Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Saya panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada saya, sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah tentang bullying.

Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang bullying untuk


masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Banjarmasin, 10 September 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 2
C. Tujuan Pembahasan ........................................................................... 3

BAB II BIROKRAT KAMPUS


A. Pengenalan Lingkungan .................................................................... 4
B. Pengenalan HIMA .............................................................................. 5
C. Dosen .................................................................................................. 7

BAB III PROGRAM SOLVING (Pemecahan Masalah) ………….. 8

BAB IV PENUTUP
A. Kritik dan Saran ................................................................................ 10

B. Referensi ............................................................................................ 10

iii
BAB 1
A. Latar Belakang
Dalam dunia pendidikan pastinya tedapat beberapa macam permasalahan
yang terjadi di dalamnya, salah satunya yaitu adanya bullying. Sekarang ini
adanya suatu bullying seolah-olah sudah menjadi suatu bagian yang tidak
terpisahkan dari kehidupan anak-anak, maraknya aksi kekerasan atau bullying
yang dilakukan oleh siswa terutama di sekolah semakin banyak saja adanya berita
tentang kasus kekerasan atau bullying tersebut baik itu di media cetak maupun
media elektronik. Suatu kekerasan yang terjadi di sekolah ini hanya terlihat bagian
yang sedikit saja dan masalah bullying tersebut menerus terulangi karena
kurangnya penanganan yang tepat dan secara berkesinambungan dari akar
permasalahannya atau akar dari persoalan penyebab terjadinya bullying tersebut.
Dalam Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif
Bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi Kecerdasan
dan/atau Bakat Istimewa dikatakan (a) bahwa peserta didik yang memiliki
kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa perlu mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan dan hak asasinya; (b) bahwa pendidikan khusus untuk peserta
didik yang memiliki kelainan dan/atau peserta didik yang memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa dapat diselenggarakan secara inklusif; (c)
bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf
b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Pendidikan
Inklusif bagi Peserta Didik yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi
Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa (Permendiknas, 2009).
Sebagai gejala sosial budaya tindakan kekerasan terhadap anak tidak muncul
begitu saja dimana dalam beberapa situasi yang kosong. Hal tersebut
menunjukkan bahwa dalam kondisi-kondisi kosong atau budaya-budaya tertentu
dalam masyarakat salah satunya yaitu berbagai pandangan, nilai dan norma sosial
yang memudahkan terjadinya atau yang bias dikatakan sebagai pendorong atau
yang mendorong terjadinya tindakan kekerasan tersebut. Disini bullying biasanya
terjadi berulang kali dimana dengan rasa berkuasa tersebut pelaku lebih sering

1
melakukan tindakan tersebut terlebih lagi melihat korban yang tidak biasa
melakukan perlawanan dan memilih diam yang menyebabkan perlakuan bullying
tersebut terjadi secara terus menerus (Elvigro, 2014).
Dalam hal ini pun kekerasan dalam dunia pendidikan merupakan perilaku
melampaui batas dari kode etik dari aturan dalam pendidikan hal tersebut baik
dalam bentuk fisik maupun pelecehan atas hak dari seseorang. Disini dari pihak
sekolah masih sangat terbatas dalam menyikapi adanya fenomena bullying
tersebut. Sedangkan dilain pihak yaitu pihak orang tua siswa yang masih belum
banyak mengetahui tentang bullying beserta dampak-dampak yang akan
ditimbulkan dari perlakuan bullying tersebut. Adanya rumusan masalah yaitu
bagaimana tindakan bullying pada pola interaksi yang terjadi khusunya pada anak-
anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah inklusif pada saat proses belajar
mengajar di kelas dan juga pada saat istirahat? Serta bagaimana bentuk tindakan
bullying tersebut? Serta tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang
adanya tindakan bullying serta seperti apa tindakan bullying yang terjadi pada
anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah inklusif.
Olweus (1993) mengkategorikan dua jenis bullying dari Direct Bullying
yaitu intimidasi secara fisik dan verbal serta Indirect Bullying berupa kekerasan
mental melalui isolasi secara sosial. Disini bullying fisik merupakan suatu
perlakuan kasar secara fisik seperti menjambak rambut, menampar, menendang
dan lain-lain. Sedangkan untuk bullying verbal merupakan suatu perlakuan kasar
yang dapat didengar seperti mengancam, memaki, mencemooh, memfitnah serta
memalak dan lain sebagainya. Selain itu, ada juga bullying mental dimana
bullying jenis ini dilakukan dengan cara memandang sinis sampai dengan
perlakuan mengucilkan dan lain sebagainya. (Dorothy L, 2004). Dari penguraian
di atas, maka akan dibahas tentang permasalahan bullying, faktor penyebab, dan
pemecahan masalah.
B. Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini untuk mengetahui lingkungan Kampus
Universitas Lambung Mangkurat dan menggali informasi mengenai kasus
bullying terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).

