PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Individu dari segala usia, latar belakang, dan status kesehatan rentan terhadap ceera
otak traumatis (TBI). Setiap tahun di Amerika Serikat 1,7 juta orang menderita TBI
dan TBI terdaftar sebagai enyumbang yang menyebabkan pada sekitar sepertiga dari
kematian terkait cedera (1). Sementara jumlah negara menyarankan tentang
pengobatan TBI telah ada perbaikan dalam manajemen. Selama 30 tahun terakhir,
kematian akibat TBI yang parah telah berkurang dari 50% menjadi kurang dari 25%
(2). Pedoman berbasis bukti untuk menejemn TBI diperkenalkan pada tahun 1995
karena pendekatan pengobatan bervariasi tetapi pada tahun – tahun berikut masih ada
penyimpangan dalam implementasi yang konsisten (3,4). Satu masalah dalam
pengembangan guidlines diandalkan untuk pengobatan TBI adalah patofisiologi yang
bervariasi dari cedera. TBI dapat menembus atau tidak menembus, difus atau fokal,
bervariasi dalam tingkat keparahan, lokasi, dan karakteristik pasien, hanya untuk
beberapa nama. Selain itu, karena TBI sering terkait dengan kecelakaan ada yang
terbatas ukuran profilaksis primer. Banyak resultan bahaya akut dan kronik dari TBI
berhubungan dengan generasi sekunder demage dan radang.(ijms)
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian TBI?
2. Bagaimana anatomi system persyarafan?
3. Apa saja jenis trauma?
4. Bagaimana patofisiologi TBI?
5. Bagaimana Skor koma glasgow (skg)?
6. Apa saja etiologi TBI?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian TBI
2. Mengetahui anatomi system persyarafan
3. Mengetahui jenis trauma
4. Mengetahui bagaimana patofisiologi TBI
5. Mengetahui Skor koma glasgow (skg)?
6. Mengetahui etiologi TBI
7. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian
Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa (trauma) yang menimpa
struktur kepala sehingga dapat menimbulkan kelainan struktural dan atau gangguan
fungsional jaringan otak (Sastrodiningrat, 2009). Menurut Brain Injury Association of
America, cedera kepala adalah suatu kerusakan pada kepala, bukan bersifat kongenital
ataupun degeneratif, tetapi disebabkan oleh serangan atau benturan fisik dari luar,
yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran yang mana menimbulkan
kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik (Langlois, Rutland-Brown, Thomas,
2006)
3. Jenis trauma
Luka pada kulit dan tulang dapat menunjukkan lokasi (area) dimana terjadi trauma
(Sastrodiningrat, 2009). Cedera yang tampak pada kepala bagian luar terdiri dari dua,
yaitu secara garis besar adalah trauma kepala tertutup dan terbuka. Trauma kepala
tertutup merupakan fragmen-fragmen tengkorak yang masih intak atau utuh pada
kepala setelah luka. The Brain and Spinal Cord Organization2009, mengatakan
trauma kepala tertutup adalah apabila suatu pukulan yang kuat pada kepala secara
tiba-tiba sehingga menyebabkan jaringan otak menekan tengkorak.
Trauma kepala terbuka adalah yaitu luka tampak luka telah menembus sampai kepada
dura mater. (Anderson, Heitger, and Macleod, 2006). Kemungkinan kecederaan atau
trauma adalah seperti berikut;
Fraktur
Menurut American Accreditation Health Care Commission, terdapat 4
jenis fraktur yaitu simple fracture, linear or hairline fracture, depressed
fracture, compound fracture. Pengertian dari setiap fraktur adalah sebagai
berikut:
- Simple : retak pada tengkorak tanpa kecederaan pada kulit
- Linear or hairline: retak pada kranial yang berbentuk garis halus tanpa
depresi, distorsi dan ‘splintering’.
- Depressed: retak pada kranial dengan depresi ke arah otak.
- Compound : retak atau kehilangan kulit dan splintering pada
tengkorak. Selain retak terdapat juga hematoma subdural (Duldner,
2008).
Terdapat jenis fraktur berdasarkan lokasi anatomis yaitu terjadinya retak atau kelainan pada
bagian kranium. Fraktur basis kranii retak pada basis kranium. Hal ini memerlukan gaya yang
lebih kuat dari fraktur linear pada kranium. Insidensi kasus ini sangat sedikit dan hanya pada
4% pasien yang mengalami trauma kepala berat (Graham and Gennareli, 2000; Orlando
Regional Healthcare, 2004). Terdapat tanda-tanda yang menunjukkan fraktur basis kranii
yaitu rhinorrhea(cairan serobrospinal keluar dari rongga hidung) dan gejalaraccoon’s
eye (penumpukan darah pada orbital mata). Tulang pada foramen magnum bisa retak
sehingga menyebabkan kerusakan saraf dan pembuluh darah. Fraktur basis kranii bisa terjadi
pada fossa anterior, media dan posterior (Garg, 2004). Fraktur maxsilofasial adalah retak atau
kelainan pada tulang maxilofasial yang merupakan tulang yang kedua terbesar setelah tulang
mandibula. Fraktur pada bagian ini boleh menyebabkan kelainan pada sinus maxilari (Garg,
2004).
