A. Deskripsi poduk
Sangkusti (pisang kukus roti) adalah kue berbahan dasar roti tawar dan pisang.
Sangkusti dimatangkan dengan cara dioven selama 45 menit dengan suhu 140 0C,
dimana pisang direbus terlebih dahulu 30 menit. Produk ini merupakan salah satu
hidangan menu snack pagi pada siklus ke-6 dalam siklus menu 10 + 1 hari. Ditujukan
untuk pasien dengan diet non RP/HD di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten untuk
semua kelas.
a. Nama produk : Sangkusti (Pisang kukus Roti)
b. Bahan : Pisang raja, roti tawar, susu dancaw dan air
c. Konsumsi : Pasien non diet RP dan HD
d. Cara penyimpanan : Pisang raja dirak terbuka
Roti tawar dilemari tertutup
Susu dancaw dirak terbuka
e. Cara pembuatan :
1. Pisang raja direbus selama 30 menit dalam panci besar.
2. Angkat pisang, dinginkan dan kupas kulit pisang.
3. Cairkan susu dancaw bubuk dengan air panas 1 liter.
4. Siram roti tawar dengan susu yang telah dicairkan sedikit demi sedikit.
5. Letkan pisang diatas roti yang telah disiram susu, kemudian gulung dan tekan
tekan dengan pelan.
6. Setelah semua pisang digulung dengan roi tawar, masukkan kedalam oven 45
menit dengan suhu 140 0C.
7. Keluarkan sangkusti dari oven, dinginkan. Setelah dingin dipotong menjadi 2
bagian, masukkan kedalam cup plastik. Siap disajikan.
f. Fisik :
Warna : kuning kecoklatan
Aroma : khas roti bakar dan pisang
Rasa : manis
Tekstur : cruncy pada roti dan lembut pada bagian dalam (isi pisang rebus)
g. Suhu penyimpanan :
h. Teknik pengawetan : Sangkusti tidak melalui teknik pengawetan setelah
dilakukan pemasakan.
i. Masa Kadaluarsa : Tidak ada masa kadaluarsa karena setelah dimasak
sangkusti segera didistribusikan
j. Pengemasan/ Cara distribusi: Masakan ditempatkan didalam cup plastik, kemudian
didistribusikan kepada pasien oleh pramusaji.
k. Cara penggunaan : Dikonsumsil secara langsung
B. Prosedur Pengolahan
1. Proses Penerimaan
Buah pisang, roti tawar dan susu dancaw yang dikirim oleh rekananr
diterima oleh petugas penerimaan barang dan disortasi sesuai dengan spesifikasi
bahan makanan yang telah ditentukan. Buah pisang yang sesuai dengan spesifikasi
diletakkan dirak terbuka yang digunakan untuk pengolahan esok hari. Roti tawar
disimpan dilemari tertutup dan susu dancow diletakkan di rak terbuka di gudang
penyimpanan, untuk pemakaian susu dancaw ditimbang terlebih dahulu.
2. Persiapan
Pada proses persiapan buah pisang, roti tawar dan susu dancaw langsung
dibawa keruang persiapan, untuk pisang sendiri buah pisang dilepaskan dari
bungkolnya satu persatu, roti tawar dikeluarkan dari lemari dan dibawa keruang
pengolahan, susu dancaow ditimbang sebanyak 200 gram.
3. Pengolahan
Pisang yang telah dilepaskan dari bungkolnya sebanyak 56 buah direbus
dalampanci besar selama 30 menit. Selanjutnya susu dancaw dicairkan dalam air
panas 1 liter. Setelah itu roti tawar disiapkan dan disiram dengan susu dancaw
cair, letakkan pisang diatasnya gulung dan masukkan kedalam oven 45 menit
dengan suhu 140 0C.
4. Pemorsian
Sangkusti dipotong menjadi 2 bagiankemudian diporsikan menggunakan
cup berbentuk segi empat kecil dengan tutup sebanyak potong dan berat rata
rata perporsi sebesar 50 gr.
