Kelompok:5
4.Yosua
Banten merupakan pelabuhan perdagangan yang ramai. Sejak jatuh nya Malaka ke tangan
Portugis pada tahun 1511. Perkembangan pesat Baten berkat dukungan dari kerajaan-
kerajaan di pantai utara Laut Jawa, seperti Demak dan Jepara. Bahaka sejarah Banten dapat
di telusuri lewat kehadiran Faletehan (Fatahillah) yang kemudian di kenal sebagai Sunan
Gunung Jati.
Kehadiran VOC di Jawa, termasuk Banten, sebenarnya hanya mencari beras untuk di
tukarkan dengan komoditi rempah-rempah yang laku keras di pasar Eropa. Lama kelamaan,
perhatian VOC beralih dari Timur Indonesia ke Pulau Jawa.
Dua kapal kompeni pada tahun 1666 dirampas oleh Banten dan perkebunan tebu milik
kongsi dagang itu rusak. Raja pun tidak bersedia menerima utusan VOC sehingga orang-
orang Belanda yang berada di Baten merasa tidak aman. Mereka secar diam-diam
meninggalkan kerajaan itu. Ketika sudah tidak ada lagi orang Belanda di Banten , VOC
memblokir pelabuhan yang ada di Banten sehingga merugikan perdagangan di Banten.
Sultan terpaksa menjdekati Belanda untuk mengadakan perundingan . perundingan itu
berlangsung sangat ketat karena Belanda tetap mempertahankan keinginan perdaganga
monopoli di Maluku dan Malaka sulit diterima oleh Banten. Akhiirnya di sepakati bahwa
Belanda tetap mengadakan perdagangan dengan Maluku dan membanyar ganti rugi pada
Banten. Berkat usaha Sultan Ageng Tirtayasa, perdagangan Banten berkembang
pesatdengan persia, surat, Mekkah, Koromandel, Benggala, Siam, Tonkin, dan Cina. Dalam
perdagangan luar negri itu Sultan banyak dibantu Inggris dan Denmark.
Keadaan tenang itu berakhir pada tahun 1676 ketika putra sulungnya kembali dengan gelas
sultan haji yang sangat pro-Belasnda. Keteganga dengan kompeni memuncak ketika pada
tahun 1680 dengan berakhirnya perang Trunojoyo. Sultan Ageng yang semakin
bertambahnya usia harus harus menghadapi kompeni dengan putra nya, Sultan Haji. Pada
tanggal 27 februari 1682 istana sultan haji di surosowan di serbu pasuka banten. Dengan
satuan belanda, sultan haji berhasil mempertahankan diri dengan syarat yang di anjurkan
belanda bahwa semua orang eropa harus meninggalkan banten. Pada bulan agustus 1682
sultan haji menanda tangani perjanjian yang mengakui kekuasaan kompeni belanda.
Sultan angeng yang sudah terdesak terus melancarkan perlawanan hingga pada tahun 1683,
pada tahun itu juga ia ditangkap dan wafat di penjara. Jenazah pejuang sahid ini
dimakamkan di kompleks pemakaman raja-raja Baten yaitu di sebelah utar Masjid Agung
Banten.