Anda di halaman 1dari 18

CASE REPORT

BLIGHTED OVUM PADA USIA KEHAMILAN 10 – 11 MINGGU

Disusun Oleh:
REZKY DWIPUTRA FELANY
1102013238

Pembimbing :
dr. Isnaina Perwira Sp.OG

DISUSUN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK SMF OBSGYN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

RSUD. ARJAWINANGUN

3 JULI 2017 – 9 SEPTEMBER 2017


BAB I

PENDAHULUAN

Blighted ovum (kehamilan kosong) merupakan salah satu jenis keguguran yang terjadi
pada awal kehamilan. Disebut juga anembryonic pregnancy, blighted ovum terjadi ketika telur
yang dibuahi berhasil melekat pada dinding rahim, tetapi tidak berisi embrio, hanya terbentuk
plasenta dan kulit ketuban yang ditandai dengan adanya kantung gestasi. Kegagalan telur
biasanya terjadi saat usia 6 minggu, sehingga dapat diabsorbsi kembali oleh uterus. Kasus ini
terjadi ditandai dengan ancaman keguguran atau abortus sebelumnya.1,2,3

Abortus merupakan suatu keadaan dimana terjadinya pengeluaran hasil konsepsi


pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat hasil konsepsi kurang dari 500 gram.
Abortus merupakan komplikasi paling sering dari kehamilan dan dapat menjadi stress
emosional bagi pasangan yang mengharapkan anak. Pada kehamilan yang secara klinis
diketahui, angka gagalnya kehamilan sebesar 15% untuk usia gestasi 20 minggu dihitung dari
haid pertama haid terakhir. Blighted ovum dianggap merupakan kejadian kromosomal random
yang terjadi pada sekitar 1:5 hingga 1:10 kasus abortus. 1,2

Pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma. Perkembangan
kehamilan dimulai dengan tumbuhnya villi korionik pada permukaan luar blastokist dan
berimplantasi ke dinding rahim. Villi memproduksi gonadotropin yang merangsang pituitary
melepaskan lutenizing hormone (LH), yang berperan memicu corpus luteum di ovarium
membentuk progesterone dalam jumlah banyak. Normalnya, pada tingkat ini, massa inner cell
mulai membelah dan berdiferensiasi menjadi organ-organ. Sekitar usia 6 minggu, fetus mulai
mengembangkan sirkulasinya, dan setelah 8 minggu villi chorialis mengatur sirkulasi dan
membentuk plasenta. Namun pada blighted ovum, kantung amnion tidak berisi fetus yang
disebabkan berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang
sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan. Meskipun demikian plasenta
tersebut tetap tertanam di dalam rahim.5,6,7 Plasenta menghasilkan hormon hCG (human
chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur
(ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam
rahim. Hormon hCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual,
muntah, dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif.2,3
BAB II

IDENTIFIKASI KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. E
Umur : 42th
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan terakhir : SLTA
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Status Perkawin : Kawin
Alamat : Gedangan
Tanggal/Jam masuk RS : 27 Juli 2017 / 12.00

II. ANAMNESIS
Keluhan utama :

Pasien datang ke poli kebidanan dan kandungan RSUD Arjawinangun dengan keluhan
keluar darah dari jalan lahir sejak 1 hari yang lalu

Anamnesis khusus :

G5P2A2 merasa hamil kurang lebih 2 bulan, datang ke RS dengan mengeluhkan


keluar darah dari jalan lahir sejak 2 hari yang lalu. Riwayat keluar jaringan disangkal.
Keluhan mual, muntah serta pusing disangkal oleh pasien. pasien juga menyangkal adanya
keluar cairan dari jalan lahir. Gerakan janin belum dirasakan oleh ibu. Pasien sudah
melakukan pemeriksaan kehamilan dengan urin (pack test) sebanyak 3 kali hasilnya positif.
III. Riwayat obstetri
Jenis
Kehamilan Tahun Tempat Umur Jenis kelamin / Hidup /
Penolong Penyulit
Ke Lahir Persalinan kehamilan persalinan Berat Mati
Badan