5. Penjedaan
Proses penjedaan hingga sangkusti di distribusikan sekitar 2 jam 15 menit
dengan suhu ruang pengolahan 31,00 C dalam keadaan terbuka di atas nampan.
6. Distribusi
Sangkusti disajikan menggunakan cup berbentuk segi empat kecil dengan
tutup didistribusikan oleh pramusaji menggunakan troli tertutup untuk pasien VIP
sampai kelas II dan troli terbuka dalam keadaan bersih untuk pasien kelas III.
C. Skema/diagram alir proses pembuatan :
Dicairkan dengan
Direbus Dikupas air panas Dibuka bungkusnya
Dinginkan
Dipotong menjaddi
2bagian
A : Produk nonsteril untuk konsumen berisiko tinggi (pasien & gol. Risiko tinggi)
Kategori Resiko :
Karakteristik Bahaya Kategori Resiko Keterangan
Kesimpulan:
Semua bahan dan semua proses termasuk dalam kategori resiko VI yaitu kategori paling
tinggi
Ya (B,K,F)
P.1.b Apakah terdapat tindakan penghilangan / Pengurangan potensi bahaya
yang teridentifikasi ?
Ya Pengolahan
Tidak
batas?
Tidak
batas?
b. Roti tawar
P.1.a Apakah terdapat potensi bahaya pada roti tawar?
Ya (B,K,F)
yang teridentifikasi ?
Ya
Tidak
batas?
Tidak
batas?
c. Susu dancaw
P.1.a Apakah terdapat potensi bahaya pada susu dancaw ?
Ya (B,K,F)
yang teridentifikasi ?
Ya
Tidak
P.3.a Apakah kontaminasi bahaya dapat terjadi / meningkat sampai melebihi
batas?
Tidak
batas?
d. Air
P.1.a Apakah terdapat potensi bahaya ?
Ya (B,K,F)
yang teridentifikasi ?
Ya (PEREBUSAN)
Ya (PEREBUSAN) CCP
e. Perebusan
Ya CCP
batas ?
Tidak
f. Pencampuran
P.2.a Apakah tahap ini (PENCAMPURAN) ditujukan untuk mengurangi /
Tidak
batas ?
Ya
g. Pemanggangan
Ya CCP
batas ?
Ya
h. Penjedaan
P.2.a Apakah tahap ini (PENJEDAAN) ditujukan untuk mengurangi /
Tidak
batas ?
Ya
P.4.a Apakah tahap proses selanjutnya (PEMORSIAN) dapat menghilangkan
i. Pemorsian
P.2.a Apakah tahap ini (PEMORSIAN) dapat mengurangi / menghilangkan
Tidak
batas ?
Ya
j. Pendistribusian
P.2.a Apakah tahap ini (PENDISTRIBUSIAN) dapat mengurangi /
Tidak
batas ?
Ya
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa proses pengolahan pada sangkusti
yang termasuk CCP yaitu perebusan, pemanggangan, penjedaan, pemorsian dan
pendistribusian.
D. Batas Kritis
Penentuan batas kritis dilakukan ketika Titik Kendali Kritis (CCP) sudah ditentukan.
Rauf (2013) menjelaskan bahwa batas kritis merupakan nilai maksimum dan atau minimum
dari parameter biologi, kimia, atau fisik yang harus dikendalikan pada Titik Kendali Kritis
(CCP) untuik menghilangkan atau mengurangi potensi bahaya pada makanan hingga batas
yang dapat diterima. Penentuan batas kritis dari suatu CCP menggunakan parameter yang
mudah dideteksi seperti suhu, waktu, keadaan fisik, pH. Batas kritis pembuatan sangkusti
dapat dilihat pada tabel ..
