Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hukum Administrasi Negara merupakan hukum yang selalu berkaitan dengan aktivitas
perilaku administrasi negara dan kebutuhan masyarakat serta interaksi diantara keduanya. Di
saat sistem administrasi negara yang menjadi pilar pelayanan public menghadapi masalah
yang fundamental maka rekonseptualisasi, reposisi dan revitalisasi kedudukan hukum
administrasi negara menjadi satu keharusan dalam rangka penyelenggaraan
pemerintahan dan penerapan good governance.
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia (SANRI) secara luas memiliki arti
Sistem Penyelenggaraan Negara Indonesia menurut UUD 1945, yang merupakan sistem
penyelenggaraan kehidupan negara dan bangsa dalam segala aspeknya, sedangkan dalam arti
sempit, SANRI adalah idiil Pancasila, Konstitusional – UUD 1945, operasional RPMJ
Nasional serta kebijakan-kebijakan lainnya.
Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia secara simultan berinteraksi dengan
faktor-faktor fisik, geografis, demografi, kekayaan alam, idiologi, politik, ekonomi, sosial
budaya dan hankam. Dalam rangka pencapaian tujuan negara dan pelaksanaan tugas negara
diselenggarakan fungsi-fungsi negara yang masing-masing dilaksanakan oleh Lembaga
Negara yang telah ditetapkan dalam UUD 1945 dengan amandemennya.
Sistem Penyelenggaraan Pemerintahan Negara merupakan bagian integral dari sistem
Penyelenggaraan negara. Operasionalisasi dari semua ketentuan-ketentuan dalam UUD 1945
merupakan bagian yang sangat dominan dalam penyelenggaraan pemerintahan negara.
Berdasarkan perspektif ilmu hukum administrasi, ada dua jenis hukum administrasi,
yaitu pertama,hukum administrasi umum (allgemeem deel) , Yakni berkenaan dengan teori
teori dan prinsip-prinsip yang berlaku untuk semua bidang hukum administrasi,tidak terikat
pada bidang-bidang tertentu , kedua hukum administrasi khusus (bijzonder deel) , yakni
hukum-hukum yang terkait dengan bidang-bidang pemerintahan tertentu seperti hukum
lingkungan, hukum tata ruang, hukum kesehatan dan sebagainya. Sekilas Tentang Negara
Hukum. Pemikiran atau konsepsi manusia tentang Negara hukum juga lahir dan berkembang
dalam situasi kesejarahan. Oleh karena itu , meskipun konsep Negara hukum dianggap
sebagai konsep universal. Secara embrionik, gagasan Negara hukum telah dikemukakan oleh
plato.
Ada tiga unsur dari pemerintah yang berkonstitusi yaitu peratama, pemerintah
dilaksanakan untuk kepentingan umum; kedua pemerintah dilaksanakan menurut hukum
yang berdasarkan pada ketentuan-ketentuan umum,bukan yang dibuat secara sewenang-
wenang yang menyampingkan konvensi dan konstitusi; ketiga, pemerintah berkonstitusi
berarti pemerintah yang dilaksanakan atas kehendak rakyat,bukan berupa paksaan – tekanan
yang dilaksanakan pemerintah despotik.Dalam kaitannya dengan konstitusi bahwa konstitusi
meupakan penyusunan jabatan dalam suatu Negara dan menentukan apa yang dimaksudkan
dengan badan pemerintahan dan apa akhir dari setiap masyarakat.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat kami rumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Pengertian Hukum Adminisrtasi Negara
2. Bagaimanakah letak Hukum Administrasi Negara dalam Tata Hukum Indonesia ?
3. Bagaimanakah hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Ilmu-ilmu yang lainnya?

C. Tujuan Penulisan
Makalah ini dibuat untuk meamenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Hukum
Administrasi Negara dan ingin lebih mengetahui dan mengkaji tentang ilmu Hukum
Administrasi Negara serta untuk mengetahui hubungan Hukum Administrasi Negara dengan
Hukum Tata Negara dan dan ilmu-ilmu yang lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hukum Administrasi Negara Dan Perkembangan Singkatnya


1. Pengertian Hukum Administrasi Negara
Mengenai pengertian Hukum Administrasi Negara hingga saat ini masih belum ada
kesepakatan atau kesatuan pendapat diantara para sarjana. Oleh karena itu untuk
mendapatkan pemahaman yang cukup memadai maka dikemukakan batasan-batasan
pengertian Hukum Administrasi Negara.
