BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(representation), atau lebih dikenal saat ini adalah perwakilan yang bersifat politik
yang memiliki kemampuan untuk atau kewajiban untuk bicara atas orang yang
memilih partai tersebut, 1karena proses politik tidak serta-merta dapat dilakukan
langsung oleh rakyat secara individual, mengingat wilayah dan permasalahan teknis
yang ada dalam setiap daerah yang berbeda-beda. Di negara manapun yang
yang dialami negara tersebut dengan baik. Untuk mewujudkan sistem perwakilan
maka diperlukan partai politik sebagai sarana penghubung antara berbagai macam
satu tujuan yaitu Indonesia merdeka, dan setelah merdeka maka pada tanggal 3
hasil desakan Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP KNIP) untuk
mendirikan sebanyak banyaknya partai politik dimana isi dari maklumat tersebut
1Efriza,Studi Parlemen; Sejarah, Konsep, dan Lanskap Politik Indonesia,(Malang :Setara
Press,2014).Hlm 3.
2
aliran paham yang ada dalam masyarakat dapat di pimpin kejalan yang teratur.2 Pada
masa itu umumnya partai politik turut membantu Indonesia memperkuat dan
dalam parlemen. Sistem politik ini diterapkan dalam sistem multi partai. Betapa
sulitnya membangun pola-pola kerja sama (koalisi) antar partai-partai politik dalam
membentuk kabinet, menunjukan tidak stabilnya politik dan pemerintahan pada masa
itu. Itulah penyebab pada periode Demokrasi Terpimpin tahun 1959-1965. Pada 5
Juli 1959 munculah Dekrit Presiden yang kemudian diberi bentuk yuridis berupa
Penetapan Presiden (Perpres) Republik Indonesia No.7 Tahun 1995 yang dalam
penyederhanaan sistem kepartaian. Atas dasar itulah pada tahun 1971 di DPR
partai-partai NU, Parmusi, PSII dan Perti yang berliran “Islam.” Juga muncul
2A.Gau Kadir, Dinamika Partai Politik Di Indonesia ,Sosiohumaniora,Vol.16, No. 2 Juli 2014,hlm132-
136.
3
PNI,Parkindo, Partai Katolik, IPKI dan parai Murba yang beraliran “nasional /
demokrasi’’ Dengan demikian, tampil tiga oraganisasi kekuatan politik yakni PPP,
Golkar dan PDI, sebagai infrastruktur sistem politik demokrasi Pancasila di Era Orde
Baru, Hal ini diatur dalam Undang-Undang No.3 / 1975 tentang partai politikdan
Golongan Karya. Pada era ini, fungsi dan peranan partai politik melemah. Hal ini
adanya patai politik membentuk kepengurusan di kecamatan dan desa, ini berarti
memasuki era reformasi dimana deranya arus demokrasi dan menyikapi berbagai
tuntutan rakyat maka Undang - Undang No. 2 tahun 1999 tentng partai politik
partai politik yang sejalan dengan Pasal 28 UUD 1945 tentang kebebasan berserikat
dan berkumpul. Tumbuhnya partai-partai baru pada pemilu legislatif 2009 tampil 48
Partai politik, pemilu legislatif tahun 2004 tampil 24 partai politik jumlah tersebut
turun 50 %, namun pada tahun 2009 jumlah partai politik naik menjadi 38 partai
penting bahkan menjadi lembaga yang berikan kepentikan dan aspirasi rakyat yang
merupakan suatu akibat dari konsekuensi dalam sistem perwakilan dan menjadi
oleh Zainal Arifin Mochtar, ada depan jaminan konstitusional yang menjadi syarat
adanya eligibilitas untuk menduduki jabatan publik; Kelima, adanya hak para
pemimpin politik untuk berkompetisi secara sehat merebut dukungan dan suara;
Demokrasi memang tidak semata-mata dengan adanya pemilu yang bebas, yang
mana oleh Huntington disebut sebagai definisi minimal demokrasi. Di dalam sistem
4Jimly Asshiddiqie, Membangun Partai politik dan Pemilihan Umum Sebagai Instrumen Demokrasi
.Jurnal Konstitusi . Vol. 3 No. 4 , Desember 2006,hlm 7.
5Jimly Asshiddiqie, Hukum tata Negara & Pilar-Pilar demokrasi,(Jakarta: Sinar Grafika, 2012),hlm ix-
x.
5
politik.6
demokratis, sebagai salah satu organisasi, partai politik secara ideal dimaksudkan
memberikan jalan kompromi bagi pendapat yang saling bersaing, serta menyediakan
secara maksimal kepemimpinan politik secara sah (legitimate)7 dan sebagai wujud
berkerjanya demokrasi dalam suatu negara maka di perlukan ada partai politik,
karena sitem demokrasi tidak mungkin berjalan tanpa adanya partai politik. Begitu
besarnya peranan partai politik dalam sistem demokrasi di suatu negara, membuat
banyak kalangan beropini bahwa partai politik menentukan demokrasi, dan oleh
karena itu partai politik merupakan pilar dalam sistem politik. Dalam sistem
menjamin keterwakilan aspirasi atau kepentingan rakyat. Oleh karena itu, dalam
fungsi partai politik. Keempat fungsi partai politik itu menurut Miriam Budiarjo,
konflik (conflict management).10 Dalam istilah Yves meny dan Andrew Knapp ,
fungsi partai politik itu mencangkup fungsi (i) mobilisasi dan integrasi ; (ii)sarana
rekruitmen politik ; dan (iv) sarana elaborasi pilihan-pilihan kebijakan .Semua fungsi
Partai Politik hendaknya menjadi wadah atau rumah bagi kader-kader guna
mahkamah partai yang sejatinya menjadi hakim yang adil dan transparan, kerika ada
partainya, tidak jarang tanpa adanya penjelasan secara terperinci dan hasil investigasi
parlemen.
C.F. Strong berpendapat recall adalah memberikan hak bagi para pemilih
pemilihan, agar wakilnya di berhentikan dan diganti dengan wakil lain menurut
kehendak rakyat.11 Dalam hal ini praktik recall seharusnya mengikut sertakan rakyat
sebagai pemilik suara, tentu ini menjadi perdebatan dimana recall dalam pelaksaanya
di lakukan oleh partai politik yang bersangkutan bukan oleh rakyat sebagai pemilih.
belanda, Tomassen yang menyatakan bahwa “recall recht, het rech Tubagus
Soenmandjaja wan een politieke partij oom een via haar kandidaten lijst gekozen
parlement lid terug te reopen.” ( hak recall ialah hak suatu partai politik untuk
menarik kembali anggota parlemen yang terpilih melalui daftar calon yang
yang panjang karena saat recall ada, recall dianggap sebagai alat bagi penguasa
parlemen yang sedang menjabat dan recall juga di gunakan untuk membukam lawan
politik. Saat ini recall diatur dalam UU Partai politik 2003, yakni, UU No. 31 Tahun
2002 tentang partai politik, UU No. 22 tahun 2003 tentang Sususnan dan
Kedudukam MPR, DPR, DPD, dan DPRD, serta UU No. 12 tahun 2003 tentang
Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD, secara normatif memasukan
Tahun 2003 tentang Susduk, dan Pasal 12 huruf b mengatur mengenai penggantian
antarwaktu dari anggota DPR. Pasal 85 atat (1) huruf c UU Susduk menyatakan
bahwa “Angota DPR berhenti antarwaktu karena : c. diusulkan oleh partai politik
12M. Hadi Shubhan,”Recall”, Antar Hak Partai politik dan Hak Berpolitik Anggota Parpol, “Jurnal
Konstitusi”, Vol.3 no.4,(Desember 2016).hlm.46.
8
partai politik yang menjadi anggota lembaga perwakilan rakyat apabila :b.
pemberhentian atau recall terhadap Fahri Hamzah yang di berhentikan oleh Partai
Keadilan Sejahterah (PKS). Recall atas Fahri Hamzah yang terjadi pada bulan April
Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR , DPD , dan DPRD (UU MD3) serta
Tahun 2017 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai
Politik (UU Parpol), dimana terdapat klausul jika seorang anggota DPR
diberhentikan dari keanggotan partainya maka jabatanya sebagai anggota DPR juga
ikut diberhentikan. PKS lantas mengajukan penggantian posisi Fahri yang menjabat
unsur pimpinan DPR dengan menunjuk Ledia Hanifah atau Muslen Kholil sebagai
13M. Hadi Shubhan,”Recall”, Antar Hak Partai politik dan Hak Berpolitik Anggota Parpol, “Jurnal
Konstitusi”, Vol.3 no.4,(Desember 2016).hlm.53.
9
jabatan publik yang bukan mandatori langsung dari partai, jabatan pimpinan DPR RI
dipilih melalui mekanisme pemilihan dalam sebuah paket yang bersifat tetap oleh
Anggota Sidang Paripurna DPR RI. Hak recall pada dasarnya digunakan untuk
Kasus recall terhadap Fahri Hamzah ini, sangat menarik untuk di telusuri
karena banyak menimbulkan akibat hukum dan perdebatan hukum di dalamnya. Saat
ini hak recall partai politik digunakan sebagai alat atau dasar pemberhentian
seseorang dari anggota DPR yang tidak tunduk pada partai politiknya. akibat dari itu
bartai politik menjadi bayang-bayang kelam bagi anggota parlemen yang ingin bebas
berekspresi membela suara rakyat. Namun Unsur pimpinan DPR yang lainya blm
menindak lanjuti pengajuan yang dilakukan Fraksi PKS dengan alasan belum memili
kekuatan hukum tetap (inkracht), karena Fahri masih megajukan upaya hukum ke
Pengadilan Perdata pada Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan telah memperoleh
putusan pada Rabu 7 Desember 2016. Tentunya sangat menarik untuk diteliti lebih
lanjut karena kasus ini merujuk pada konstruksi “perwakilan rakyat” yang di
lagi oleh rakyat. Dalam Undang – Undang dasar 1955 Pasal 1 ayat (2) bahwa
14http://nasional.kompas.com/read/2014/04/29/2249403/Fahri.Hamzah.Kembali.Melenggang.ke.Senaya
Dasar.15 Meskipun begitu recall menjadi alat kontrol tehadap anggota DPR.
