Anda di halaman 1dari 11

1.

LATAR BELAKANG
Pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional suatu negara membutuhkan pembiayaan
baik dari pemerintah maupun masyarakat. Penerimaan pemerintah untuk membiayai
pembangunan nasional diperoleh dari pajak dan penerimaan lainnya. Adapun masyarakat
dapat memperoleh dana untuk berinvestasi di antara lain melalui perbankan, lembaga
pembiayan, dan pasar modal. Pasar modal merupakan alternatif pendanaan baik bagi
pemerintah maupun swasta. Pemerintah yang membutuhkan dana dapat menerbitkan obligasi
atau surat hutang dan menjualnya ke masyarakat lewat pasar modal. Demikian juga dengan
pihak swasta yang dalam hal ini adalah perusahaan yang membutuhkan dana, dapat
menerbitakan efek, baik dalam bentuk saham maupun obligasi dan menjualnya ke masyarakat
melalui pasar modal.
Pasar modal mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian di
Indonesia khususnya sebagai salah satu alternatif sumber pembiayaan eksternal oleh suatu
perusahaan. Pasar modal bertindak sebagai penghubung para investor dan para pengusaha
yang dalam hal ini diwakili melalui suatu perusahaan dengan tujuan untuk sama-sama
mendapatkan atau bahkan menambah keuntungan dalam menjalankan usahanya. Investor
dapat melakukan investasi pada beberapa perusahaan, sebaliknya pengusaha juga dapat
memperoleh dana yang dibutuhkan agar dapat menghasilkan keuntungan.
Kinerja buruk perusahaan selalu berkaitan dengan konflik antar pemegang sahamnya.
Buruknya kinerja sebuah perusahaan selalu diikuti dengan pelanggaran terhadap prinsip
akuntabilitas dan transparansi, sehingga menimbulkan ketidakpercayaan dan penuh curiga.
Dengan demikian, keterbukaan adalah keharusan yang fundamental dan perlu dimiliki oleh
sebuah perusahaan bukan saja untuk menciptakan iklim kondusif bagi keuntungan
perusahaan tetapi juga terutama menciptakan iklim investasi yang baik bagi sebuah negara.
Konflik perusahaan yang berlarut tentu perpotensi pada anjloknya kepercayaan publik dan
menurunnya kinerja investasi.
Kasus PT. Sumalindo Lestari Jaya Tbk cukup menarik perhatian karena melibatkan
pemegang saham mayoritas sekaligus pendiri perusahaan (Sampoerna dan Sunarko), dengan
pemegang saham minoritas (Deddy Hartawan Jamin). Konflik PT. Sumalindo dipicu oleh
anjloknya kinerja perusahaan, bahkan terus merugi setiap tahunnya. Padahal dalam laporan
tahunan perusahaan patungan keluarga Sampoerna dan Sunarko pada 2012, total menguasai
lebih dari 840 ribu hektare hutan alam dan 73 ribu hektar hutan tanaman industri (HTI).
Dengan kapasitas produksi kayu lapis hingga 1,1 jutameter kubik per tahun,
Sumalindo menguasai lebih dari 30 persen pasar Indonesia dan termasuk lima besar produsen
kayu di dunia. Sejak 1980-an, keluarga Hasan Sunarko sudah malang melintang di bisnis
kayu dengan bendera Hasko Group dan PT Buana Alam Semesta. Adapun Sampoerna baru
masuk ke industri hutan pada 2007 dengan mengibarkan bendera Samko Timber, Ltd di bursa
Singapura.
Sebagai perusahaan raksasa pemegang hak penguasaan hutan terbesar, hal itu tentu
bukanlah sebuah hal yang wajar. Indikator paling nyata adalah harga saham perusahaan yang
pada 2007 senilai Rp 4.800, terjun bebas terjun bebas di kisaran Rp 100 pada 2012. Terkait
