Anda di halaman 1dari 22

ETIKA AKUNTAN PROFESIONAL

Prinsip Utama Akuntan Profesional

Ada lima prinsip utama yang harus ditaati oleh seorang akuntan professional, yaitu :

 Integritas
Integritas di dalam Kode Etik Akuntan Profesional berarti suatu kewajiban untuk jujur dan
berterus terang dalam hubungan professional dan hubungan bisnisnya. Akuntan professional
tidak boleh terkait dengan laporan, dokumen, komunikasi, atau informasi lainnya yang
diyakininya terdapat kesalahan yang material atau menyesatkan, disusun secara tidak hati-
hati, atau adanya penghilangan atau penyembunyian informasi sehingga menghasilkan suatu
laporan atau dokmen yang menyesatkan.

 Objektivitas
Tidak dipengaruhi pendapat dan pertimbangan pribadi atau pihak lain, dan tidak dipengaruhi
kepentingan pribadi dan pihak lain dalam mengambil putusan professional atau bisnis.

 Memiliki Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional


Akuntan professional diwajibkan untuk memelihara kompetensi dan ketrampilan
professional pada tingkat yang dibutuhkan sehingga klien ataupun pemberi kerja
memperoleh layanan professional berdasarkan perkembangan praktik dan peraturan terkini,
yang dilaksanakan secara professional sesuai dengan teknik dan standard professional yang
berlaku.
Layanan professional yang kompeten membutuhkan pertimbangan yang cermat dalam
menerapkan pengetahuan dan ketrampilan professional. Kompetensi professional dapat
dibagi menjadi pencapaian kompetensi professional dan pemeliharaan kompetensi
professional.
Pemeliharaan kompetensi professional membutuhkan kesadaran yang berkelanjutan dan
pemahaman atas perkembangan teknik, professional, dan bisnis. Pengembangan professional
yang berkelanjutan memungkinkan akuntan professional untuk mengembangkan dan
memelihara kapabilitasnya untuk bekerja secara kompeten dalam lingkungan professional.
Kecermatan dalam bekerja mencakup tanggung jawab untuk bertindak sesuai dengan
tuntunan tugas secara berhati-hati, menyeluruh, lengkap dan tepat waktu. Akuntan
professional akan mengambil langkah-langkah yang masuk akal untuk menjamin bahwa
orang-orang yang bekerja di bawah tanggung jawabnya memperoleh pelatihan dan supervise
yang memadai.
Bila dipandang perlu, akuntan professional harus memberikan pemahaman kepada klien,
pemberi kerja, atau penguna jasa lainnya mengenai keterbatasan yang melekat pada jasa
professional yang diberikan.

 Kerahasiaan
Prinsip kerahasiaan mewajibkan setiap akuntan professional untuk tidak melakukan
tindakan-tindakan mengungkapkan informasi ayang bersifat rahasia dari klien atau
organisasi pemberi kerja yang diperoleh dari hubungan professional dan hubungan bisnis
kepada pihak luar tanpa izin yang memadai dan terinci kecuali joka terdapat kewajiban
hokum dan professional untuk mengungkapkannya. Selain itu, akuntan professional juga
tidak diperkenankan untuk menggunakan informasi yang bersifat rahasia tersebut untuk
keuntungan pribadi atau pihak ketiga.
Akuntan professional harus tetap menjaga prinsip kerahasiaan, termasuk dalam lingkungan
sosialnya, harus selalu berhati-hati terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak
disengaja dengan rekan bisnis maupun anggota keluarga. Penjagaan kerahasiaan juga harus
dilakukan di dalam organisasi klien dan pemberi kerja. Akuntan professional juga harus
menjaga kerahasiaan informasi dari calon klien atau pemberi kerja.
Akuntan professional harus menyiapkan langkah-langkah dan prosedur untuk memastikan
staf yang bekerja di bawah pengawasannya, serta orang-orang yang diminta saran dan
bantuan profesionalnya untuk menghargasi prinsip kerahasiaan.
Prinsip kerahasiaan tetap harus dijaga walaupun akuntan professional sudah tidak memiliki
hubungan kerja dengan klien dan pemberi kerja. Jika akuntan professional berpindah kerja
atau memperoleh klien baru, akuntan professional berhak menggunakan pengalaman yang
diperoleh di masa lalu, namun tidak diperkenankan menggunakan informasi rahasia yang
dimiliki akibat hubungan kerja di masa lalu.
Situasi-situasi dimana akuntan professional diminta untuk mengungkapkan informasi atau
pengungkapan dapat diterima, yaitu :
1. Pengungkapan yang diperbolehkan oleh hokum dan disetujui oleh klien atau pemberi
kerja
2. Pengungkapan yang diminta oleh hokum, contoh :
a. Pengungkapan dokumen atau bukti lainnya dalam siding pengadilan, atau
b. Pengungkapan kepada lembaga yang berwenang mengenai suatu pelanggaran hokum
3. Adanya hak dan tugas professional untuk mengungkapkannya sepanjang tidak
melanggar hokum yang berlaku, dalam :
a. Pelaksanaan penelaahan mutu yang dilakukan oleh organisasi profesi atau regulator
b. Menjawab pertanyaan atau investigasi yang dilakukan oleh organisasi profesi atau
regulator
c. Melindungi kepentingan professional dari akuntan professional dalam siding
pengadilan
d. Mematuhi standard profesi dank ode etik profesi yang berlaku

Dalam memutuskan untuk mengungkapkan informasi yang bersifat rahasia, akuntan


professional harus mempertimbangkan :

a. Apakah ada pihak-pihak yang dirugikan atas izin klien atau pemberi kerja untuk
mengungkapkan informasi rahasia tersebut
b. Apakah seluruh informasi yang relevan diketahui dan memiliki bukti. Jika ada fajta yang
tidak didukung bukti, informasi tidak lengkap, dan kesimpulan yang tidak meyakinkan,
maka pertimbangan professional harsu digunakan untuk menentukan jenis
pengungkapan yang akan disampaikan
c. Jenis media komunikasi yang akan digunakan dan pihak yang dituju