a. Van Vollenhoven mengemukakan bahwa, “Hukum Administrasi Negara adalah suatu
gabungan ketentuan-ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggi maupun yang
rendah apabila badan-badan itu menggunakan wewenangnya yang telah diberikan
kepadanya oleh Hukum Tata Negara”.
b. J.H Logemann mengatakan bahwa, “Hukum Administrasi Negara adalah hukum
mengenai hubungan-hubungan antara jabatan-jabatan satu dengan yang lainnya serta
hubungan hukum antara jabatan-jabatan Negara itu dengan warga masyarakat”.
c. Menutut Muchsan, “Hukum Administrasi Negara adalah hukum mengenai struktur dan
kefungsian administrasi Negara”.
d. Prajudi Atmosudirjo, dalam SF. Marbun (2001:22) berpendapat bahwa “Hukum
Administrasi Negara adalah hukum mengenai pemerintah beserta aparaturnya yang
terpenting yakni administrasi Negara”.
Dari berbagai batasan pengertian Hukum Administrasi Negara tersebut, maka dapat
disimpulakan bahwa “Hukum Administrasi Negara adalah hukum tentang
pengadministrasian Negara yaitu mengenai pemerintahan dan segala peraturan-peraturan
di dalamnya serta bagaiman menjalankan fungsi dan tugas pemerintahan tersebut dalam
bidang kehidupan masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan umum”.

B. Letak Kedudukan Hukum Administrasi Negara dalam Tata Hukum Indonesia


1. Kedudukan Hukum Administrasi Negara
Keberadaan Hukum Administrasi Negara dalam suatu Negara sangatlah penting, baik bagi
administrasi Negara maupun masyarakat luas. Dengan adanya Hukum Administrasi Negara,
pihak administrasi Negara diharapkan dapat mengetahui batas-batas dan hakekat
kekuasaanya, tujuan dan sifat daripada kewajiban-kewajiban, juga bagaiman bentuk-bentuk
sanksinya bilamana mereka melakukan pelanggaran hukum.
Sedangkan dibagian yang lain, yakni bagi masyarakat, Hukum Administrasi Negara
merupakan perangkat norma-norma yang dapat digunakan untuk melindungi kepentingan
serta hak-hak mereka.
Seperti diketahui dalam ilmu hukum terdapat dua pembagian hukum, yaitu Hukum
Privat (Sipil) dan Hukum Publik.Penggolongan ke dalam hukum privat dan publik itu tidak
lepas dari isi dan sifat hubungan yang diatur dan bersumber dari kepentingan-kepentingan
yang hendak dilindungi. Adakalanya kepentingan itu bersifat perorangan tetapi ada pula yang
bersifat umum. Hubungan hukum tersebut memerlukan pembatasan yang jelas dan tegas yang
melingkupi hak-hak dan kewajiban dari dan terhadap siapa orang tersebut berhubungan.

Hukum publik adalah hukum yang mengatur hubungan antara penguasa dengan
warganya yang didalamnya termasuk Pidana, Hukum Tata Negara dan Hukum Tata
Pemerintahan (HAN). Pada mulanya, Hukum Administrasi Negara menjadi bagian dari
Hukum Tata Negara, tetapi karena perkembangan masyarakat dan studi hukum dimana ada
tuntutan akan munculnya kaidah-kaidah hukum baru dalam studi Hukum Administrasi
Negara maka lama kelamaan HAN menjadi lapangan studi sendiri, terpisah bahkan
mencakup masalah-masalah yang jauh lebih luas dari HTN. Kecenderungan seperti ini
tampak pula pada bagian-bagian tertentu dari HAN itu sendiri, seperti kecenderungan Hukum
Pajak yang cenderung untuk menjadi ilmu yang mandiri, terlepas dari HAN.