hal tersebut, Deddy Hartawan Jamin, pemilik 336, 27 juta saham atau 13,6 persen, sejak awal
mempertanyakan duduk soalnya kepada Direktur Utama Amir Sunarko bin Hasan Sunarko.
Ketika itu, Direktur Utama hanya menjawab bahwa Sumalindo merugi karena dampak krisis
ekonomi 2008. Sementara upaya untuk mendapat keterbukaan selalu kandas, bahkan di
RUPS upaya ini selalu digagalkan melalui voting, karena manajemen mendapat dukungan
dari pemegang saham mayoritas/pengendali.
Kenyataan bahwa selalu kalah dalam voting ketika meminta audit perusahaan, Deddy
Hartawan Jamin akhirnya mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Ada
dua hal yang dituntutnya, yakni audit terhadap pembukuan perusahaan dan audit dalam
bidang industri kehutanan. Hasilnya, pada 9 Mei 2011 majelis hakim PN Jakarta Selatan
mengabulkan permohonan tersebut. Upaya memperjuangkan keterbukaan ini sempat
mendapat halangan dari Sumalindo dengan mengajukan Kasasi di MA, namun mendapat
penolakan tahun 2012.
Selain persoalan tersebut, Deddy Hartawan Jamin merasa yakin untuk
memperkarakan konflik tersebut ke meja hijau karena adanya sejumlah temuan penting,
yakni: Pertama, pada laporan keuangan Sumalindo tercetak “Piutang Ragu-Ragu” tanpa ada
penjelasan sedikit pun tentang siapa yang menerima utang tersebut. Padahal selama ini
laporan keuangan PT Sumalindo Lestari Jaya, Tbk diaudit oleh auditor Ernst & Young.
Belakangan diketahui bahwa Piutang Ragu-Ragu tersebut adalah pinjaman tanpa bunga sama
sekali yang diberikan kepada anak perusahaan Sumalindo, yakni PT Sumalindo Hutani Jaya
(SHJ) mencapai lebih dari Rp 140 miliar sejak 1997.
Kejanggalan kedua, adalah terkait pernyataan Direktur Utama kepada Pemegang
Saham Publik Minoritas bahwa PT Sumalindo Hutani Jaya telah dijual kepada PT Tjiwi
Kimia Tbk. Selain tidak memiliki manfaat sama sekali bagi Sumalindo, penjualan tersebut
dinilai sangat merugikan. Pada 1 Juli 2009, SHJ telah menerbitkan Zero Coupon Bond (surat
utang tanpa bunga) atas utangnya kepada Sumalindo sebesar 140 miliar lebih, untuk jangka
waktu satu tahun. Atas dasar itulah, bisa dikatakan arah dan tujuan penjualan anak
perusahaan ini cukup mencurigakan. Pada 15 Juli 2009, tak lama setelah surat utang
diterbitkan, Sumalindo dan pabrik kertas Tjiwi Kimia menandatangani akta pengikatan jual
beli. Selain memberi uang muka, Tjiwi Kimia membayar kepada Sumalindo dengan cara
mencicil selama tiga tahun, sebagian lainnya dibayar dengan kayu hasil tebangan yang ada di
areal eks lahan SHJ. Penentuan nilai aset SHJ pun sarat kongkalikong, karena penilaian
hanya didasarkan atas saham dan besaran utang kepada Sumalindo. Padahal, banyaknya
pohon yang ada di areal SHJ pun seharusnya masuk dalam perhitungan aset.
Ketiga, Surat Menteri Kehutanan yang menyetujui penjualan SHJ kepada Tjiwi Kimia
patut dipertanyakan. Menteri Kehutanan merilis surat persetujuan pengalihan saham tersebut
tertanggal 1 Oktober 2009. Padahal Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB)
yang mengagendakan penjualan SHJ baru dilangsungkan pada 15 Oktober 2009. Apalagi
dalam salah satu klausulnya, ditegaskan bahwa jika terjadi sengketa di antara pemegang
saham, maka hal tersebut menjadi tanggung jawab perusahaan dan tidak melibatkan
Kementerian Kehutanan.