2
C. Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai lingkungan
Kampus Lambung Mangkurat dan menganalisis kasus bullying terhadap Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK)

3
BAB II

A. Pengenalan Lingkungan
Universitas Lambung Mangkurat terletak di 3 wilayah terpisah. Letak rektorat yang
terpusat di Jalan Brigjen H. Hasan Basry Kayu Tangi, Banjarmasin, Kalimantan
Selatan. Universitas Lambung Mangkurat memiliki :
1. 11 Fakultas , yaitu
- Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
- Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
- Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
- Fakultas Hukum
- Fakultas Kedokteran,
- Fakultas Kedokteran Gigi,
- Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
- Fakultas Teknik,
- Fakultas Pertanian,
- Fakultas Kehutanan,
- Fakultas Perikanan dan Kelautan.
2. Pascasarjana,
3. Lembaga, yaitu
- Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM)
- Lembaga Peningkatan dan Pengembangan Pembelajaran (LP3)
- Lembaga Penjaminan Mutu (LPM)
4. UPT, yaitu
- UPT. Perpustakaan
- UPT. Pengembangan Teknologi dan Komunikasi (PTIK)
- UPT. Layanan Internasional
- UPT. Laboratorium Bahasa
- UPT. Laboratorium Terpadu
- UPT. Kearsi

4
B. Pengenalan Jabatan HIMA
Ketua Umun : M. Noor Fajar Hakiki
Sekertaris Umum : Ahmad Fajar
Bendahara Umum : Fatma Rosita
KABID Pengkeran : Jaka Riski Perdana
Anggota :
1. Aulia Ajizah

5
2. Indah Permata Sari
3. Khairul Arifin
4. Mery Claudya
5. Tinah
6. Widya Febrianti
KABID Pendidikan : Aliya
Anggota :
1. Akmal Noor Zamzam
2. Mir Atussyarifah
3. M. Abdurrahman Algahafiki
4. Nimas Lintang Ayuning Putri
5. Norhayati Sonia
6. Rapiyati
KABID Bidang Kerohanian, Minat, Bakat : Rizki Rachmadini
Anggota :
1. Ahmad Nur Rizkon
2. Anisa Tuzakiah
3. Firdaus
4. Heliyati Mona
5. Lisa Yiha Radiah
6. Siti Nurcandrawati
KABID Humas dan Advokasi : M. Wahyuni
Anggota :
1. Bagus Putra Nugroho
2. Fatma Adilia
3. Fitri
4. Hariyati
5. Rizky Ananda P
6. Molida Ardiyani
7. Walillah Akbar Maghrib
KABID Rumah Tangga : Sri Novianti Rahma

6
Anggota :
1. Habiburrahman
2. Jumiati
3. Mahda Lina
4. Nawal Khairiyah
5. Nurul Hayati
6. Putri Komalia Priani
C. Pengenalan Dosen
- Imam Yuwono, M.Pd ( Ketua Prodi PLB )
- Utomo, M.Pd ( Bendahara PLB )
- Agus Pratomo Andi Widodo, M. Pd ( Sekretaris PLB )
- Mirnawati, M. Pd
- Dewi Ratih Rapisa, M.Pd (Ka. Lab PLB)
- Eviani Damastuti, M. Pd
- Drs. EC. Sabran K, S.H (Bag. Kemahasiswaan PLB)
Daftar nama Dosen Luar Biasa :
- Hayatun Thaibah, M.Psi. Psikolog (Ka. Perpustakaan PLB)
- Noviana Sari, M.A
- Khairul Wasfiah, M.Pd
- Jiyanta, M.Pd
- Sihadi, M.Pd
- Fauzul Adhim, M.Pd
- Sri Rahayu, S.Pd
- Septi Aryani, S.Pd
- Machmud Fauzi, S.Pd
- dr. Wasilah, M.Kes
- dr. Khusnul Khatimah, M.Kes
- Dr. H. Karyono Ibnu Ahmad
- Rusma Noortyani, M.Pd
- Dra. Hj. Ariatie Asnawi
- Nadya Muniroh, S.Pd

7
BAB III
PROBLEM SOLVING

Mempunyai anak berkebutuhan khusus (ABK) bukanlah kehendak semua orang. Setiap orang
pasti berharap memiliki anak yang sempurna, normal layaknya anak-anak lain yang berkembang
sesuai dengan usianya. ABK baik karena tunarungu, tunawicara, tunanetra, autisme, dan sebagainya
haruslah diterima oleh semua pihak. Tidak hanya oleh orang tua, keluarga, saudara, tetapi juga oleh
lingkungan sekitarnya baik lingkungan rumah atau tetangga dan lingkungan sekolah atau lingkungan
kampus.
Namun, ternyata masih banyak yang memandang hina ABK. Hal ini terkait dengan persepsi
serta pandangan orang yang secara umum memandang bahwa ABK bukan sekadar penyakit medis,
tetapi terkadang dilihat sebagai penyakit sosial.
ABK dipandang sebagai aib atau hal-hal lainnya yang berimbas terhadap identitas sosial anak
dan keluarga dalam lingkungannya. ABK kerap menjadi bahan ejekan teman-temannya baik di
lingkungan rumah atau sekolah sebagaimana yang baru saja terjadi akhir-akhir ini di sebuah lembaga
perguruan tinggi. Mestinya pada tingkat perguruan tinggi sudah bisa menerima setiap perbedaan, dan
tidak memberikan stigma negatif kepada ABK.
Tanpa adanya ”bully” terhadap ABK, itu sudah merupakan bentuk dukungan masyarakat
kepada keluarga terutama orang tua ABK, dan sebaliknya adanya stigma terhadap ABK ini tentu
makin memberatkan keluarga dan orang tua secara psikologis.
Penilaian negatif atau stigma dari masyarakat masih sering dialami oleh keluarga yang
memiliki anak dengan kecacatan (Goffman, 1986). Padahal bukanlah sesuatu yang mudah untuk dapat
menerima kehadiran anak berkebutuhan khusus dalam sebuah keluarga. Awalnya selalu timbul
kekecewaan di hati setiap orang tua yang pertama mengetahui kondisi anaknya yang memiliki
perbedaan dengan anak lainnya.
Kekecewaan tersebut dapat berimbas pada sikap orang tua terhadap penerimaan anak yang
diharapkannya, karena tidak semua orang tua dan keluarga dapat menerima kenyataan bahwa mereka
memiliki anggota keluarga yang berkebutuhan khusus. Ada yang menolak dan tidak percaya dengan
keadaan yang sebenarnya, sehingga kehadiran si anak menjadi beban bagi mereka.
Pada hakikatnya sangat manusiawi jika ada penolakan sikap keluarga ketika mengetahui salah
satu anggota keluarga mereka terutama anak mereka menjadi ABK, bahkan dapat menjadi pukulan
berat bagi keluarga. Jika keluarga siap dan menerima dengan lapang dada maka tidak akan menjadi
persoalan berat, namun jika hal tersebut direspons dengan perasaan berat maka akan menjadi berat.
Penerimaan keluarga kepada ABK dapat menunjang perkembangan kesehatan ABK, terutama
menambah rasa percaya diri ABK ketika berada dalam sebuah lingkungan. Hal inilah yang meski
harus diketahui semua orang, karena kehadiran ABK bisa terjadi pada semua orang, entah oleh teman

8
kita, keluarga kita sendiri, atau kolega kita. Sehingga kita harus bisa memosisikan diri kita sebagai
bagian dari keluarga ABK.
Selain itu, pandangan masyarakat tentang keluarga yang memiliki ABK juga menjadi alasan
tersendiri yang dapat menimbulkan keinginan keluarga untuk menutupi keberadaan anak dan
mengisolasi diri dari kegiatan masyarakat. Keluarga merasa malu memiliki anak yang berbeda dengan
anak yang seusianya saat berkumpul dengan keluarga besar atau teman kerja bahkan keluarga harus
menghadapi situasi di mana keluarga tidak diikutsertakan dalam kegiatan masyarakat yang melibatkan
seluruh anggota keluarga karena memiliki ABK.
Oleh karena itu, keluarga dan lingkungan memiliki kewajiban membuka peluang sebesar-
besarnya bagi anak agar kemungkinan-kemungkinan yang terjadi membuka kehidupan mereka
menjadi kehidupan yang indah dan penuh warna. Berjuta kemungkinan yang terbuka sepanjang
kehidupan anak sangat dipengaruhi oleh perkembangan kehidupan anak itu sendiri, khususnya
kehidupan mereka dalam keluarga, lingkungan tempat tinggal, ataupun lingkungan sekolah.

9
BAB IV

KRITIK dan SARAN


A. Kritik dan Saran :
Sebaiknya untuk mencegah terjadinya perilaku bullying terhadap siswa ABK
haruslah melibatkan semua pihak. Kepala sekolah memiliki peran untuk ikut
mencegah perilaku bullying yang terjadi di sekolah dengan cara memberikan
pengertian kepada guru dan semua warga sekolah tentang buruknya dampak dari
perilaku bullying pada siswa autis. Hal tersebut dapat dicapai dengan mengadakan
seminar kepada semua tenaga pendidik tentang perilaku bullying bagi guru dan tenaga
pendidik. Guru ikut berperan untuk memberikan pengertian kepada siswa reguler
agar mau menerima siswa autis serta memberikan motivasi untuk siswa autis agar
tidak merasa rendah diri sehingga kemampuan mereka lebih berkembang.
Peningkatan kemampuan siswa berkebutuhan khusus dipengaruhi oleh jumlah
ketersediaan pendamping khusus sehingga perlu menambah jumlah guru pendamping
khusus untuk memenuhi kebutuhan dalam kegiatan belajar mengajar karena jika guru
pendamping khusus kurang memadai, maka kinerja dari guru pendamping khusus
tersebut kurang dapat maksimal. Selain itu, guru juga melakukan pengawasan
terhadap perilaku siswa di sekolah untuk mencegah terjadinya perilaku bullying.
B. Referensi
http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/article/15636/15/article.pdf
Listanti, Sri Harmianto, Sriyanto. 2017. Analyzing Students Descrimination in
Primary School. Jurnal BK UNESA. Vol.7 No.3 : 32-29

10

Anda mungkin juga menyukai