Dengan demikian, HAN merupakan bagian dari hukum publik karena berisi peraturan
yang berkaitan dengan masalah-masalah umum. Kepentingan umum yang dimaksud adalah
kepentingan nasional, masyarakat dna negara. Kepentingan umum harus lebih didahulukan
daripada kepentingan individu, golongan dan kepentingan daerah dengan pengertian bahwa
kepentingan perseorangan harus dilindungi secara seimbang, sehingga pada akhirnya akan
tercapai tujuan negara dan pemerintahan seperti tertera dengan jelas dalam pembukaan UUD
1945 yang berbunyi:
“melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
Hukum administrasi berisi peraturan-peraturan yang menyangkut “administrasi”.
Administrasi sendiri berarti “bestuur” (pemerintah). Dengan demikian, hukum administrasi
(administratief recht) dapat juga disebut dengan hukum tata pemerintahan (bestuursrecht).
Pemerintah (bestuur) juga dipandang sebagai fungsi pemerintahan (bestuursfunctie) yang
merupakan penguasa yang tidak termasuk pembentukan UU dan peradilan.

Hukum Administrasi Negara merupakan salah satu cabang atau bagian dari hukum yang
khusus. Dalam studi Ilmu Administrasi, mata kuliah Hukum Administrasi Negara merupakan
bahasan khusus tentang salah satu aspek dari administrasi, yakni bahasan mengenai aspek
hukum dari administrasi Negara. Sedangkan dikalangan PBB dan kesarjanaan internasional,
Hukum Administrasi Negara diklasifikasi baik dalam golongan ilmu-ilmu hukum maupun
dalam ilmu-ilmu administrasi.

Hukum administrasi materiil terletak diantara hukum privat dan hukum pidana. Hukum
administrasi dapat dikatakan sebagai “hukum antara” (Poly-Juridisch Zakboekje h. B3/4).
Sebagai contoh Izin Bangunan. Dalam memberikan izin penguasa memperhatikan segi-segi
keamanan dari bangunan yang direncanakan. Dalam hal demikian, pemerintah menentukan
syarat-syarat keamanan. Disamping itu bagi yang tidak mematuhi ketentuan-ketentuan
tentang izin bangunan dapat ditegakkan sanksi pidana. W.F. Prins mengemukakan bahwa
“hampir setiap peraturan berdasarkan hukum administrasi diakhiri in cauda venenum dengan
sejumlah ketentuan pidana (in cauda venenum secara harfiah berarti ada racun di
ekor/buntut).

Menurut isinya hukum dapat dibagi dalam Hukum Privat dan Hukum Publik. Hukum
Privat (hukum sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara orang yang satu
dengan orang yang lain, dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan.
Sedangkan Hukum Publik (Hukum Negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan antara
negara dengan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara negara dengan perseorangan
(warga negara), yang termasuk dalam hukum publik ini salah satunya adalah Hukum
Administrasi Negara..

Hukum yang mengatur sebagian lapangan pekerjaan administrasi negara. Bagian lain
lapangan pekerjaan administrasi negara diatur dalam HTN, Hukum Privat dsbnya. Pengertian
HAN tidak identik dengan pengertian “hukum yang mengatur pekerjaan administrasi negara".
Maka dapat dikatakan bahwa HAN adalah suatu sb sistem dari Administrasi negara.