2. PROFIL PERUSAHAAN
PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk adalah sebuah perusahaan kayu yang berbasis di
Indonesia. PT Sumalindo Lestari Jaya Tbk, merupakan pabrik kayu terbesar di Kalimantan
Timur dan telah mempekerjakan sebanyak 3700 staf. Kegiatan utama Perusahaan terdiri dari
pengolahan kayu, kegiatan penebangan, operasi hutan tanaman industri, serta perdagangan
ekspor, impor dan lokal. Perusahaan ini memiliki sejumlah konsesi hutan alam dan konsesi
hutan tanaman yang dikelola sesuai dengan prinsip-prinsip pengelolaan hutan lestari.
 SULI didirikan pada tahun 1980. SULI bergerak di bidang kehutanan dan industry
perkayuan. Pada awal pendiriannya, SULI mengelola 1 areal Izin Usaha Pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) seluas 132.000 ha dan pabrik kayu lapis dengan kapasitas

produksi 66.000 /tahun


 Pada rentan waktu 1980 s.d. 1990an, SULI melakukan beberapa penggabungan usaha
sehingga memperoleh tambahan areal hutan alam sluas 260.000 ha. Kapasitas produksi

kayu lapis dan kayu lapis olahan juga meningkakan menjadi 190.000 /tahun. Pada
akhir 1980-an, SULI juga mulai melakukan diversifikasi usaha dengan mengembangkan
bidang hutan tanaman.
 Pada tahun 1994 SULI melakukan penawaran umum 25 juta saham biasa atas nama
masyarakat dan mencatatkan seluruh saham yang telah dikeluarkan di Bursa Efek
Indonesia. Dana yang diperoleh dari penawaran umum ini digunakan untuk membiayai
investasi pembangunan industry Medium Density Fiberboard (MDF) dengan kapsitas

produksi 1000.000 /tahunserta untuk membiayai pengembangan hutan tanaman.

Perseroan dan anak perseroan. SULI kembali melakukan penawaran umu terbatas pada
tahun 1998 dalam rangka penerbitan hak memesan efek terlebih dahulu dengan
menawarkan 343.750.000 saham. Dana yang dihasilkan digunakan untuk mengakuisisi
seluruh saham yang ditempatkan dan disetor di PT Suryaraya Wahana yaitu perseroan

yang memiliki investasi di bidang industry MDF berkapasitas 100.000 /tahun.


 Pada tahun 2002 terjadi peralihan pemilik mayoritas dari PT Astra Internasional Tbk
yang menguasai 75% saham perusahaan ke PT Sumber Graha Sejahtera (PT SGS)
 Selama periode tahun 2002 s.d. 2010 SULi melakukan dua kali penawaran umum
terbatas. Selama periode tersebut SULI juga melakukan pengembangan kapasitas
produksi, memperoleh tambahan izin pengelolaan hutan alam dari pemerintah,
melakukan penggabungan usaha dan akuisisi, serta melakukan divestasi pada salah satu
anak perusahaannya.

3. PERTANYAAN
1. Lakukananalisiskemungkinanpelanggaranprinsiphakpemegangsahamdanprinsipperlak
uan yang setarakepadapemegangsahamdalamkasus SULI diatas!
2. Hitunghakkendalidanhakaruskaspemegangsahampengendali SULI
sertasimpulkanbagaimanadampakperbedaanhakkendalidanhakaruskasterhadapinsentif
ekspropriasipemegangsahampengendali.
3. Jelaskandugaanandaterhdappolaabusive transaction yang
mungkindilakukanolenmanajemendan/ataupemegangsahampengendaliterhadappemeg
angsaham public SULI danjelaskanmengapahaltersebutbidaterjadi!
4. Jelaskanpendapatanandaterhadaptindakan yang
ditempuholehDeddyHartawanJamindiatasjikadilihatdarisudutpandangperaturanperund
ang-undangan di Indonesia!
4. PEMBAHASAN
1. Lakukananalisiskemungkinanpelanggaranprinsiphakpemegangsahamdanprinsipperla
kuan yang setarakepadapemegangsahamdalamkasus SULI diatas
Jawab:
Menurut OECD ada beberapa hak dasar pemegang saham. Hak dasar pemegang
saham menurut OECD antara lain :
a. Metode yang aman untuk registrasi kepemilikan
b. Transfer saham
c. Mendapat informasi yang relevan dan maksimal mengenai perusahaan tepat
waktu dan secara reguler.
d. Berpartisipasi dan memberikan suara di RUPS
e. Memilih dan mengganti anggota dewan
f. Memperoleh bagian atas laba perusahaan
Pemegangsahamjugamempunyaihakuntukberpartisipasidanmendapatkaninformasi
yang memadaiterkaitkeputusanmengenaiperubahanmendasar yang terjadi di
perusahaan, seperti
a. Amandemen statute atauaktependirianperusahaan
b. Otorisasitambahansaham
c. Transaksiluarbiasa/material,
termasukdiantaranyapengalihanhampirsemuaatausemua asset perusahaan.

