Anda di halaman 1dari 2

SULTAN AGENG TIRTAYASA

Kelompok:5

Anggota kelompok: 1.Maisya alimatus zahra

2.Siwi jilan ramadhani

3.Dimas ramadhan bagaskara

4.Yosua

Banten merupakan pelabuhan perdagangan yang ramai. Sejak jatuh nya Malaka ke tangan
Portugis pada tahun 1511. Perkembangan pesat Baten berkat dukungan dari kerajaan-
kerajaan di pantai utara Laut Jawa, seperti Demak dan Jepara. Bahaka sejarah Banten dapat
di telusuri lewat kehadiran Faletehan (Fatahillah) yang kemudian di kenal sebagai Sunan
Gunung Jati.

Kehadiran VOC di Jawa, termasuk Banten, sebenarnya hanya mencari beras untuk di
tukarkan dengan komoditi rempah-rempah yang laku keras di pasar Eropa. Lama kelamaan,
perhatian VOC beralih dari Timur Indonesia ke Pulau Jawa.

Asal Mula Batavia


Belanda dengan Banten tidak dapat di lepaskan dari berdirinya kota Batavia yang dirintis
oleh Jan Pieterszoonb Coen yang semula berpang kat Kepala Tata Buku Kongsi dagang VOC
di Banten, kemudian di Batavia berkat VOC yang licik dan curang dalam kerajaan Baten
terjadi perbedaan pendapat antara para pangeran di kerajaan. Pangeran Mangkubumi yang
menjadi wali sultan yang masih kanak-kanak lebih dekat ke VOC sedangkan Pangeran
Jayakarta yang berkedudukan di daerah yang sekarang menjadi kota Jakarta lebih dekat
pada orang Eropa selain Belanda, seperti Inggris dan Prancis. Orang-orang Eropa itu saling
berebut pengaruh di kawasan Banten. Pangeran Jayakarta dan orang Eropa lainnya dengan
restu wali Raja Baten disingkirkan Belanda. Sejak itu Batavia sebagai benteng dan pusat
kekuatan VOC terus berkembang.

Banten Berperang melawan VOC


Hubungan antara Banten dengan VOC yang semula baik perlahan berubah sejak naiknya
Sultan Banten Abu’I Fath Abdulfattah yang lebih di kenal sebagai Sultan Ageng Tirtayasa
yang naik tahta pada tahun 1661. Sultan ini tidak menyukai kompeni Belanda. Belanda pada
pandangannya hanya merupakan penghalang perdagangan Banten. Pada tahun-tahun awal
kepemimpinan nya, ia berhasil membangun kembali kekuatan perdagangan kerajaan itu.
Sultan Ageng juga mengdakan penyerangan-penyerangan dengan gerilnya terhadap Batavia
lewat darat dan laut.

Dua kapal kompeni pada tahun 1666 dirampas oleh Banten dan perkebunan tebu milik
kongsi dagang itu rusak. Raja pun tidak bersedia menerima utusan VOC sehingga orang-
orang Belanda yang berada di Baten merasa tidak aman. Mereka secar diam-diam
meninggalkan kerajaan itu. Ketika sudah tidak ada lagi orang Belanda di Banten , VOC
memblokir pelabuhan yang ada di Banten sehingga merugikan perdagangan di Banten.
Sultan terpaksa menjdekati Belanda untuk mengadakan perundingan . perundingan itu
berlangsung sangat ketat karena Belanda tetap mempertahankan keinginan perdaganga
monopoli di Maluku dan Malaka sulit diterima oleh Banten. Akhiirnya di sepakati bahwa
Belanda tetap mengadakan perdagangan dengan Maluku dan membanyar ganti rugi pada
Banten. Berkat usaha Sultan Ageng Tirtayasa, perdagangan Banten berkembang
pesatdengan persia, surat, Mekkah, Koromandel, Benggala, Siam, Tonkin, dan Cina. Dalam
perdagangan luar negri itu Sultan banyak dibantu Inggris dan Denmark.

Keadaan tenang itu berakhir pada tahun 1676 ketika putra sulungnya kembali dengan gelas
sultan haji yang sangat pro-Belasnda. Keteganga dengan kompeni memuncak ketika pada
tahun 1680 dengan berakhirnya perang Trunojoyo. Sultan Ageng yang semakin
bertambahnya usia harus harus menghadapi kompeni dengan putra nya, Sultan Haji. Pada
tanggal 27 februari 1682 istana sultan haji di surosowan di serbu pasuka banten. Dengan
satuan belanda, sultan haji berhasil mempertahankan diri dengan syarat yang di anjurkan
belanda bahwa semua orang eropa harus meninggalkan banten. Pada bulan agustus 1682
sultan haji menanda tangani perjanjian yang mengakui kekuasaan kompeni belanda.

Sultan angeng yang sudah terdesak terus melancarkan perlawanan hingga pada tahun 1683,
pada tahun itu juga ia ditangkap dan wafat di penjara. Jenazah pejuang sahid ini
dimakamkan di kompleks pemakaman raja-raja Baten yaitu di sebelah utar Masjid Agung
Banten.

Anda mungkin juga menyukai