Tabel . Batas Kritis Pada Pengolahan Selada Buah
Pada proses perebusan batas kritis yang digunakan adalah dengan melihat parameter
suhu dan waktu yang digunakan selama proses pengolahan bahan makanan. Cut of point
untuk suhu dan waktu yang digunakan untuk memasak adalah 72C selama 15 detik. Rauf
(2013) menjelaskan bahwa suhu dan waktu yang digunakan untuk memasak makanan harus
pada rentang yang dapat mematikan bakteri pathogen. Suhu internal makanan 72C selama
15 detik merupakan suhu dan waktu minimum yang dapat mematikan bakteri. Makanan
yang dimasak pada suhu dan waktu tersebut dapat dinyatakan aman untuk dikonsumsi.
Pada proses pemanggangan batas kritis yang digunakan adalah suhu dan waktu selama
pemanggangan dan tidak adanya kontaminasi pada makanan. Pada tahap ini diharapkan
dapat mengurangi bahaya fisik dan biologi. Untuk suhu yang baik yaitu 180 sampai 200 0C
dan suhu ini sudah dalam kategori sangat panas, artinya sudah dapat mematikan jamur dan
bakteri (Luvita, 2012)
Pada proses penjedaan batas kritis yang digunakan adalah suhu dan waktu selama
penjedaan dan tidak adanya kontaminasi pada makanan. Pada tahap ini diharapkan dapat
mengurangi bahaya fisik dan biologi. Untuk waktu penjedaan yang baik yaitu < 2 jam dan
selama penjedaan penanganan produk yang baik yaitu dengan menutup hasil produk agar
bahaya fisik dapat dikurangi. Untuk suhu distribusi yang baik yaitu tidak < 60C karena
pada suhu Danger Zone, yaitu dimana suhu berada antara antara 4,50C-600 mengakibatkan
bakteri dapat berkembang dengan cepat. Laju tercepat dari perkembangan bakteri adalah
pada suhu 370C sehingga makanan yang akan di distribusikan kemungkinan bisa menjadi
tercemar oleh bakteri saat sampai ke pasien karena bakteri dapat berkembang dengan cepat
pada penjedaan ini.
Pada proses pemorsian batas kritis yang digunakan adalah tidak adanya kontaminasi
pada makanan. Pada tahap ini diharapkan dapat mengurangi bahaya fisik dengan cara
penggunaan APD yang lengkap dan benar oleh petugas pemorsian.
Pada proses pendistribusian batas kritis yang digunakan adalah suhu dan waktu saat
distribusi dan tidak adanya kontaminasi pada makanan. Pada tahap ini diharapkan dapat
mengurangi bahaya fisik dan biologi. Untuk suhu distribusi yang baik yaitu tidak < 60C.
E. Monitoring
Upaya monitoring dilakukan untuk menjamin bahwa makanan yang disiapkan aman
untuk dikonsumsi. Monitoring ini dilakukan pada tahap CCP dengan melihat batas kritis,
apakah diatas atau dibawah batas kritis yang telah ditentukan.
Tabel. Monitoring Pada Pengolahan Selada Buah
CCP Potensi Batas Monitoring
Bahaya Kritis Apa Bagaimana Frekuensi Siapa
B : E.coli Suhu 72C, suhu dan Pemeriksaan Kontinyu Penyelia
Perebusan K :pemutih 4 menit waktu secara (setiap
(untuk langsung hari)
mencapai
suhu
internal
72C, 15
detik)
B : E.coli Suhu suhu dan Pemeriksaan Kontinyu Penyelia
Pemanggangan waktu secara (setiap
langsung hari)
F : debu Tidak ada kotoran, Pemeriksaan Kontinyu Penyelia
Penjedaan dan debu dan dan secara (setiap
kotoran kotoran debu langsung hari)
B : bakteri Suhu >60C suhu dan
pathogen tidak lebih waktu
dari 2 jam
F : debu kotoran Pengamatan Kontinyu Penyelia
Pemorsian dan Tidak ada dan secara (setiap
kotoran kontaminasi debu langsung hari)
pada
makanan
F : debu kotoran Pengamatan Kontinyu Penyelia
Pendistribusian dan Tidak ada dan secara (setiap
kotoran kontaminasi debu langsung hari)
B : E.coli pada suhu dan
makanan waktu
Suhu >
60C
F. Tindakan koreksi
Tindakan perbaikan merupakan upaya yang dilakukan pada saat terjadi penyimpangan
dari batas kritis yang telah ditentukan. Penyimpangan yang terjadi ini dapat diketahui dari
monitoring. Tindakan perbaikan adalah tindakan yang terencana sehingga dapat dilakukan
perbaikan secepatnya setelah terjadi penyimpangan.