Pemegang saham harus mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi secara


efektif dan memberi suara dalam rapat umum pemegang saham (general shareholder
meeting) dan harus diberi informasi tentang aturan-aturan, mencakup prosedur
pemberian suara, yang mempengaruhi rapat umum pemegang saham yaitu:

(1) Para pemegang saham harus dilengkapi dengan informasi yang memadai dan
tepat waktu yang berkaitan dengan tanggal, tempat, dan agenda rapat umum, dan
juga informasi yang lengkap dan tepat waktu tentang masalah-masalah yang akan
diputuskan dalam rapat.

(2) Peluang harus diberikan kepada pemegang saham untuk menanyakan tentang
dewan komisaris dan mencantumkan hal-hal dalam agenda rapat umum, dengan
bergantung pada pembatasan-pembatasan yang masuk akal.

(3) Pemegang saham harus dapat memberi suara secara pribadi atau in absentia, dan
pengaruh yang sama harus diberikan terhadap suara apakah dilakukan secara pribadi
atau absentia.
(4) Struktur modal yang memungkinkan pemegang saham tertentu untuk
memperoleh suatu tingkat pengendalian yang tidak seimbang atau sepadan dengan
kepemilikan ekuitas merekaharus diungkapkan

(1).Semua pemegang saham dari kelompok yang sama harus diperlakukan secara adil:

(a) Dalam setiap kelompok, semua pemegang saham harus mempunyai hak
pemberian yang sama. Semua investor dapat memperoleh informasi tentang
hak pemberian suara yang melekat pada seluruh kelompok saham sebelum
saham tersebut dibeli. Setiap perubahan dalam hak pemberian suara harus
tergantung pada suara pemegang saham.

(b) Suara harus diberikan oleh Kustodian atau nominess dalam suatu keadaan
sesuai dengan manfaat pemilik saham.

(c) Proses atau prosedur untuk rapat pemegang saham harus memungkinkan
perlakuan yang sama bagi seluruh pemegang saham. Prosedur perusahaan
seharusnya tidak mengakibatkan terlalu sulit atau mahal untuk memberikan
suara.

2) Praktik-praktik Insedent trading dan self dealing yang bersifat penyalahgunaan


harus dilarang.

3) Anggota dewan komisaris dan manajer disyaratkan untuk mengungkapkan setiap


kepentingan yang material dalam transaksi-transaksi atau hal-hal yang
mempengaruhi perusahaan.

Pedoman GCG yang dikeluarkanKomite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)


jugamenyebutknahak-hakdasarpemegang saham antara lain :
a. Hakuntukmenghadiri, menyampaikanpendapat, danmemberikansuaradalam
RUPS
b. Hakuntukmemperolehinformasimengenaiperusahaansecaratepatwaktu,
benardanteratur, kecualihal-hal yang bersifatrahasia
c. Hakuntukmenerimabagiandarikeuntunganperusahaan yang
diperuntukanbagipemegangsahamdalambentukdevidendanpembagiankeuntunganl
ainnya
d. Hakuntukmemperolehpenjelasanlengkapdaninformasi yang
akuratmengenaiprosedur yang harusdipenuhiberkenaandenganpenyelenggaraan
RUPS
e. Dalamhalterdapatlebihdarisatujenisdanklasifikasisahamdalamperusahaan, maka:
(i) setiappemegangsahamberhakmengeluarkansuarasesuaidenganjenis,
klasifikasidanjumlahsaham yang dimilki, dan (ii)
setiappemegangsahamberhakuntukdiperlakukansetaraberdasarkanjenisdanklasifik
asisaham yang dimilikinya.

