RESPONSI
IDENTITAS PASIEN :
Gresik
No RM : 657074
ANAMNESA :
1
Terdapat keputihan (+), perih (+), nyeri (+), bau (+),
Gastritis (+)
HT disangkal
DM disangkal
HT disangkal
DM disangkal
menikah.
2
PEMERIKSAAN FISIK :
Status Generalis
Kesadaran : Composmentis
GCS : 456
Nadi : 100x/menit
Suhu : 37,5 0 C
Kepala / leher :
Rambut : normal
Telinga : normal
3
Thorax : dbn
Abdomen : dbn
Ekstremitas :
Status Lokalis
4
Gambar 2. Efluoroescence pasien (Sumber: File Pribadi 4/12/17)
pemberian TCA 80%, tampak skuama di regio perineum berbatas tegas, gambaran
PEMERIKSAAN PENUNJANG :
2. Kolposkopi
3. Pemeriksaan histologi
4. Pemeriksaan dermoskopi
5. Identifikasi HPV
5
DIAGNOSA BANDING
2. Kondiloma latum
PENATALAKSANAAN
A. Medikamentosa
Podofilotoksin 0,5%
5 fluorourasil
Bedah listrik
Bedah skalpel
Bedah beku
Interferon
Imunoterapi
B. Non medikamentosa
6
C. KIE
Sirkumsisi
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
dapat bersifat akut atau kronis.1 Hepatitis B adalah adanya persistensi vitrus
hepatitis B (VHB) lebih dari 6 bulan, sehingga pemaikaian istilah carrier sehat
B. Patogenesis
peredaran darah partikel Dane masuk ke dalam hati dan terjadi proses replikasi
virus. Selanjutnya sel-sel hati akan memproduksi dan mensekresi partikel Dane
utuh, partikel HbsAg bentuk bulat tubuler, dan HbeAg yang tidak ikut
response) karena dapat terangsang dalam waktu pendek, dalam beberapa menit
sampai beberapa jam. Proses eliminasi nonspesifik ini terjadi tanpa restriksi
spesifik, yaitu dengan mengaktivasi sel limfosit T dan sel limfosit B. Aktivasi
sel T CD8+ terjadi setelah kontak reseptor sel T tersebut dengan kompleks
peptida VHB-MHC kelas 1 yang ada pada permukaan dinding sel hati dan pada
permukaan dinding Antigen Presenting cell (APC) dan dibantu rangsangan sel
8
T CD4+ yang sebelumnya sudah mengalami kontak dengan kompleks peptida
VHB-MHC kelas 2 pada dinding APC. Sel hati dan menjadi antigen sasaran
respon imun adalah peptida kapsid yaitu HBcAg atau HBeAg. Sel T CD8+
selanjutnya akan mengeliminasi virus yang ada di dalam sel hati yang
terinfeksi. Proses eliminasi tersebut bisa terjadi dalam bentuk nekrosis sel hati
Disamping itu dapat juga terjadi eliminasi virus intrasel interferon gamma dan
tissue nekrotik factor (TNF) alfa yang dihasilkan oleh sel T CD8+ (mekanisme
nonsitolitik).2
produksi antibodi antara lain anti-HBs, anti-HBc, dan anti HBe. Fungsi anti
HBs adalah netralisasi dalam sel. Dengan demikian anti HBs akan mencegah
menyebaran virus dari sel ke sel. Infeksi kronis VHB bukan disebabkan
gangguan produksi anti HBs. Buktinya pada pasien hepatitis B kronik ternyata
dapat ditemukan adanya anti HBs yang tidak bisa dideteksi dengan metode
HBsAg.2
Bila proses eliminasi virus berlangsung efisien maka infeksi VHB dapat
diakhiri, sedangkan bila proses tersebut kurang efisien maka terjadi infeksi
VHB yang menetap. Proses eliminasi VHB oleh respon imun yang tidak efisien