 Perilaku Profesional
Prinsip perilaku professional mewajibkan seluruh akuntan professional untuk mematuhi
setiap ketentuan hokum dan peraturan yang berlaku, serta menghindari setiap tindakan yang
dapat merusak nama baik profesi. Perilaku professional mencakup setiap tindakan yang
dapat menyebabkan pihak ketiga yang rasional dan memiliki informasi, setelah
mempertimbangkan seluruh fakta dan permasalahan yang dihadapi oleh akuntan
professional akan mengambil kesimpulan yang negative terhadap profesi.
Dalam memasarkan dan mempromosikan diri, akuntan professional tidak boleh
merendahkan martabat profesi. Akuntan profesiona harus jujur dan berkata benar serta tidak
boleh :
a. Membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa professional yang ditawarkan, serta
kualifikasi dan pengalaman yang dimiliki
b. Membuat perbandingan yang merendahkan atau tidak didukung bukti terhadap hasil
pekerjaan akuntan professional

Ancaman Terhadap Profesionalitas dan Pengamanannya

Situasi kerja yang dihadapi oleh akuntan professional mungkin akan menciptakan ancaman
terhadap akuntan professional dalam menjalankan prinsip utama akuntan professional. Di lain
pihak, tidak mungkin untuk mengidentifikasikan setiap situasi yang meciptakan ancaman dan
menentukan tindakan pengamanan yang harus diambil oleh akuntan professional. Terlebih lagi,
perjanjian dan penugasan yang diberikan kepada akuntan professional dapat berbeda sehingga
menciptakan ancaman yang berbeda dan membutuhkan tindakan pengamanan yang berbeda.
Karena itu dibutuhkan kerangka konseptual yang mewajibkan akuntan profesinal untuk
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengatasi ancaman profesionalitas.

Ketika akuntan professional mengidentifikasi ancaman dan berdasarkan evaluasi ancaman


terebut tidak pada tingkat yang dapat diterima, akuntan professional harus menentukan apakah
pengamanan yang memadai tersedia dan dapat diterapkan untuk menghilangkan ataupun
mengurangi ancaman sampai pada tingkat yang dapat diterima, dimana ketaatan pada prinsip
tidak dikompromikan.

Terdapat kemungkinan akuntan professional menghadapi situasi dimana ancaman tidak dapat
dihilangkan atau dikurangi sampai pada tingkat yang dapat diterima, baik karena ancaman sangat
signifikan atau tidak terdapat pengaman yang memadai atau tidak dapat diterapkan. Dalam
situasi seperti ini, akuntan profesinal harus menolak atau meberhentikan layanan professional
tertentu atau jika diperlukan membatalkan perjanjian dan berhenti dari penugasan.
 Ancaman
Ancaman dapat tercipta dari berbagai bentuk hubungan dan situasi. Ancaman dapat
dikompromikan atau dapat dianggap dapat dikompromikan dengan prinsip-prinsip utama
akuntan professional. Suatu hubungan atau situasi dapat menciptakan lebih dari satu
ancaman dan satu ancaman dapat mempengaruhi ketaatan terhadap lebih dari satu prinsip.
Ancaman dapat dikategorikan dalam satu atau lebih kategori di bawah ini :
a. Ancaman kepentingan pribadi, yaitu ancaman yang terjadi sebagai akibat dari
kepentingan keuangan maupun kepentingan lainnya mempengaruhi pertimbangan atau
perilaku akuntan professional.
b. Ancaman telaah-pribadi, yaitu ancaman yang terjadi dimana akuntan professional tidak
sepenuhnya dapat mengevaluasi hasil pertimbangan dari layanan professional atau
pekerjaan sebelumnya yang dibuat oleh akuntan professional dimana pertimbangan dari
akuntan professional tergantung dari layanan profesian atau pekerjaan sebelumnya.
c. Ancaman advokasi, yaitu ancaman yang terjadi ketika akuntan professional akan
mempromosikan klien atau pemberi kerja pada posisi dimana objektivitas akuntan
professional dikorbankan.
d. Ancaman kedekatan, yaitu ancaman akibat hubungan yang dekat atau sudah berlangsung
lama degan klien atau pemberi kerja sehingga akuntan professional menjadi lebih
bersimpati dengan kepentingan mereka atau terlalu mudah menerima pekerjaan mereka.
e. Ancaman intimidasi, yaitu ancaman yang terjadi akibat tekanan nyata atau yang
dirasakan, seperti upaya untuk mempengaruhi akuntan professional secara tidak pantas,
sehingga akuntan professional tidak dapat bersikap objektif.

 Pengamanan
Pengamanan adalah tindakan atau upaya lainnya untuk menghilangkan atau mengurangi
ancaman sampai pada tingkat yang dapat diterima. Pengamanan dapat dikategorikan
menjadi dua, yaitu :
a. Pengamanan yang diciptakan oleh profesi, undang-undang atau pemerintah,meliputi :
o Persyaratan pendidikan, pelatihan dan pengalaman untuk menjadi anggota profesi
o Persyaratan pendidikan berkelanjutan
o Peraturan mengenai tata kelola perusahaan
o Standard profesi
o Pemantauan dan prosedur disiplin dari organisasi profesi atau regulator
o Review eksternal terhadap laporan, surat pemberitahuan pajak, komunikasi dan
informasi yang dihasilakn oleh akuntan professional oleh lembaga yang memiliki
kekuatan hukum
b. Pengamanan dalam lingkungan kerja

 Penyelesaian Konflik Etika


Akuntan professional mungkin akan menghadapi situasi untuk mengatasi konflik dalam
menerapkan prinsip utama. Dalam memulai proses penyelesaian konflik etika, baik yang
dilakukan secara formal atau informal, akuntan professional perlu mempertimbangkan
beberapa factor, sebagai berikut :
a. Fakta-fakta yang relevan
b. Isu etika yang terkait
c. Prinsip utama yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dipecahkan
d. Prosedur-prosedur internal yang telah ada
e. Tindakan-tindakan alternative

Dalam proses penyelesaian konflik etika, akuntan professional diharapkan dapat memilih
tindakan yang dianggapnya paling tepat setelah melakukan perhitungan atas konsekuensi
dari seluruh alternative tindakan yang tersedia. Jika konflik tidak terselesaikan dan akuntan
professional dapat berkonsultasi dengan orang-orang yang tepat di dalam organisasi untuk
membantu memecahkan masalah.