RS
1 1998 2 bln Abortus - - mati
AWN

2 2000 Rumah 9 bln Spt Bidan - P/? Hidup

RS
3 2003 2 bln Abortus - - Mati
Fatimah

RS
4 2007 9 bln SC Dokter KPD P/? Hidup
Zamzam

5 SEKARANG

A. Riwayat perkawinan
Menikah 1 kali pada tahun 1997

B. Haid
o HPHT : Lupa
o Taksiran Persalinan :-
o Siklus Haid : teratur
o Lama haid : 7 hari
o Banyaknya Darah : Sedang (2-3 kali ganti pembalut perhari)
o Nyeri haid : (-)
o Menarche usia : 13 tahun

C. Kontrasepsi terakhir : belum pernah memakai kontrasepsi


o Akseptor KB sejak tahun :-
o Alasan berhenti KB :-
o Motivasi KB :-
D. Riwayat penyakit terdahulu :
Riwayat penyakit jantung, penyakit paru-paru, penyakit ginjal, penyakit liver,
penyakit Diabetes Melitus, penyakit tiroid, penyakit epilepsi, hipertensi, riwayat asma
bronchial disangkal pasien.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


Status Praesens :

Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 88x/menit
Respirasi : 24x/menit
Suhu : 36,60C
Kepala : Conjunctiva : anemis (-/-)
Sklera : ikterik (-/-)
Leher : Tiroid : t.a.k
KGB : t.a.k
Thoraks : Cor : BJ I:II murni reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Pulmo: VBS ki = ka, Rh (-/-) Wh (-/-)
Abdomen : Datar, Lembut
Hepar : sulit dinilai
Lien : sulit dinilai
Edema : -/-
Varices : -/-
BB : 50 kg
TB : 155 cm

V. STATUS GINEKOLOGI
Pemeriksaan Luar
Inspeksi : Tidak ada kelainan
Palpasi : Fundus uteri : teraba 1 jari diatas simpisis pubis

Inspekulo : vulva uretra dan vagina tidak ada kelainan permukaan portio licin,
erosi (-), massa (-) ostium uteri externa tertutup, fluksus (+)
Pemeriksaan Dalam

Vulva : t.a.k
Vagina : t.a.k
Portio : Tebal kaku
Nyeri goyang : (-)
Ostium uteri eksternum : tertutup
Corpus uteri : t.a.k
Parametrium kiri : t.a.k
Parametrium kanan : NT (-)
Cavum douglas : Menonjol, Teraba massa, NT (-)

VI. Pemeriksaan Penunjang


 27 Juli 2017, 15.25

Jenis Metode
Hasil Satuan Nilai Rujukan
Pemeriksaan
Hematologi
Darah Lengkap:

Hemoglobin 12.4 gr/dL 11.5 – 16.5 Flowcytometri

Flowcytometri
Hematokrit 36.8 % 35.0 – 49.0

Leukosit 7.9 4 – 11 Flowcytometri


10^3/L
Flowcytometri
Trombosit 267 10^3/L 150 – 450

Eritrosit 3.96 Mm3 4.4 – 6.0 Flowcytometri

Index Eritrosit:

MCV 92.9 Fl 79 – 99 Kalkulasi

Kalkulasi
MCH 31.3 Pg 27 – 31
33 – 37 Kalkulasi
MCHC 33.7 g/dl
11.5 – 14.5 Kalkulasi
RDW 13.3 %
6.7 – 9.6 Kalkulasi
MPV 6.3 fL
39.3 – 64.7 Kalkulasi
PDW 16.3 %

Hitung Jenis:

Eusinofil 1.3 % 0–3 Flowcytometri


Flowcytometri
Basofil 0.3 % 0–1

Segmen 76.9 % 50 – 70 Flowcytometri

Flowcytometri
Limfosit 16.3 % 20 – 40

Monosit 5.2 % 2–8 Flowcytometri

Flowcytometri
Luc 0 % 3-6

Imunologi

HBsAg 0.01 Negative < 0.13 ELFA

-
Anti HIV Non Reaktif Non Reaktif

Kimia Klinik

GHOD - PAP
Glukosa Sewaktu 112 mg/dL 70 - 140

Pemeriksaan USG
 Hasil USG : gravida 10 – 11 minggu, terdapat kantong kehamilan
(gestasional sac), fetal pole (-), tidak tampak masa
intrauterine, yolk sac (-)
 Kesan : Blighted Ovum
 Instruksi : Dilatasi dan Kuretasi terapi
Observasi KU, TTV, perdarahan