2. Fungsi-Fungsi Hukum Administrasi Negara
Dalam pengertian umum, menurut Budiono fungsi hukum adalah untuk tercapainya
ketertiban umum dan keadilan. Ketertiban umum adalah suatu keadaan yang menyangkut
penyelenggaraan kehidupan manusia sebagai kehidupan bersama. Keadaan tertib yang umum
menyiratkan suatu keteraturan yang diterima secara umum sebagai suatu kepantasan minimal
yang diperlukan, supaya kehidupan bersama tidak berubah menjadi anarki. Menurut Sjachran
Basah ada lima fungsi hukum dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat, yaitu sebagai
berikut :
1. Direktif ialah sebagai pengarah dalam membangun untuk membentuk masyarakat
yang hendak dicapai sesuai dengan tujuan kehidupan bernegara.
2. Integratif ialah sebagai pembina kesatuan bangsa.
3. Stabilitatif ialah sebagai pemelihara (termasuk ke dalamnya hasil-hasil
pembangunan) dan penjaga keselarasan, keserasian, dan keseimbangan dalam
kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
4. Perfektif ialah sebagai penyempurna terhadap tindakan-tindakan administrasi
negara, maupun sikap tindak warga negara dalam kehidupan bernegara dan
bermasyarakat.
5. Korektif ialah baik terhadap warga negara maupun administrasi negara dalam
mendapatkan keadilan.
Secara spesifik, fungsi HAN dikemukakan oleh Philipus M. Hadjon, yakni fungsi
normatif, fungsi instrumental, dan fungsi jaminan. Ketiga fungsi ini saling berkaitan satu
sama lain. Fungsi normatif yang menyangkut penormaan kekuasaan memerintah jelas
berkaitan erat dengan fungsi instrumental yang menetapkan instrumen yang digunakan oleh
pemerintah untuk menggunakan kekuasaan memerintah dan pada akhirnya norma
pemerintahan dan instrumen pemerintahan yang digunakan harus menjamin perlindungan
hukum bagi rakyat.
1. Fungsi Normatif Hukum Administrasi Negara
Penentuan norma HAN dilakukan melalui tahap-tahap. Untuk dapat menemukan
normanya kita harus meneliti dan melacak melalui serangkaian peraturan perundang-
undangan. Artinya, peraturan hukum yang harus diterapkan tidak begitu saja kita temukan
dalam undang-undang, tetapi dalam kombinasi peraturan-peraturan dan keputusan-keputusan
TUN yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Pada umumnya ketentuan undang-undang
yang berkaitan dengan HAN hanya memuat norma-norma pokok atau umum, sementara
periciannya diserahkan pada peraturan pelaksanaan. Penyerahan ini dikenal dengan istilah
terugtred atau sikap mundur dari pembuat undang-undang. Hal ini terjadi karena tiga sebab,
yaitu :
Karena keseluruhan hukum TUN itu demikian luasnya, sehingga tidak mungkin bagi
pembuat UU untuk mengatur seluruhnya dalam UU formal;
Norma-norma hukum TUN itu harus selalu disesuaikan de-ngan tiap perubahan-
perubahan keadaan yang terjadi sehubungan dengan kemajuan dan perkembangan teknologi
yang tidak mungkin selalu diikuti oleh pembuat UU dengan mengaturnya dalam suatu UU
formal;
Di samping itu tiap kali diperlukan pengaturan lebih lanjut hal itu selalu berkaitan
dengan penilaian-penilaian dari segi teknis yang sangat mendetail, sehingga tidak sewajarnya
harus diminta pembuat UU yang harus mengaturnya. Akan lebih cepat dilakukan dengan
pengeluaran peraturan-peraturan atau keputusan-keputusan TUN yang lebih rendah
tingkatannya, seperti Keppres, Peraturan Menteri, dan sebagainya.
Seperti disebutkan di atas bahwa setiap tindakan pemerintah dalam negara hukum harus
didasarkan pada asas legalitas. Hal ini berarti ketika pemerintah akan melakukan tindakan,
terlebih dahulu mencari apakah legalitas tindakan tersebut ditemukan dalam undang-undang.