Jika konflik terjadi dengan atau di salam organisasi pemberi kerja, akuntan professional
perlu mempertimbangkan untuk berkonsultasi dengan pihak-pihak yang bertanggung jawab
terhadap tat kelola organisasi, seperti direks dan komisaris, atau komite audit.
Penting bagi akuntan professional untuk mendokumentasikan inti permasalahn, rincian dari
diskuasi yang dilakukan dan keputusan yang dibuat.

Jika konflik memilik dampak yang sifnifikan dan tidak dapat terselesaikan, akuntan
professional mungkin perlu mempertimbangkan untuk memperoleh saran secara
professional dari organisasi profesi atau penasehat hokum. Hai ini tidak melanggar prinsip
utama kerahasiaan sepanjang permasalahan didiskusikan kepada organisasi profesi secara
anonym atau dengan penasehat hokum berdasarkan hak-hak hokum yang dimiliki agar
tindakannya tidak menjadi suatu pelanggaran terhadap prinsip utama kerahasiaan.

Jika konflik etika tidak dapat terpecahkan, walaupun seluruh kemungkinan sudah dijajaki,
maka akuntan professional, sepanjang dimungkinkan, menolak untuk tetap diasosiasikan
dengan permasalahan yang menjadi konflik. Akuntan professional harus mempertimbangkan
kemungkinan untuk menarik diri sebagai anggota tim yang ditugaskan atau menarik diri
untuk penugasan tertentu, atau berhenti dari perusahaan atau organisasi pemberi kerja.

Etika Akuntan Profesional dalam Bisnis

Akuntan professional dalam bisnis, baik secara perorangan atau bersama-sama, bertanggung
jawab terhadap penyusunan dan pelaporan keuangan dan informasi lainnya, yang akan
digunakan oleh organisasi pemberi kerja atau pihak ketiga. Mereka juga dapat bertanggung
jawab untuk memberikan manajemen keuangan yang efektif dan saran-saran untuk berbagai
persoalan.

Akuntan professional dapat merupakan pegawai tetap, mitra, direktur, komisaris, pemilik-
pengelola, relawan atau lainnya yang bekerja pada satu atau lebih organisasi pemberi kerja.
Namun, perjanjian kerja dengan organisasi pemberi kerja biasanya tiak mengatur kewajiban
tanggung jawab etika dari akuntan professional.

Akuntan professional mungkin menjabat posisi senior di dalam organisasi. Semakin tinggi
jabatan akuntan professional, semakin besar kemampuan dan kesempatannya untuk
mempengaruhi situasi, praktik dan kebiasaan di dalam organisasi. Akuntan professional di dalam
bisnis diharapkan dapat mendorong budaya berbasis nilai etika pada organisasi pemberi kerja
melalui penekanan yang diberikan oleh akuntan professional terhadap perilaku beretika.

Akuntan professional di dalam bisnis dilarang untuk terlibat dalam bisnis, pekerjaan ataupun
kegiatan yang diketahuinya merusak atau dapat merusakn integritas, objektivitas atau nama baik
dari profesi yang mana bertentangan dengan prinsip utama akuntan professional.

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, akuntan professional menghadapi ancaman yang


menyebabkan mereka melanggar prinsip utama profesi. Beberapa contoh situasi yang dapat
menciptakan ancaman kepentingan pribadi adalah sebagai berikut :

o Memiliki kepentingan keuangan atau menerima pinjaman atau jaminan dari organisasi
pemberi kerja
o Berpartisipasi dalam perhitungan insentif yang ditawarkan oleh organisasi pemberi
kerja
o Penggunaan asset perusahaan untuk kepentingan pribadi secara tidak wajar
o Mengkhawatirkan keberlanjutan kerja pada organisasi
o Tekanan keuangan dan bisnis dari pihak luar organisasi pemberi kerja

Contoh situasi yang menciptakan ancman telaah pribadi adalah menentukan perlakuan akuntansi
atas kombinasi bisnis setelah melakukan studi kelayakan yang mendukung keputusan kombinasi
bisnis tersebut.

Sementara itu, dalam berpartisipasi untuk pencpaian tujuan dan sasaran organisasi pemberi kerja,
akuntan professional mungkin akan melakukan promosi atas posisi organisasi. Sepanjang
promosi tersebut dilakukan tanpa tekanan untuk menyusun laporan keuangan yang salah atau
menyesatkan maka situasi tersebut tidak menciptakan ancmaan advokasi.

Contoh situasi yang menciptakan ancman kedekatan akuntan professional di bisnis adalah :

o Bertanggung jawab atas pelaporan keuangan organisasi pemberi kerja dimana anggota
keluarga dekat bekerja pada organisasi tersebut dan membuat keputusan yang
mempengaruhi laporan keuangan organisasi
o Hubungan yang telah lama berlangsung dengan kontak bisnis akan mempengaruhi
keputusan bisnis
o Menerima hadiah atau perlakuan khusus, kecuali jika tidak ada nilainya dan tidak
memiliki konsekuensi khusus

Contoh situasi yang mungkin menciptakan ancaman intimidasi untuk akuntansi professional di
bisnis meliputi :

o Ancaman untuk memberhentikan atau mengganti akuntan professional atau anggota


keluarga dekat akibat ketidaksepakatan tentang aplikasi prinsip akuntansi atau
bagaimana informasi keuangan dilaporkan
o Adanya seseorang yang dominan berupaya untuk mempengaruhi proses pengambilan
keputusan, misalnya yang terkait dengan pemberian kontrak atau penerapan prinsip
akuntansi tertentu