VII. Diagnosis Klinis


G5P2A2 Gravida 10-11 minggu dengan Blighted Ovum

VIII. Rencana Pengelolaan


 Rawat Inap di nifas
 Observasi KU, TTV, Perdarahan
 Cek hematologi rutin
 Infus RL 500 cc
 Dilatasi dan Kuretase Terapi
IX. Follow Up

Tanggal CATATAN INSTRUKSI

27/07/17 S : perdarah pervaginam sedikit  Konsul dokter Jaga ruang Nifas :


Observasi TPRS
17.00 O:
Melanjutkan advis dokter
K/U: Sedang Kes: CM

TD : 120/80mmHg S : 36,80C

N : 80x/menit R : 22x

A : G5P2A2 dengan Blighted Ovum

27/07/17 S : perdarah pervaginam sedikit  Konsul dokter Jaga ruang Nifas :


Observasi TPRS
20.00 O:
Melanjutkan advis dokter
K/U: Sedang Kes: CM
Inform concent keluarga (+)
TD : 110/80mmHg S : 36,50C
Gastrul 2 tab / oral
N : 84x/menit R : 20x

A : G5P2A2 dengan Blighted Ovum

27/07/17 S : perdarah pervaginam sedikit  Konsul dokter Jaga ruang Nifas :


Observasi TPRS
24.00 O:
Melanjutkan advis dokter
K/U: Sedang Kes: CM Gastrul 2 tab / oral

TD : 110/80mmHg S : 36,40C

N : 85x/menit R : 25x

A : G5P2A2 dengan Blighted Ovum


Tanggal CATATAN INSTRUKSI

28/07/17 S : Perdarahan pervaginam sedikit  Konsul dokter Jaga ruang Nifas :


Observasi TPRS
06.00 O:
Melanjutkan advis dokter
K/U: Sedang Kes: CM Gastrul 2 tab / oral
Puasa 6 jam sebelum tindakan kuretase
TD : 110/80mmHg S : 36,20C

N : 82x/menit R : 21x

A : G5P2A2 dengan Blighted Ovum

28/07/17 S : Perdarahan pervaginam sedikit  Konsul dokter Jaga ruang Nifas :


Observasi TPRS
07.30 O:
Melanjutkan advis dokter
K/U: Sedang Kes: CM

TD : 110/80mmHg S : 36,60C

N : 80x/menit R : 22x

A : G5P2A2 dengan Blighted Ovum

28/07/17 S:- P/
Petidhine 1ml Amp No. I
12.20 O:
Atropine Amp No. I
K/U: Sedang Kes: CM Ketorolac Amp No. I
Valdimex Amp No. I
TD : 110/80mmHg S : 36,90C
Methyl Ergometrin Maleat Amp No. I
N : 89x/menit R : 24x Oxytocin Amp No. II
Aquabides No. I
A : G5P2A2 dengan Blighted Ovum
Dilatasi & Kuretase terapi
Tanggal CATATAN INSTRUKSI

28/07/17 S:- P/ post curetase


Cefadroxil 2x1
12.30 O:
Asam mefenamat 3x1
K/U: Sedang Kes: CM Livron 2x1

TD : 110/80mmHg S : 36,6
0C

N : 83x/menit R : 24x

A : Post Kuretase a/i Blighted


Ovum

28/07/17 S : Perdarahan pervaginam sedikit Observasi TPRS


Melanjutkan advis dokter
15.00 O:

K/U: Sedang Kes: CM

TD : 110/80mmHg S : 36,6
0C

N : 81x/menit R : 21x

A : Post curetase a/i Blighted Ovum

28/07/17 S : Perdarahan pervaginam sedikit Observasi TPRS


Melanjutkan advis dokter
15.00 O:

K/U: Sedang Kes: CM

TD : 110/80mmHg S : 36,6
0C
Tanggal CATATAN INSTRUKSI

N : 81x/menit R : 21x

A : Post curetase a/i Blighted Ovum

28/07/17 S : Perdarahan pervaginam sedikit Pasien menandatangani surat


persetujuan pulang atas permintaan
16.00 O:
sendiri
K/U: Sedang Kes: CM Edukasi pasien
Paisen control ke poli ginekologi 1
TD : 110/80mmHg S : 36,6
minggu
0C

N : 82x/menit R : 22x

A : Post curetase dengan Blighted


Ovum

LAPORAN KURETASE
1. Pasien terlentang dalam posisi litothomi dalam anestesi TIVA (total intravenous
anesthetic).

2. Dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik dengan kassa + iodine menggunakan klem
ovarium.

3. Dipasang spekulum sims atas dan bawah.

4. Dipasang tenakulum pada portio arah jam 11 dan jam 1, lalu spekulum sims
atas dipelas.

5. Mengukur kedalaman uterus dengan sonde, didapatkan 10 cm antefleksi.


6. Dilakukan kuretase dengan sendok kuret nomor 4 secara sistematis searah jarum
jam dan didapatkan ± 100 cc cairan ketuban dengan kantong gestasi.

7. Tenakulum dilepas lalu dilakukan deepingh selama 5 menit, perdarahan dirawat.

8. Sims bawah dilepas. Operasi selesai.


BAB III

PEMBAHASAN

Telah dilaporkan suatu kasus seorang wanita 41 tahun yang kemudian di diagnosa
dengan G5P2A2 gravida 10- 11 minggu dengan Blighted ovum. Selanjutnya akan dibahas:

1. Apakah diagnosa dan pemeriksaan pada kasus ini sudah tepat ?


Pasien ini di diagnosa dengan G5P2A2 gravida 10-11 minggu dengan
blighted ovum. Pada pemeriksaan tes kehamilan dari urin didapatkan hasil (+),
hasil dari anamnesis dan pemeriksaan fisik juga pasien menunjukan gejala
kehamilan seperti mual muntah serta terlambat haid. Kemudian sehari sebelum
datang ke poli kandungan pasien keluar darah pervaginam. Selanjutnya
dilakukan pemeriksaan USG dan didapatkan hasil gravida 10 – 11 minggu,
terdapat kantong kehamilan (gestasional sac), fetal pole (-), tidak tampak masa
intrauterine, yolk sac (-). Hal ini memberi kesan bahwa pasien hamil dengan
blighted ovum.
Hasil positif pada tes kehamilan didapatkan karena pada kasus blighted
ovum tetap terdapat plasenta. Plasenta menghasilkan hormon hCG (human
chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada
indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat
hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon hCG yang menyebabkan munculnya
gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, dan menyebabkan tes kehamilan
2,3
menjadi positif. Normalnya, pada pemeriksaan darah hormon ini dapat
dideteksi pada hari 11 setelah konsepsi, dan pada tes urin pada hari ke 12-14
hari. Produksi hormone ini akan menjadi 2 kali lipat tiap 72 jam. Kadarnya akan
mencapai jumlah tertinggi pada kehamilan usia 8-11 minggu lalu menurun. Jika
penurunan kadar beta-hCG ini terjadi lebih dini, dapat dicurigai terjadinya
blighted ovum.5,6
Hasil dari USG memperlihatkan adanya gestasional sac akan tetapi tidak
terdapat adanya embrio dan yolk sac tidak terbentuk. Hal tersebut dikarenakan
pada saat konsepsi, sel telur (ovum) yang matang bertemu sperma, namun
akibat berbagai faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat
berkembang sempurna. Perkembangan kehamilan dimulai dengan tumbuhnya
villi korionik pada permukaan luar blastokist dan berimplantasi ke dinding
rahim. Villi memproduksi gonadotropin yang merangsang pituitary melepaskan
lutenizing hormone (LH), yang berperan memicu corpus luteum di ovarium
membentuk progesterone dalam jumlah banyak. Normalnya, pada tingkat ini,
massa inner cell mulai membelah dan berdiferensiasi menjadi organ-organ.
Sekitar usia 6 minggu, fetus mulai mengembangkan sirkulasinya, dan setelah 8
minggu villi chorialis mengatur sirkulasi dan membentuk plasenta. Namun pada
blighted ovum, kantung amnion tidak berisi fetus yang disebabkan berbagai
faktor maka sel telur yang telah dibuahi sperma tidak dapat berkembang
sempurna, dan hanya terbentuk plasenta yang berisi cairan.
Blighted ovum dapat segera terdeteksi segera pada pemeriksaan
ultrasonografi pada minggu 6, karena tidak tampaknya fetus. Pada usia 7
minggu dipastikan tidak ada fetus. Pencitraan USG dapat dilakukan
transabdominal maupun transvaginal, namun cara yang kedua lebih akurat pada
usia kehamilan yang sangat dini. Pada usia 8 dan 9 minggu, jika perhitungan
HPHT tepat, detak jantung bayi atau pulsasi sudah dapat terdeteksi. Kantung
gestasi mulai tampak pada pertengahan minggu ke 4, dan yolk sac normalnya
tampak pada minggu 5. Sehingga, embrio dapat terlihat jelas mulai pertengahan
minggu 5 pada pemeriksaan USG tranvaginal. Blighted ovum dapat ditegakkan
bila pada kantong gestasi yang berdiameter sedikitnya 25 mm, tidak dijumpai
adanya struktur mudigah dan kantong kuning telur.