Tabel 10. Tindakan Perbaikan Pada Pengolahan Selada Buah
CCP Potensi Batas Kritis Tindakan Perbaikan
Bahaya
B : E.coli Suhu 72C, 4 Jika suhu dan waktu
Perebusan K :pemutih menit (untuk tidak terpenuhi, proses
mencapai dihentikan dan dilakukan
suhu internal penyesuaian. Produk
72C, 15 gagal dicatat
detik)
B : E.coli Suhu Jika suhu dan waktu
Pemanggangan tidak terpenuhi, proses
dihentikan dan dilakukan
penyesuaian. Produk
gagal dicatat
F : debu dan Tidak ada Jika suhu dan waktu
Penjedaan kotoran debu dan tidak terpenuhi, proses
B : bakteri kotoran dihentikan dan dilakukan
pathogen Suhu >60C penyesuaian. Produk
tidak lebih gagal dicatat
dari 2 jam
F : debu dan Jika masih ada kotoran
Pemorsian kotoran Tidak ada yang tertinggal proses
kontaminasi dihentikan dan dilakukan
pada makanan penyesuaian. Produk
gagal dicatat.
Pendistribusian F : debu dan Tidak ada Jika terjadi kontaminasi
kotoran kontaminasi kotoran yang tertinggal
B : E.coli pada makanan proses dihentikan dan
Suhu > 60C dilakukan penyesuaian.
G. Verifikasi
Prosedur verifikasi memberikan kepercayaan bahwa rencana HACCP telah terlaksana
dengan baik dalam mengendalikan potensi bahaya yang mungkin terjadi Rauf (2013).
Prosedur verifikasi dilakukan dengan validasi suhu internal dan kalibrasi pengukur suhu
(termometer).
Tabel 11. Kegiatan Verifikasi Pada Pengolahan Produk Selada Buah
Potensi
CCP Batas Kritis Verifikasi
bahaya
B : E.coli Suhu 72C, 4 Review records setiap
perebusan K :pemutih menit (untuk hari. Kalibrasi
mencapai suhu termometer. Studi
internal 72C, 15 validasi
detik)
B : E.coli Suhu Review records setiap
Pemanggangan hari. Kalibrasi
termometer. Studi
validasi
F : debu dan Tidak ada debu Review records setiap
Penjedaan kotoran dan kotoran hari. Kalibrasi
B : bakteri Suhu >60C tidak termometer. Studi
pathogen lebih dari 2 jam validasi
F : debu dan Tidak ada Review records setiap
Pemorsian kotoran kontaminasi pada hari. Studi validasi.
makanan
F : debu dan Tidak ada Review records setiap
Pendistribusian kotoran kontaminasi pada hari. Studi validasi.
B : E.coli makanan
Suhu > 60C
H. Pemeliharaan Catatan
Pemeliharaan catatan dilakukan untuk mengantisipasi jika ada pengaduan konsumen
sehingga produsen akan lebih mudah dalam mendeteksi kapan dan pada tahap mana terjadi
penyimpangan (Rauf, 2013). Catatan yang dimaksud merupakan catatan harian mulai dari
penerimaan bahan makanan hingga proses pengolahan selada buah
1. Judul : Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) pada produk sangkusti Di
Instalasi Gizi RSUP Dr.Soeradji Tirtonegoro Klaten.
2. Tanggal Pengamatan dan pencatatan : 11 November 2017.
Deskripsi produk : Sangkusti (pisang kukus roti) adalah kue berbahan dasar roti
tawar dan pisang. Sangkusti dimatangkan dengan cara dioven selama 45 menit dengan
suhu 140 0C, dimana pisang direbus terlebih dahulu 30 menit. Produk ini merupakan
salah satu hidangan menu snack pagi pada siklus ke-6 dalam siklus menu 10 + 1 hari.