Pengamanan dalam lingkungan kerja meliputi :

o Diterapkannya system pengawasan perusahaan (corporate oversight) atau struktur


pengawasan lainnya
o Diterapkannya program etika organisasi
o Diterapkannya prosedur rekrutmen pada organisasi pemberi kerja menekankan
pentingnya mempekerjakan pegawai yang memiliki kompetensi yang tinggi
o Diterapkannya system penegndalian intern yang kuat
o Diterapkannya proses disiplin yang memadai
o Adanya kepemimpinan yang menekankan pentingnya perilaku etika dan ekspektasi
terhadap pegawai untuk selalu melakukan tindakan beretika
o Diterapkannya kebijakan dan prosedur untuk memantau kualitas kinerja pegawai
o Adanya komunikasi tepat waktu mengenai kebijakan dan prosedur organisasi pemberi
kerja, termasuk perubahannya, ke seluruh pegawai dan dilakukannya pelatihan dan
pendidikan yang memadai mengenai kebijakan dan prosedur tersebut
o Diterapkannya kebijakan dan prosedur yang memberdayakan dan mendorong pegawai
ntuk berkomunikasi ke pimpinan organisasi mengenai isu etika tanpa ketakutan untuk
mendpat hukuman
o Konsultasi dengan akuntan professional lain
Dalam situasi dimana akuntan professional di bisnis meyakini adanya perilaku atau tindakan
beretika akan teru muncul dalam organisasi pemberi kerja, akuntan professional dalam bisnis
perlu mempertimbangkan saran hokum. Dalam situasi dimana seluruh pengaman telah
digunakan dan tidak mungkin untuk mengurangi ancaman ke tingkat yang dapat diterima,
akuntan professional harus mempertimbangkan untuk berhenti dari organisasi pemberi kerja.

 Potensi Konflik
Akuntan professional diharapkan selau menaati prinsip utama. Namun ada saat-saat dimana
tangung jawab akuntan professional terhadap organisasi pemberi kerja konflik dengan
kewajiban professional untuk menaati prinsip utama. Sebagai konsekuensi atas tanggung
jawab terhadap organisasi pemberi kerja, akuntan professional dalam bisnis mungkin akan
menghadapi tekanan untuk bertindak atau berperilaku yang dapat menciptakan ancaman
untuk menaati prinsip utama. Tekanan ini, baik secara eksplisit atau implisit, dapat dating
dari supervisor, manajer, direktur, atau individu lain di daam organisasi pemberi kerja.
Akuntan professional dalam bisnis mungkin menghadapi tekanan-tekanan untuk :
o Bertindak bertentangan dengan hokum atau regulasi
o Bertindak bertentangan dengan standard teknis atau professional
o Memberikan jalan untuk menerapkan strategi pengelolaan laba yang tidak beretika atau
tidak legal
o Berbohong atau secara tidak sengaja menyesatkan (termasuk menyesatkan dengan tidak
berkomentar), terutam kepada auditor dan regulato
o Mempublikasikan atau terkait dengan laporan keuangan dan non keuangan yang secara
material berbeda dengan kenyataan, termasuk laporan yang terkait dengan laporan
keuangan, laporan pajak, ketaatan hokum, dan laporan yang diwajibkan oleh Otoritas
Pasar Modal

Signifikansi ancaman yang tercipta melalui tekanan, seperti ancaman intimidasi, harus
dievaluasi dan pengamanan diterapkan, jika diperlukan, untuk mengeliminasi atau
mengurangi ancaman tersebut pada tingkat yang dapat diterima.

 Penyiapan dan Pelaporan Informasi


Akuntan professional sering terlibat dalam penyiapan dan pelaporan informasi, baik
informasi public ataupun digunakan di dalam organisasi dan di luar organisasi pemberi
kerja. Informasi ini meliputi infromasi keuangan atau manajerial, seperti peramalan dan
anggaran, laporan keuangan, pembahasan dan analisis manajemen, dan laporan manajemen
yang diberikan oleh auditor selama proses audit laporan keuangan. Akuntan professional
harus menyiapkan dan menyajikan informasi secara wajar, jujur, dan mengikuti standard
professional yang relevan sehingga informasi tersebut dapat dipahami sesuai dengan
konteksnya.
Akuntan professional dalam bisnis yang memiliki tanggung jawab untuk menyiapkan atau
menyetujui laporan keuangan dari organisasi pemberi kerja harus meyakini bahwa laporan
keungan disajikan sesuai dengan standard pelaporan keuangan yang relevan.
Akuntan professional dalam bisnis harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk
menjaga agar informasi yang menjadi tanggung jawabnya dengan :
o Menjelaskan sifat dari transaksi bisnis, asset, dan liabilitas
o Mengklasifikasikan dan mencatat informasi tepat waktu dan secara memadai
o Melaporkan kenyataan secara akurat dan lengkap dengan mempertimbangkan
materialitas

Ancaman, seperti ancaman kepentingan pribadi atau ancaman intimidasi terhadap


objektivitas atau kompetensi dan kehati-hatian professional, tercipta ketika akuntan
professional dalam bisnis menghadapi tekanan, baik eksternal ataupun kemungkinan
memperoleh keuntungan pribadi, untuk terlibat dalam pemberian informasi yang
menyesatkan atau menjadi terlibat dengan pemberian informasi yang menyesatkan melaui
tindakan pihak lain.

Jika tidak memungkinkan untuk mengurangi ancaman pada tingkat yang dapat diterima,
akuntan professional dalam bisnis diwajibkan untuk menolak terlibat atau dikaitkan dengan
informasi yang dinilai oleh akuntan professional menyesatkan. Akuntan professional dalam
bisnis mungkin tidak mengetahui dirinya dikaitkan dengan informasi yang menyesatkan.
Namun, pada saat menyadarinya, akuntan professional harus mengambil langkah-langkah
untuk melepaskan keterkaitan dengan informasi tersebut. Jika diharuskan untuk membuat
laporan, akuntan porfesional harus mempertimbangkan untuk memperoleh bantuan hokum.
Selain itu juga perlu dipertimbangkan untuk berhenti.