Abrasi
Luka abrasi yaitu luka yang tidak begitu dalam, hanya superfisial. Luka ini
bisa mengenai sebagian atau seluruh kulit. Luka ini tidak sampai pada
jaringan subkutis tetapi akan terasa sangat nyeri karena banyak ujung-
ujung saraf yang rusak.
Avulsi
Luka avulsi yaitu apabila kulit dan jaringan bawah kulit terkelupas,tetapi
sebagian masih berhubungan dengan tulang kranial. Dengan kata lain intak
kulit pada kranial terlepas setelah kecederaan (Mansjoer, 2000).
Perdarahan Intrakranial
- Perdarahan Epidural (Hematoma Epidural)
Setelah cedera kepala ringan, darah terkumpul diruan epidural
(ekstradural) diantara tengkorak dan durameter. Keadaan ini sering
diakibatkan karena terjadinya fraktur tulang tengkorank yang
menyebabkan arteri meningeal tengah putus atau rusak (laserasi)-
dimana arteri ini berada diantara dura meter dan tengkorak menuju
bagian tipis tulang temporal-dan terjadi hemoragik sehingga terjadi
penekanan pada otot. Penatalaksanaan untuk hematoma epidural
dipertimbangkan sebagai keadaan darurat yang ekstrem,dimana deficit
neurologis atau berhentinya pernafasan dapat terjadi dalam beberapa
menit. Tindakan yang dilakukan terdiri atas membuat lubang pada
tulang tengkorak (burr),mengangkat bekuan dan mengontrol titik
pendarahan.
- Perdarahan Subdural
Perdarahan subdural adalah pengumpulan darah pada ruang diantara
dura meter dan dasar otak,yang pada keadaan normal diisi oleh cairan.
Hematoma subdural paling dering disebabkan karena trauma,tetapi
dapat juga terjadi akibat kecenderungan pendarahan yang serius dan
aneurisma. Hematoma subdural lebih sering terjadi pada venadan
merupakan akibat dari putusnya pembuluh darah kecilyang
menjebatani ruang subdural. Hematoma subdural bisa terjadi
akut,subakut,dan kronis tergantung padaukuran pembuluh darah yang
terkena dan jumlah pendarahan yang terjadi.
a. Perdarahan subdural akut
Hematomasubdural akut dihubungkan dengan cedera kepala mayor
yang meliputi kontusio atau laserasi. Biasanya klien dalam
keadaankomaatau mempunyai keadaan klinis yang sama dengan
hematoma epidural tekanan darah meningkat dan frekuensi nadi
lambat dan pernafasan cepat sesuai dengan peningkatan hematoma
yang cepat. Gejala klinis berupa sakit kepala, perasaan mengantuk,
dan kebingungan, respon yang lambat, serta gelisah. Keadaan kritis
terlihat dengan adanya perlambatan reaksi ipsilateral pupil.
b. Perdarahan subdural subakut
Hematoma subdural subakut adakah sekuel dari kontusio sedikit
berat dan dicurigai pada klien dengan kegagalan untuk
meningkatkan kesadaran setelah trauma kepala. Tanda-tanda dan
gejalanya hampir sama pada hematoma subdural akut yaitu:
- Nyeri kepala
- Bingung
- Mengantuk
- Menarik diri
- Berfikir lambat
- Kejang
- Oedema pupil
c. Perdarahan subdural kronis
Hematoma subdural kronis menyerupai kondisi lain yang mungkin
dianggap sebagai stroke. Pendarahan sedikit menyebar dan
mungkin dapai kompresi pada intracranial. Darah dalam otak
mengalami perubahan karakter dalam 2-4 hari,menjadi kental dan
lebih gelap. Dalam beberapa minggu bekuan mengalami warna
serta konsistensi seperti minyak mobil. Otak beradaptasi pada
invasi benda asing ini,tanda serta gejala klinis klien berfluktuasi
seperti terdapat sering sakit kepala hebat,kejang fokal. Tindakan
terhadap hematoma subdural kronis terdiri atas bedah
pengangkatan bekuan dengan dengan menggunakan penghisap dan
pengirigasian area tersebut. Proses ini dapat dilakukan melalui
pembuatan lubang (burr) ganda atau kraniotomi yang dilakukan
untuk lesi massa subdural yang cukup besar yang dapat dilakukan
melalui pembuatan lubang (burr).
4. Patofisiologi
5. Skor koma glasgow (skg)
Skala koma Glasgow adalah nilai (skor) yang diberikan pada pasien trauma kapitis,
gangguan kesadaran dinilai secara kwantitatif pada setiap tingkat kesadaran. Bagian-
bagian yang dinilai adalah;
a. Proses membuka mata (Eye Opening)
b. Reaksi gerak motorik ekstrimitas (Best Motor Response)
c. Reaksi bicara (Best Verbal Response)
Pemeriksaan Tingkat Keparahan Trauma kepala disimpulkan dalam suatu tabel Skala Koma
Glasgow (Glasgow Coma Scale).
Table 2.1 Skala Koma Glasgow
Eye Opening
RESPON
MATA ≥ 1 TAHUN 0-1 TAHUN
Mata terbuka dengan
4 spontan Membuka mata spontan
Mata membuka setelah
3 diperintah Membuka mata oleh teriakan
Mata membuka setelah
2 diberi rangsang nyeri Membuka mata oleh nyeri
1 Tidak membuka mata Tidak membuka mata
Best Motor Response
RESPON ≥ 1 TAHUN 0-1 TAHUN
MATA
6 Menurut perintah Belum dapat dinilai
5 Dapat melokalisir nyeri Melokalisasi nyeri
4 Menghindari nyeri Menghindari nyeri
3 Fleksi (dekortikasi) Fleksi abnormal (decortikasi)
2 Ekstensi (decerebrasi) Eksternal abnormal
1 Tidak ada gerakan Tidak ada respon
Best Verbal Response
RESPON
MATA >5 TAHUN 2-5 TAHUN 0-2 TAHUN
Orientasi baik dan Menyebutkan kata-kata
5 mampu berkomunikasi yang sesuai Menangis kuat
Disorientasi tapi mampu Menyebutkan kata-kata
4 berkomunikasi yangtidak sesuai Menangis lemah
Menyebutkan kata-kata
yang tidak sesuai (kasar, Kadang-kadang menagis
3 jorok) Menangis dan menjerit / menjerit
Mengeluarkan suara Mengeluarkan suara
2 Mengeluarkan suara lemah lemah
1 Tidak ada respon Tidak ada respon Tidak ada respon
Berdasarkan Skala Koma Glasgow, berat ringan trauma kapitis dibagi atas;
a. Trauma kapitis Ringan, Skor Skala Koma Glasgow 14 – 15
b. Trauma kapitis Sedang, Skor Skala Koma Glasgow 9 – 13
c. Trauma kapitis Berat, Skor Skala Koma Glasgow 3 – 8
6. Etiologi
Menurut Brain Injury Association of America, penyebab utama trauma kepala adalah
karena terjatuh sebanyak 28%, kecelakaan lalu lintas sebanyak 20%, karena
disebabkan kecelakaan secara umum sebanyak 19% dan kekerasan sebanyak 11% dan
akibat ledakan di medan perang merupakan penyebab utama trauma kepala (Langlois,
Rutland-Brown, Thomas, 2006). Kecelakaan lalu lintas dan terjatuh merupakan
penyebab rawat inap pasien trauma kepala yaitu sebanyak 32,1 dan 29,8 per100.000
populasi. Kekerasan adalah penyebab ketiga rawat inap pasien trauma kepala
mencatat sebanyak 7,1 per100.000 populasi di Amerika Serikat (Coronado, Thomas,
2007). Penyebab utama terjadinya trauma kepala adalah seperti berikut:
a. Kecelakaan Lalu Lintas
Kecelakaan lalu lintas adalah dimana sebuah kenderan bermotor bertabrakan
dengan kenderaan yang lain atau benda lain sehingga menyebabkan kerusakan
atau kecederaan kepada pengguna jalan raya (IRTAD, 1995).
b. Jatuh
Menurut KBBI, jatuh didefinisikan sebagai (terlepas) turun atau meluncur ke
bawah dengan cepat karena gravitasi bumi, baik ketika masih di gerakan turun
maupun sesudah sampai ke tanah.
c. Kekerasan
Menurut KBBI, kekerasan didefinisikan sebagai suatu perihal atau perbuatan
seseorang atau kelompok yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain, atau
menyebabkan kerusakan fisik pada barang atau orang lain (secara paksaan).
7. Penatalaksanaan Medis
a. Angkat klien dengan papan datar untuk mempertahankan posisi kepala dan leher
sejajar.
b. Traksi ringan pada kepala
c. Kolar servikal
d. Terapi untuk mempertahankan homeostasis otak dan mencehag kerusakan otak
e. Tindakan terhadappeningkatan TIK
f. Tindakan pendukung yang lain,yaitu:
4. Pemantauan ventilasi
5. Pencegahan kejang
6. Pemantauan cairan dan elektrolit
7. Keseimbangan nutrisi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma atau cedera kepala juga dikenal sebagai cedera otak dengan gangguan
fungsi normal otak karena trauma baik karena trauma tumpul maupun trauma
tajam. Deficit neurologis terjadi karena robeknya subtansi alba,iskemia,dan
pengaruh massa karena hemoragik,serta edema serebral disekitar disekitar
jaringan otak. Berdasarkan GCS cedera kepala/otak dapat terbagi menjadi 3:
1. Cedera kepala ringan,bila GCS 13-15
2. Cedera kepala sedang,bila GCS 9-12
3. Cedera kepala berat bila GCS kurang atau sama dengan 8.
DAFTAR PUSTAKA
Iskandar.J.SpBS.2004.Cedera Kepala.Jakarta:BIP