Ditujukan untuk pasien dengan diet non RP/HD di RSUP dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten untuk semua kelas.
Bahan dan Alat
a. Bahan :
Bubur sangkusti : pisang raja, roti tawar, susu dancaw dan air.
4. Identifikasi penggunaan
Sangkusti adalah jenis hidangan snack pagi pada siklus menu kesatu untuk
pasien diet non RP/HD.
b. Proses penyimpanan
Analisis bahaya : suhu ruangan, tempat penyimpanan, perlakuan pada
bahan makanan selama penyimpanan dan hygiene sanitasi gudang.
c. Proses persiapan
Analisis bahaya : alat persiapan, penjamah, kebersihan alat di ruang
persiapan.
d. Proses pengolahan
Analisis bahaya pada proses pengolahan meliputi suhu dan waktu
perebusan terhadap kontaminasi yang mungkin terjadi.
e. Proses penjedaan
Analisis bahaya : waktu, tempat, kebersihan, perlakuan pada makanan
selama penjedaan dan hygiene sanitasi penjamah makanan.
f. Proses pemorsian
Analisis bahaya : alat saji, penjamah, kebersihan alat pemorsian,
ketepatan waktu saat distribusi.
g. Proses pendistribusian
Analisis bahaya : alat distribusi, suhu, waktu, tempat, kebersihan,
perlakuan pada makanan selama pendistribusian dan hygiene sanitasi penjamah
makanan.
7. Penetapan batas kritis
a. Proses pencucian
Pencucian dengan air mengalir, kebersihan alat dan hygiene personal.
b. Proses perebusan
Ketepatan suhu dan waktu. Ketepatan pemakaian APD seperti celemek,
masker, sarung tangan, penutup kepala, kebersihan alat dan hygiene personal.
c. Proses penjedaan
Ketepatan suhu dan waktu, kebersihan alat, penanganan produk bubur
sumsum selama penjedaan.
d. Proses Pemorsian
Kebersihan alat. Pemakaian APD seperti celemek, masker, sarung tangan,
penutup kepala, dan hygiene personal.
e. Proses pendistribusian
Waktu distribusi sampai pada konsumen tepat suhu, waktu dan hygiene
personal.
J. Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada proses pengolahan sangkusti pada
tanggal 02 sampai dengan 03 November 2017, di Instalasi Gizi RSUP dr. Soeradji
Tirtonegoro Klaten, penerapan prinsip-prinsip keamanan pangan seperti hygiene sanitasi
peralatan dan penjamah makanan masih perlu ditingkatkan. Pengendalian bahaya sangat
penting dilakukan dalam setiap tahapan proses untuk mengurangi bahaya yang terdapat
dalam makanan. Tahapan proses yang harus dikendalikan bahayanya adalah:
1. Penerimaan
Bahan makanan diterima dan disortasi sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan. Buah pisang raja, diterima pada hari jumat, 10 November 2017 pukul 08.19
WIB. Setelah diterima, pisang diletakkan dirak terbuka. Penerimaan bahan makanan
basah untuk proses pembuatan yaitu pisang raja. Bahan makanan kering yaitu roti tawar
dan susu dancaw yang dikirim oleh rekanan dan diterima oleh tim penerima, kemudian
disortasi sesuai dengan spesifikasi bahan makanan yang telah ditentukan serta
berdasarkan jumlah pesanan.
2. Penyimpanan
Penyimpanan bahan baku sesuai dengan suhu yang diharapkan, untuk bahan
makanan kering disimpan dalam gudang kering dengan suhu 26C hal ini tidak sesuai
dengan standar suhu di gudang yaitu antara 19-21C sehingga penyimpanan ini dapat
menimbulkan potensi bahaya seperti pencemaran oleh mikroba, kapang dan jamur.