 Bertindak dengan Keahlian yang Cukup


Prinsip utama kompetensi dan kehati-hatian professional menuntut akuntan professional
dalam bisnis hanya melaksanakan pekerjaan yang dikuasainya melalui pelatihan atau
pengalaman yang mencukupi. Akuntan professional dalam bisnis tidak diperkenankan secara
sengaja menyesatkan pemberi kerja mengenai keahlian dan pengalaman yang dimiliki.
Situasi yang dapat menciptakan ancaman terhadap ketaatan prinsip utama kompetensi dan
kehati-hatian professional meliputi :
o Keterbatasan waktu untuk dapat menyelesaikan pekerjaan secara memadai
o Informasi yang tidak lengkap, tidak cukup atau dibatasi untuk menyelesaikan
pekerjaan secara memadai
o Pengalaman, pelatihan dan pendidikan yang tidak mencukupi dikaitkan dengan
kompleksitas pekerjaan yang harus diselesaikan
o Sumber daya yang tidak mencukupi untuk menyelesaikan pekerjaan secara memadai

Signifikansi akan tergantung pada factor-faktor seperti apakah akuntan professional bekerja
dengan pihak lain dengan senioritas yang lebih tinggi di dalam organisasi serta tingkat
supervise dan review pekerjaan yang diterapkan. Signifikansi ancaman harus dievaluasi dan
pengamanan diterapkan, jika diperlukan, untuk mengeliminasi atau mengurangi ancaman
tersebut pada tingkat yang dapat diterima.

 Kepentingan Keuangan
Akuntan professional dalam bisnis mungkin memiliki kepentingan keuangan atau
mengetahui adanya kepentingan keuangan dari keluarga dekatnya dimana situasi ini dapat
menciptakan ancaman untuk tidak menaati prinsip utama.
Signifikansi ancaman harus dievaluasi dan pengamanan diterapkan, jika diperlukan, untuk
mengeliminasi atau mengurangi ancaman tersebut pada tingkat yang dapat diterima. Dalam
melakukan evaluasi signifikansi ancaman, akuntan professional dalam bisnis harus
mengevaluasi sifat dari kepentingan keuangan, yang meliputi besarnya kepentingan
keuangan dan menentukan pakah kepentingan tersebut bersifat langsung atau tidak
langsung. Signifikansi dan besarnya nilai kepentingan berbeda dari satu individu ke individu
lainnya tergantung dari situasi yang dihadapi oleh masing-masing individu.

 Godaan atau Bujukan


Akuntan professional dalam bisnis atau keluarga dekatnya mungkin menerima
godaan/bujukan dalam bentuk hadiah, keramah-tamahan, perlakuan istimewa, dan
permintaan yang tidak pantas atas nama persahabatan atau kesetiaan.
Godaan dan bujukan dapat menciptakan ancaman. Ancaman kepentingan pribadi terhadap
objektivitas atau kerahasiaan tercipta ketika godaan dilakukan untuk mempengaruhi
tindakan dan keputusan, mendorong perilaku yang tidak jujur atau melanggar hokum, atau
untuk memperoleh informasi rahasia. Ancaman intimidasi terhadap objektivitas dan
kerahasiaan tercipta jika godaan diterima dan diikuti dengan ancaman untuk diungkapkan
sehingga merusak reputasi akuntan professional atau keluarga dekatnya.
Keberadaan dan signifikansi dari ancaman tergantung dari sifat,nilai dan maksud dibalik
godaan dan bujukan. Jika pihak ketiga yang rasional dan memiliki informasi, dengan
mempertimbangkan seluruh fakta dan situasi, menilai godaan tidak signifikan dan tidak
dimaksudkan untuk mendorong perilaku tidak beretika, maka akuntan professional dapat
memutuskan bahwa tawaran tersebut sebagai hal yang normal dalam bisnis dan dapat
memutuskan bahwa tidak terjadi ancaman pada tawaran tersebut.
Sifnifikansi ancaman harus dievaluasi dan pengamanan diterapkan, jika diperlukan, untuk
mengeliminasi atau mengurangi ancaman tersbeut pada tingkat yang dapat diterima. Jika
ancaman tidak dapat dihilangkan atau dikurangi melalui upaya pengamanan, maka akuntan
professional dalam bisnis dilarang untuk menerima tawaran. Bentuk nyata dari ancaman
tidak langsung terlihat pada saat tawaran diberikan, namun dengan fakta bahwa tawaran
yang diberikan maka tindakan pengaman harsu segera diterapkan.
Akuntan professional dalam bisnis mungkin menghadapi situasi dimana mereka diharapkan
atau ditekan untuk memberikan tawaran untuk mempengaruhi proses pengambilan
keputusan atau memperoleh informasi rahasia. Tekanan ini dapat dating dari dalam
organisasi pemberi kerja, seperti rekan kerja atau atasan, atau dari pihak eksternal yang
menyarankan tindakan yang dapat menguntungkan organisasi pemberi kerja.
Akuntan professional tidak diperkenankan untuk melakukan penawaran dan jika tekanan
dating dari dalam organisasi, maka akuntan professional dalam bisnis harus mengikuti
prinsip dan pedoman mengenai penyelesaian konflik etika, sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya.

KASUS ETIKA: ARTHUR ANDERSEN

Arthur Andersen LPP adalah salah satu firma akuntansi terbesar di AS yang berdiri sejak 1913.
Selama perjalanannya perusahan ini memiliki reputasi sebagai kepercayaan, integritas dan etika
yang penting bagi perusahaan yang di bebani auditing secara independen dan melaporkan
laporan-laporan perusahaan publik, dimana akurasi investor tergantung keputusan investasi.

Di masa-masa awalnya Andersen memiliki standar-standar profesi akuntansi dan


mengembangkan inisiatif-inisiatif baru pada kekuatan-kekuatan integritasnya. Arthur Andersen
pernah menjadi model sebuah karakter teguh hati dan integritas yang merupakan profesionalitas
dalam akuntansi. Tetapi kebangkrutan klien-klien besar membuka skandal-skandal besar yang
membuat firma akuntansi ini tutup.