B. Rumusan Masalah
berikut :
Indonesia ?
C. Tujuan Penelitian
sistem pembahasan, maka tujuan dari penelitian ini adalah, sebagai berikut :
recall;
3. Untuk mengetahui upaya hukum apa yang dapat diambil oleh anggota
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
keilmuan dalam ilmu hukum yang berkaitan dengan hukum tata negara
yang dalam hal ini terkait dengan hak recall partai politik terhap anggota
perlemen.
partai politiknya.
upaya hukum apa yang harus di tempus saat seorng anggota parlemen di
2. Manfaat Praktis
berbangsa.
E. Kerangka Teori
penulisan skripsi ini, dipergunakan landasan teoritis meliputi teori demokrasi, teori
perwakilan dan teori hak. Teori negra hukum dan demokrasi dipilih sebagai grand
theory, karena teori tesebut dapat menjelaskan filosofi tentang konsep politik yang
bersifat makro tentang letak kedaulatan rakyat di dalam sistem politik dan sistem
makna menjadi jembatan antara konsep makro dan realitas mikro tipe pemisahan
menentukan tipe perwakilan yang dianut oleh negara yang bersangkutan. Teori hak
dipergunakan sebagai applied theory untuk landasan masuk ke masalah mikro yang
Dengan demikian jika grand theory (teori negara hukum dan demokrasi ) bersifat
lebih spesifik.
1. Grand Theory
Hukum dan Demokrasi. Teori Negara Hukum. Istilah dan konsep “Negara
revolusi tahun 1688 di Inggris, tetapi baru muncul kembali pada abad ke–17
dan mulai populer pada abad ke-19. Latar belakang munculnya pemikiran
wenangan yang pernah terjadi di masa lampau. Oleh karena itu, unsur-unsur
16 Yopi Morya Immanue Patrio, Direksi Pejabat Publik dan tindak Pidana Korupsi , Bandung: CV Keni
Media,2012,hlm.25.
14
drngan menyatkan bahwa suatu negara yang baik adalah negara yang
yang adil dan kesusilaaan, yang menentukan baik atau buruknya suatu
hukum.17
hukum dipadankan dengan istilah rechstaat dan istilah rule of law. Di negara
pengamat civil law teori dan implementasi negara hukum muncul dengan
rechstaat maupun tradisi rule of law, namun tetap memiliki karakteristik yang
Indonesia Tahun 1945, maka dalam Perubahan Keempat pada tahun 2002,
dengan tegas dalam Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan, “Negara Indonesia
17Nukthoh Arfawie Kurde, Telaah kritis Teori Negara hukum (Konstitusi dan Demokrasi dalam
kerangka pelaksanaan Desentralisasi dan Otonomi Daerah berdasarkan UUD 1945, Yogyakarta : Pustaka
Pelajar,2005,hlm.14.
18 Imam Soebechi,Judicial review Perda Pajak dan Retribusi Daerah, Jakarta :Sinar Grafika , 2012
,hlm.13-14.
15
adalah Negara Hukum.” Dalam konsep Negara Hukum itu, diidealkan bahwa
hukum, bukan politik ataupun ekonomi. Karena itu, jargon yang biasa
adalah ‘the rule of law, not of man’ Yang disebut pemerintahan pada
pokoknya adalah hukum sebagai sistem, bukan orang per orang yang hanya
dikembangkan antara lain oleh Immanuel Kant, Paul Laband, Julius Stahl,
Law.” Menurut Julius Stahl, konsep Negara Hukum yang disebutnya dengan
penting, yaitu:
2. Pembagian kekuasaan.
setiap Negara Hukum yang disebutnya dengan istilah “The Rule of Law,”
yaitu:
1. Supremacy of Law.
‘Rule of Law’ yang dikembangkan oleh A.V. Dicey untuk menandai ciri-ciri
itu adalah:
Negara Hukum Klasik, dan Negara Hukum Materil atau Negara Hukum
Sedangkan yang kedua, yaitu Negara Hukum Materil yang lebih mutakhir
‘rule of law’ dalam arti formil yaitu dalam arti ‘organized public power,’ dan
‘rule of law’ dalam arti materil yaitu ‘the rule of just law.’ Pembedaan ini
pengertian orang mengenai hukum itu sendiri dapat dipengaruhi oleh aliran
pengertian hukum formil dan dapat pula dipengaruhi oleh aliran pikiran
hukum materiel. Jika hukum dipahami secara kaku dan sempit dalam arti
yang dikembangkan juga bersifat sempit dan terbatas serta belum tentu
law’ oleh Friedman juga dikembangikan istilah ‘the rule of just law’ untuk
memastikan bahwa dalam pengertian kita tentang ‘the rule of law’ tercakup
digunakan tetap ‘ the rule of law’ pengertian yang bersifat luas itulah yang
18
diharapkan dicakup dalam istilah ‘the rule of law’ yang digunakan untuk
Berbicara tentang negara hukum maka kita tidak dapat lepas dari
demokrasi partisipasi rakyat merupakan esensi dari sistem ini dengan kata
Dari sudut etimologi demokrasi berasal dari kata demos (rakyat), dan
dalam dua suku kata, yaitu teori dan demokrasi. Hans Kelsen mengartikan
demokrasi sebagai :
tataan hukum dengan kehendak para subjek sama sekali tidak terjamin.”24
:Andi Offset,2003,hlm.98.
24 Salim H.S dan Erlies S.N.,Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Disertasi dan Tesis,Jakarta :
dengan pemerintah dari rakyat, oleh rayat, dan untuk rakyat.25 Menurut
terletak sejumlah besar dari rakyat dan menjalankan kekuasaan itu untuk
bagian dari budaya warga, menjadi sebuah bentuk kebudayaan yang dominan
nilai, kepercayaan, sikap, tatacara, dan gaya hidup yang diturunkan sepanjang
memerintah diri sendiri, yang dibentuk oleh otoritas yang dipilih secara bebas
mereka sendiri.27
demos yang artinya rakyat dan kratos, yang artinya pemerintahan. sementara
adalah bentuk atau sistem pemerintahan yang segenap rakyat turut serta
hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga negara.28
rakyatnya tahu apa yang mereka butuhkan dan pantas dapatkan sanagat
pengganti” oleh pihak yang tidak kompeten dimana banyak kesepakatan yang
yang kopetitif yang diamana terdapat persaingan antara para pemimpin dan
27 Muhammad Nasir Badu , Demokrasi dan Amerika, The Politics :Jurnl Magister Ilmu Politik
keputusan.30
rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat.” Bagaimanapun prinsip dasar ini
demokratis.31
pembatasan kekuasaaan itu dianggap harus ada dan mutlak harus ada, karena
sebelum semua fungsi negara terpusat dan terkonsentrasi di tangan satu orang
yaitu diatangan Raja atau Ratu yang memimpin negara secara turun temurun.
30Abdy Yuhana ,Ibid,hlm.35.
31Andi Suhardiyanto dan Puji Lestari , Partisipasi Perempuan :Studi Perempuan Dalam Pemilihan
Kepala Daerah Jawa tengah Tahun 2008, Forum Ilmu Sosial Vol 35, No 2 (2008): December 2008, Portal
Garuda.
22
kehendak pribadi sang Raja atau Ratu tersebut tanpa adanya kontrol yang
jelas agar kekuasaan itu tidak menindas atau meniadakan ha-hak rakyat. 32
negara dalam tiga cabang, yaitu ;(i) kekuasaan legislatif sebgai pembuat
ini dikenal sebagai pembagi kekuasaan negara modern dalam tiga fungsi,
balances.
3. Applied Theory
Balances, seperti apa yang dikatakan oleh Montesquieu's dalam The Spirit of
ketergantunagn atara satu dengan yang lai sehinga tidak ada satu kekuasaan
yang merasa paling unggul tidak melebihi yang lain.35 makadari itu perlu
adanya yang menjamin bahwa antara satu kekuasaan dengan kekuasan yang
lain tidak saling melampaui kekuasaanya meka dari itu munculah sistem
34 Kenneth Newtown - Jan W. Van Deth , Perbandingan Sistem Politik :Teori dan Fakta , Bandung:
Nusa Media , 2016, hal.91 .
35 Richard Benwell and Oonagh Gay, The Sparation Of Powers, Parliamens and Constitution Journal
kegiatan bernegara. Maka dari itu munculah Partai politik sebagai wadah
Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu kelompok
cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan
kontemporer.
the party, through such control ideal and material benefit and advantages“
materiil).
25
F. Metode Penelitian
Metode Penelitian mempunyai fungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan atau
berpikir dan bertindak logis, metodis, dan sistematis mengenai gejala yuridis,
peristiwa hukum, atau fakta empiris yang terjadi, atau yang ada di sekitar kita untuk
berikut :
1. Jenis Penelitian
berdasarkan bahan baku utama, menelaah hal-hal yang bersifat teoritis yang
dan bahan hukum lain yang terkait dengan objek penelitian. Dan dapat
36Muhammad Abdulkadir, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm.2.
37Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji .Penelitian Hukkum Normatif;Suatu Tinjauan Singkat . Jakarta:PT
Raja Grafindo Persada,2001. Hlm 24
26
2. Pendekatan Penelitian
satu lembaga hukum (legal instructions) dari sistem hukum yang satu dengan
lembaga hukum (yang kurang lebih sama dari sistem hukum) yang lain. Dari
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif, sementara data yang
diperoleh dari data primer, data sekunder, dan tersier. Data primer adalah semua
data dan atau informasi yang berhubungan dan berguna bagi penelitian ini yang
38Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian hukum, Prenda Media Group, Surabaya, hlm.93.
27
sekunder adalah :
Partai Politik;
dan DPRD;
dan DPRD;
hukum primer. Bahan hukum sekunder berupa buku, majalah, karya ilmiah
28
Koran, karya tulis ilmiah dan beberapa sumber internet yang berkaitan
Studi Kepustakaan
ketatanegaraan di Indonesia.
bahan. Tidak jarang pula bahwa kedua hal itu, dipisahkan satu dengan
analisanya.42
yang dikaitkan dengan kasus yang penulis angkat dalam skripsi ini.
41Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji. Penelitian Hukum Normatif .Jakarta : Raja Grafindo. 2006 .hlm,
29.
