Anda di halaman 1dari 25

PROSES ADAPTASI MASA KEHAMILAN

Untuk memenuhi tugas mata kuliah : Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi

Dosen Pembimbing : Rahajeng Siti Nur R., M.Keb

Semester IV

Disusun Oleh

Kelompok 2

1. Dewi Rachmawati (1602460003)


2. Desi Adelia Anggraini (1602460009)
3. Lia Yunitasari (1602460014)
4. Windhi Yhunitasari (1602460020)
5. Adelia Laksmita (1602460025)
6. Rika Novitasari (1602460030)
7. Yustika Indriani (1602460035)
8. Citra Dwi Novita (1602460040)
9. Diana Lestari (1602460045)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

JURUSAN KEBIDANAN

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPANKEDIRI

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunianya
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini
mempunyai tujuan untuk menambah pengetahuan mahasiswa dan masyarakat.
Makalah ini berjudul Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi.

Dalam kesempatan ini saya ucapkan terima kasih kepada dosen


pembimbing Rahajeng Siti Nur R., M.Keb, yang telah memberikan kesempatan
untuk membuka kembali wawasan dan tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada
teman – teman yang telah mendukung menyumbangkan pikiran dan tenaganya
dalam menyelesaikan makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi


teman-teman, dosen, mahasiswa, dan pihak-pihak terkait, seperti masyarakat
umum. Saya mohon maaf dan saya juga dengan terbuka menerima setiap kritik
dan saran yang membangun dari berbagi pihak supaya isi dalam makalah semakin
bermutu.

Kediri, 2 Februari 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
1.3. Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Adaptasi Psikologi Masa Kehamilan .................................................. 3
2.2 Gangguan Psikologi Masa Kehamilan ................................................ 7
2.3 Pengelolaan Gangguan Psikologi Masa Kehamilan ........................... 17
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ........................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wanita dari remaja sampai usia sekitar empat puluh, menggunakan
masa kehamilan untuk beradaptasi terhadap peran sebagai ibu. Adaptasi ini
merupakan proses social dan kognitif kompleks yang didasarkan pada naluri
tetapi dipelajari (rubbin. Afoncso). Untuk menjadi seorang ibu, seorang
remaja harus beradaptasi dari perasaan dirawat ibu menjadi seorang ibu yang
melakukan perawatan. Sebaliknya seorang deawasa harus mengubah
kehidupan rutin yang dirasa mantap menjadi satu kehidupan yang tidak dapt
dipredikdsi, yang diciptakan seorang bayi (mercer 1981). Nulipara atau
wanita tanpa anak menjadi wanita yang mempunyai anak dan multipara
wanita tyang memiliki anak menjadi wanita yang memilik anak-anak
(ledrman 1984).
Seiring persiapannya untuk menghadapai peran baru, wanita tersebut
merubah konsep dirinya supaya ia siap menjadi orang tua begitu pula sama
halnya dengan suami. Suami siap-siap menjadi seorang ayah. Selama
kehamilan kebanyakan wanita mengalami perubahn psikologis dan
emosional.seringkali kita mendengar seorang wanita mengatakan
betapa bahagianya dia karena akan menjadi seorang ibu dan dia sudah
memilihkan nama untuk bayi yang akan dilahirkannya. Namun tidak jarang
ada wanita yang merasa khawatir jika terjadi masalah dalam kehamilannya,
khawatir kalau ada kemungkinan dia kehilangan kecantikannya, atau bahwa
ada kemungkinan bayinya tidak normal. Wanita hamil secara ekstrim rentan.
Dia takut mati baik dirinya maupun bayinya. Ini membuat banyak wanita
lebih bergantung dan menuntut. Inilah waktu paling tepat untuk memberikan
nasehat, seperti mencari dukungan baru.
Sebagai seorang bidan kita harus menyadari adanya perubahan-
perubahan tersebut pada wanita hamil agar dapat memberidukungan dan

Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi 1


memperthatikan keprihatinan, kekhawatiran ketakutan dan
pertanyaanpertanyaan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana Adaptasi Psikologi pada Masa Kehamilan ?
1.2.2 Apa saja Gangguan Psikologi pada Masa Kehamilan ?
1.2.3 Apa saja Pengelolaan Gangguan Psikologi Masa Kehamilan ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui Adaptasi Psikologi pada Masa Kehamilan.
1.3.2 Mengetahui apa saja Gangguan Psikologi pada Masa Kehamilan
1.3.3 Mengetahui cara Pengelolaan Gangguan Psikologi Masa Kehamilan

Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi 2


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Adaptasi Psikologi Masa Kehamilan


Kehamilan merupakan waktu transisi yaitu kehidupan sebelum
memiliki anak yang berada dalam kandungan kehidupan setelah anak lahir.
Secara umum emosi yang dirasakan oleh ibu hamil cukup labil ia dapat
memiliki reaksi yang ekstrem dan suasana hati yang cepat berubah. Iu hamil
menjadi sangat sensitif dan cenderung beraksi berlebihan.
Ibu hamil lebih terbuka terhadap dirinya sendiri dan suka berbagi
pengalaman dengan orang lan. Wanita hamil memiliki kondisi yang sangat
rapuh, sangat takut akan kematian baik terhadap dirinya sendiri maupun
bayinya.
A. Trimester I
Pada awal kehamilan perasaan gembira atau sedih pada ibu hamil
bergantung pada adnya kecemasan, rasa mual, dan perubahan fisik yang
terjadi berpengalaman kehamilan masa lalu juga memengaruhi tingkat
emosional ibu hamil. Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu
mencari tanda-tanda untuk lebih meyakinkan bahwa dirinya memang
hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya akan selalu
diperhatikan dengan seksama. Oleh karena perutnya masih kecil,
kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yang mungkin diberitahukannya
pada orang lain atau dirahasiakannya. Selan itu ibu hamil juga mempunyai
perasaan yang ambivalen. Biasanya, seorang ibu akan merasa bangga akan
kehamilannya, namun disisi lain ibu merasa khawatir akan kehamilannya.
80% wanita mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan depresi dan
kesedihan. Jika ia tidak dibantu memahami dan menerima ambivalensi dan
perasaan negatif tersebut sebagai suatu hal yang normal maka ia akan
merasa sangat bersalah bila bayi yang dikandung meninggal atau lahir
cacat, ia akan mengingat pikiran-pikiran yang ia miliki selama trimester I
dan merasa ia menjadi penyebab tragedi tersebut.

Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi 3


Fokus wanita adalah dirinya sendiri. Dari fokus pada diri sendiri
ini timbul ambivalensi mengenai kehamilannya seiring usaha menghadapi
pengalaman kehamilan yang buruk pernah dialami sebelumnya, efek
kehamilan terhadap kehidupan kelak (terutama jika berkarier), tanggung
jawab yang baru atau tambahan yang ditanggung, kecemasan yang
berhubungan dengan untuk menjadi ibu, masalah keuangan dan rumah
tangga dan penerimaan orang terdekat terhadap kehamilannya. Perasaan
ambivalen ii berakhir degan sendirinya seiring ia menerima kehamilannya.
Penerimaan ini biasanya terjadi pada akhir trimester pertama dan
difasilitasi oleh perasaan sendiri yang merasa cukup aman mulai
mengungkapkan perasaan-perasaan yang menimbulkan konflik yang ia
alami. Sementara itu ketidaknyamanan pada trimester pertama seperti
nausea, kelemahan, perubahan nafsu makan, kepekaan emosional, semua
ini dapat mencerminkan konflik dan depresi yang ia alami dan pada saat
bersamaan hal-hal tersebut menjadi pengingat tentang kehamilan
Trimester pertama sering menjadi waktu yang sangat
menyenangkan untuk melihat apakah kehamilan akan berkembang dengan
baik validasi kehamilan dilakukan berulang-ulang saat wanita mulai
memeriksa dengan cermat setiap adalah berhentinya menstruasi. Selama
trimester I, kehamilan seorang wanita menjadi rahasianya sendiri yang ia
bagikan pada orang yang dikehendaki. Pikirannya meliputi sebagian besar
apa yang terjadi ppada dirinya, tubuhnya dan kehidupannya. Pada saat ini
bayi yang ia kandung masih dianggap sebagai makhluk yang terpisah dari
dirinya.
Hasrat seksual pada trimester I ini sangat bervariasi antar satu
wanita dengan wanita lain. Mesti beberapa wanita mengalami peningkatan
hasrat seksual tetapi secara umum trimester I merupakan waktu terjadinya
penurunan libido dan hal ini memerlukan komunikasi yang jujur dan
terbuka terhadap pasangan. Banyak wanita merasakan kebutuhan kasih
sayang yang besar dan cinta kasih tanpa seks. Libido secara umum sangat
dipengaruhi oleh keletihan, neusea, depresi, payudara yang membesar dan

Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi 4


nyeri kecemasan, kekhawatiran dan masalah-masalah lain yang merupakan
normal terjadi pada trimester I

B. Trimester II
Trimester II sering disebut juga periode kesehatan yang baik, yakni
periode wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan
yang normal dialami saat hamil, Trimester II juga merupakan fase ketika
wanita menelusuri ke dalam dan paling banyak mengalami kemunduran.
Trimester II terbagi dalam dan paling banyak mengalami kemunduran.
Trimester II terbagi dalam dua fase yaitu ; Pra Quickening dan Pasca
Quickening.
Quickening menunjukan kenyataan adanya kehidupan yang
terpisah yang menjadi dorongan wanita dalam melaksanakan tugas
psikologis utama yaitu : mengembangkan identitas sebagai ibu bagi
dirinya sendiri berbeda dari ibunya.
Menjelang trimester pertama dan selama fase quickening
berlangsung wanita tersebut akan mengalami sekaligus mengevaluasi
kembali semua aspek hubungan yang ia jalani dengan ibunya sendiri.
Semua masalah interpersonal yang dahulu pernah dialami hingga kini
dianalisis.
Hal lain yang terdapat dalam proses ini adalah evolusi wanita
tersebut mulai dari pertama penerima kasih sayang dan perhatian
(persiapan menjadi ibu). Ia akan mengalami konflik berupa kompetisi
dengan ibunya agar terlihat sebagai ibu yang “baik”. Penyelesaian aktual
dalam konflik ini tidak berlarut-larut sampai lama setelah bayi dilahirkan,
tetapi perhatian wanita terhadap ibunya dan proses-proses yang berkaitan
dengan hal tersebut akan berakhir setelah terjadi perubahan identitas
dirinya sendiri menjadi pemberi kasih sayang, menuntut perhatian dan
cinta kasih.
Dengan timbulnya quickening muncul sejumlah perubahan karena
kehamilan telat menjadi jelas dalam pikirannya. Kontak sosial ia berubah

Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi 5


lebih banyak bersosialisasi dengan wanita hamil dan ibu baru lainnya dan
minta serta aktivitasnya berfokus pada kehamilan, cara membesarkan anak
dan persiapan untuk menerima pesan baru.
Quickening memudahkan wanita mengkonsptualisasi bayinya
sebagai individu yang terpisah dari dirinya. Kesadaran ini baru memulai
perubahan dalam fokusnya dari dirinya sendiri kepada bayi yang ia
kandung.
Pada saat ini jenis kelamin bayi bukan hal yang penting ibu pada
kesejahteraan bayi dan menyambut menjadi anggota keluarga.
Sebagian besar wanita lebih erotis selama trimester II, kurang lebih
80% wanita mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual
mereka dibanding pada trimester I dan sebelum hamil.
Trimester II relatif terbatas dari segala ketidaknyamanan fisik, dan
ukuran perut belum menjadi masalah besar, lubrikas vagina lebih banyak,
kecemasan, kekhawatiran dan masalah-masalah yang sebelumnya
menimbulkan ambivalensi mulai mereda dan ia telah mengalami
perubahan dari seorang menuntut kasih sayang dari ibunya menjadi
seorang yang mencari kasih sayang dari pasangannya dan semua faktor ini
turut mempengaruhi peningkatan libido dan kepuasan seksual

C. Trimester III
Trimester III disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi
sebgai mahkluk yang terpisah sehingga ia tidak sabar menanti kehadiran
bayinya.
Trimester III merupakan waktu persiapan yang aktif telihatdalam
menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara perhatian utama
terfokus pada yang akan dilahirkan.
Perasaan takut akan muncul, ibu mungkin merasa cemas dengan
kehidupan bayi dan dirinya sendiri seperti apakah bayinya akan lahir
abnormal, terkait persalinan (nyeri, kehilangan kendali dan lain-lain).

Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi 6


Ibu juga mengalami proses duka lain ketika ia mengantisipasi
hilangnya perhatian dan istimewa khusus lain selama ia hamil, persiapan
ia dengan bayinya yang tidak dapat dihindari, perasaan kehilangan uterus
yang penuh secara tiba-tiba mengempis dan ruang tersebut menjadi
kosong. Depresi ringan merupakan hal yang umum terjadi dan wanita
menjadi lebih tergantung dan lebih menutup diri karena perasaan
rentannya.
Wanita akan kembali merasakan ketidaknyaman fisik dan semakin
kuat menjelang akhir kehamilan, ia akan merasa canggung, jelek,
berantakan dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan konsisten
dari pasangan.
Pada pertengahan trimester III peningkatan hasrat seksual yang
terjadi sebelumnya akan menghilang karena perut yang semakin besar.
Alternatif posisi dalam hubungans seksual untuk mencapai kepuasan dapat
membantu. Berbagi perasaan secara jujur dengan pasangan dan konsultasi
dengan bidan atau dokter menjadi sangat penting.
Trimester ke II adalah persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan
menjadi orang tua. Keluarga mulai menduga-duga jenis kelamin bayinya
(apakah laki-laki atau perempuan dan akan mirip siapa. Bahkan mereka
sudah memilih nam untuk bayinya.

2.2 Gangguan Psikologi pada Masa Kehamilan


2.2.1 Kemandulan
a. Definisi
Istilah kemandulan selalu ditunjukan kepada wanita akibat ketidak
mampuaannya untuk melahirkan anak. Kemandulan juga dianggap
sebagai inferioritas dari seorang wanita, sebab wanita itu baru bisa
menerima status warga masyarakat manakala dia mampu melahirkan
anak. Tetapi, pandangan tersebut telah berubah seiring dengan
perkembangan teknologi dan kemajuan. Kemandulan tidak dianggap
lagi inferioritas wanita. Secara umum timbulnya kemadulan pada

Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi 7


wanita atau pria adalah akibat kegagalan pada fungsi organreproduksi
dan kondisi psikisnya, seperti depresi atau stress berat.

b. Faktor Penyebab Kemandulan


 Fator Fisik
Merupakan kegagalan fungsi ginekologi pada salah satu
pasangan atau keduanya. Gangguan fungsi ginekologi berkaitan
dengan gangguan hormon kehamilan, kegagalan reproduksi pria
untuk memberikan sel-sel sperma optimal, impotensi, dan
abnormalitas psikogenesis.
 Faktor Psikis
Merupakan kemandulan yang disebabkan kompensasi takut
hamil. Ketakutan yang berhubungan dengan organ reproduksi
wanita, perasaan berdosa, sterilisasi psikogenesis dan obssesive,
psikosomatis, ketakutan pembedahan, persalinan, infantelilisme,
defence mechanism, karieratau ketakutankehilangan dalam
keharmonisan pada hubungan coitus.

c. Tipe Wanita yang berkaitan pada kemandulan


 Tipe unmarried
Merupakan tipe kemandulan yang disebabkan wanita atau
pria yang sama sekali tidak menginginkan perkawinan secara
biologis. Tetapi tipe ini lebih banyak terjadi pada wanita akibat
ketakutan akan kehamilan, rasa sakit melahirkan, penderitaan saat
kehamilan , atau melahirkan. Wanita yang mandul pun unmarried
senang mencari profesi sehingga cenderung alkoholic work dan
sebagai bentuk dari kompensasi ketakutan dan perasaan berdosa jika
dia menikah.

Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi 8


 Tipe wanita karier
Perbedaan antara kemandulan tipe wanita karier dengan tipe
unmarried ialah bahwa wanita karier dia menikah dan masih mau
melakukan hubungan perkawinan biologis. Akan tetapi , akibat lebih
mengutamakan kegiatan profesi dan karier sehingga dia tidak
menginginkan untuk hamil. Secara sadar atau tidak sadar mereka
ingin menghindari konflik interes atau profesinya sebagai ibu.
 Tipe wanita agresif maskulin
Merupakan kemandulan yang ditandai adanya sikap menolak
penuh sifat kewanitaan atau tidak menghendaki anak. Awalnya dia
mandul secara psikis, namun lambat laun menjadi mandul fisik.
 Tipe steril akibat gangguan emosional
Merupakan tipe kemandulan akibat ketakutan kehadiran anak
karena dianggap menambah beban, obsesif, kompulsif, terhadap
ketidakmampuan dari wanita, takut menjalani kehamilan, perasaan
impotensi , pada kehamilan dan takut tidak mampu memelihara
anak.

d. Pengaruh Psikis pada kemadulan


 Ketakutan –ketakutan yang tidak disadari (di bawah alam sadar )
 Ketakutan yang bersifat infkantile (kekanak-kanakan )
 Ketakutan tersebut tidak hanya berkaitan dengan fungsi reproduksi
saja, akan tetapi berhubungan dengan segala aspek kegiatan seksual.
Adapun sebab – sebab dari ketakutan tersebut biasanya dipengaruhi
oleh pengalaman – pengalaman sejak pubertas.

e. Contoh Ketakutan tersebut berupa :


 Ketakutan oleh fantasi-fantasi kehamilan, antara lain berupa gejala
muntah-muntah dan perut menjadi kembung
 Ketakutan pada menstruasi hingga merasakan geja nyeri dan sakit
walau mendapatkan menstruasi .

Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi 9


Sehingga faktor- faktor ketakutan tersebut ialah rasa bersalah
disadari dan mempengaruhi kehidupan psikis pada masa kemandulan.
Banyak faktor yang menyebabkan mengapa sepasang suami
istri tidak mau sukar menjadi hamil setelah kehidupan seksual normal
yang cukup lama. Pada umumnya faktor- faktor oraganik atau fisiologi
yang menjadi sebab utama . Tetapi telah menjadi pendapat umum
bahwa ketidak seimbangan jiwa dan kecemasan atau ketakutan yang
berlebih ( emotional Stess ) dapat pula menurunkan derajat kesuburan
wanita atau suaminya. Ketegangan jiwa dalam hal ini menyebabkan
spasme dari deretan antara uterus dan tuba.
Menurut penyelidikan oleh Dinie dkk pada 678 kasus dengan
keluhan mandul, mereka menemukan bahwa pada 554 kasus (81,5 % )
infertilitas disebabkan oleh kelainan organic , dan pada 124 kasus
(18,4%) oleh psikologi. Setelah diketahui dan ditemukan sebabnya ,
maka kemudian dengan psikoterapi suami istri dibebaskan dari tekanan
psikologik atau emosional, maka kemudian si istri menjadi hamil.
Kesulitan psikologis biasanya mengakibatkan ketidakmampuan wanita
untuk menjadi hamil atau menjadi seorang ibu, sumber-sumber utama
kemandulan disini dikatakan sebagai akibat gangguan psikologi yang
kemudian sering mengganggu proses fisiologis, contoh : Gejala
sterilisasi psikologenis pada diri wanita menyebabkan kemandulan.
Gejala tersebut banyak distimulir oleh peristiwa psikis, yaitu sistem
hormonal yang tidak stabil.

2.2.2 Hamil Diluar Nikah


Hamil diluar nikah adalah hamil di luar ikatan perkawinan. Pada
umumnya terdapat pada wanita pubertas atau adalosen. Prosesnya adalah
permainan seksual yang belum matang yang merupakan perbuatan seksual
sebagai eksperimen atau coba-coba yang dilakukan para remaja.
Kehamilan di luar nikah biasanya diakibatkan oleh pergaulan bebas yang
diakibatkan oleh didikan dari keluarganya berupa:

Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi 10


 Kekurangan kasih sayang yang diberikan oelh keluarga terhadap anak
perempuannya akibat orang tua sibuk kerja, perceraian dan broken
home.
 Keluarga yang terlalu disiplin sehingga anak tersebut memberontak
untuk menunjukkan kedewasaannya.
Wanita yang mengalami hamil di luar nikah mengalami reaksi
psikologik dan emosional pertama-tama terhadap segala akibat yang akan
ditimbulkannya. Dapat dipahami bahwa mereka yang hamil sebelum
menikah menolak kehamilannya dan mencari pertolongan untuk
menggugurkan kandungannya atau mereka menjadi putus asa dan berusaha
bunuh diri.
Dengan terjadinya hamil di luar nikah ini mengakibatkan timbulnya
dampak buruk. Demikian juga kehamilan pranikah yang terjadi pada masa
remajadapat mengakibatkan timbulnya masalah-masalah bagaimana
berikut ini:
a. Masalah kesehatan reproduksi
Kesehatan reproduksi sangat penting bagi remaja (putri) yang
kelak akan menikah dan menjadi orang tua. Kesehatan reproduksi yang
prima akan menjamin generasi yang sehat dan berkualitas. Di kalangan
remaja telah terjadi semacam revolusi hubungan seksual yang menjurus
kearah liberalisasi dan berakibat timbulnya berbagai penyakit menular
seksualyang merugikan alat reproduksi antara lainsifilis, gonorhoe,
herpes alat kelamin , condiloma akuminata, HIV dan pada akhirnya
AIDS. Jika suatu saat ingin hamil normal maka besar kemungkinan alat
reproduksi sudah tidak baik dan menimbulkan berbagai komplikasi
dalam kehamilan baik bagi ibu maupun janin yang dikandung.

b. Masalah psikologs pada kehamilan remaja


Remaja yang hamil diluar nikah, menghadapi berbagai masalah
tekanan psikologis. Yaitu ketakutan, kecewa, menyesal dan rendah diri.
Dampak terberat adalah ketika pasangan yang menghamili tidak mau

Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi 11


bertanggungjawab. Perasaan bersalah membuat mereka tidak berani
berterus terang pada orang tua. Pada beberapa kasur sering kali
ditemukan remaja yang hamil pranikah menjadi frustasi. Lalu nekad
berusaha melakukan pengguguran kandungan dengan pijat ke dukun.
Biasanya mereka mendapat referensi dari teman-teman sebaya agar
minum obat-obatan tertentu untuk menggugurkan kandungan padahal
mereka tidak tau bahwa obat tersebut sangat berbahaya bagi
keselamatan jiwa. Sementara dampak psikologis dari pihak orang tua
adalah perasaan malu dan kecewa. Merasa gagal untuk mendidik putri
mereka dalam hal moral dan agama. Kehamilan di luar nikah masih
belum bisa diterima di masyarakat indonesia. Sehingga anak yang
dilahirkan nantinya juga akan mendapat stigma sebagai anak haram
hasil perzinaan. Kendati ada juga yang kemudian dinikahkan,
kemungkinan besar pernikahan tersebut banyak yang gagal karena
belum ada persiapan mental dan jiwa yang matang.

c. Masalah sosial ekonomi


Keputusan untuk melangsungkan pernikahan usia dini yang
bertujuan menyelesaikan masalah pasti tidak akan lepas dari kemelut
seperti, penghasilan terbatas atau belum mampu mandiri dalam
membiayai keluarga baru, putus sekolah, tergantung pada orang tua,
remaja yang hamil dan tidak menikah sering kali mendapat gunjingan
dari tetangga. Masyarakat di indonesia masih belum bisa menerima
single perents. Control sosial dan moral dari masyarakat ini memang
tetap diperlukan sebagai rambu-rambu dalam pergaulan.
a) Pengguguran kandungan dengan sengajaatau sering disebut abortus
provocatus.
Selain melanggar agama dan hukum juga berakibat
membahayakan keselamatan jiwa. Tindakan aborsi illegal
mengakibatkan terjadi infeksi, perdarahan dan sebagai akibat lanjut
adalah kemandulan.

Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi 12


b) Terjadi berbagai komplikasi kesehatan yang buruk bagi janin dalam
kandungan.
Antara lain persalinan premature dan berat badan janin
rendah karena kurang gizi. Gangguan pertumbuhan organ atau bayi
cacat akibat pernah mengkonsumsi obat-obatan dan akibat
penggunaan korset untuk menutupi kehamilan dengan menekan
perut.
c) Terjadinya komplikasi kehamilan pada yang mengandung.
 Anemia (kekurangan sel darah merah hemoglobine) karena
kebutuhan gizi selama hamil tidak diperhatikan
 Akibat stress berlebihan menimbulkan hiperemesis gravidarum
(mual muntah yang berlebihan)
 Terjadi kenaikan tekanan darah atau keracunan kehamilan,
yanag disebut pre eklampsia atau berlanjut pada eklampsia dan
dapat mengancam jiwa.
 Terjadi infeksi baik saat hamil maupun masa nifas, terutama
pada kehamilan dengan latar belakang sosial eknomi rendah.
 Meningkatkan angka kematian ibu. Angaka kematian ini
terutama disebabkan karena percobaab pengguguran secara
illegal oleh dukun dan mengakibatkan infeksi, perdarahan.
 Meningkatkan angka kehamilan ibu, angka kematian ini
terutama disebabkan karena percobaan pengguguran secara
ilegal oleh dukun dan mengakibatkan infeksi, perdarahan.

2.2.3 Pseudosiesis (kehamilan palsu)


Pseudosiesis adalah kehamilan imaginer atau kehamilan palsu,
secara psikis lebih berat gangguannya dari pada peristiwa abortus.
Pseudosiesis adalah wanita yang tidak hamil tetapi merasa dirinya hamil
diikuti dengan munculnya amorea (tidak datang haid), mual muntah dan
gejala kehamilan yang tidak benar hamil. Hal ini banyak dijumpai pada
wanita yang ingin sekali mempunyai anak dan juga terhadap seorang istri

Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi 13


yang infertile yang ingin tetap dicintai oleh suaminya. Tanda-tanda
kehamilan pseudosiesis :
a. Berhentinya haid
b. Membesarnya perut
c. Payudara besar dan ada ASI
d. Panggul melebar
e. Terjadi perubahan pada kelenjar endokrin.

Penyebab pasti kehamilan palsu belum diektahui secara pasti.


Menurut Whenlan &Stewart (1990), penyebab kehamilan semu adalah :
a. Abotus
b. Kemandulan sebelumnya
c. Emosi tidak stabil
d. Menderita isolasi sosial.

2.2.4 Kegugguran
Biasanya bukan karena trauma badan yang menjadi sebab
timbulnya perdarahan dan kontraksi uterus, tapi lebih sering ras akget yag
hebat memegang perasaan. Konfli emosional yang telah ada sebelumnya
sebelum kehamilan muda dapat menjadi sebab.
Pemikiran atau ketakutan akan beban-beban dan tanggung jawab
berhubungan dengan kehamilan dan perasaan tidak sanggup dalam
menghadapi tugaas sebagai istri dan ibu yang menimbulkan pertentangan
emosional yang hebat pada seorang wanita yang masih muda usianya dan
juga dikarenakan kurangnya pengertian dan perhatian dari pihak keluarga
dan kawan-kawannya.

2.2.5 Hamil yang tidak dikehendaki


a. Kalangan Remaja
Remaja bisa bilang kalau seks bebas pra nikah mana untuk di
lakukan akan tetapi bila remaja melihat, memahami atapu n merasakan

Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi 14


aikibat dari perilaku itu, ternyata hasilnya lebih banyak meragukan.
Salah satu resiko dari seks pranikah atau seks bebas itu adalah
kehamilan yang tidak diharapkan (KTD). Kehamilan yang tidak
direncanakan sebelumnya bisa merampas “kinikmatan” masa remaja
yang seharusnya di nikmati oleh remaja laki-laki maupun perempuan.
Walaupun kehamilan itu sendiri dirasakan oleh perempuan, tetapi
remaja pria juga akan merasakan dampaknya karena harus bertanggung
jawab. Ada dua hal yang bisa dan bisa dilakukan remaja jika
mengalami KTD (Kartini,1992).
 Mempertahankan kehamilan
Semua dampak tersebut dapat membawa resiko baik fisik, psikis
maupun sosial, bila kehamilan dipertahankan resiko psikis yang
timbul ada kemungkinan piha perempuan menjadi ibu tunggal
karena pasangan tidak mau menikahinya atau tidak mau bertanggung
jawaban perbuatannya. Kalau mereka menikah, hal ini juga
mengakibatkan perkawinan bermasalah yang penuh konflik karena
sama-sama belum dewasa dan pasangan muda terutama pihak
perempuan akan segera dibebani oleh berbagai perasaan yang tidak
nyaman, seperti dihantui rasa malu yang terus-menerus, rendah diri,
bersalah atau berdosa, depresi atau tertekan, pesimia dll
 Mengakhiri kehamilan (aborsi)
Bila kemamilan diakhiri bisa mengakibatkan damapk negatif secara
psikis. Oleh karena itu, itu pelaku aborsi sering kali mengalami
perasaa-perasaan takut, panik, tertekan atau stress, trauma mengingat
prose aborsi dan kesaktan, kecemasan karena rasa bersalah atau dosa
akibat aborsi.

b. Wanita dewasa atau ibu yang sudah menikah


Seorang ibu tidak menghendaki kehadiran anak disebabkan
karena mereka merasa kan mengganggu karis nya karena akan
membuatnya terikat atau karena ia sudah terlampau sibuk merawat

Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi 15


anak-anaknya yang lain. Selain itu mereka merasa tidak dapat membagi
waktu antara kesibukan pekerjaan dengan merawt anak. Penyebab
terjadinya KPD pada wanita atau ibu yang telah menikah antara lain
karena kegagalan alat kontrasepsi yang dipakai.

2.2.6 Hamil dengan janin mati


Hamil dengan janin mati adalah kematian janin dalam kandungan
yang dapat disebabkan oleh beberapa hal seperti :
a. Kurang gizi
b. Stress yang berkepanjangan
c. Infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya

Ibu dari janin yang meninggal pada periode perinatal akan


mengalami penderutaan. Selama kehamilan mereka telah mulai untuk
menganali dan merasa dekat dengan janinnya, ibu yang mengalami proses
kehilangan atau kematian janin dalam kandungan akana merasa
kehilangan. Pada proses berduka kematian janin dalam kandungan akan
merasa emosional tertentu. Hal ini dikelompokan kedalam berbagai
tahapan meliputi
 Syok dan menyangka ketika disampaikan janinnya mati reaksi orang
tua atau ibu pertama kali adalah syok, tidak percaya dan menyangkal.
 Marah dan bergeming, beberapa ahli menyebut ini sebagai tahap
pencarian karena orang tua mencari hal-hal yang mungkin mereka
lakukan dengan berbeda.
 Disorientasi dan depresi, emosipredominan padahal fase ini adalah
menolak dan menarik diri, orang tua mungkin mengalami kesulitan
untuk kembali ke kehidupan normal sehari-hari.
 Reorganisasi dalam penerimaan, fase akhir berduka meliputi
penerimaan rasa kehilangan dan kembali beraktivitas normal sehari-
hari. Hal yang individu ini mungkn membutuhkan waktu beberapa

Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi 16


bulan. Energi emosional ditinggalkan dan dikurani serta mengalami
kembali hubungan baru serta aktifitas baru.

2.2.7 Hamil dengan ketergantungan obat


Ketergantungan obat adalah suatu keadaan kebutuhan fisik atau
mental (psikologis) atau kedua-duanya yang terjadi sebagai akibat.
Kondisi ini dapat terjadi akibat pergaulan bebas, kurang perhatian dan
kasih saying dari suami dan keluarga, serta kurang rasa percaya diri.
Penggunaan obat-obatan oleh wanita dapat menyebabkan masalah
baik pada ibu maupun janinnya. Janin akan mengalami cacat fisik dan
emosional. Pertumbuhan janin akan terhambat, sehingg dapat
menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Bahkan dapat
menyebabkan anak terhambat proses belajar nantinya dan bahkan ibu-ibu
yang ketergantungan obat maka anaknya juga bias ketergantungan obat.
Selain itu penggunaan obat-obatan atau ketergantungan obat ini juga dapat
menyebabkan terjadinya abortus, partus prematurus, dan abratio plasenta.
Tidak hanya itu, wanita dengan ketergantungan obat ibu memiliki efek
stress yang bukan-bukan terhadap janinnya. Memikirkan janinnya lahir
nanti dalam keadaan cacat dan atau meninggal dalam perutnya.

2.3 Pengelolaan Gangguan Psikologi Masa Kehamilan


Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-
masalah psikologis ibu pada saat kehamilan, yaitu:
1. Bersikap terbuka dengan pasangan.
2. Konsultasi (Komunikasi dengan pasien) dengan bidan atau tenaga
kesehatan yang lain.
a. Menjelaskan bahwa apa yang dirasakan ibu adalah sesuatu yang
normal.
b. Mengungkapkan bahwa setiap pengalaman kehamilan adalah unik.
c. Menjelaskan tentang kebutuhan nutrisi, pertumbuhan bayi, tanda-tanda
kelahiran, tanda-tanda bahaya kehamilan.

Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi 17


d. Mendiskusikantentang ketidaknyamanan yang dialami oleh ibu dan
cara mengatasinya.
e. Mendiskusikan tentang rencana persalinan.
3. Curahkan isi hati pada pasangan atau sahabat.
4. Usahakan lebih banyak istirahat.
5. Jangan ragu meminta bantuan pada suami, teman, atau keluarga.
6. Luangkan waktu, untuk diri sendiri, manjakan diri dengan relaksasi, pijat,
atau apapun yang dapat menghibur diri.
7. Menciptakan suasana yang nyaman dan tentram bagi ibu.
8. Melakukan antisipasi sejak awal bagi diri sendiri. Contohnya, ibu perlu
mensyukuri kehamilan tersebut sebagai anugerah yang diberikan Tuhan.

Adapun pelaksanaan komunikasi bagi ibu hamil sebagaimana yang


dimaksudkan pada poin kedua diatas, bidan diharapkan:
 Mampu melaksanakan asuhan dan tindakan pemeriksaan, Pendidikan
kesehatan, dan segala bentuk pelayanan kebidanan ibu hamil.
 Dengan adanya komunikasi terapeutik diharapkan dapat meredam
permasalahan psikososial yang berdampak negatif bagi kehamilan.
 Membantu ibu sejak pra konsepsi untuk mengorganisasikan perasaannya,
pikirannya untuk menerima dan memelihara kehamilannya.

Permasalahan Psikologis yang Memerlukan Penanganan Khusus


Adapun beberapa gejala yang dapat terjadi pada ibu beserta
penanganannya, yaitu:
1. Pseudosyesis
a. Lakukan anamnesa terarah yang akurat (termasuk latar belakang
psikis), pemeriksaan fisik (cloasma atau hiperpigmentasi, pembesaran
uterus) dan pemeriksaan tambahan (USG dan uji kehamilan).
b. Lakukan konseling bahwa kehamilan harus dipastikan, akan dilakukan
upaya pemeriksaan dan pegobatan untuk kehamilan dan dukungan
psikososial.

Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi 18


c. Peran konselor dalam hal ini adalah menciptakan suasana senyaman
mungkin agar klien meras bebas untuk mengekspresikan pikiran-pikiran
yang sulit. Contohnya: klien diminta berbaring di sofa kemudian
konselor berada di belakangnya (konselor tidak terlihat oleh pasien).
Konselor dapat mengupayakan klien mendapat wawasan dengan
menyelami kembali dan keudian menyelesaikan masa lalunya yang
belum selesai. Dengan begitu klien diharapkan dapat memperoleh
kesadaran diri, kejujuran dan hubungan pribadi yang lebih efektif, dapat
menghadapi ansietas dengan realitas, serta dapat mengendalikan
tingkah laku irasional. (Lesmana, 2006).

2. Reaksi Cemas
a. Tenangkan dengan psikoterapi. Walau kadang upaya ini kurang
memberikan hasil, tetapi prosedur ini sebaiknya yang paling utama
dilakukan.
b. Bila pasien tidak mampu melakukan kegiatan sehari-hari atau kurang
asupan kalori atau gizi maka harus dilakukan rawat inap di Rumah
Sakit.

3. Reaksi Panik
a. pemeriksaan fisik menunjukkan pasien gelisah dan ketakutan, muka
pucat, pandangan liar, pernafasan pendek dan cepat, takikardi.
b. Karena reaksi panik hanya berlangsung dalam waktu yang relatif
singkat, cukup diberikan dosis tunggal diazepam 5 mg IV.

4. Reaksi Obsesif-Kompulsif
a. Adanya potensi gawat darurat pada wanita hamil dengan reaksi obsesif-
kompulsif menjadi alasan untuk dirawat di rumah sakit atau dalam
pengawasan tim medis yang memadai. Psikoterapi cukup membantu
untuk mengembalikan wanita ini pada status emosianal yang normal.
b. Pada kasus yang berat diberikan diazepam 5 mg IV dan observasi ketat.

Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi 19


5. Depresi Berat
a. Penelitian di RS Dr. Soetomo Surabaya (1999) menunjukkan bahwa
angka kejadian depresi pasca persalinan (postpartum blues) sebesar
15,2% (persalinan fisiologis) dan 46,2% (persalinan patologis).
b. Sulit untuk melakukan komunikasi karena mereka cenderung menarik
diri, tidak mampu berkomunikasi, kurang perhatian, dan sulit
mengingat sesuatu.
6. Reaksi Mania
a. Reaksi mania dalam kehamilan merupakan masalah yang cukup rumit
karena obat litium karbonat, dapat menimbulkan berbagai akibat yang
merugikan pada janin (Ebstein’s abnormality, kelemahan tonus otot dan
menurunnya kemampuan menghisap pada bayi yang baru lahir).
b. Pasien-pasien yang terkontrol pada saat hamil, cenderung mengalami
episode mania pada 7-14 hari saat pasca persalinan.

7. Skizofrenia
Obat untuk penderita skizofrenia dieksresikan melalui ASI
sehingga tidak dianjurkan diberikan pada ibu yang menyusui. Bila
psikofarmaka tidak dapat digunakan, dapat digunakan terapi kejut listrik
(ECT).
8. Rasa Kehilangan
a. Lakukan konseling dan minta pasangan tersebut untuk
memutuskan apa yang terbaik bagi mereka (menyimpan hasil
konsepsi, menyaksikan cacat yang terjadi, mendekap janin yang
telah dilahirkan, meminta otopsi agar proses adaptasi berjalan
baik).

Beri kesempatan (minimal 6 bulan) untuk resolusi, sebelum memulai


kehamilan berikutnya.

Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi 20


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode penyesuaian.
Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap kenyataan bahwa dia
sedang mengandung.
Trimester II sering disebut juga periode kesehatan yang baik, yakni
periode wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang
normal dialami saat hamil. Trimester II juga merupakan fase ketika wanita
menelusur ke dalam dan paling banyak mengalami kemunduran.
Trimester III disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan.
Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk
yang terpisah sehingga ia tidak sabar menanti kehadiran bayinya.
Gangguan psikologi pada masa kehamilan antara lain: kemandulan,
hamil di luar nikah, pseudosiesis (kehamilan palsu), keguguran, hamil yang
tidak dikehendaki, hamil dengan janin mati, dan hamil dengan
ketergantungan obat.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah-
masalah psikologis ibu pada saat kehamilan, yaitu:
 Bersikap terbuka dengan pasangan
 Konsultasi (komunikasi dengan pasien) dengan bidan atau tenaga
kesehatan yang lain.
 Curahkan isi hati pada pasangan atau sahabat.
 Usahakan lebih banyak istirahat
 Jangan ragu meminta bantuan pada suami, teman, ataupun keluarga
 Luangkan waktu, untuk diri sendiri, manjakan diri dengan relaksasi, pijat,
ataupun apapun yang dapat menghibur diri
 Menciptakan suasana yang nyaman dan tentram bagi ibu
 Melakukan antisipasi sejak awal bagi diri sendiri. Contohnya, ibu perlu
mensyukuri kehamilan tersebut sebagai anugerah yang diberikan Tuhan.

Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi 21


DAFTAR PUSTAKA

Kristianti, Shinta. 2016. Modul Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi.


Kediri.

Psikologi dalam Kesehatan Reproduksi 22

Anda mungkin juga menyukai