Adapun bahan yang disimpan pada gudang kering yaitu gula pasir. Untuk bahan susu
dancaw prosedur penerimaannya yaitu dari rekanan diterima kemudian dicek berat dan
tanggal kadaluarsanya untuk selanjutnya didistribusikan ke unit penyimpanan. Untuk
bahan makanan kering diterima 3 kali dalam sebulan dari rekanan dan diperiksa
spesifikasinya kemudian disimpan di gudang logistik. Untuk bahan roti tawar prosedur
penerimaannya yaitu dari rekanan diterima kemudian dicek jumlahnya untuk
selanjutnya didistribusikan ke unit penyimpanan, diterima kurang dari seminggu dari
rekanan dan diperiksa spesifikasinya kemudian disimpan di lemari tertutup.
3. Persiapan
Proses persiapan sangkusti yang dilakukan adalah pelepasan pisang dari
bungkol. Proses persiapan dilakukan oleh tenaga pengolah dengan menggunakan APD
yang tidak lengkap seperti tanpa masker.
4. Pengolahan
Proses pengolahan dimulai dari adalah perebusan pisang selam 30 menit pada
suhu 1000C, kemudian didinginkan sebentar 10 menit yang dilanjutkan proses
pengupasan, kemudian pencampuran (pisang, susu dan roti) yang selanjutnya dilakukan
pemanggangan 45 menit pada suhu 1400C. Proses persiapan dilakukan oleh tenaga
pengolah dengan menggunakan APD yang tidak lengkap seperti tanpa masker. Suhu
seharusnya yang dicapai pada proses pemanggangan adalah 180-200 0C, karena pada
suhu ini sudah bisa dipastikan jamur dan bakteri mati (Luvita, 2012).
5. Penjedaan
Pada proses penjedaan ditemukan adanya resiko bahaya mikrobilogi karena
setelah selesai pemanggan produk ini dibiarkan terbuka tanpa penutup disuhu
ruang.produk seharusnya diberi tutup agar terhindar dari pencemaran.
6. Pemorsian
Sebelum tahap pendistribusian, dilakukan tahap pemorsian. Proses pemorsian
dilakukan oleh pengolah makanan. Pemorsian ini menggunakan cup kecil segiempat
plastic untuk semua kelaspasien det non RP/HD. Proses pemorsian ini dapat
menimbulkan potensi bahaya dimana bila makanan yang masih panas ataupun hangat
dibungkus dengan plastik, monomer-monomer (bahan-bahan pembentuk plastik) dapat
berpindah ke dalam makanan, dan selanjutnya berpindah ke tubuh orang yang
mengkonsumsinya. Bahan-bahan kimia yang telah masuk ke dalam tubuh ini tidak larut
dalam air sehingga tidak dapat dibuang keluar, baik melalui urin maupun feses.
Penumpukan bahan-bahan kimia berbahaya dari plastik di dalam tubuh dapat memicu
munculnya kanker. Perpindahan monomer-monomer plastik ke dalam makanan dipicu
oleh beberapa hal, yaitu panas, asam dan lemak. Semakin tinggi suhu makanan yang
dimasukkan ke dalam plastik, semakin cepat terjadi perpindahan ini. Apalagi bila
makanan berbentuk cair/berkuah dan sebagainya.
Adapun untuk kelengkapan APD (Alat Pelindung Diri) yang harus ada pada
petugas saat melakukan pemorsian makanan yaitu penggunaan APD berupa celemek,
masker dan sarung tangan plastik, penutup kepala hal ini bertujuan agar tidak terjadi
kontaminasi dari penjamah makanan tetapi pada saat dilakukan pengamatan petugas
pengolah saat proses pemorsian selada buah tidak menggunakan APD secara lengkap
dan benar. Sehingga hal ini dapat mengakibatkan kontaminasi penjamah makanan pada
saat pemorsian.
7. Pendistribusian
Sangkusti yang telah diporsikan didapur utama mengalami penjedaan selama
90 menit, sehingga tidak merubah rasa, warna, aroma maupun tekstur pada sangkusti.
Pendistribusian dari Instalasi Gizi ke bangsal oleh pramusaji menggunakan alat angkut
trolly terbuka dan tertutup.