Gambar 1. Gambaran USG Blighted Ovum Dibandingkan dengan


Kehamilan Normal
2. Apakah penatalaksanaan kasus ini sudah tepat ?
Pada pasien ini dilakukan terapi dilatasi dan kuretase. Hal ini sesuai dengan
literature yang menyatakan jika diagnosis blighted ovum telak ditegakkan, maka
tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil
kuretase akan dianalisis untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu
mengatasi penyebabnya. Jika karena infeksi maka dapat diobati sehingga kejadian ini
tidak berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program
imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan.
Untuk mencegah terjadinya blighted ovum, maka dapat dilakukan beberapa
tindakan pencegahan seperti pemeriksaan TORCH, imunisasi rubella pada wanita
yang hendak hamil, bila menderita penyakit disembuhkan dulu, dikontrol gula
darahnya, melakukan pemeriksaan kromosom terutama bila usia di atas 35 tahun,
menghentikan kebiasaan merokok agar kualitas sperma/ovum baik, memeriksakan
kehamilan yang rutin dan membiasakan pola hidup sehat.
Penderita keguguran akan memiliki pertanyaan menyangkut risiko berulangnya
keguguran atau blighted ovum. Apabila, tindakan evakuasi dilakukan untuk
mengeluarkan sisa hasil konsepsi, penting untuk untuk diperiksa apakah terdapat
kelainan pada uterus seperti uterus bikornus, adanya septum uterus. Pada terhentinya
kehamilan pada trimester pertama, hasil konsepsi sebaiknya dikirim ke bagian
histologi untuk konfirmasi diagnosis.
Setelah tindakan kuretase pasien diberi terapi antibiotik sebagai profilaksis,
kemudian diberi analgetik serta tablet penambah darah sebagai pencegahan untuk
turunnya kadar Hb setelah tindakan.

