghasilkan tenaga
untuk menggerakkan jantung, paru-paru dan otot-otot tubuh lainnya (Moehji, 2003).
Pakar gizi dari Institut Pertanaian Bogor (IPB), (Martianto, 2006) menjelaskan,
makan pagi dilakukan teratur setiap hari pukul 06.00 - 09.00. Idealnya makan pagi
memenuhi seperempat hingga setengah kebutuhan energi dan zat gizi harian. Secara
umum, kontribusi, energi, dan zat gizi makan pagi sebanyak 25%, makan siang 30%,
makan malam 25%, dan selingan pagi dan sore masing-masing 10%.
Agar stamina anak usia sekolah tetap fit selama mengikuti kegiatan di sekolah
maupun kegiatan ekstra kurikuler, maka saran utama dari segi gizi adalah jangan
meninggalkan sarapan pagi. Ada berbagai alasan yang seringkali menyebabkan
anak-anak tidak sarapan pagi. Ada yang merasa waktu sangat terbatas karena jarak
sekolah cukup jauh, terlambat bangun pagi, atau tidak ada selera untuk sarapan pagi
(Khomsan, 2005).
d. Penyakit kronik
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Smith dalam Perdana (2013),
menunjukkan bahwa anak muda yang sering melewatkan makan pagi memiliki lingkar
pinggang, total kolesterol dan konsentrasi kolesterol LDL yang lebih tinggi, sehingga
beresiko terkena penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus. Indriani (2013),
menyatakan jika tubuh tidak memproleh asupan makanan di pagi hari, akan memicu
peningkatan kadar insulin dalam darah. Jika kondisi ini berlangsung terus menerus,
maka memicu penyakit diabetes.