Kebangkitan
Ketika Leonard Spacek bergabung di tahun 1947, ia mulai mengembangkan jasa konsultan
kepada klien-klien besar. Selama rentang waktu 30 tahunan, bisnis konsultasi Andersen menjadi
lebih menguntungkan daripada usaha aslinya. Di Andersen, pertumbuhan menjadi prioritas dan
penekanannya pada perekrutan dan mempertahankan klien-klien besar berdampak pada kualitas
dan independensi audit. Fokus pada pertumbuhan ini menghasilkan perubahan yang mendasar
pada budaya perusahaan. Bisnis konsultasi Andersen menjadi yang tercepat pertumbuhannya dan
paling menguntungkan dan paling berkembang pesat di dunia. Banyak yang meninjaunya
sebagai model sukses yang ditiru frima-firma lainnya. Tetapi model ini menjadikan Securities
and Exchange Commission (SEC) memberikan peringatan berkaitan independensi auditing.
Ketua SEC yang prihatin akan hal ini menyarankan aturan-aturan baru untuk membatasi layanan
di luar audit. Tetapi saran ini ditolak Andersen.
Tahun 1999 Andersen memisahkan fungsi akuntansi dan konsultasi. Namun seringkali strategi
ini menjadikan persaingan di antara kedua unit yang cenderung melemahkan dan memicu
kerahasiaan dan keegoisan. Komunikasi menjadi merosot, merintangi kemampuan perusahaan
untuk tanggap dan bekerja efektif menghadapi krisis. Dengan pendapatan yang berkembang, unit
konsultasi menuntut kompensasi dan pengakuan yang lebih besar. Perselisihan yang meruncing
ini menjadikan pertikaian. Tahun 2000 dalam pengadilan arbitrase, hakim memutuskan bahwa
konsultan Andersen bisa memisahkan diri dan bekerja secara efektif. Perusahaan konsultasi
berubah namanya menjadi Accenture. Pada Januari 2001, Andersen mengangkat Joseph
Berardino sebagai CEO baru dalam auditing. Tugas pertamanya adalah melacak perusahaan yang
lebih kecil melalui sejumlah tuntutan hukum yang sudah ada. Andersen membayar amat mahal
untuk tuntutan-tuntutan ini. Tahun berikutnya, banyak perusahaan klien Andersen meninjau
ulang hubungannya dengan Andersen. Bagian selanjutnya adalah menjabarkan segelintir kasus
yang membuat keruntuhan Andersen.

KeruntuhanBFA
Skandal Baptist Foundation of Arizona (BFA) menjadi kebangkrutan terbesar perusahaan amal
nirlaba dalam sejarah AS, dimana Andersen bertindak sebagai auditornya. Mereka dianggap
menipu investor sebesar $570 juta. BFA didirikan untuk menghimpun dana dan mengelola gereja
di Arizona. Lembaga ini bekerja seperti bank, membayar bunga deposito yang digunakan
sebagian besar untuk berinvestasi di Arizona real estate. Ini merupakan investasi yang lebih
spekulatif daripada apa yang dilakukan lembaga pembaptis lainnya.

Masalah dimulai ketika pasar real estate mengalami penurunan, dan manajemen dituntut untuk
menghasilkan keuntungan. Karenanya, pengurus yayasan diduga menyembunyikan kerugian
dari investor sejak 1986 dengan menjual beberapa properti dengan harga tinggi kepada entitas-
entitas yang telah meminjam uang dari ayyasan yang tak mungkin membayar properti kecuali
kondisi pasar real estate berbalik. Dalam dokumen pengadilan apa yang disebut dengan “skema
Ponzi” setelah kasus peniupuan yang terkenal, pejabat yayasan diduga mengambil uang dari
investor baru untuk membayar investor yang sudah ada untuk menjaga arus kas. Sementara itu,
pejabat puncak menerima gaji. Skema ini akhirnya terurai, mengarah pada investigasi kriminal
dan tuntutan terhadap BFA dan Andersen. Akhirnya, yayasan mengajukan petisi Bab 11
mengenai perlindungan kebangkrutan pada tahun 1999.

Gugatan investor terhadap Andersen menuduh perusahaan ini melakukan pemalsuan dan
menyesatkan laporan keuangan BFA. Dala sebuah pernyataannya di tahun 2000, Andersen
merespon rasa simpatinya kepada BFA tetapi membela keakuratan dengan opininya tentang
audit. Namun setelah dua tahun penyelidikan, laporan menunjukkan bahwa Andersen sudah
diperingatkan kemungkinan kegiatan penipuan oleh beberapa karyawan BFA, yang akhirnya
perusahaan setuju untuk membayar $217 juta untuk menyelesaikan gugatan dengan pemegang
saham pada taun 2002.

Sunbeam
Masalah Andersen dengan Sunbeam bermula dari kegagalan audit yang membuat kesalahan
serius pada akuntansinya yang akhirnya menghasilkan tuntutan class action dari investor
Sunbeam. Baik dari gugatan hukum dan perintah sipil yang diajukan SEC menuduh Sunbeam
membesar-besarkan penghasilan melaului strategi penipuan akuntansi, seperti pendapatan
“cookie jar”, recording revenue on contingent sales, dan mempercepat penjualan dari periode
selanjutnya ke kuartal masa kini. Perusahaan juga dituduh melakukan hal yang tidak benar
melakukan transaksi “bill-and-hold”, dimana menggembungkan pesanan bulan depan dari
pengiriman sebenarnya dan tagihannya.

Akibatnya, Sunbeam dipaksa meyatakan kembali laporan keuangan selama enam kuartal. SEC
juga menuduh Arthur Andersen. Pada 2001, Sunbeam mengajukan petisi kepada Pengadilan
kepailitan AS Distrik Selatan New York dengan Bab 11 Judul 11 tentang aturan kebangkrutan.
Agustus 2002, pengadilan memutuskan pembayaran sebesar $141 juta. Andersen setuju
membayar $110 juta untuk menyeleaikan klaim tanpa mengakui kesalahan dan tanggung jawab.
Sunbeam mengalami kerugian pemegang saham sebesar $4,4 miliar dan kehilangan ribuan
karyawannya. Sunbeam terbebas dari kebangkrutan.