42Soerjono soekanto, Pengantar Penelian Hukum. Jakarta : UI-Press.2014.hl. 68-69.
30
6. Penarikan Kesimpulan
deduktif,43 yaitu penalaran yang berlaku umum pada fenomena tertentu dan
G. Sistematika Penulisan
Bab yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
pengantar skripsi secara keseluruhan. Bab ini meliputi latar belakang masalah,
43 Beni Ahmad Saebani, 2008, Metode Penelitian Hukum, CV. Pustaka Setia, Bandung, hlm.111.
31
jatuhkan hak recall serta dibahs pula mengenai fakta - fakta yang terjadi pada saat
BAB IV PENUTUP
Pada bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan penelitian . Berisi
kesimpulan dari apa yang dibahas sebelumnya. Maka, bab ini merupakam jawaban
atas persoalan yang menjadi pokok pembahasan dan kemudian di lengkapi dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Demokrasi
Sebagai suatu organisasi yang khas, partai politik dilihat sebagai suatu
together as a political unit, have distinctive aims and opinions on the leanding
44 Firmanzah, Ph.D, Mengelola Partai Politik, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2008), hlm,67.
33
devinisi partai politik secara longgar yakni kelompok politik apa saja yang
dalam jabatan – jabatan publik. sejalan dengan itu Ichasul Amal, juga menulis
calon bagi jabatan publik untuk dipilih oleh rakyat sehingga dapat
cita-cita dan nilai-nilai yang sama. Tujuan kelompok ini yaitu memperoleh
49Indra Bastian, 2007, Akuntansi untuk LSM dan Partai Politik, Erlangga, Jakarta, hlm.31.
50 Miriam Budiarjo , Op.Cit , hlm 404 .
35
1945.”
yang jelas, dimana setiap anggotanya mempunyai pandangan yang sama dan
negara baik secara langsung maupun tidak langsung serta ikut pada sebuah
mendapatkan eksistensi.
36
menjadi 3 yaitu :
dielektorat.52
51 Miriam Budiarjo , Pengantar Ilmu Politik , Jakarta : Gramedia , 2000 , hlm. 163-164.
52Abdul Mukhtie Fadjar, 2012, Partai Politik Dalam Perkembangan Ketatanegaraan Indonesia, Setara
Press, Jawa Timur, hlm.22.
37
negara.53
53Sigit Pamungkas, 2011, Fungsi Partai Politik, Gramedia Pustaka, Jakarta, hlm.15.
54 Sigit Pamungkas Ibid.hlm.15.
38
organisasi partai itu sendiri. Pada bagian ini partai politik memiliki
pemerintahan
ini.57
55Ichlasul Amal, 1996, Teori Mutakhir Partai Politik, Tiara Mutiara, Yogyakarta, hlm.23.
56Miriam Budihardjo, 1981, Partisipasi dan Partai Politik-sebuah bunga rampai, PT Gramedia,
Jakarta, hlm.14.
57Surbakti Ramlan, 1992, Memahami Ilmu Politik, PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta,
hlm.10.
39
mengefektifkan pemerintahan.61
b. Pengorganisasian pemerintahan
60Ibid.
61Firmanzah, 2010, Mengelola Partai Politik, Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Jakarta, hlm.35.
62Ibid.
41
pemerintahan.
63Arifin Rahman, 1998, Sistem Politik Indonesia, LPM IKIP, Surabaya, hlm.52.
42
lain. Sebagai sarana komunikasi politik, partai berperan sangat penting dalam
yang sangat besar dalam menjamin kelancaran proses politik di dalam sebuah
politik merupakan sarana bagi warga negara untuk turut serta atau
Dalam hal ini partai politik mempunyai posisi (status) dan peranan
(role) yang sangat penting dalam setiap sistem demokrasi. Partai memainkan
democracy.” Oleh karena itu, paratai politik merupakan pilar yang sangat
demikian dalam konteks hukum tata negara keberadaan partai politik jelas
66 Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), 160
67Jimly Asshiddiqie,Pengantar Hukum Tata Negara ,(Jakarta;PT RajaGrafindo Persada,2009),hlm401
68 Sudarsono, , “Peranan Partai Politik Dalam Mewujudkan Etika Politik”, dalam Wiyono, Suko, &
Suroso, Dkk, Editor, Pembudayaan Etika Politik, Universitas Wisnuwardhana Malang:Malang Press,.hal. 16.
44
anatomi tersebut. Partai politik merupakan salah satu dari sekian piranti yang
paham demokrasi dan kedaulatan rakyat. Oleh sebab itu tidak dapat
terelakkan, jikalau katup demokrasi dan kedaulatan rakyat telah dibuka dan
peran partai politik tentu tidak menjadi masalah (besar) jika partai-partai
politik rakyat.71
aturan yang berlaku dan harus diindahkan oleh partai politik. Hal ini
negara atau pemerintah. Oleh sebab itulah persyaratan dan tata cara pendirian
69 B. Hestu Cipto Handoyo,Hukum Tata Negara Indonesia, Yogyakarta: Universitas Atma .Jaya,
2009,hlm. 266.
70 B. Hestu Cipto Handoyo Ibid.,hlm. 267.
71 Tommi A. Legowo, Op.Cit., hlm. 88.
45
mendirikan sebuah partai politik di Indonesia. Salah satu persyaratan itu tidak
lain adalah harus memiliki Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah
persyaratan semacam ini, maka sejatinya partai politik tidak lain adalah
sebuah badan hukum yang merupakan subyek hak. Secara internal posisi
kepentingan politik bangsa dan negara. Hal ini menandakan bahwa rumusan
merupakan manifestasi dari hak politik warga negara yang dijamin oleh
dan AD/ART setiap partai politik kedaulatan partai berada pada anggota.76
ditetapkan dalam AD dan ART partai politik. Selain harus demokratik sesuai
dengan asas kedaulatan partai terletak di tangan para anggota, AD/ART partai
rakyat atau organisasi kader dari, oleh dan untuk para anggota atas dasar
sentralisme dan personalisme ketua umum adalah pada Pasal 9 ayat (3) ART
struktur organisasi Partai yang lebih tinggi di dalam hal-hal yang tidak
Pengaruh;
Dasar hukum;
Konformitas hukum.
hukum, bahwa wewenang itu selalu harus dapat ditunjuk dasar hukumnya dan
wewenang, yaitu standar umum (semua jenis wewenang) dan standar khusus
49
AD dan ART partai politik merupakan Kode Etik bagi anggota partai
dalam konsep hukum public dan hukum privat, sementara istilah wewenang
79 Philipus M. Hadjon, “Hukum Administrasi Dan Tindak Pidana Korupsi”, Yogyakarta :Gadjah Mada
lain, keputusan pemerintah oleh organ yang berwenag harus di dasarkan pada
wewenang yang secara jelas telah diatur, dimana wewenang telah di tetapkan
Partai politik yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
82Philipus M.Hadjon,Ibid.hlm.1.
83Kamus Besar Bahasa Indonesia ,Cetakan Pertama Edisi III,Jakarta:Balai Pustaka,hlm1272.
51
peraturan perundang-undangan;
peraturan perudang-undangan;
perundang-undangan;
52
terdiri dari kata “syn” dan “histanai” dari kata Greek, yang berarti to place
84 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik sebagaimana telah diubah melalui
2010, ,hlm.61.
86 Beddy Iriawan Maksudi, Sistem Politik Indonesia :Pemahaman Secara Teoristik Dan
elemen yang saling berinteraksi satu sama lain, dalam sistem tidak menghendaki
adanya konflik antar unsure unsur yang ada dalam sistem, kalau sampai terjadi
hubungan antara satu dengan yang lainnya. Hal ini berarti pengetahuan-
dengan yang lainnya secara fungsional dalam satu sistem.89 Berpikir secara
sistem, berarti secara menyeluruh hal-hal yang didekati tidak lagi bermula dari
87 Dasril Rajab , Hukum Tata Negara Indonesia , Jakarta:Rineka Cipta , 2005 ,hlm 64.
88 Teguh Prasetyo & Abdul Halim Barakatullah, Filsafat, Teori, & Ilmu Hukum: Pemikiran Menuju
Masyarakat Yang Berkeadilan Dan Bermartabat, Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012,hlm. 311.
89 A. Susanto, Filsafat Ilmu: Suatu Kajian Dalam Dimensi Ontologis, Epistimologis, Dan Aksiologis,
sama lain serta terikat pada rencana (planned) yang sama untuk mencapai
mengetahui apakah segala sesuatu itu dapat dikatakan sistem maka harus
(bagian-bagian, elemen-elemen).
(complex).
92 Beddy Iriawan , Sistem Politik Indonesia : pemahaman Secara Teoritik Dan Empirik , Jakarta : Raja
Grafindo , 2012,hlm.8-9.
55
hubungan pembenaran.93
rangkaian, yang kait-mengkait satu sama lain. Fungsi sistem bagi unsur-unsur,
elemen-elemen, bagian-bagian yang terikat dalam suatu unit yang satu sama
lain berada dalam keadaan kait-mengkait adalah mutlak adanya. Suatu sistem
telah ditentukan di dalam metode agar daya kerja metode itu konsisten,
sehingga pencapaian tujuan itu membentuk totalitas unit lebih dapat terjamin.
Istilah atau terminologi sistem ketatanegaraan terdiri dari kata sistem dan
93 H.R. Otje Salman S. & Anthon F. SusantoTeori Hukum (Mengingat,Mengumpulkan, Dan Membuka
Ketatanegaraan Menurut UUD 1945”, dalam Siti Sundari Rangkuti, Dkk, Editor, Dinamika Perkembangan
Hukum Tata Negara Dan Hukum Lingkungan, Airlangga University Press, Surabaya, 2008. hlm. 197.
56
2. barang apa yang telah disusun (diatur, dsb); mis. Susunan kalimat,
Dalam pada itu menurut kamus yang sama, “ketatanegaraan” diberi arti
“segala sesuatu mengenai tata negara seperti politik, dsb.”. Dalam kamus itu
juga “tata negara” diberi arti “segala sesuatu yang mengenai peraturan-
hukum yang bertalian dengan susunan dan peraturan negara; ilmu tata negara,
95 Abdy Yuhana, Sistem Ketatanegaran Indonesia Pasca Perubahan UUD 1945 Sistem Perwakilan Di
Indonesia Dan Masa Depan MPR, Bandung,: Fokusmedia, , 2009,hlm. 68.