Jika tidak terdapat dalam UU, pemerintah mencari dalam berbagai peraturan perundang-
undangan terkait. Ketika pemerintah tidak menemukan dasar legalitas dari tindakan yang
akan diambil, sementara pemerintah harus segera mengambil tindakan, maka pemerintah
menggunakan kewenangan bebas yaitu dengan menggunakan freies Ermessen. Meskipun
penggunaan freies Ermessen dibenarkan, akan tetapi harus dalam batas-batas tertentu.
Menurut Sjachran Basah pelaksanaan freies Ermessen harus dapat dipertanggung jawabkan,
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan secara hukum berdasarkan batas-atas dan
batas-bawah. Batas-atas yaitu peraturan yang tingkat derajatnya lebih rendah tidak boleh
bertentangan dengan peraturan yang tingkat derajatnya lebih tinggi. Sedangkan batas-bawah
ialah peraturan yang dibuat atau sikap-tindak administrasi negara (baik aktif maupun pasif),
tidak boleh melanggar hak dan kewajiban asasi warga. Di samping itu, pelaksanaan freies
Ermessen juga harus memperhatikan asas-asas umum pemerintahan yang baik. Berdasarkan
keterangan singkat ini dapat dikatakan bahwa fungsi normatif HAN adalah mengatur dan
menentukan penyelenggaraan pemerintahan agar sesuai dengan gagasan negara hukum yang
melatarbelakanginya, yakni negara hukum Pancasila.
2. Fungsi Instrumental Hukum Administrasi Negara
Pemerintah dalam melakukan berbagai kegiatannya menggunakan instrumen yuridis
seperti peraturan, keputusan, peraturan kebijaksanaan, dan sebagainya. Sebagaimana telah
disebutkan bahwa dalam negara sekarang ini khususnya yang mengaut type welfare state,
pemberian kewenangan yang luas bagi pemerintah merupakan konsekuensi logis, termasuk
memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk menciptakan berbagai instrumen yuridis
sebagai sarana untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan.
3. Fungsi Jaminan Hukum Administrasi Negara
Menurut Sjachran Basah, perlindungan terhadap warga diberikan bilamana sikap tindak
administrasi negara itu menimbulkan kerugian terhadapnya. Sedangkan perlindungan
terhadap administrasi negara itu sendiri, dilakukan terhadap sikap tindaknya dengan baik dan
benar menurut hukum, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Dengan perkataan lain,
melindungi administrasi negara dari melakukan perbuatan yang salah menurut hokum. Di
dalam negara hukum Pancasila, perlindungan hukum bagi rakyat diarahkan kepada usaha-
usaha untuk mencegah terjadinya sengketa antara pemerintah dan rakyat, menyelesaikan
sengketa antara pemerintah dan rakyat secara musayawarah serta peradilan merupakan sarana
terakhir dalam usaha menyelesaikan sengketa antara pemerintah dengan rakyat.
Berdasarkan pemaparan fungsi-fungsi HAN ini, dapatlah disebutkan bahwa dengan
menerapkan fungsi-fungsi HAN ini akan tercipta pemerintahan yang bersih, sesuai dengan
prinsip-prinsip negara hukum. Pemerintah menjalankan aktifitas sesuai dengan ketentuan
yang berlaku atau berdasarkan asas legalitas, dan ketika menggunakan freies Ermessen,
pemerintah memperhatikan asas-asas umum yang berlaku sehingga dapat
dipertanggungjawabkan secara moral dan hukum. Ketika pemerintah menciptakan dan
menggunakan instrumen yuridis, maka dengan mengikuti ketentuan formal dan material
penggunaan instrumen tersebut tidak akan menyebabkan kerugian terhadap masyarakat.
Dengan demikian, jaminan perlindungan terhadap warga negarapun akan terjamin dengan
baik.