Waste Management
Andersen juga terlibat dalam pengadilan atas data akuntansi yang dipertanyakan mengenai
pendapatan yang berlebih sebesar $1,4 miliar dari Waste Management. Gugatan diajukan oleh
SEC atas penipuan laporan keuangan selama lebih dari lima tahun. Menurut SEC, Waste
Management membayar jasa audit kepada Andersen, yang menyarankan bahwa bisa memperoleh
biaya tambahan melalui “tugas khusus”. Awalnya Andersen mengidentifikasi praktek-praktek
akuntansi yang tidak tepat dan disajikan kepada Waste Management. Namun pimpinan Waste
Management menolak mengkoreksi. Hal ini dilihat oleh SEC sebagai upaya menutupi penipuan
masa lalu untuk melakukan penipuan masa depan. Hasilnya, Andersen harus membayar $220
juta ke pemegang saham Waste Management dan $7 juta ke SEC. Andersen dipaksa untuk
melakukan perjanjian untuk tidak melakukan laporan palsu di masa mendatang atau izin
usahanya akan dicabut – suatu persetujuan yang kemudian memutuskan hubungannya dengan
Enron.

Enron
Bulan Oktober 2001, SEC mengumumkan investigasi akuntansi Enron, salah satu klien terbesar
Andersen. Dengan Enron, Andersen mampu membuat 80 persen perusahaan minyak dan gas
menjadi kliennya. Namun, pada November 2001 harus mengalami kerugian sebesar $586 juta.
Dalam sebulan, Enron bangkrut.

Departemen Kehakiman AS menmulai melakukan penyelidikan kriminal pada 2002 yang


mendorong Andersen dan kliennya runtuh. Perusahaan audit akhirnya mengakui telah
menghancurkan dokumen yang berkaitan dengan audit Enron yang menghambat putusan. Atas
kasus itu, Nancy Temple, pengacara Andersen meminta perlindungan Amandemen Kelima yang
dengan demikian tidak memiliki saksi. Banyak pihak yang menamainya sebagai “bujukan
koruptif” yang menyesatkan. Dia menginstruksikan David Duncan, supervisor Andersen dalam
pengawasan rekening Enron, untuk menghapus namanya dari memo yang bisa memberatkannya.

Pada Juni 2005, pengadilan memutuskan Andersen bersalah menghambat peradilan,


menjadikannya perusahaan akuntan pertama yang dipidana. Perusahaan setuju untuk
menghentikan auditing publik pada 31 Agustus 2002, yang pada prinsipnya mematikan
bisnisnya.
Perusahaan Telekomunikasi
Sayangnya, tuduhan penipuan tidak berakhir pada kasus Enron. Berita segera muncul ketika
WorldCom, klien terbesar Andersen, memiliki penyimpangan sebesar $3,9 miliar. Harga
sahamnya kemudian jatuh dan investor melayangkan serangkaian tuntutan hukum yang
mengirim WorldCOm ke Pengadilan Kepailitan. Andersen menyalahkan WorldCom dan
bersikeras bahwa penyimpangan tidak pernah diungkapkan kepada auditor dan bahwa ia telah
memenuhi standar SEC dalam auditnya. WorldCOm balik menuduh Andersen karena gagal
menemukan penyimpangan yang ada. Selama kasus Enron dan WorldCOm berlanjut, banyak
perusahaan-perusahaan lainnya dituduh melakukan penyimpangan akuntansi.

Pertanyaan dan Jawaban

1. Apakah kontribusi yang diberikan oleh Arthur Andersen dalam bencana Enron?

Menurut kelompok kami, kontribusi yang diberikan oleh Arthur Andersen dalam bencana Enron,
yaitu:

a. AA menempati peran-peran berikut secara sekaligus di Enron :


 Auditor
 Konsultan akuntansi dan lainnya, termasuk transaksi SPE
 Internal auditor, karena fungsi ini dikontrak keluar oleh Enron untuk AA
 Penasihat masalah perpajakan
 Penasihat, pengkaji dari pengungkapan (masalah) keuangan
b. AA tidak berhasil melaporkan penyimpangan yang terjadi dalam tubuh Enron. Di
samping sebagai auditoreksternal, AA juga bertugas sebagai konsultan manajemen
Enron. Besarnya jumlah consulting fees yang diterima AA menyebabkan KAP tersebut
bersedia kompromi terhadap temuan auditnya dengan klien mereka.
c. AA tidak menyarankan komite audit Enron bahwa Andrew Fastow (CFO Enron) dan
stafnya terlibat konflik kepentingan yang signifikan tanpa memberikan saran
penyelesaian konflik tersebut.
d. AA tidak menyarankan komite audit Enron bahwa kebijakan komite dan pengendalian
internal Enron tidak cukup untuk melindungi kepentingan para pemegang saham,
meskipun AA telah mengambil fungsi auditor internal Enron.
e. AA tidak memberitahukan bahwa pencatatan saham yang diterbitkan sebagai
peningkatan ekuitas pemegang saham, kecuali diterbitkan untuk uang tunai (bukan wesel
tagih) itu dilarang dalam GAAP.
f. AA memiliki kesepakatan tersembunyi antara Enron dan bank (kaki tangannya) yang
mnghilangkan resiko bank dari transaksi lindung nilai SPE Chewco Rhythms dan
berbagai transaksi prabayar saham energi.
g. AA tampaknya tidak mampu menemukan bukti-bukti audit yang signifikan, atau tidak
bertindak berdasarkan bukti yang di temukan. Terkait dengan penialian yang keliru dari
saham yang di transfer ke SPE.
h. AA menyarankan penghancuran dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus
Enron. Arthur Andersen memusnahkan dokumen pada periode sejak kasus Enron mulai
mencuat ke permukaan, sampai dengan munculnya panggilan pengadilan.

2. Manakah keputusan yang salah dari Arthur Andersen?

Menurut kelompok kami, keputusan yang salah dari Arthur Andersen yaitu:

a. Menyetujui kesepakatan bersama Enron untuk memanipulasi laporan keuangan yang


mengalami kerugian dan penghancuran dokumen-dokumen penting yang berkaitan
dengan kasus Enron.
b. Tidak menjalani tugas auditor yang seharusnya bersifat profesional dan independen.
c. Lebih mementingkan keuntungan dan segala sesuatunya diukur dengan uang. Sementara
kualitas tidak di jalankan.Dimana AA tidak berfokus pada pengendalian internal yang
sudah ada , tetapi malah berfokus pada pendapatan saja sehingga AA bersedia untuk tidak
bersikap keras kepada klienya.
d. AA keliru dalam menilai saham atau kepemilikan saham yang ditransfer ke SPE.
e. AA mengabaikan saran mitra pengendali kualitasnya, yaitu Carl Bass yang menyatakan
keberatannya atas pembentukan kemitraan LJM tampaknya tidak ada substansinya.
Bahkan AA mengeluarkan Bass dari pengawas audit Enron.
f. AA tidak memberikan penyelesaian atas konflik kepentingan yang terjadi dalam tubuh
Enron.
g. AA tidak memberitahukan kepada Enron bahwa terdapat keputusan atau transaksi-
transaksi yang dilakukan Enron melanggar GAAP.