57
negara”.96
normatif kepada aspek hukum (juridical thinking) melulu, tetapi juga, dimana
perlu, harus juga mengacu pada segi filosofis dan politis, karena memang
menurut disiplin ilmu hukum tata negara modern ini, ada 3 (tiga) macam
RPJPN.97
Ciri yang khas pada norma hukum tata negara, ialah bahwa ia adalah
96 Sri Soemantri Martosoewignjo, , “Susunan Ketatanegaran Menurut UUD 1945”, dalam Sri Soemantri
M., Dkk, Editor, Ketatanegaran Indonesia Dalam Kehidupan Politik Indonesia 30 Tahun Kembali Ke Undang-
Undang Dasar 1945, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1993. hal. 35-36.
97 M. Solly Lubis, “Reformasi Politik Hukum: Syarat Mutlak Penegakan Hukum Yang Paradigmatik”,
dalam Sophia Hadyanto, Dkk, Editor, Paradigma Kebijakan Hukum Pasca Reformasi Dalam Rangka Ultah Ke-
80 Prof. Solly Lubis, Jakarta: Sofmedia, 2010, hlm. 64.
58
Undang Dasar. Selain itu, berdasarkan Pancasila maka dianut pula prinsip
98M. Solly Lubis, , Hukum Tatanegara, Bandung: Mandar Maju, 2008, hlm. 39.
99Penjelasan Umum Undang-Undang No. 16 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
59
berdasarkan UUD 1945 yang asali. Salah satu gagasan fundamental yang sudah
1945. Jika sebelumnya ditentukan dalam Pasal 5 ayat (1) UUD 1945 bahwa
dan dilakukan dengan persetujuan DPR, maka dalam perubahan pertama dan
kedua UUD 1945 Pasal 20 ayat (1) kekuasaan untuk membentuk undang-
menurut Pasal 5 ayat (1) yang baru ditentukan hanya berhak mengajukan
100 Jimly Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata …., Op Cit , hlm,. 153.
60
undang.101
Rakyat Republik Indonesia, secara yuridis sebagai dasar kehadiran lembaga baru
101M. Iqbal Hasan, Pokok-pokok Materi Pendidikan Pancasila, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2002, hlm.77—78.
61
Republik Indonesia yang diatur dalam Pasal 22C dan Pasal 22D. Sebagai
tindaklanjut dari Pasal 22C dan Pasal 22D Undang-Undang Dasar Negara
ini disebut sebagai lembaga tertinggi negara itu memang telah mengalami
perubahan yang sangat mendasar, akan tetapi keberadaannya tetap ada sehingga
sistem yang kita anut tidak dapat disebut sistem bikameral ataupun satu kamar,
dalam kerangka struktur parlemen Indonesia itu memang telah terjadi mengenai
unsur keanggotaan MPR. Dengan demikian, anggota MPR hanya terdiri atas
‘supreme body’ yang memilik kewenangan tertinggi dan tanpa kontrol, dan
62
102
karena itu kewenangannyapun mengalami perubahan-perubahan mendasar.
yaitu:
Dasar,
UUD, (b) melantik Presiden dan Wakil Presiden, (c) memberihentikan Presiden
power) secara tegas antara fungsi legislatif dan eksekutif dalam perubahan pasal
5 ayat (1) juncto pasal 20 ayayt (1) dalam perubahan pertama UUD 1945 yang
dipertegas lagi dengan tambahan pasal 20 ayat (5) perubahan kedua UUD 1945.
102 Jimly Asshiddiqie, Struktur Ketatanegaraan Indonesia Setelah Perubahan Keempat UUD Tahun
1945, Makalah Penegakan Hukum dalam Era Pembangunan Berkelanjutan, Badan PembinaanHukum Nasional,
Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI, Denpasar, 14—18 Juli 2003, hlm.15.
63
rancangan Undang-Undang. Dengan perubahan ini berarti UUD 1945 tidak lagi
Presiden dan Wakil Presiden dalam satu paket secara langsung oleh rakyat
dalam ketentuan pasal 6A ayat (1) perubahan ketiga UUD 1945 yang sekaligus
dan sistem pertanggung jawaban Presiden tidak lagi dilakukan kepada Majelis
Permusyawaratan Rakyat, tetapi juga langsung kepada rakyat. Oleh karena itu,
rakyat, kedaulattan yang ada ditangan rakyat itu, sepanjang menyangkut fungsi
legislatif, dilakukan oleh MPR yang terdiri atas dua kamar dewan, sedangkan
dalam bidang eksekutif dilakukan oleh Presiden dan Wakil Presiden sebagai satu
paket kepemimpinan eksekutif yang dipilih langsung oleh rakyat. 104 Majelis
dimasa depan berubah menjadi nama dari lembaga perwakilan rakyat Indonesia
yang terdiri atas Dewan Perwakilan Rakyat dan Dewan Perwakilan Daerah yang
103
Jimly Asshiddiqie ,Ibid., hlm. 16.
104Pasal 1 angka 3 Undang-Undang No. 16 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Dewan Perwakilan
Daerah
64
1. Pengertian Parlemen
parliament, house dan chamber, namun semuanya merujuk pada hal yang sama.
“mengobrol” ; house dan chamber adalah tempat dimana assembly dan parliament
parlemen.105
105 Kenneth Newton – Jan W. Van Deth , Op. Cit, hlm. 94.
106 Elizabeth A. Martin,Oxford Dictionary of Law: Seventh Edition,(New York:Oxford University
Press,2009),hal.393.
107 Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary: Ninth Edition, (United State of Amerika : Thomso
Reuters Publishing),hal.1225.
65
representation ), yaitu perwakilan rakyat yang melalui partai politik (parpol) yang
mempunyai kemampuan atau kewajiban dan bertindak atas nama orang yang
memilih partai tersebut. Lembaga ini di Indonesia disebut juga dengan Dewan
lembaga perwakilan (politik) ini sering disebut lembaga legislatif karena tugas
fungsi dari lembaga tersebut tidak hanya membuat UU, tetapi juga memiliki
mencangkup beberapa orang dari perwakilan rakyat dengan jumlah yang sangat
terbatas, yang memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain dengan kesamaan
Rakyat memiliki bentuk dan nama yang berbeda di tiap negara berdasarkan rezim
pandang sebagai representasi mutlak warga negara dalam rangka ikut serta
2. Struktur Parlemen
Secara umum, ada tiga prinsip perwakilan yang dikenal di dunia , yaitu :
109 Fatmawati,Struktur dan Fungsi Legislasi Parlemen dengan sistem Multikameral: Studi
2016,hlm.13
111 Jimly Asshiddiqie,”Pokok – Pokok Hukum Tata Negara Indonesia : Pasca Reformasi “, Jakarta : Pt.
salah satu pilar demokrasi modern. Namun, pilar partai politik ini dipandang
negara yang berbentuk federal, sistem double-checks ini diangp lebih ideal.
sangat besar jumlah penduduknya. Karena itu, UUD 1945 yang sejak
Itu sebabnya maka Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 yang lama berbunyi,
Bagian Keempat
Pemberhentian Antarwaktu
Pasal 13
a. meninggal dunia;
c. diberhentikan.
lebih;
perundang-undangan;
Pasal 14
(1) huruf a dan huruf b serta pada ayat (2) huruf c, huruf d, huruf g,
dan huruf h diusulkan oleh ketua umum atau sebutan lain pada
Pasal 15
(1) Dalam hal anggota partai politik diberhentikan oleh partai politiknya
(2) Dalam hal belum ada putusan pengadilan yang telah memperoleh
ayat (2) paling lama 14 (empat belas) Hari sejak usul pemberhentian
Bagian Kelima
Penggantian Antarwaktu
Pasal 16
dari partai politik yang sama pada daerah pemilihan yang sama.
(2) Dalam hal calon anggota yang memperoleh suara terbanyak urutan
berikutnya dari partai politik yang sama pada daerah pemilihan yang
sama.
Bagian Keenam
Pasal 17
(3) Paling lambat 7 (tujuh) Hari sejak menerima nama calon pengganti
(4) Paling lambat 14 (empat belas) Hari sejak nama Anggota yang
dipandu oleh pimpinan DPR, dengan tata cara dan teks sumpah/janji
D. Hak Recall
diatur dalam Pasal 213 ayat (1) dan (2) serta Pasal 383 ayat (1) dan (2) UU
MD3.
Jika recall diartikan dalam arti luas berdasarkan Pasal 213 ayat (2)
Perwakilan Rakyat Daerah memang recall adalah sesuatu yang wajar adanya
ketika memenuhi salah satu syarat recall diatas maka keanggotaan DPR yang
pejabat eksekutif atau legislative yang mereka pilih, yang telah terbukti tidak
75
prosedur melalui mana seorang pejabat eksekutif untuk bisa di turunkan dari
oleh rakyat yang dilakukan atas dasar pengajuan suatu petisi yang
Kedudukan MPR, DPR, dan DPRD, hak recall disebut ‘‘hak megganti’’,
Recall telah hadir dan dikenal secara formal di bumi Indonesia sejak
Pemilihan Umum. Undang-undang ini lahir beberapa bulan setelah Orde Baru
loyal pada Orde Lama pimpinan Soekarno.116 Dengan demikian hak recall
diatur dalam suatu undang-undang bukan diatur dalam Peraturan Tata Tertib
akan mengikat juga secara ekstern partai politik atau organisasi politik yang
hak recall di masa Orde Baru diatur dalam Pasal 15 huruf a, huruf b, dan
sebagai berikut:
116 Ni’matul Huda, Dinamika Ketatanegaraan Indonesia Dalam Putusan Mahkamah Konstitusi.,
(Yogyakarta FAHRI HAMZAH UII Press.),.2011 . hal. 160..
77
berikut:
wenang.”
Tahun 1975 menentukan Pasal 43 ayat (1) diganti dengan ketentuan yang
Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3),
ayat (4), dan ayat (5) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah."