Dari kasus SULI, dapat dilakukan analisis bahwa pihak manajemen


perusahaan telah melakukan pelanggaran terhadap hak pemegang saham dan
perlakuan yang setara terhadap pemegang saham. Jika dilihat dari aturan OECD
tentang hak dasar pemegang saham, manajemen SULI telah melanggar poin 3 dan 4,
dimana pemegang saham dalam kasus ini pemegang saham publik tidak memperoleh
informasi yang material dan relevan mengenai perusahaan, serta pemegang saham
publik tidak ikut berpartisipasi dan memberikan suara pada RUPS. Sedangkan
perlakuan yang setara terhadap pemegang saham, manajemen SULI telah melanggar
prinsip yang telah diatur oleh KNKG. Pemegang saham publik tidak diberikan
kesempatan untuk memberikan suara pada saat RUPS karena selalu digagalkan
melalui voting dimana manajemen mendapat dukungan dari pemegang saham
pengendali. Seharusnya perusahaan menerapkan prinsip one share one vote, dimana
setiap pemegang saham berhak mengeluarkan satu suara.
N Detail Prinsip Fakta di PT. Sumalindo
o
.
1 Kesamaanhakuntuksaham Ada
. dengankelas yang sama. perbedaanhakantarapemegangsahammayoritasdanm
inoritas. adanyainformasi yang
tidakdidapatolehpemegangsahamminoritasterhadap
penjualansaham PT. Sumalindo Lestari,
Tbkkepadapabrik Tjiwi Kimia.
2 Persetujuandanpengungka Fakta yang telahungkapkan di
. panhakuntuksahamdengan poinpertamamengakibatkanpersetujuandanpengung
kelas yang berbeda. kapanhakuntukpemgangsahamminoritastidakdapatd
ipenuhi. Seandainya PT. Sumalindo Lestari,
Tbkmelakukansyarattransparansikepadasemuaangg
ota, PT. Sumalindo Lestari,
Tbktidakmungkinmendapatmasalahsampaikejalur
hokum.
Karenasewakturapatanggotayantidaksetujudenganp
utusan,
pastiakanmenolakataumenyanggahputusantersebut.
Tetapikarenaadanyainformasi yang
tidaksampaikepemegangsahamminoritas,
makagugatanterhadap PT. Sumalindo Lestari,
Tbkterkuak.
3 Transaksidenganpihak - Dalamhalini PT. Sumalindo Lestari,
. yang Tbksalahdalammelakukanprosedurpenjualansuratu
berelasimengandungbentur tangkepadapabrik Tjiwi Kimia
ankepentingan (surathutangdengantingkatbunganolpersen).
Adanyakesalahanprosedurinididugaadanyabentura
nkepemtinganantarpihakpembeli (pabrik Tjiwi
Kimia) danpenjual (PT. Sumalindo Lestari, Tbk).
- PT. Sumalindo Lestari,
Tbkjugamemalsukandokumenpersetujuanpengalih
ansahamkepadamentrikehutanantanpadidahului
RUPS PT. Sumalindo Lestari, Tbk.
4 Peranakuntan professional Dalamkasusinitidaksecaratertulisadanyaperanakunt
. dalammemfasilitasiperlaku anyanambilandildalamperkaraini.
ansetaraterhadappemegang Tetapiseharusnyaakuntan di dalampersahaan PT.
saham. Sumalindo Lestari,
Tbkmengetahuilebihdahuluterhadapmasalahadanya
ketidaksetaraanantarkelaspemegangsahammayorita
sdanminoritas.

2. Hitunghakkendalidanhakaruskaspemegangsahampengendali SULI
sertasimpulkanbagaimanadampakperbedaanhakkendalidanhakaruskasterhadapinsenti
fekspropriasipemegangsahampengendali
Jawab:

Samko Timber Limited


99,99%

PT SGS

24,63%

PT Sumalindo Lestari Tbk

Berdasarkan struktur kepemilikan SULI tahun 2009-2013 di atas, hak kendali


PT SGS pada tahun 2013 sebagai pemegang saham pengendali SULI adalah sebesar
24,63%. Sedangkan hak arus kas pemegang saham pengendali SULI adalah sebesar
99,99%x24,63% = 24,62%
Semakin besarnya hak kendali dibandingkan hak arus kas, menimbulkan
insentif untuk melakukan ekspropriasi atas pemegang saham minoritas. Dari hasil
perhitungan diatas hak kendali lebih besar dibandingkan dengan hak arus kas.
Walaupun perbandingannya sangat tipis, tidak menutup kemungkinan terjadinya
ekspropriasi atas pemegang saham minoritas SULI dikarenakan struktur kepemilikan
pemegang saham pengendali dengan direksi SULI memiliki hubungan keluarga.
Oleh karenanya, informasi mengenai pemegang saham pengendali perusahaan
merupakan informasi penting bagi pemegang saham perusahaan khususnya
pemegang saham minoritas.

