Anda di halaman 1dari 7

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN UTAMA i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian Paradigma ........................................................................ 4
B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan ..................................... 4
C. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial dan Budaya ....... 5
D. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Pertahanan dan Keamanan 6

BAB II LANGKAH-LANGKAH KETERAMPILAN 7


BAB III SIKAP 8
BAB IV KESIMPULAN 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB 1
MATERI
A. Pengertian Paradigma
Istilah “Paradigma” pada awalnya berkembang dalam dunia pengetahuan
terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Intisari pengertian
paradigma adalah suatu asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi teoritis yang
umum (merupakan sumber nilai), sehingga merupakan suatu sumber hukum-
hukum metode, serta penerapan dalam ilmu pengetahuan sehingga sangat
menentukan sifat,ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu sendiri. Dalam
berjalannya waktu, Ilmu pengetahuan yang terus berkembang memungkinkan hal
ini memiliki kekurangan-kekurangan, maka perlu mengkaji paradigma dari ilmu
pengetahuan tersebut atau dengan mengkaji dasar ontologis ilmu itu.
B. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila sebagai paradigma pembangunan, artinya Pancasila berisi
anggapan-anggapan dasar yang merupakan kerangka keyakinan yang berfungsi
sebagai acuan, pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
pemanfaatan hasil-hasil pembangunan nasional. Melaksanakan pembangunan
nasional bertujuan untuk mencapai tujuan dalam kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara bangsa Indonesia.Tujuan negara yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945 yang rinciannya adalah kapasitas negara sebagai hukum
formal yaitu : “melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia”
, dan pengertian negara hukum material yaitu : “memajukan kesejahteraan umum
mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Hakikat kedudukan Pancasila secara filosofis merupakan paradigma
nasional mengandung suatu konsekuensi bahwa hakikat nilai-nilai Pancasila
menjadi dasar dalam segala aspek pembangunan nasional. Sehingga tujuan
pembangunan nasional dikembalikan pada dasar-dasar hakikat manusia
“monopluralis”. Unsur-unsurnya meliputi susunan kodrat manusia antara lain :
rokhani (jiwa) dan raga, sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial , serta kedudukan kodrat manusia makhluk berdiri sendiri dan
sebagai makhluk Tuhan yang maha esa.
Konsekuensinya dalam realisasi pembangunan nasional berbagai bidang
untuk mewujudkan peningkatan harkat dan martabat manusia secara konsisten
berdasarkan pada nilai-nilai hakikat kodrat manusia tersebut.
C. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Sosial dan Budaya
Dalam pembangunan pengembangan sudut pandang sosial budaya
sepatutnya didasarkan atas sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya
yang dimiliki masayarakat tersebut. Sedangkan dalam pembangunan
pengembangan pada masa reformasi harus mengangkat nilai-nilai yang dimiliki
bangsa Indonesia sebagai dasar nilai-nilai yaitu Pancasila itu sendiri. Prinsip etika
Pancasila pada hakikatnya bersifat humanistik, artinya nilai-nilai mendasar pada
nilai yang bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang
berbudaya. Dalam pengembangan Sosial budaya termuat dalam sila kedua yaitu
“Kemanusiaan yang adil dan beradab” yang bermaksud dalam rencana dan
pelaksanaannya perlu diadakan dengan melalui menghormati hak budaya
golongan-golongan yang terlibat, selain hak negara untuk mengatur kehidupan
berbangsa dan hak asasi individu secara seimbang berdasarkan sila kedua. Selain
itu, terciptalah pembangunan lokal ataupun daerah dengan pembangunan daerah
dan pembangunan nasional yang terpadu (Sila Keempat). Sehinga bisa
mewujudkan keseimbangan dan Pemerataan sosial serta pembangunan (Sila
Kelima). Pancasila juga merupakan sumber normatif bagi peningkatan humanisasi
dalam bidang sosial budaya. Pancasila yang merupakan kerangka kesadaran dapat
merupakan dorongan yaitu :
1. Universalisasi, yaitu melepaskan keterkaitan simbol-simbol dari
keterkaitan struktur
2. Dan, transendentalisasi meningkatkan derajat kemerdekaan manusia
dan kebebasan spiritual (Koentowijoyo, 1986).
D. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Pertahanan dan
Keamanan
Hakikat negara adalah suatu masyarakat hukum. Landasan dalam bidang
pertahanan dan keamanan yaitu :
1. Dalam alenia kedua yang maksudnya yaitu Negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur sebagai wujud cita-cita
nasional.
2. Tentang tujuan nasional, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta memajukan kesejahteraan
umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga terwujud
keadilan sosial dalam kehidupan bermasyarakat dan negara
melaksanakan seutuhnya fungsi suatu negara hukum .
Peraturan perundang-undangan negara dibutuhkan untuk tegaknya hak-hak
warga negara. Negara bertujuan melindungi segenap wilayah negaranya dan
bangsanya sehingga keamanan merupakan syarat mutlak tercapainya
kesejahteraan warga negara. Selain itu, dibutuhkan pertahanan negara yang
meliputi aparat keamanan negara dan aparat penegak hukum serta warga negara
juga mempunyai kewajiban bela negara yang diatur dalam UUD 1945 pada pasal
30 yang berbunyi bahwa ”Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam usaha pembelaan negara” dan “syarat-syarat tentang pembelaan diatur oleh
UU. Selain itu, keamanan pertahanan dan keamanan negara harus dikembalikan
pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai pendukung pokok negara.
Sehingga, pertahanan dan keamanan harus dikembangkan berdasarkan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila antara lain :
1. Pertahanan dan keamanan negara harus mendasarkan pada tujuan demi
tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai makhluk Tuhan yang
Maha Esa. (Sila Indonesia dan II).
2. Pertahanan dan keamanan negara haruslah mendasarkan pada tujuan
demi kepentingan warga negara dalam warra sebagai warga negara
(Sila III).
3. Pertahanan dan keamanan negara harus mampu menjamin hak-hak
dasar, persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan (Sila IV).
4. Pertahanan dan keamanan negara harus diperuntukkan demi
terwujudnya keadilan dalam hidup masyarakat (terwujudnya suatu
keadilan sosial).
BAB III
SIKAP