C. Hubungan Hukum Administrasi Negara dengan Hukum yang lainnya.
Pada mulanya antara HTN dan HAN merupakan satu cabang ilmu yang bernama Statsen
Administratief recht, kemudian pada tahun 1946 diadakan pemisahan, dan kedua cabang ilmu
tersebut berdiri sendiri. Hubungan antara HTN dengan HAN diantara para sarjana ternyata
terdapat perbedaan pandangan yaitu ada sarjana yang menganggap bahwa antara HTN
dengan HAN mempunyai perbedaan prinsip namun ada sarjana lain yang menganggap tidak
ada perbedaan prinsip. Kelompok sarjana yang membedakan secara prinsip diantaranya:
- Oppenmeim, Van Vollenhoven, Logemen dan Van Praag.
1. Menurut Oppenheim HTN adalah sekumpulan peraturan hukum yang membentuk alat-
alat perlengkapan negara dan aturan yang memberi wewenang kepada alat-alat
perlengkapan negara dan membagi-bagikan tugas pekerjaan pemmerintahan modern
antara beberapa alat perlengkapan negara di tingkat tinggi dan tingkat rendah. Artinya
negara dalam keadaan diam.
2. Menurut Van Vollenhoven HTN adalah sekumpulan peraturan hukum yang mengikat alat-
alat perlengkapan negara yang tinggi dan yang rendah dalam rangka alat perlengkapan
negara mengunakan wewenang yang telah ditetapkan oleh HTN. Dengan demikian HAN
merupakan aturan-aturan mengenai negara dalam keadaan bergerak.
3. Menurut Logeman Van Praag HTN adalah mempelajari hubungan kompetensi sedangkan
HAN adalah mempelajari hubungan istimewa.
HTN mempelajari tentang:
a) Jabatan-jabatan yang ada dalam suatu negara.
b) Siapakah yang mengadakan jabatan
c) Dengan cara bagimana jabatan itu ditempati oleh pejabat.
d) Fungsi jabatan-jabatan,
e) Kekuasaan hukum jabatan-jabatan.
f) Hubungan antar masing-masing jabatan.
g) Dalam batas-batas manakah oran negara dapat melaksanakan tugasnya.
Sedangkan HAN merupakan pelajaran tentang hubungan istimewa, yang mempelajari
bentuk, sifat, dan akibat hukum yang ditimbulkan karena perbuatan-perbuatan hukum
istimewa yang dilakukan pejabat dalam melaksanakan tugasnya.
Kelompok yang tidak membedakan secara prinsip antara lain:
Kranenburg, Prins, Vigting, dan Van der Pot.
Menurut Kranenbur hubungan antara HTN dengan HAN seperti hubungan BW (KUH
perdata) dengan WvK (Hukum dagang) yakni hubungan umum dan khusus. HTN adalah
peraturan-peraturan hukum yang mengandung struktur umum, misalnya UUD, UU organik
mengenai desentralisasi, sedangkan HAN merupakan peraturan-peraturan khusus, UU
kepegawaian, pajak, perburuhan dsb.

1. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Tata Negara


Baron de Gerando adalah seorang ilmuwan Perancis yang pertama kali mempekenalkan
ilmu hukum administrasi Negara sebagai ilmu hukum yang tumbuh langsung berdasarkan
keputusan-keputusan alat perlengkapan Negara berdasarkan praktik kenegaraan sehari-hari.
Maksudnya, keputusan raja dalam menyelesaikan sengketa antara pejabat dengan rakyat
merupakan kaidah Hukum Administrasi Negara.
Mr. W.F. Prins menyatakan bahwa Hukum Administrasi Negara merupakan aanhangsel
(embel-embel atau tambahan) dari hukum tata negara. Sementara Mr. Dr. Romeyn
menyatakan bahwa Hukum Tata Negara menyinggung dasar-dasar dari pada negara dan
Hukum Administrasi Negara adalah mengenai pelaksanaan tekniknya. Pendapat Romeyn ini
dapat diartikan bahwa Hukum Administrasi Negara adalah sejenis hukum yang melaksanakan
apa yang telah ditentukan oleh Hukum Tata Negara, dan sejalan dengan teori Dwi Praja dari
Donner, maka Hukum Tata Negara itu menetapkan tugas (taakstelling) sedangkan Hukum
Administrasi Negara itu melaksanakan apa yang telah ditentukan oleh Hukum Tata Negara
(taakverwezenlijking).