3. Apa penyebab kehamilan dengan blighted ovum pada kasus ini ?


Sekitar 60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses
pembuahan sel telur dan sperma. Infeksi TORCH, rubella dan streptokokus, penyakit
kencing manis (diabetes mellitus) yang tidak terkontrol, rendahnya kadar beta-hCG
serta faktor imunologis seperti adanya antibodi terhadap janin juga dapat
menyebabkan blighted ovum. Risiko juga meningkat bila usia suami atau istri semakin
tua karena kualitas sperma atau ovum menjadi turun. Teori lain menunjukkan bahwa
blighted ovum disebabkan sel telur yang normal dibuahi sperma yang abnormal.
Penyebab terjadinya blighted ovum ini sulit dipisahkan dengan penyebab abortus pada
umumnya, karena faktor-faktor penyebab gagalnya perkembangan hasil konsepsi ini
dapat mengarah ke gagalnya mempertahankan kehamilan.3,4
Pada kasus ini penyebab pasti belum dapat diketahui karena tidak dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut. Akan tetapi dari riwayat obstetric kita dapat melihat bahwa
pasien pernah mengalami abortus sebanyak 2 kali hal ini dapat kita hubungkan dengan
blighted ovum. Karena penyebab kedua kasus tersebut tidak jauh berbeda.
Abnormalitas kromosom orang tua dan beberapa faktor imunologi berhubungan
dengan blighted ovum dan abortus secara umum telah diteliti. Pada tahun 1981 Granat
dkk mendeskripsikan adanya translokasi 22/22 pada pria yang istrinya mengalami 6
kali abortus secara berurutan,. Pada tahun 1990, Smith dan Gaha menemukan insiden
yang cukup besar dari carrier translokasi kromosom pada suatu penelitian terhadap
keluarga abortus habitualis dan didapatkan 15 balanced reciprocal translocations dan
9 fusi robertsonian pada populasi ini. Kelainan kromosom yang paling banyak
menyebabkan abortus habitualis adalah balanced translocation yang menyebabkan
konsepsi trisomi. Kelainan struktural kromosom yang lain adalah mosaicism, single
gene disorder dan inverse dapat menyebabkan abortus habitualis. Single gene disorder
dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan yang seksama terhadap riwayat
keluarga atau dengan mengidentifikasi pola dari kelainan yang dikenal dengan pola
keturunan.2,3,4,7,8

4. Bagaimana prognosis pada pasien ini ?


 Quo ad vitam : Dubia ad bonam ( TTV pasien dalam batas normal,
Perdarahan sedikit dan Hb dalam batas normal)
 Quo ad functionam : Dubia ad bonam (pasien dapat hamil kembali akan
tetapi pada saat kehamilan pasien harus rajin control ke
dokter kandungan karena uterus sudah di kuretase dan
memiliki riwayat abortus 2 kali)
 Quo ad malam : Dubia ad malam (pasien memiliki riwayat abortus 2 kali
sebelum kehamilan blighted ovum sekarang)
BAB IV
KESIMPULAN
1. Pemeriksaan dan diagnosis pada kasus ini dapat diterima dan sesuai dengan literatur
yang ada.
2. Pada kasus ini pasien direncanakan untuk dilatasi dan kuretase hal ini merupakan
penatalaksanaan yang tepat dan sesuai protap
3. Etiologi dari blighted ovum pada kasus ini belum diketahui karena hasil kuretasi
tidak dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wibowo B, Wiknjosastro H: Kelainan dalam lamanya kehamilan. Dalam: Wiknjosastro H,


Saifuddin AB, Rachimhadhi T: Ilmu kebidanan. Edisi ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 1994; 302-312
2. Hill JA: Recurrent spontaneous early pregnancy loss. In: Berekj JS, Adashi EY, Hillard PA:
Novak’s gynecology 12th edition. Pennsylvania: Williams & Wilkins Co, 1996;963-979
3. Schorge JO, Schaffer JI, Halvorson LM, Hoffman BL, Bradshaw KD, Cunningham FG. First
trimester abortion. In: Williams Gynecology 22nd ed. New York: McGraw-Hill; 2008:298-325
4. Porter FT, Branch DW, Scott JR. Early pregnancy loss. In: Danforth’s Obstetric and Gynecology
10th ed. New York. Lippincott Williams & Wilkins; 2009:61-70
5. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H: Gangguan bersangkutan dengan konsepsi. Dalam:
Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T: Ilmu kandungan. Edisi kedua. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1997; 246-250
6. Hatasaka HH: Recurrent miscarriage: epidemiologic factors, definitions and incidence. In: Clin
obstet gynecol 37; 1994; 625-634
7. Byrne JLB, Ward K: Genetic factors in recurrent abortion. In: Clin obstet gynecol 37; 1994;
693-704
8. Hunt JS, Roby KF: Implantation factors. In: Clin obstet gynecol 37; 1994; 635-645
9. Brent RL, Beckman DA: The contributional of environmental teratogens to embryonic and
fetal loss. In: Clin obstet gynecol 37; 1994; 646-664

Anda mungkin juga menyukai