A. Pencerminan Sikap dari Pancasila dalam bidang Budaya


Apabila dicermati, sesungguhnya nilai-nilai Pancasila itu memenuhi kriteria
sebagai puncak-puncak kebudayaan, sebagai kerangka acuan bersama, bagi
kebudayaan-kebudayaan di daerah:
1. Sila Pertama, menunjukan tidak satu pun suku bangsa ataupun
golongan sosial dan komuniti setempat di Indonesia yang tidak
mengenal kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2. Sila Kedua, merupakan nilai budaya yang dijunjung tinggi oleh
segenap warganegara Indonesia tanpa membedakan asal-usul
kesukubangsaan, kedaerahan, maupun golongannya.
3. Sila Ketiga, mencerminkan nilai budaya yang menjadi kebulatan
tekad masyarakat majemuk di kepulauan nusantara untuk
mempersatukan diri sebagai satu bangsa yang berdaulat.
4. Sila Keempat, merupakan nilai budaya yang luas persebarannya di
kalangan masyarakat majemuk Indonesia untuk melakukan
kesepakatan melalui musyawarah. Sila ini sangat relevan untuk
mengendalikan nilai-nilai budaya yang mendahulukan kepentingan
perorangan.
5. Sila Kelima, betapa nilai-nilai keadilan sosial itu menjadi landasan
yang membangkitkan semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasar
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
B. Pencerminan Sikap dari Pancasila dalam bidang Sosial
1. Pengamalan sila Ketuhanan Yang Maha Esa, antara lain:
- Melaksanakan ajaran agama masing-masing dengan baik.
- Tekun beribadah.
- Saling menghargai dan menghormati antar pemeluk agama.
- Tidak memaksakan agama kepada orang lain.
2. Pengamalan sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, antara lain:
- Senantiasa menghormati dan menghargai sesama manusia,
agama, suku, ras, dan lain-lain.
- Suka membantu dan menolong sesama manusia dalam kebenaran
dengan ketulusan dan kejujuran.
- Tidak menyakiti orang lain dalam bentuk apapun.
3. Pengamalan sila Persatuan Indonesia, antara lain:
- Selalu mengutamakan kebersamaan, kerukunan, persatuan.
- Selalu menjalin hubungan dan kerja sama yang baik.
- Tidak mempermasalahkan segala perbedaan sesama manusia.
4. Pengamalan sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyarawatan/Perwakilan, antara lain:
- Mengutamakan musyawarah dalam menyelesaikan persoalan
bersama
- Menghargai perbedaan pendapat dan pandangan antarsesama
manusia
- Menghargai dan menjunjung tinggi demokrasi
5. Pengamalan sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia,
antara lain:
- Bersikap adil.
- Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
- Tidak mengambil hak orang lain
- Memiliki kemauan keras untuk maju dan bersama-sama
membangun bangsa dan negara.
6. Pencerminan Sikap dari Pancasila dalam bidang Pertahanan dan
Keamanan
Bentuk usaha bela negara menurut UU RI, bentuk-bentuk usaha
pembelaan negara yaitu :
- Pendidikan Kewarganegaraan, artinya untuk membentuk peserta
didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta
tanah air.
- Pelatihan dasar kemiliteran, artinya selain TNI salah satu
komponen warga negara yang mendapat pelatihan dasar militer
adalah unsur mahasiswa yang tersusun dalam organisasi Resimen
Mahasiswa (Menwa) Pengabdian sebagai prajurit TNI secara
sukarela atau secara wajib.
- Pengabdian sesuai dengan profesi. Artinya pengabdian warga
negara yang mempunyai tugas profesi tertentu untuk kepentingan
pertahanan negara termasuk dalam menanggulangi atau
memperkecil akibat yang ditimbulkan oleh perang, bencana alam
atau bencana lainnya. Warga negara yang berprofesi sebagai
medis, tim SAR, PMI, bantuan sosial dan perlindungan
masyarakat (Linmas) memiliki hak dan kewajiban ikut serta
dalam usaha pembelaan negara.

Anda mungkin juga menyukai