Halil, Chalid Mawardi, MA. Ganni, Darussamin AS, Ruhani Abdul hakim
mereka yang diusulkan sejak Desember 1984 hingga Maret 1985 ditanggapi
dingin oleh pimpinan DPR waktu itu Amir Machmud dan ternyata usul recall
itu tidak diteruskan oleh pimpinan DPR kepada Presiden. Kemudian pada
politik’ (melanggar tata tertib partai). Usulan FPP disetujui oleh ketua DPR
Kemas Fachrudin, Edi Junaedi, Suparman, Jaffar, dan Thalib Ali (semua
anggota DPR periode 1982- 1987). Ketiga, recalling di tubuh Golkar pertama
dianggap terlibat kasus Malari 15 Januari 1974. Recalling kedua terjadi pada
recall oleh partai politik yang selama Orde Baru efektif digunakan oleh partai
Perwakilan Rakyat Daerah, yang diatur pada Pasal 85 ayat (1) huruf c sebagai
berikut:
117 Ibid., hal. 161-162
118 Ibid., hal. 163.
82
berikut:
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, b, dan c serta ayat (2) huruf d
83
diresmikan.”
ketentuan pada Pasal 85 ayat (1) huruf c langsung disampaikan oleh Pimpinan
apabila:
Pengaturan recall pada Pasal 16 ayat (1) huruf d, ayat (2), dan ayat (3)
bahwa:
Rakyat Daerah. Pengaturan recall kembali muncul dalam Pasal 213 ayat (2)
huruf e dan huruf h. Hegemoni partai politik dalam hak recall masih sangat
besar.
sesuatu.119 Maka dapat diartikan bahwa hak adalah kekuasaan yang benar
119Tim Penyusun Kamus Pusat, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002). hlm.427.
85
relations).
papers121
Dalam Black’s Law Dictionary juga terdapat definisi mengenai recall yaitu :
replacement.
120 P.H.Collin, Dictionary Of Law: Third Edition, (London: Peter Collin Publishing, 2000), hlm. 306.
121 121 P.H.Collin ,Ibid.hlm.306
86
menjadi 3 (tiga) makna, yaitu penghapusan seorang pejabat publik dari kantor
pencabutan keputusan untuk alasan faktual atau hukum. Selain definisi recall,
voters have the opportunity to remove a public official from office,123 yang
Recall yaitu The further examination of a witness after his evidence has been
completed. The judge may permit the recall of a witness even after the close
Witness yang memiliki definisi yaitu The judge has a discretionary power to
122 Bryan A.Garner, Black’s Law Dictionary: Seventh Edition, (United Staties of America: West Group
2000), hlm.329.
87
allow the recall of a witness after the close af a party’s case to allow evidence
in rebuttal.125
Recall merupakan kata dalam bahasa Inggris , yang terdiri dari kata
“re’ yang artinya kembali dan “call” yang artinya di panggil atau memanggil .
Jika kata ini disatukan maka kata recall ini akan berarti di panggil atau
memanggil kembali . Kata recall ini merupakan suatu istilah yang di temukan
lain menurut kehendak rakyat.126, Jadi dalam konteks inin recall merupakan
suatu hak yang diiliki pemilih terhadap orang yang dipilihnya 127
dihubungkan dengan hak partai untuk me-recall anggotanya dari kursi DPR,
125 L.B. Curzon, Dictionary Of Law: Fifth Edition, (Great Britain: Pitman Publishing, 1998), hlm. 401.
126 Efriza,Studi Parlemen; Sejarah, Konsep, da Lanskap Politik Indonesia ,(Malang :Setara
Press,2014).hlm 300.
127 Haris Munandar(ed),Pembangunan Politik ,Situasi Global dan Hak Asasi Manusia , Jakarta :
Gramdia .1994.hlm.128
128 Moh. Mahfud MD, Politik Hukum Di Indonesia,( Jakarta :Rajagrafindo Persada), hal. 254.
88
Recall Recht: het recht van een politieke partij om een via haar kandidaten
demikian, recall merupakan hak suatu partai politik untuk menarik kembali
hak recall partai politik adalah suatu penarikan kembali atau pemberhentian
ini yaitu recall oleh partai politik. Karena recall sebenarnya tidak saja dapat
dilakukan oleh partai politik tetapi bisa juga oleh Badan Kehormatan DPR.
129 Pataniari Siahaan, 2012, Politik Hukum Pembentukan Undang-Undang Pasca Amandemen UUD
1945, Konpress, Jakarta, hal. 144
130 Putusan Mahkamah Konstitusi No. 008/PUU-IV/2006 Perihal Pengujian Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2003 Tentang Susunan Dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD Serta Undang-Undang Nomor 31
Tahun 2002 Tentang Partai PolitikTerhadap UUD 1945.
131 J.J.A. Thamassen (red), “Democratie, Theorie en Praktijk, Alphen aan den Rijn, Brussel, Samson
Uitgeverij”, 1981, hlm. 156, dikutip dari Putusan Mahkamah Konstitusi No. 008/PUU-IV/2006.
89
politik terhadap para anggotanya yang duduk sebagai anggota parlemen, baik
di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Hak recall sendiri tidak lepas dari
eksistensi partai politik. Keberadaan partai politik merupakan salah satu dari
Hak recall itu menimbulkan kontroversi. Hal ini disebabkan ada dua
aliran yang bertentangan. Aliran pertama berpendapat bahwa wakil rakyat itu
Negara Republik Indonesia tahun 1945 secara eksplisit diatur dalam Pasal
28E ayat (3) yang berbunyi, “Setiap orang berhak atas kebebasan
berserikat,133
representative into a mere delegate, making him the victim of the corrupt
attacks of any active and intriguing clique, and this would tend to drive public
korup dari kelompok yang aktif dan berintrik, dan cenderung mengarahkan
kehidupan publik).
132 R.M. Ananda B. Kusuma, 2006, Tentang “Recall”, Jurnal Konstitusi, Volume 3, Nomor 4,
Desember, Sekretariat Jendral Dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Jakarta, hal. 156-157.
133 Nike K. Runokoy, Kajian Yuridis tentang hak Recall Parta Politik Dalam sistem ketatanegaraan
History and Exiting Form, Sidgwick & Jackson Limited, London. 1960., hal. 288.
91
kepada konstituen karena terpilih dengan suara terbanyak. Tapi pada saat dia
dengan adanya pranata ini, apalagi nanti kalau bicara soal fraksi, ada suara
adalah utusan partai politik yang memenangkan kursi DPR dalam proses
pemilu. Sebagai utusan partai politik, anggota DPR tidak dapat menyatakan
pikiran atau pendapat, dan atau tindakan yang berbeda atau menyimpang dari
pendirian atau kebijakan yang telah ditetapkan oleh partai politik; bahkan jika
pikiran, pendapat atau tindakan anggota DPR itu sesuai atau mencerminkan
aspirasi dan atau kepentingan masyarakat dari daerah pemilihan anggota DPR
yang bersangkutan.
negara ditentukan oleh partai politik baik secara langsung maupun tidak
135 Bilal Dewansyah, “Implikasi Pergeseran Sistem Pemilu Terhadap Pola Hubungan Wakil Rakyat dan
Rakyat: Mungkinkah Pergeseran Tipe Wakil rakyat Dari Partisan Ke Politico”, dalam Setyanto, Widya P., Dkk,
Editor, Representasi Kepentingan Rakyat Pada Pemilu 2009 Dinamika Politik Lokal Di Indonesia, Salatiga. 2010
hal. 67-68.
136 Tommi A. Legowo, “Pemilu 2009, Kosolidasi Demokrasi Dan Perwakilan Politik”, dalam Basyar,
kekuasaan negara niscaya harus melalui partai politik. Suka atau tidak, partai
(pemerintah dan DPR) dan infra struktur politik (partai politik) sendiri yang
tidak selalu sesuai dengan hakikat kedaulatan rakyat dan hakikat bahwa
ayat (1) huruf d dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang
Partai Politik) tidak menjamin prinsip due process of law yang merupakan
salah satu prinsip negara hukum, karena bisa bersifat subjektif pimpinan
137 3 Ramlan Surbakti, “Demokrasi Deliberatif Dan Partisipatif”, dalam Ramses M., Andy, Dkk,
Editor, Politik Dan Pemerintahan Indonesia, Masyarakat Ilmu Pemerintahan Indonesia, Jakarta. 2009., hal. 141.
138 Miriam Budiardjo, 1981, “Partisipasi Dan Partai Politik: Suatu Pengantar”, dalam Miriam
Budiardjo, Editor, Partisipasi Dan Partai Politik Sebuah Bunga Rampai, Gramedia, Jakarta, hal. 15-16.
139Miriam Budiardjo, Ibid., hal. 158.
93
partai politik yang sulit dikontrol oleh publik. Jadi perlu dihadapkan pada
tinggi dan suara yang diberikan rakyat pada pemilu kepada anggota partai
kepentingan partai. Hal diatas dikemukakan bahwa hak recall partai politik
BAB III
PEMBAHASAN
(DPTP) PKS. Dalam pertemuan yang dimulai sekitar jam 15.30 tersebut hadir 3
(tiga) anggota DPTP yaitu Ketua Majelis Syuro (KMS), Wakil Ketua Majelis
partai yang berbasis Islami , maka dari itu sebagai kader dan partai dakwah yang
arahan Partai saat itu antara lain; (1) Mengucakan perkataan yang tidak sopan
untuk para anggota DPR RI. Pernyataan ini diadukan oleh sebagian anggota
140 http://pks.id/content/penjelasan-pks-tentang-pelanggaran-disiplin-partai-yang-dilakukan-saudara-
fahri-hamzah, diakses pada 18 Desemer 2017 pukul 23:38
95
Hamzah diputus oleh MKD melakukan pelanggaran kode etik ringan.; (2)
badan untuk 7 (tujuh) proyek DPR RI yang mana hal tersebut bukan merupakan
tentang Penghargaan dan Sanksi. Dan di dalam ayat (3) dinyatakan bahwa Partai
aturan syariat dan/atau organisasi, menodai citra partai atau perbuatan lain yang
bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, dan atau
Partai.141
politik Fahri Hamzah tetap tidak berubah. Sikap kontroversi dan kontraproduktif
kembali berulang, bahkan timbul kesan adanya saling silang pendapat antara
Fahri Hamzah selaku pimpinan DPR RI dari PKS dengan pimpinan PKS
yang mengemuka saat itu di publik adalah (1) Kenaikan tunjangan gaji pimpinan
dan anggota DPR RI dinilai oleh Fahri Hamzah masih kurang, padahal Fraksi
negara, termasuk pimpinan dan anggota DPR RI; (2) Terkait Revisi UU KPK,
pihak yang sok pahlawan dan ingin menutupi boroknya, padahal di saat yang
sama WKMS dan Presiden PKS telah secara tegas menolak revisi UU KPK.