3. Jelaskandugaanandaterhdappolaabusive transaction yang


mungkindilakukanolenmanajemendan/ataupemegangsahampengendaliterhadappeme
gangsaham public SULI danjelaskanmengapahaltersebutbidaterjadi
Jawab:
Pola abusive transaction yang dilakukan oleh pemegang saham pengendali
terhadap pemegang saham publik SULI yaitu adanya konspirasi antara direksi
dengan pemegang saham pengendali. Hal tersebut karena adanya hubungan
kekeluargaan antara direksi dengan pemegang saham pengendali. Presdir SULI
adalah Amir Sunarko sedangkan komisaris utamanya adalah Ambran Sunarko.
Sedangkan pemegang saham pengendali SULI adalah PT Sumber Graha Sejahtera
dimana pemegang saham dan direksinya dikendalikan oleh Aris Sunarko. Dari
struktur kepemilikan tersebut sangat dimungkinkan terjadinya abusive transaction
terhadap pemegang saham SULI, dimana keuntungan hanya memihak kepada
keluarga Sunarko. Seharusnya pihak perusahaan mengungkapkan kepada para
pemegang saham publik (minoritas) tentang siapa saja pemilik saham pengendali
SULI, dimana hal tersebut sudah diatur pada UU PT Nomor 40 Tahiun 2007.
Sehingga para pemegang saham publik mendapatkan informasi yang relevan dan
transaksi yang berpotensi abusive bagi pemegang saham publik dapat ditangani.

4. Jelaskanpendapatandaterhadaptindakan yang
ditempuholehDeddyHartawanJamindiatasjikadilihatdarisudutpandangperaturanperun
dang-undangan di Indonesia
Jawab:
Menurut pendapat saya, langkah yang di ambil oleh Dedy Hartawan untuk
mengajukan permohonan pemeriksaan sudah sangat tepat. Hal tersebut sudah
seharusnya dilakukan karena merupakan hak para pemegang saham minoritas dan
dilindungi oleh peraturan perundang undangan yang berlaku di Indonesia. Peraturan
perundang-undangan yang mengatur hak pemegang saham untuk mengajukan
pemerikasaan perseroan adalah UU PT Nomor 40 Tahun 2007, dimana dalam pasal
138 berbunyi para pemegang saham (minimum 10% dari seluruh jumlah saham yang
memiliki suara) untuk mengajukan pemeriksaan terhadap perseroan. Pasal tersebut
memungkinkan pemegang saham non pengendali untuk melakukan pemerikasaan
terhadap tindakan manajemen dan pemegang saham pengendali yang dicurigai
merugikan pemegang saham non pengendali.

Kesimpulan
1.Telah terjadi pelanggaran terhadap hak pemegang saham dan perlakuan yang tidak
setara terhadap pemegang saham, Jika di lihat dari aturan yang berlaku tentang hak
dasar pemegang saham manajemen SULI telah melanggar aturan OECD poin 3 dan
poin 4, Manajemen SULI telah melanggar prinsip yang sudah di atur yaitu pemegang
saham tidak di berikan kesempatan untuk memberikan suara

2.Berdasarkan Perhitungan Hak Kendali ternyata lebih besar dibandingkan dengan hak
arus kas, meskipun tipis mungkin saja terjadi ekspropriasi atas pemegang saham SULI
karena struktur kepemilikan pemegang saham memiliki hubungan keluarga.

3.Pola abusive transaction yang dilakukan oleh pemegang saham pengendali terhadap
pemegang saham publik SULI yaitu adanya konspirasi antara direksi dengan pemegang
saham pengendali. Hal tersebut karena adanya hubungan kekeluargaan antara direksi
dengan pemegang saham pengendali.

4.Menurut pendapat saya, apa yang telah dilakukan oleh Dedy Hartawan Jamin yang
mengajukan permohonan pemereksiaan terhadap perseroan sudah benar. Hal tersebut
sudah seharusnya dilakukan karena merupakan hak para pemegang saham minoritas
dan dilindungi oleh peraturan perundang undangan yang berlaku di Indonesia.

SARAN
PT. Sumalindo Lestari, Tbk harus mengkaji ulang tetang perhatian terhadap kesamaan
hak antar pemegang saham dan menghindari adanya benturan kepentingan transaksi
dengan pihak luar. Peran akuntan professional menjadi penting, agar dapat menjadi
gerbang penyaringan PT. Sumalindo Lestari, Tbk apakah sudah sesuai dengan prosedur
dan undang-undang yang berlaku atau belum (full disclosure). Terus konsisten
mempraktekkan goodcorporate governance melalui pematuhanperaturan pemerintah
sesuai dengan sifatusaha, meminimalisasi terjadinya konflik sosialmelalui community
development, serta operasional usaha yang ramah lingkungan (“environment-friendly
policy”)

Anda mungkin juga menyukai