3. Apakah motivasi utama dibalik keputusan mitra audit Arthur Andersen terhadap audit
Enron, Worldcom, Waste Management dan Sunbeam: kepentingan umum atau suatu
kepentingan yang lain? Sebutkan contoh-contoh yang mengungkapkan motivasi ini.

Menurut kelompok kami, motivasi utama dibalik keputusan mitra audit Arthur Andersen
terhadap audit yang dilakukannya adalah kepentingan yang lain yaitu kepentingan beberapa
orang terkait yang mengambil keuntungan dari kecurangan yang terjadi. Menurut teori etika, AA
menerapkan teori utilitarianisme yaitu tindakan yang tidak etis dilakukan untuk kepentingan
orang banyak. Dalam kasus ini, hanya segelintir orang tertentu yang menerima keuntungan
tersebut. Contoh yang terjadi pada Enron yaitu AA lebih mementingkan diri sendiri dan
berperang melawan kepentingan umum yang mengarah ke keinginan untuk “tidak membuat
manajemen Enron kecewa”,dimana budaya internal AA didorong oleh keinginan mendapatkan
penghasilan yang lebih tinggi. Menurut AA, Enron merupakan salah satu sumber kekayaan AA
(honor AA sekitar $52 juta). Oleh karena itu AA lebih mementingkan kepentingan Enron untuk
memanipulasi laporan keuangan yang mengalami kerugian agar para investor tetap bertahan
berinvestasi pada Enron tanpa melihat dari segi resiko dan latar belakang prosedur seorang
auditor yang sebenarnya.

4. Mengapa seharusnya auditor membuat keputusan untuk kepentingan umum daripada


kepentingan manajemen atau pemegang saham saat ini?

Auditor harus membuat keputusan untuk kepentingan umum karena sesuai dengan sifat seorang
auditor yaitu bersifat profesional dan independen, itu berarti sebagai seorang auditor tidak boleh
berpihak kepada siapapun. Menjalani tugas sesuai dengan prosedur, mengambil keputusan sesuai
dengan informasi dan temuan audit yang sudah didapat. Hal ini dilakukan agar tidak merugikan
pihak-pihak yang berkepentingan.Karena apabila auditor membuat keputusan untuk kepentingan
manajemen atau pemegang saham, maka yang akan dihadapi oleh auditor adalah perusahaan
klien menjadi bangkrut dan untuk auditor itu sendiri ia kehilangan kepercayaan publik dan
banyak hal lainnya yang dapat terjadi.

5. Mengapa Arthur Andersen– mitra penanggung jawab untuk pengendalian kualitas –


tidak menghentikan keputusan yang cacat dari mitra audit?

AA tidak menghentikan keputusan yang cacat dari mitra audit karena AA memiliki pengendalian
internal yang berfokus pada pendapatan saja, bukannya berfokus pada kualitas yang telah
berlaku di AA. AA terlambat menghentikan keputusan yang cacat dari mitra audit, karena AA
memecat mitra dalam Professional Service Group AA di Chicago, Carl Bass, yang menyatakan
ada yang tidak beres dari perjanjian SPE yang dilakukan Enron. AA juga menerima keuntungan
dari keputusan yang cacat dari mitra audit tersebut.

6. Haruskah semua pekerja Arthur Andersen menderita atas tindakan atau kelambanan
tindakan yang disebabkan oleh kurang dari 100 orang? Manakah personel Arthur
Andersen yang seharusnya dituntut?

Semua pekerja di AA tidak harus menderita atas tindakan atau kelambanan tindakan yang
disebabkan oleh kurang dari 100 orang ini. Namun dampak yang disebabkan oleh 100 orang ini
digeneralisir oleh semua orang, publik sudah terlanjur tidak percaya dengan kinerja semua
karyawan AA karna kinerja 100 orang tadi. Personel AA yang seharusnya dituntut yaitu
karyawan-karyawan yang berkaitan atas kasus audit Enron, Sunbeam, Waste Management, Inc.,
dan WorldCom.

7. Dalam keadaan apa perusahaan audit harus memusnahkan atau menghancurkan kertas
kerja audit?

Menurut hukum utama di Indonesia yang mempengaruhi penyimpanan dokumen adalah


"Undang-Undang Dokumen Perusahaan No.8 Tahun 1997". Undang-Undang ini memberikan
perincian bahwa pemasukan yang dapat ditarik pajak dalam sebuah organisasi dapat diaudit
setiap saat selama 10 tahun setelah pengajuan. Oleh karena itu, perusahaan audit tidak
dibenarkan untuk memusnahkan atau menghancurkan kertas kerja audit, melainkan
menyimpannya dalam kurun waktu 10 tahun.
8. Jawablab pertanyaan – pertanyaan yang ada dalam bagian “Pertanyaan Tersisa” yang
dibahas dalam kasus etika ini, Masalah Arthur Andersen.

Seharusnya dengan adanya kasus Arthur Andersen ini menjadi pelajaran bagi KAP lain untuk
berhati-hati dalam mengambil keputusan. Karena apabila terjadi kembali masalah AA ini pada
KAP lain, bukan hanya masyarakat saja yang akan tidak percaya lagi pada KAP, bahkan
karyawan KAP lain yang tidak terlibat juga akan menanggung dampaknya.
MasalahAA dapat dijadikan sebagai bahan pelajaran dari tindakan menyimpang yang melanggar
etika. Oleh karena itu, agar suatu bisnis dapat terus berjalan dengan baik, maka para eksekutif,
manajemen perusahaan dan karyawan harus melaksanakan bisnis secara etis agar tindakan
serupa tidak terjadi lagi.

Anda mungkin juga menyukai