Menurut Van Vollenhoven, secara teoretis Hukum Tata Negara adalah keseluruhan
peraturan hukum yang membentuk alat perlengkapan Negara dan menentukan kewenangan
alat-alat perlengkapan Negara tersebut, sedangkan Hukum Administrasi Negara adalah
keseluruhan ketentuan yang mengikat alat-alat perlengkapan Negara, baik tinggi maupun
rendah ketika alat-alat itu akan menggunakan kewenangan ketatanegaraan. Pada pihak yang
satu terdapatlah hukum tata negara sebagai suatu kelompok peraturan hukum yang
mengadakan badan-badan kenegaraan, yang memberi wewenang kepada badan-badan itu,
yang membagi pekerjaan pemerintah serta memberi bagian-bagian itu kepada masing-masing
badan tersebut yang tinggi maupun yang rendah. Hukum Tata Negara menurut Oppenheim
yaitu memperhatikan negara dalam keadaan tidak bergerak (staat in rust).
Pada pihak lain terdapat Hukum Administrasi negara sebagai suatu kelompok ketentuan-
ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggi maupun rendah bila badan-badan itu
menggunakan wewenangnya yang telah diberi kepadanya oleh hukum tata negara itu. Hukum
Administrasi negara itu menurut Oppenheim memperhatikan negara dalam keadaan bergerak
(staat in beweging). Tidak ada pemisahan tegas antara hukum tata Negara dan hukum
administrasi. Terhadap hukum tata Negara, hukum administrasi merupakan perpanjangan dari
hukum tata Negara. Hukum administrasi melengkapi hukum tata Negara, disamping sebagai
hukum instrumental (instrumenteel recht) juga menetapkan perlindungan hukum terhadap
keputusan –keputusan penguasa.
2. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Pidana
Romeyn berpendapat bahwa hukum Pidana dapat dipandang sebagai bahan pembantu
atau “hulprecht” bagi hukum tata pemerintahan, karena penetapan sanksi pidana merupakan
satu sarana untuk menegakkan hukum tata pemerintahan, dan sebaliknya peraturan-peraturan
hukum di dalam perundang-undangan administratif dapat dimasukkan dalam lingkungan
hukum Pidana. Sedangkan E. Utrecht mengatakan bahwa Hukum Pidana memberi sanksi
istimewa baik atas pelanggaran kaidah hukum privat, maupun atas pelanggaran kaidah
hukum publik yang telah ada. Pendapat lain dikemukakan oleh Victor Situmorang bahwa
“apabila ada kaidah Hukum Administrasi negara yang diulang kembali menjadi kaidah
hukum pidana, atau dengan perkataan lain apabila ada pelanggaran kaidah hukum
Administrasi negara, maka sanksinya terdapat dalam hukum pidana”.
3. Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Perdata
Menurut Paul Scholten sebagaimana dikutip oleh Victor Situmorang bahwa Hukum
Administrasi Negara itu merupakan hukum khusus hukum tentang organisasi negara dan
hukum perdata sebagai hukum umum. Pandangan ini mempunyai dua asas yaitu pertama,
negara dan badan hukum publik lainnya dapat menggunakan peraturan-peraturan dari hukum
perdata, seperti peraturan-peraturan dari hukum perjanjian. Kedua, adalah asas Lex Specialis
derogaat Lex generalis, artinya bahwa hukum khusus mengesampingkan hukum umum, yaitu
bahwa apabila suatu peristiwa hukum diatur baik oleh Hukum Administrasi Negara maupun
oleh hukum Perdata, maka peristiwa itu diselesaikan berdasarkan Hukum Administrasi
negara sebagai hukum khusus, tidak diselesaikan berdasarkan hukum perdata sebagai hukum
umum.