9
Faktor virus antara lain : terjadinya imunotoleransi terhadap produk
dilahirkan oleh ibu HBsAg dan HBeAg positif. Diduga persistensi tersebut
janin mendahului invasi VHB sedangkan persistensi pada usia dewasa diduga
Persistensi infeksi VHB dapat disebabkan karena mutasi pada daerah precore
dari DNA yang menyebabkan tidak dapat diproduksinya HBeAg. Tidak adanya
HBeAg pada muatan tersebut akan menghambat eliminasi sel yang terinfeksi
VHB.2
Sembilan puluh persen individu yang mendapat infeksi sejak lahir akan
10
imun tubuh.Interaksi antara VHB dengan respon imun tubuh terhadap VHB,
Makin besar respon imun tubuh terhadap virus, makin besar pula kerusakan
jaringan hati, sebaliknya bila tubuh toleran terhadap virus tersebut maka terjadi
kerusakan hati.2
fase imunotoleransi, fase imunoaktif atau fase immune clearance, dan fase
nonreplikatif atau fase residual. Pada masa anak-anak atau pada masa dewasa
muda, sistem imun tubuh toleran terhadap VHB sehingga konsentrasi virus
dalam darah dapat sedemikian tingginya, tetapi tidak terjadi peradangan hati
yang berarti. Dalam keadaan itu VHB ada dalam fase replikatif dengan titer
HBsAg yang sangat tinggi, HBeAg positip, anti-Hbe negatif, titer DNA VHB
tinggi dan konsentrasi ALT yang relatif normal. Fase ini disebut fase
tersebut biasanya tidak efektif. Pada sekitar 30% individu dengan persistensi
nekroinflamasi yang tampak dari kenaikan konsentrasi ALT. Pada keadaan ini
pasien mulai kehilangan toleransi imun terhadap VHB. Fase ini disebut fase
maupun karena terapi lebih sering terjadi. Sisanya, sekitar 70% dari individu
11
tersebut akhirnya dapat menghilangkan sebagian besar partikel VHB tanpa ada
kerusakan sel hati yang berarti. Pada keadaan ini, titer HBsAg rendah dengan
HBeAg yang menjadi negatif dan anti-HBe yang menjadi positif secara
spontan, serta konsentrasi ALT yang normal, yang menandai terjadinya fase
kekambuhan.2
positif menjadi anti-HBe justru sudah terjadi sirosis. Hal ini disebabkan karena
bahwa angka harapan hidup pada pasien yang anti-HBe positif lebih tinggi
dari 500 pasien KHS, 53 orang (11%) menunjukkan HBsAg yang positif. Dari
jumlah ini,46 (87%) anti-HBe positif dan 30% HbeAg positif. Diduga integrasi
genom VHB ke dalam genom sel hati merupakan proses yang penting dalam
karsinogenesis. Karena itu, terapi anti virus harus diberikan selama mungkin
untuk mencegah sirosis tapi di samping itu juga sedini mungkin untuk
mencegah integrasi genom VHB dalam genom sel hati yang dapat berkembang
menjadi KHS.2
12
C. Faktor Resiko
horizontal, yakni melalui kontak langsung cairan tubuh (darah dan produk
D. Gambaran Klinis
kasus tidak didapatkan keluhan maupun gejala dan pemeriksaan tes faal hati
konsentrasi ALT walaupun hal itu tidak selalu didapatkan. Pada umumnya
positif dengan DNA VHB lebih dari 105 kopi/ml didapatkan kenaikan ALT
13
B kronik HBeAg positif dan hepatitis B kronik HBeAg negatif.
2. Carrier VHB inaktif (Inactive HBV Carrier State). Pada kelompok ini
HBsAg positif dengan titer DNA VHB yang rendah yaitu kurang dari 10 5
histologik yang aktrif juga dapat meramalkan respon yang baik terhadap
E. Diagnosa Banding
papul di daerah genital, baik lesi karena variasi anatomis, infeksi, maupun
14
1. Pearly penile papules
sekitarnya, kadang sedikit lebih putih, berukuran 1-2 mm, tersebar diskrit,
2. Kondiloma lata
diagnosis.1
F. Pemeriksaan Penunjang
ALT yang lebih tinggi dari AST, tetapi seiring berkembangnya penyakit
menuju siroris, rasio itu akan berbalik. Bila sirosis telah terbentuk, akan
3. USG dan biopsi hati untuk menilai derajat nekroin-flamasi dan fibrosis
G. Tatalaksana
bantuk, serta lokasi. Cara pengobatan dapat dibagi atas pengobatan yang
dokter (physician-apllied-treartment).2
1. Kemoterapi
terjadi iritasi, dan dicuci setelah 4-6 jam. Jika belum ada
16
penyembuhan dapat diulangi setelah 3 hari. Setiap kali pemberian
alat nafas, dan keringat yang disertai kulit dingin. Dapat pula
Hasilnya baik pada lesi yang baru, tetapi kurang memuaskan pada
90%
17
kondiloma adalah 56-81% dengan tingkat rekurensi 36%. Terapi
yang lebih murah. Selain itu didapatkan hasil yang memuaskan dan
5-fluorourasil
2. Interferon.3
3. Imunoterapi
18
4. Tata laksana bedah.3
Bedah skalpel
Bedah laser (laser CO2), luka lebih cepat sembuh dengan sedikit
jaringan parut.
Tatalaksana Nonfarmakologi.3
H. Prognosis
menjadi sirosis hati ialah 8-20%, dan insidens kumulatif 5 tahun dari sirosis
dalam 5 tahun hanya berkisar 14-35%. Di lain sisi, setelah terjadi sirosis hati,
BAB III
PEMBAHASAN
oleh Human Papilloma Virus (HPV) tipe 6 dan 11 dengan kelainan berupa
albus dan laki-laki tidak disirkumsisi sehingga lembab.5 Selain itu, kondisi imun
seseorang yang menurun seperti pada penderita HIV, transplamtasi organ tubuh,
20
serta pada kondisi hamil akan mempengaruhi pertumbuhan dari lesi kondiloma
akuminata .3
keadaan hamil dan akan cepat sembuh dengan berakhirnya kehamilan. Faktor yang
mendasari progresif ini adalah efek hormon selama kehamilan, peningkatan aliran
darah, dan penurunan respon imun secara umum. Pasca kehamilan, lesi KA
umumnya akan mengalami regresi. Terapi perlu dilakukan pada wanita yang ingin
kehamilan adalah aplikasi larutan TCA 80-90% oleh karena aman untuk ibu hamil
dan janin karena tidak diabsorbsi secara sistemik, elektrokauterisasi, bedah beku,
eksisi, dan laser. Namun, laser CO2 dan elektrokauterisasi dapat menyebabkan
perdarahan yang berat pada 33% pasien bila dilakukan pada kehamilan, serta dapat
menimbulkan infeksi dan nekrosis jaringan yang berat. Sedangkan laser Nd YAG
yang menembus lebih dalam dapat memberikan hasil yang lebih baik tetapi sangat
dengan bedah sesar untuk mengurangi resiko transmisi vertical melalui jalan lahir
dan mengurangi resiko terjadi pepiloma larings pada bayi yang dapat
mengakibatkan kematian atau morbiditas seumur hidup pada anak walaupun jarang
terjadi namun, risiko penularan dari ibu ke anak dengan perkembangan penyakit
selanjutnya pada anak diperkirakan 1 antara 80 dan 1 antara 1500.1,5 Selain itu,
infeksi HPV pada trofoblas ekstravili dapat menginduksi kematian sel dan
21
mengurangi invasi plasenta ke dinding rahim sehingga menyebabkan disfungsi
Daftar Pustaka
2. Indriatmi, W., dan Handoko, R.P., Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Dalam
Kondilma Akuminata. Edisi ke tujuh. Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2015 . Hal 481- 483.
5. Yenny, S.W., dan Hidayah, R., Kondiloma Akuminata pada Wanita Hamil :
Salah Satu Modilitas Terapi. Jurnal Kesehatan Andalas. 2013; 2 (1). 47-50.
22
23