Silang pendapat yang terbuka antara Fahri Hamzah dengan Pimpinan Partai ini
tentunya mengundang banyak pertanyaan di publik dan juga dari internal kader
PKS.
Akhirnya pada tanggal 23 Oktober 2015 di Ruang Kerja DPTP PKS, KMS
sikap Fahri Hamzah tidak sesuai dengan arahan Partai dan tidak sesuai dengan
tanggal 1 September 2015. Untuk itu demi kemaslahatan Partai ke depan dan
di posisi Wakil Ketua DPR RI perlu ditinjau. Walau demikian, KMS tetap
dioptimalkan perannya, sehingga Fahri Hamzah akan ditugaskan pada posisi lain
di DPR RI (salah satu pimpinan dari Alat Kelengkapan Dewan DPR RI).
97
rotasi jabatan sebagai Wakil Ketua DPR RI dapat dilakukan dengan cara
mengajukan pengunduran diri dari jabatannya sebagai Wakil Ketua DPR RI.
dirinya kepada kolega sesama pimpinan DPR RI, kepada Presidium Koalisi
Merah Putih (KMP), dan kepada keluarganya. Hanya saja Fahri Hamzah
2015 sebelum masuk masa reses DPR RI sehingga saat masuk masa sidang
berikutnya posisi Fahri Hamzah sudah tidak lagi menjabat sebagai Wakil Ketua
DPR RI.
Hamzah tidak berubah. Bahkan dalam kasus Ketua DPR RI yang diadukan oleh
Menteri ESDM kepada MKD terkait pelanggaran etika (Kasus Freeport), Fahri
proses persidangan di MKD DPR RI. Hal ini semakin menunjukkan Fahri
datang ke kantor DPTP PKS. Pada saat itu, KMS menanyakan perkembangan
proses pengunduran diri Fahri Hamzah dari jabatannya sebagai Wakil Ketua
sendiri. Di luar dugaan, Fahri Hamzah menyatakan bahwa dia berfikir ulang
mengundurkan diri dari jabatannya itu akan berakibat terjadinya kocok ulang
pimpinan DPR RI,143 sehingga menurut Fahri Hamzah PKS akan kehilangan
KMS telah mempelajari bahwa hal itu tidak akan berakibat kocok ulang dan
143 Lihat putusan pengadilan negeri dengan nomor register perkara 214/Pdt.G/2016/PN.JKT.Sel.
Gugatan Perbuatan Melawan Hukum kasus Fahri Hamzah.
99
mantan anggota Pansus RUU MD3 tersebut dari unsur FPKS DPR RI.144
mengundurkan diri, maka akan digantikan oleh anggota dari Fraksi yang
bersangkutan. Atas logika dan fakta yuridis itu, dalam kesempatan tersebut Fahri
atas dan bahkan menegaskan bahwa dirinya memilih ingin tetap berada dalam
surat pengunduran diri Fahri Hamzah dari jabatannya sebagai Wakil Ketua DPR
kepada Fahri Hamzah melalui pesan singkat WA yang dijawab oleh Fahri
Lantai 2 Kamar 209 (Sekretariat Fraksi PKS MPR RI). Sesuai dengan amanah
pengunduran diri termaksud secara langsung kepada Fahri Hamzah Pada saat
pengunduran dirinya itu,145 Fahri Hamzah secara halus menolak dengan alasan:
(a) meminta izin untuk mempelajari surat pengunduran diri tersebut seraya
KMS untuk menindaklanjuti surat tersebut. Atas permintaan Fahri Hamzah itu,
atas, KMS lalu mengirim pesan kepada Fahri Hamzah yang isinya memberi
meminta untuk bertemu esok harinya, pada hari Senin, 14 Desember 2015.
Pada tanggal 14 Desember 2015 pukul 01.00 WIB Fahri Hamzah mengirim
pesan kepada KMS yang isinya: (a) belum Tubagus Soenmandjaja (b) hatinya
145 Lihat putusan pengadilan negeri dengan nomor register perkara 214/Pdt.G/2016/PN.JKT.Sel.
Gugatan Perbuatan Melawan Hukum kasus Fahri Hamzah. Hlm. 24
101
belum mantap untuk melaksanakan tugas tersebut, (c) akan bicara pada
LAWYER dan guru besar Tata Negara, (d) alasan lainnya terkait kegiatan DPR.
kepada Fahri Hamzah untuk konsultasi kepada siapa saja dan ditunggu sampai
esok harinya tanggal 15 Desember 2015 pukul 09.00 WIB. Tetapi hari itu
FAHRI HAMZAH tidak bisa datang dengan alasan kegiatan di DPR RI.
Pada tanggal 16 Desember 2015, sekitar pukul 08.00 WIB akhirnya datang
terakhir bagi Fahri Hamzah, oleh karena itu jika Fahri Hamzah tidak bersedia
menurut AD/ART PKS. KMS mengingatkan hal tersebut hingga dua kali dan
Fahri Hamzah mengatakan dia paham AD/ART PKS dan siap menjalani proses
tersebut.
102
Karena Fahri Hamzah menyatakan paham AD/ART PKS dan siap menjalani
AD PKS Bab XVIII terkait Penghargaan dan Sanksi Pasal 26 ayat (3) yang
menyebutkan: 146
citra partai atau perbuatan lain yang bertentangan dengan AD/ART dan/atau
Penjatuhan Sanksi Bab V terkait Obyek Hisbah pada Bagian Kedua Kategorisasi
seperti: (a) melanggar sumpah atau janji setia anggota partai; (b)
146 Lihat AD PKS Bab XVIII terkait Penghargaan dan Sanksi Pasal 26 ayat (3).
103
melanggar peraturan dan keputusan Partai; (e) tanpa alasan sah tidak
DPP PKS sesuai AD/ART PKS. Persoalan yang dilimpahkan adalah terkait
mekanisme pemberhentian dan penggantian Anggota DPR diatur dalam Bab III
Pasal 41
d. paling lama 7 (tujuh) Hari sejak keputusan dalam rapat paripurna DPR
Pasal 46
(1) Dalam hal ketua dan/atau wakil ketua DPR berhenti dari jabatannya
penggantian.
wakil ketua DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam rapat
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ketua dan/atau wakil ketua DPR
mengucapkan sumpah/janji.
DPP PKS, sebab Bidang Kaderisasi DPP PKS adalah bidang yang terkait
Partai kepada BPDO sebagai Badan yang oleh AD/ART PKS diberikan
BPDO yang menyatakan bahwa Fahri Hamzah tidak bisa hadir pada
tersebut dibahas dalam rapat BPDO pada tanggal 4 Januari 2016. BPDO
4. Pada tanggal 11 Januari 2016 pukul 19.30 WIB, Fahri Hamzah datang ke
yang telah disampaikan oleh Fahri Hamzah kepada Pimpinan Partai pada
tersebut terjadi di ruang kerja KMS di kantor DPTP PKS bukan di rumah
pribadi KMS, sehingga itu tidak benar jika dianggap sebagai permintaan
pribadi KMS.
7. Selain itu dalam rapat tersebut, BPDO juga mengundang saksi ahli saudara
persidangan Majelis Qadha yakni Iskan Qolba Lubis, Jazuli Juwaini, Fadli
sebagian usulan Teradu yang mengajukan saksi yaitu Iskan Qolba Lubis
10. Pada tanggal 28 Januari 2016 persidangan kedua Majelis Qadha atas
diduga:
Partai”
110
Partai.
d. Melanggar Pedoman Partai No.01 Tahun 2015 Pasal 11 Ayat (2) huruf
a, b, e, dan m.
terbatas seperti:
persatuan jamaah.
11. Pada tanggal 29 Januari 2016 pukul 08.00 WIB, Majelis Qadha memanggil
dan meminta keterangan Saudara Iskan Qolba Lubis dan Saudara Jazuli
Juwaini sebagai saksi yang diajukan oleh Teradu. Kedua saksi sudah
Tahkim.” Dan Pedoman Partai No.2 Tahun 2015 Pasal 44 ayat (4) yang
14. Majelis Tahkim dalam AD/ART PKS yang disebut di atas adalah sebutan
rapat DPTP pada tanggal 28 Januari 2016. DPP PKS sesuai arahan DPTP
2016.
ahli.
16. Pada tanggal 15 Februari 2016 Majelis Tahkim meminta pendapat saksi
Syuro, baik lisan atau pun tulisan. Jika sebuah arahan bersifat lisan, apakah
17. Majelis Tahkim juga meminta kesaksian dari KMS di kantor DPP PKS
pada tanggal 18 Februari 2016 terkait arahan KMS kepada Teradu itu
113
pribadi ataukah lembaga dari sudut pandang AD/ART dan Peraturan Partai
lainnya.
yang diperlukan. Karena itu setelah rapat, Majelis Tahkim mengirim surat
19. Pada Sabtu, tanggal 20 Februari 2016 pukul 21.44 WIB Teradu
dipercepat. Tapi jika boleh diundur di pekan yang sama, gak pa- pa, agar
Fahri Hamzah.” Pada saat itu, Fahri Hamzah sedang melakukan kunjungan
20. Pada hari Ahad tanggal 21 Februari 2016 pukul 14.00 WIB, HNW
juga Anggota DPR RI FPKS) bahwa Fahri Hamzah dan rombongaan yang
tidak ada lagi agenda disana, dan saat itu semua sudah tiba di Indonesia.
Artinya dapat disimpulkan bahwa Fahri Hamzah sudah ada di Jakarta dan
21. Pada tanggal 22 Februari 2016 sidang pertama Majelis Tahkim digelar
pukul 16.12 WIB, Teradu tidak hadir di tempat dan tidak ada kabar
tersebut sudah selesai sebelum pukul 15.00 WIB karena pukul 15.00 WIB
RI.
115
22. Meskipun Teradu tidak hadir pada sidang Majelis Tahkim pertama di atas,
pada tanggal 25 Februari 2016 pukul 20.00 WIB. Selanjutnya pada hari itu
25 Februari 2016.
23. Setelah sidang Majelis Tahkim ditutup, beberapa saat kemudian sekitar
pukul 18.30 WIB datang utusan Teradu dengan membawa surat dari
Teradu yang ditujukan kepada Ketua Majelis Tahkim PKS HNW yang
persidangan Majelis Tahkim hari ini (22- 02-2016). Saya mohon agar
24. Dengan penyebutan HNW sebagai Ketua Majelis Tahkim dalam surat
Majelis Tahkim PKS dibentuk secara sah oleh DPTP PKS berdasarkan AD
PKS Pasal 15 Ayat (6) dan Pedoman Partai No.2 Tahun 2015 Pasal 35
116
Ayat (1) serta merujuk kepada ketentuan UU No.2 tahun 2011 tentang
25. Pada tanggal 25 Februari 2016 sekitar pukul 18.00 WIB, Teradu
tidak mau hadir dalam persidangan kedua Majelis Tahkim yang akan
yang menilai tuntutan ini tidak relevan dan dakwaan tersebut sudah
dibacakan saat Sidang Majelis Qadha kedua pada tanggal 28 Januari 2016
dimana Teradu juga sudah hadir dalam sidang tersebut. Akhirnya Majelis
berikutnya.
26. Pada tanggal 26 Februari 2016 DPP PKS menerima surat dari Kementerian
Hukum dan HAM yang pokok isinya memohon DPP PKS untuk
yang bersifat tetap. Surat dari Kementerian Hukum dan HAM tersebut
117
27. Surat dari Kementerian Hukum dan HAM tersebut di atas tidak
Oleh karena itu pada rapat DPTP tanggal 29 Februari 2016, DPTP telah
28. Pada rapat Majelis Tahkim Tanggal 7 Maret 2016, Majelis Tahkim
Teradu untuk hadir dalam sidang Majelis Tahkim yang ketiga tersebut.
118
29. Pada tanggal 10 Maret 2016, Teradu mengirimkan surat yang isinya
Teradu tidak relavan dan berlebihan. Oleh karena itu Majelis Tahkim tetap
2016, Majelis Tahkim bersidang untuk yang ketiga kalinya tanpa dihadiri
30. Pada sidang ketiga Majelis Tahkim tanggal 11 Maret 2016, setelah
Bahwa pokok perkara yang menjadi inti dari gugatan perbuatan melawan
procedural dan mekanisme yang benar sebagaimana diatur dalam Anggran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga Partai Keadilan Sejahtera Anggaran Dasar dan
atau bertepatan dengan 5 Rabiul Awal 1437, Pedoman Partai Nomor 2 Tahun
bertepatan dengan 5 Rabiul Awal 1437, Panduan Dewan Pengurus Pusat Tentang
PKS/1429.
120
1) Bahwa Partai Keadilan Sejahtera adalah Partai yang memiliki Anggaran Dasar,
I pada tanggal 10 Agustus 2015 dan dinyatakan mulai berlaku sejak ditetapkan;
mengenai :
a. Meninggal dunia ;
b. Mengundurkan diri ;
sendirinya ;
Majelis Tahkim.
Setelah itu Fahri Hamzah menjalani pemeriksaan internal (di BPDO) dan
(1) Pasal 15 ayat (5) huruf e dan Pasal 30 ayat (1) Anggaran Dasar PKS ;
(2) Pasal 6 ayat (1), ayat (3) dan ayat (6) Anggaran Rumah Tangga PKS ;
(3) Pasal 11 ayat (2) huruf a,b,e dan m. Pedoman Partai No. 1 tahun 2015
Majelis Qadha No. 01/PUT/PDOPKS/ 1437 tanggal 29 Januari 2016. Dan jika
yang berbunyi :
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh suatu Mahkamah Partai Politik
kepada Kementerian.
puluh) hari.
e. Putusan Mahkamah Partai Politik atau sebutan lain bersifat final dan
dengan kepengurusan.
(2) pelanggaran terhadap hak anggota Partai Politik ; (3) pemecatan tanpa
123
keuangan ; dan atau (6) keberatan terhadap keputusan Partai Politik .148
partai PKS tidak memperhatikan hak dasar dari Fahri Hmzah untuk membela
dirinya terhadap aduan yang ditimpakan pada dirinya dan hal ini bertentangan
yang membuat nama baik Fahri Hamzah menjadi tercoreng , dan setelah
terhadap fahri Hamzah maka dari itu majelis hakim memutuskan bahwa segala
pemberhentian dan pergantian Fahri Hamzah tidak sah dan tidak memiliki
Gugatan Perbuatan Melawan Hukum kasus Fahri Hamzah .Ibid., hlm. 156.
124
Ketatanegaraan di Indonesia
Sebagai contoh :
merupakan akibat hukum dari perbuatan hukum jual beli rumah antara
pencuri tersebut yakni mengambil barang orang lsin tanpa haka tau
Begitu pula dengan setiap kebijakan pati memiliki akibat hukum dalam
penerapanya . Recall atau yang oleh UU Partai Politik disebut sebagai pergantian
yang biasa disebut Recall adalah hak suatu partai politik untuk menarik kembali
anggota parlemen yang terpilih melalui daftar calon yang diajukannya. 152
Dengan adanya recall oleh parpol, dia lebih banyak berhutang kepada
konstituen karena terpilih dengan suara terbanyak. Tapi pada saat dia menjalankan
150 J.B. Daliyo , Pengantar Ilmu Hukum :Buku Panduan Mahasiswa , Jakarta :Prenhallindo,2014,
Hal.104.
151M.Hadi Shubhan, op.cit., hal 32.
152 Malicia Evendia , Iplikasi Hak Recall Partai Politik Terhadap Sistem Kedaulatan Rakyat ,Fiat
Justitia Jurnal Ilmu Hukum voume 6 No. 3, 2012,. Hlm. 1-2.
125
fungsinya sebagai legislator, dia pasti terpikir akan terancam dengan adanya
pranata ini, apalagi nanti kalau bicara soal fraksi, ada suara kepentingan politik
diancam recall.153
masih memiliki kaitan dengan partai politiknya, namun hubungan tersebut harus
sebagai wakil rakyat untuk menyalurkan aspirasi mereka, bukan lagi aspirasi
partainya.
Pasal 239 ayat (1) UU No. 17 tahun 2004 tentang Majelis Permusyawaratan
antarwaktu karena:
a. meninggal dunia;
153 Bilal, Dewansyah, “Implikasi Pergeseran Sistem Pemilu Terhadap Pola Hubungan Wakil Rakyat
dan Rakyat: Mungkinkah Pergeseran Tipe Wakil rakyat Dari Partisan Ke Politico”, dalam Setyanto, Widya P.,
Dkk, Editor, Representasi Kepentingan Rakyat Pada Pemilu 2009 Dinamika Politik Lokal Di Indonesia, Salatiga
: Persemaian Cinta Kemanusiaan,. 2010,hal.67-68.
126
Lebih lanjut diartur dalam ayat (1) huruf (c) bahwa Anggota DPR
perundang- undangan;
e. tidak lagi memenuhi syarat sebagai calon anggota DPR sesuai dengan
ini;
Mengacu pada Pasal 239 ayat (1) dan Pasal 240 ayat (1) maka akibat hukum
bila seorang anggota Parlemen di recall maka dirinya akan di berhentikan dari
jabatannya di parlemen dan di gantikan oleh orang lain sebelum masa jabatanya
berakhir.
sebagaimana asal mula kata parlemen, yakni le parle yang apabila diterjemahkan
ke dalam bahasa inggris berarti to speak, atau bersuara. Tidak menjadi masalah
apabila hak recall berada di tangan partai politik sepanjang penggantian anggota
DPR sesuai dengan syarat dan ketentuan sebagaimana yang diatur dengan jelas
dalam Pasal 213 ayat (1) dan ayat (2) dan dilakukan secara objektif dan
dilandaskan pada parameter yang jelas, konkret dan tidak multi tafsir. Akan tetapi
sebelumnya, jelas bahwa recall yang dilakukan oleh partai politik kental dengan
muatan politis.154
Oleh dan sebab itu, recall oleh partai politik memberikan dampak negatif bagi
kehidupan politik Negara ini. Nilai-nilai negatif yang dapat DPR yang kritis dan
DPR untuk takut kepada oraganisasi induknya (Partai Politik), yang dapat
154 Rumokoy N.K., Kajian Yuridis Tentang HAk Recall Partai Politik Dalam Sistem Ketatanegaraan
Indonesia , Jurnal UNSRAT , Vol.XX/No.1/Januari-Maret/2012,hlm. 5.
128
155
Rumokoy N.k, ibid , hal 5-6
156
Efriza , Op cit , hal 303.
157Perkataan Lord Acton yangcukup terkenal ini dikutip dari S.F. Marbun, Peradilan Administrasi Negara
hak untuk menyampaikan usul dan pendapat,158 bila mana seorang anggota
Sebagai sebuah organisasi politik, Partai Politik diisi oleh anggota Partai
kebijakan partai yang secara garis besar dituangkan di dalam Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga partai. Di samping itu, pengurus partai juga harus
mengacu pada Pancasila sebagai ideologi negara dan tunduk pada peraturan
158
UU Nomor 17 tahun 2014 tentang MPR , DPR , DPRD , dan DPD , Pasal 257 huruf (b).
159
Tri Cahya Indra Indra Permana , Model Penyelesaian Perselesihan Partai Politik Secara Internal
Maupun Eksternal , Jurnal Hukum dan Peradilan , Vol.5 No.1, Jakarta : 2016 . Hal.36
130
anggota Dewan yang juga berpotensi menjadi sebuah perselisihan partai politik
Pelanggaran terhadap hak anggota partai politik, Pemecatan tanpa alasan yang
parpol yang di-PAW. Keberatan semacam ini memang tidak lazim sebab pada
perselisihan antara anggota partai yang di PAW dengan pengurus Partai yang
melakukan PAW.161
Partai Politik:
sebagaimana yang telah diatur dalam AD dan ART partai. Mahkamah Partai
bukan media baru dalam tubuh partai politik Indonesia. Keberadaannya sudah
yang baik untuk dapat menyelesaikan perselisihan internal partai politik. Bila
No. 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik dalam pasal 32 yang isinya
162Undang-Undang No.2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No.2 Tahun 2008
kepada Kementerian.
Agung.
Oleh karena itu, dalam kasus sengketa internal sebuah partai tersebut
melalui mahkamah partai politik sesuai dengan Pasal 32 ayat (1) UU Partai
Politik dan apabila tidak dapat diselesaikan melalui mahkamah partai politik
maka sesuai dengan Pasal 33 ayat (1) UU Tentang Partai Politik sengketa
verklaard).166
pengadilan negeri paling lama 60 (enam puluh) hari sejak gugatan perkara
Mahkamah Agung.’’167
Puluh) hari harus sudah putus, sejak gugatan perkara tersebut di daftarkan di
jelas, apakah hari kalender ataukah hari kerja. Pedoman Pelaksanaan Tugas
166Undang-Undang No. 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 2 Tahun 2008
Partai Keadilan Sejahtera adalah contoh nyata. saat ini konflik internal
Mahkamah Partai ternyata belum menjadi pilihan pertama yang dinilai lebih
menentukan apa saja kewenangan Mahkamah Partai Politik. Pasal 32 ayat (2)
dilakukan oleh suatu mahkamah partai politik atau sebutan lain yang dibentuk
Partai Politik memerinci apa saja jenis perselisihan internal partai politik,
yaitu:
sesuai ketentuan peraturan yang berlaku. Bahkan, mahkamah ini dapat dinilai
politik.
169Tri Cahya Indra Permana,Model Penyelesaian Perselisihan Partai Politik Secara Internal Maupun
Eksternal, Jurnal Hukum dan Peradilan , 2016,
138
maka dari itu di bukalah kesempatan Pengadilan Negeri sebagai upaya huku
waktu maksimal 60 (enam puluh) hari dan Mahkamah agung harus memutus
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, dari uraian pada
Peraturan DPR Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Tertib pemberhentian dan
Anggota DPR sudah diatur dalam Bab III Pasal 13 sampai dengan Pasal 19.
Pimpinan DPR diatur dalam Bab V Pasal 27 sampai dengan Pasal 46.
Pasal 41
h. paling lama 7 (tujuh) Hari sejak keputusan dalam rapat paripurna DPR
Pasal 46
(7) Dalam hal ketua dan/atau wakil ketua DPR berhenti dari jabatannya
penggantian.
wakil ketua DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dalam rapat
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ketua dan/atau wakil ketua DPR
mengucapkan sumpah/janji.
Sesuai dengan UU No.17 Tahun 2014 jo UU No.42 Tahun 2014, proses rotasi
jabatan sebagai Wakil Ketua DPR RI dapat dilakukan dengan cara diberhentikan
oleh Partai atau Fahri Hamzah mengundurkan dirimaka dai itu majelis syuro
jabatannya sebagai Wakil Ketua DPR RI. Atas permintaan KMS tersebut, Fahri
mundur . Fahri Hamzah di jatuhi sanksi administratif oleh majels syuro yang
diartur dalam AD PKS Bab XVIII terkait Penghargaan dan Sanksi Pasal 26 ayat
citra partai atau perbuatan lain yang bertentangan dengan AD/ART dan/atau
Penjatuhan Sanksi Bab V terkait Obyek Hisbah pada Bagian Kedua Kategorisasi
seperti: (a) melanggar sumpah atau janji setia anggota partai; (b)
melanggar peraturan dan keputusan Partai; (e) tanpa alasan sah tidak
a. Mencatat
d. Melakukan pemeriksaan ;
Bahwa, berdasarkan Pasal 1 angka 16 Pedoman Partai Nomor 2 Tahun 2015 Tentang
membentuk Majelis Qadha yang terdiri dari ABDI SUMAITHI,DH. AL YUSNI dan
AINUR RAFIQ SHALEH TAMHID dan Majelis Qadha ini bertugas memeriksa dan
memutus suatu perkara yang diajukan partai PKS sebagaimana diatur dalam Pasal 21
ayat (11) dan Pasal 22 ayat (1) Pedoman Partai Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Tata
penjatuhan hak recall terhadap Fahri Hamzah menurut AD / ART Partai PKS
dan mekanisme yang benar sebagaimana diatur dalam Anggran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Partai Keadilan Sejahtera Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Partai Keadilan Sejahtera, Pedoman Partai Nomor 1 Tahun 2015 Tentang
Rabiul Awal 1437, Pedoman Partai Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Tata Beracara
pada tanggal 16 Desember 2015 atau bertepatan dengan 5 Rabiul Awal 1437,
145
Panduan Dewan Pengurus Pusat Tentang Badan Penegak Disiplin Organisasi Partai
Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008
Tentang Partai Politik ; yang dimaksud dengan „perselisihan Partai Politik‟ meliputi
antara lain : (1) perselisihan yang berkenaan dengan kepengurusan ; (2) pelanggaran
terhadap hak anggota Partai Politik ; (3) pemecatan tanpa alasan yang jelas ; (4)
Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Partai Politik yang menyatakan : dalam hal
pengadilan negeri , Beliau merasa, bahwa partai PKS merecallmya tidak sesuai
pemeriksaan Yang di lakukan oleh Badan Penegak Disiplin Organisasi Tidak Sesuai
dengan peraturan yang benar secara hukum serta melanggar hak hak dasar Penggugat
Tahun 1945 (UUD 1945), Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
dengan ketentuan pasal 18 Pedoman Partai Keadilan Sejahtera Nomor 2 Tahun 2015
tentang Tata Beracara Penegakan Disiplin Organisasi Partai Keadilan Sejahtera (vide
bukti P-40) yang menyatakan bahwa BPDO wajib merahasiakan materi aduan dan
proses investigasi sampai dengan perkara diputus oleh BPDO, Majelis Qodho,
dan/atau Majelis Tahkim Partai, maka jelas bahwa pembentukan Majelis Tahkim
PKS telah menyalahi mekanisme demokratis dalam tubuh partai politik sebagaimana
diamanatkan oleh Undang-undang Nomor 2 Tahun 2011, khususnya pasal 32. Dan
karena majelis hakim telah berpendapat bahwa keputan yng diail partai PKS
dinyatakan sebagai perbuatan melawan hukum maka dari itu putusan yang di
keluarkan oleh partai PKS mengenai penjatuhan recall kepada Fahri Hamzah
2. Bahwa akibat hukum dari penggunaan hak recall yang di pegang oleh partai politik
tersebut di berhentikan tidak sesuai dengan waktu yang telah di tentukan . Dan Fungsi
dari pengadaan hak recall yang dimiliki oleh partai politik sejatinya merupakan
sebagai alat kontrol terhadap para anggota parlemen . Mengingat kekuasaan yang
besar cenderung abuse of power, yang dapat mengakinbatkan adanya pejabat yang
korup dan kesewenang – wenagan dalam pembuatan kebijakan . maka dari iti
147
mengapa rcall samgatlah di perlukan dalam rangka menegakkan prinsip chek and
yang dapat dipergunakan sebagai hukuman (punishment) bagi para politisi yang
3. Bahwa melakukan Upaya hukum merupakan hak yang penting bagi seseorang dalam
pembuktian bahwa dirinya tidak bersalah, sekaligus untuk memberikan jaminan bagi
masyarakat bahwa hukum di Negara kita adalah benar. Prosedur upaya hukum di
Negara kita bisa dikatakan sudah sempurna, namun belum diterapkan sebagaimana
Maka dari itu seorang anggota Parlemen yang merasa di rugikan dari penenjatuhan
Pasal 241 Undang – Undang Nomor 17 tahun 2014 Tentang MPR, DPR, DPRD, dan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 239 ayat (2) huruf d dan yang
Dan oleh sebab itu seorang anggota Parlemen yang menolak di jatuhi
173 Bilryan Lumempouw, Hak Terdakwa Melakukan Upaya Hukum Dalam proses Peradilan Pidana,
Journal hukum Lex Crime Vol. II , 2013 Hlm. 1.
148
B. Saran
bagi rakyat sebagai pemegang konstituen untuk ikut serat dalam recall,
tersebut.
sistem dan mekanisme recall di perbaiki lagi agar tidak terkesan recall
menjadi alat bagi para elite politik untuk mencapai apa yang di
politk
149
DAFTAR PUSTAKA
A . BUKU
Ashofa, Burhan , Metode Penelitian Hukum , Jakarta : PT. Rineka Cipta , 1996.
Budiarjo, Miriam ,Dasar – Dasar Ilmu Politik , Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama , 1992.
Marzuki, Peter M., Penelitian Hukum , Surabaya : Prenda Media Group , 2010.
Nonet, Philippe, & Selznick, Philip, , Law and Society in Transition: Toward
Responsive Law, Harper & Row, New York.,1978.
S., Salim H., dan Erlies S.N.,Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Disertasi
dan Tesis,Jakarta : Rajawali Pers,2014,Hlm. 173-174
Saebani, Beni A., Metode Penelitian Hukum , Bandung : CV. Pustaka Setia ,
2008.
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
C. Lain-lain
1.Jurnal
Kusuma.,R.M. Ananda B, “Tentang Recall” : Antar Hak Partai Politik dan Hak
Berpolitik Anggota Parpol,” “Jurnal Konstitusi, Volume 3 , No. 4
(Desember 2006), Jakarta: Mahkamah Konstitusi.,.
Shubhan, M.Hadi, “Tentang Recall” : Antar Hak Partai Politik dan Hak
Berpolitik Anggota Parpol,” “Jurnal Konstitusi, Volume 3 , No. 4
(Desember 2006), Jakarta: Mahkamah Konstitusi.,.
http://nasional.kompas.com/read/2014/04/29/2249403/Fahri.Hamzah.Kembali.M
elenggang.ke.Senayan,diakses pada 26 Agustus 2017, pukul 06.15
3. Kamus
Martin., Elizabeth A., Oxford Dictionary of Law: Third Edition, (New York:
Oxford University Press, 2000)
Tim Penyusun Kamus Pusat, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002).