Jadi terjadinya hubungan antara Hukum Administrasi Negara dengan Hukum Perdata
apabila 1) saat atau waktu terjadinya adopsi atau pengangkatan kaidah hukum perdata
menjadi kaidah hukum Administrasi Negara, 2) Badan Administrasi negara melakukan
perbuatan-perbuatan yang dikuasasi oleh hukum perdata, 3) Suatu kasus dikuasai oleh hukum
perdata dan hukum administrasi negara maka kasus itu diselesaikan berdasarkan ketentuan-
ketentuan Hukum Administrasi Negara.
4. Hukum Administrasi Negara dengan Ilmu Administrasi Negara
Sebagaimana istilah administrasi, administrasi negara juga mempunyai berbagai macam
pengertian dan makna. Dimock dan Dimock, menyatakan bahwa sebagai suatu studi,
administrasi negara membahas setiap aspek kegiatan pemerintah yang dimaksudkan untuk
melaksanakan hukum dan memberikan pengaruh pada kebijakan publik (public policy);
sebagai suatu proses, administrasi negara adalah seluruh langkah-langkah yang diambil
dalam penyelesaian pekerjaan; dan sebagai suatu bidang kemampuan, administrasi negara
mengorganisasikan dan mengarahkan semua aktivitas yang dikerjakan orang-orang dalam
lembaga-lembaga publik.Kegiatan administrasi negra tidak dapat dipisahkan dari kegiatan
politik pemerintah, dengan kata lain kegiatan-kegiatan administrasi negara bukanlah hanya
melaksanakan keputusan-keputusan politik pemerintah saja, melainkan juga mempersiapkan
segala sesuatu guna penentuan kebijaksanaan pemerintah, dan juga menentukan keputusan-
keputusan politik.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hukum tata usaha (administrasi) negara adalah hukum yang mengatur kegiatan
administrasi negara. Yaitu hukum yang mengatur tata pelaksanaan pemerintah dalam
menjalankan tugasnya . hukum administarasi negara memiliki kemiripan dengan hukum tata
negara.kesamaanya terletak dalam hal kebijakan pemerintah ,sedangkan dalam hal perbedaan
hukum tata negara lebih mengacu kepada fungsi konstitusi/hukum dasar yang digunakan oleh
suatu negara dalam hal pengaturan kebijakan pemerintah,untuk hukum administrasi negara
dimana negara dalam "keadaan yang bergerak". Hukum tata usaha negara juga sering disebut
HTN dalam arti sempit.

B. Saran
Sebagai Negara hukum sudah sepatutnya hukum itu harus dipatuhi dan ditaati agar
terciptalah Negara yang sejahtera, agar demikian masyarakat yang ada didalam dapat
terlendungi hukum dari hal-hal yang meresahkan dan tidak mengenakan, sebagai Negara
hukum Indonesia adalah salah satu Negara yang menjunjung hukum agar ketentraman
dinegara Indonesia senantiasa terjaga dan terpelihara agar terciptalah kesejahteraan dan
ketentraman dalam bermasyarakat, oleh karena itu sudah seharusnya pemerintah juga turut
turun langsung meninjau apakah seluruh masyarakat sudah mendapatkan hak-nya dilindungi
oleh hukum tanpa pandang bulu apa dia masyarakat yang mampu ataukah tidak mampu.
Karena hukum itu adalah bagian dari masyarakat juga dan masyarakatlah yang berhak
dijamin atas hukum.
Dalam penyusunan Makalah ini penulis tidak menutup kemungkinan adanya
kesalahan dan kehilafan oleh sebab itu penulis berharap untuk diberi kritikan dan saran yang
membangun guna kesempurnaan makalah ini dan pembuatan makalah selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai