Anda di halaman 1dari 27

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat di artikan sebagai segala bentuk
jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada
prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi Pemerintah di
Pusat, di Daerah, dan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik
Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam
rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Sistem kepemerintahan yang baik adalah Partisipasi, yang menyatakan semua


instansi Governace memiliki suara dalam pembuatan keputusan, hal ini
merupakan landasan legitimasi dalam sistem demokrasi. Good governance
memiliki kerangka pemikiran yang sejalan dengan demokrasi dimana pemerintah
dijalankan sepenuhnya untuk kesejahteraan dan kemakmuran untuk rakyat.

Pemanfataan ​e-government merupakan upaya untuk mendukung kinerja


pemerintah yang berbasis elektronik dalam rangka penyelenggaraan dan
peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat secara efektif dan efisien.
Melalui pengembangan ​e-government dilakukan penataan sistem manajemen dan
proses kerja di lingkungan instansi pemerintah khususnya instansi yang
melaksanakan fungsi pelayanan publik, dengan berjalannya e-government ini
maka diharapkan seluruh aktivitas organisasi pemerintah dapat dilaksanakan
secara elektronik sehingga mempermudah fungsi kebijakan dan pelayanan, dalam
pelaksanaannya konsep ​e-governmet ​ini merupakan tanggung jawab bersama,
artinya bukan hanya pemerintah saja tetapi juga peran serta masyarakat (Mulyono
2011)

I.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Pelayanan Informasi Publik ?


2. Bagaimana penjelasan dari Informasi Publik ?
3. Bagaimana Peran Koordiansi dan Komunikasi dari Pelayanan Informasi
Publik ?
4. Bagimana Pelayanan Informais Publik berbasis E-Government ?

1.3 Manfaat

1. Agar dapat memahami penjelasan dari Pelayanan Informasi Publik.


2. Agar dapat memahami penjelasan dari Informasi Publik.
3. Agar dapat mengetahui bagaimana Peran Koordinasi dan Komunikasi dari
Pelayanan Informasi Publik.
4. Agar dapat memahami Pelayanan dari Layanan Informasi Publik berbasis
E-Government​.
Bab II
Pembahasan

2.1 Pelayanan Informasi Publik

Pelayanan merupakan sebagai aktivitas seseorang, sekelompok dan organisasi


baik langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan. Menurut para
ahli seperti :

Monir (2003:6) :

Pelayanan adalah proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara
langsung.

Kepmen PAN Nomor 25 Tahun 2004 ​:

Pelayanan adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh


penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima
pelayanan, maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Sedangkan, ​Informasi ​merupakan suatu keterangan, pernyataan, gagasan,


dan tanda mengandung nilai, makna baik data, fakta maupun penjelasannya yang
dapat dilihat dan didengar maupun dibaca yang dapat disajikan dalam berbagai
format sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara
elektronik maupun non elekronik.

Menurut George r. Terry, Ph. D. menyatakan bahwa “information is


meaningful data that conveys usable knowledge” (informasi adalah data yang
penting yang memberikan pengetahuan yang berguna). Selanjutnya di jelaskan
oleh beliau bahwa apakah informasi itu berguna atau tidak bergantung pada :

1. Tujuan si penerima

Apabila informasi itu tujuannya untuk memberi bantuan maka informasi itu
harus membantu si penerima dalam apa yang di usahakannya untuk
memperolehnya

2. Ketelitian penyampaian dan pengolahan data

Dalam menyampaikandan mengolah data, inti dan pentingnya informasi harus


di pertahankan

3. Waktu

Apakah informasi itu masih up-to-date?

4. Ruang atau tempat

Apakah informasi itu tersedia dalam ruangan atau tempat yang tepat ?

5. Bentuk

Dapatkah informasi itu di pergunakan secara efektif? Apakah informasi itu


menunjukan hubungan-hubungan yang di perlukan,
kecenderungan-kecendrungan, dan bidang-bidang yang memerlukan perhatian
managemen ? dan apakah informasi itu menekankan situasi-situasi yang ada
hubungannya?

6. Semantic

Apakah hubungan antara kata-kata dan arti yang di inginkan cukup jelas?
Apakah ada kemungkinan salah tafsir?

Adapun fungsi dari Informasi Fungsi utama informasi, dan arena itu fungsi
utama sistem informasi adalah ​to increase the knowledge or reduce the uncer tainty
of the user (menambah pengetahuan atau mengurangi ketidakpastian pemakai
informasi). Informasi yang di sampaikan kepada pemakai mungkin merupakan hasil
data yang di masukan ke dalam, dan pengolahan, suatu model keputusan. Akan tetapi,
dalam kebanyakan pengambilan keputusan yang kompleks, informasi hanya dapat
menambah kemungkinan kepastian atau mengurangi bermacam-macam pilihan.

Informasi yang di sediakan bagi pengambil keputusan memberikan suatu


kemungkinan factor risiko pada tingkat-tingkat pendapatan yang berbeda. Misalnya,
kemungkinan kegagalan dapat 0,75 terhadap tingkat pendapatan proyrk D. risiko
pada tingkat pendapatan ini mungkin terlalu besar bagi investasi khusus ini, dan
penanaman modal (investor) akan keluar. Sebaliknya, untuk suatu proyek E yang
berlainan, kemungkinan kegagalan adalah 0,35, yang mungkin cukup rendah bagi
investor untuk masuk. Seperti yang tampak dalam model sederhana ini, informasi
hanya dapat memberikan kemungkinan-kemungkinan, dan mungkin beberapa pilihan
pada tingkat-tingkat pendapatan yang berlainan. Oleh karena itu, fungsi informasi
adalah to reduce variety (mengurangi keanekaragaman). Suatu contoh yang lain
mengenai bagaimana bekerjanya fungsi ini.

Fungsi informasi adalah memberikan suatu dasar kemungkinan untuk


menanggapi seleksi kepada pengambil keputusan. Fungsi informasi tidak
mengarahkan pengambil keputusan. Fungsi informasi tidak mengarahkan pengambil
keputusan mengenai apa yang harus di lakukan, tetapi to reduce the variety and
uncertainty to evoke a knowledge decision (mengurangi keanekaragaman dan
ketidakpastian untuk menyebabkan diambilnya suatu keputusan yang baik).
Suatu informasi yang penting lainnya adalah to provide a set of standards,
measurement rules, and decision rules for the determination and dissemination of
error signals and feedback for control purposes (memberikan standar-standar,
aturan-aturan ukuran, dan aturan-aturan keputusan untuk penentuan dan penyebaran
tanda-tanda kesalahan dan umpan balik guna mencapai tujuan control). Dengan kata
lain, dengan mengaggap bahwa pengambil keputusan menanam modal dalam suatu
proyek, informasi di perlukan untuk membantu mengontrol pelaksanaan proyek.

Pada umumnya banyak bagian informasi yang mungkin berguna, dan dengan
cara apa saja dapat mempengaruhi tanggapan penerima informasi dalam suatu situasi
tertentu. Beberapa informasi dapat berasal dari pengamatan perseorangan beberapa
informasi lainnya dari percakapan dengan orang-orang lain dan dari rapat-rapat
panitia ; beberapa informasi lainnya lagi berasal luar seperti dari majalah-majalah,
media surat kabar, atau laporan-laporan pemerintah, dan beberapa lagi mungkin
berasal dari sistem informasi itu sendiri. Kita menekankan bahwa sistem informasi
hanya dapat memberikan sebagian dari informasi yang di pergunakan oleh pengambil
keputusan, dan bahwa informasi ini merupakan informasi formal dan dapat di
tentukan banyaknya. Pada umumnya sistem informasi hanya memberikan informasi
formal mengenai keadaan yang memberikan tingkat kemungkinan meramalkan yang
lebih besar kepada pemakai, baik mengenai kejadian maupun mengenai hasil kegiatan
(termasuk kegiatan pemakai sendiri) organisasi. Oleh karena itu informasi yang dapat
di tangani atau di hasilkan dalam fungsi organisasi dapat di tentukan banyaknya,
sangat penting.
Jelaslah bahwa agar informasi itu menjadi berguna harus di sampaikan
kepada orang yang tepat, pada waktu yang tepat, dan dalam bentuk yang tepat
pula. Tidak semua data merupakan informasi. Ada kantor-kantor yang
menyimpan data-data atau catatan-catatan yang sebenarnya tidak ada gunanya.
Sebaliknya ada informasi yang perlu di perlengkapi dengan data.

Menurut ​Gordon B. Davis ​menyatakan bahwa Informasi adalah data yang


telah diproses ke dalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi si penerima dan
mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu atau keputusan
mendatang.

Definisi Gordom B. Davis itu menunjukkan pengertian informasi yang


sempit, yakni pengertian informasi dalam hubungannya dengan kegiatan
manajemen.

Pelayanan publik menurut ​Sinambela (2005:5) ​adalah sebagai setiap kegiatan


yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap
kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan
menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara
fisik. Adapun menurut ​Agung Kurniawan (2005:6) ​mengatakan bahwa pelayanan
publik adalah pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau
masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan
aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

Bahwa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada rakyat terus


mengalami pembaruan, baik dari sisi paradigma maupun format pelayanan seiring
dengan meningkatnya tuntunan masyarakat dan perubahan di dalam pemerintah
itu sendiri. Meskipun demikian, pembaruan dilihat dari kedua sisi tersebut
belumlah memuaskan, bahkan masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang
tidak berdaya dan termarginalisasikan dalam kerangka pelayanan.

Pada dasarnya setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara


ekstrim dapat dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan
manusia. Masyarakat setiap waktu mnuntut pelayanan publik yang berkualitas
dari birokrat, meskipun tuntutan tersebut seiring tidak sesuai dengan harapan
dengan secara empiris pelayanan publik yang tejadi selama ini masih bercirikan
berbelit-belit, lambat, mahal, dan melelahkan. Kecenderungan seperti itu terjadi
karena masyarakat maish diposisikan sebagai pihak yang ‘’Melayani’’ bukan
yang ‘’Dilayani’’.

Pelayanan yang seharusnya ditunjukan pada masyarakat umum kadang dibalik


menjadi pelayanan masyarakat terhadap Negara, meskipun Negara berdiri
sesungguhnya adalah untuk kepentingan masyarakat yang mendirikannya.
Artinya, birokrat sesungguhnya haruslah memberikan pelayanan terbaiknya
kepada masyarakat. Dengan demikian, pelayanan publik adalah pemenuhan
keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara Negara.

Dalam hal keterbukaan informasi publik Negara pertama yang


memberlakukan adalah Swedia (Alamsyah Saragih: 2009). Bahkan untuk
mendukungnya, sejak tahun 2000, Swedia adalah Negara pertama di dunia yang
mengadopsi tata kelola pemerintahan secara elektronik atau yang dikenal dengan
E-Government. ​Kebijakan mengadopsi penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi tersebut digunakan untuk memperkuat demokrasi serta membantu
Swedia kea rah masyarakat yang berbagi informasi secara elektronik (Scott M
Cutlip:2007).
Melalui ICT terkini tersebut, masyarakat dapat saling berbagi dapat saling
berbagi informasi dan berkomunikasi dengan sesama warga dan dengan
pemerintah. Perkembangan keterbukaan informasi publik di Indonesia diawali
sejak tahun 2000 dalam bentuk kebijakan (Kebebasan Memperoleh Informasi
Publik). Perumusan dan penyusunan rancangannya melibatkan empat puluh
organisasi masyarakat sipil. Hingga Sembilan tahun pembahasan yang cukup
panjang dan sempat mengalami stagnasi, akhirnya tanggal 30 April 2008 Tentang
keterbukaan Informasi Publik.dalam rentang waktu yang sekian lama tersebut, di
beberapa daerah telah me-sahkan perda transparansi serta membentuk komisi
transfaransi sebagai upaya untuk mensupport kehadirannya. Dan setidanya
terdapat beberapa Kabupaten/Kota yang telah memiliki perda transparansi.
Diantaranya Kabupaten Lebak, Sragen, Kebumen, Solok, danb Surabaya.

Kehadiran suatu kebijakan berupa UU No.14/2008 banyak menimbulkan


‘’Kekhawatiran dan Kepanikan’’ sejumlah birokrasi di Badan Publik. Pertama,
informasi yang apabila diberikan secara terbuka kepada publik dapat
membahayakan Negara, menimbulkan persaingan usaha yang tidak sehat,
berkaitan dengan privasi seseorang, rahasia jabatan, serta belum dikuasainya, dan
didokumentasikannya informasi yang dibutuhkan masyarakat. Kedua ,terbukanya
masyarakat yang akan meminta informasi kepada instansi sesuai dengan
kebutuhan masing-masing. Informasi saja mulai dari Informasi sederhana seperti
pengurusan KTP, akte kelahiran hingga layanan yang paling berat dokumen
criminal oleh aparat atau bahkan masalah korupsi. Karena itu perlu adanya
pengembangan tata kelola sistem layanan informasi publik yang baik, akurat,
cepat, dan tepat.

Untuk mewujudkan layanan informasi publik yang berkualitas tersebut, perlu


adanya sinergi di antara badan publik yang memilki kewenangan serta
standarlisasi pelayanan. Tentu saja, prinsip penyelenggaraan yang berkualitas
harus tetap menjadi ​Frame Of Referent dan Framework. ​Kualitas tersebut tidak
hanya berkaitan dengan masalah-masalah teknis. Hal ini menjadi penting karena
akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas kinerja layanan
informasi yang diberikan setiap badan publik sebagai penyedia jasa informasi.

2.2 Informasi Publik

Dalam ranah politik, informasi memiliki arti penting dan peran strategis terutama
untuk menghadapi perubahan masyarakat yang serba cepat, situasi yang tidak pasti,
serta mengurangi anxiety (kecemasan). Bagi seseorang atau organisasi, informasi
dapat di gunakan untuk meningkatkan kemampuan diri, memberikan added value,
serta membantu untuk mengambil keputusan dalam mengembangkan masyarakat dan
lingkungan. Tanpa dukungan informasi, seseorang ataupun organisasi tidak akan
mungkin mampu mencapai tujuan yang telah di rencanakan.

Informasi bukannlah sekedar keterangan yang di berikan seseorang ataupun


badan public, informasi adalah fakta, data, berita-berita, atau keterangan-keterangan
yang telah diolah sebaik-baiknyaafar memiliki arti dan nilai penting bagi seseorang
atau organisasi. Informasi berbeda dengan data. Umumnya kita sering merancukan
kedua istilah tersebut. Zulkifli amsyah (2002:2) membedakan antara informasi dan
data. Informasi adalah data yang sudah di olah, di bentuk, atau di manipulasi sesuai
dengan keperluan tertentu. Data adalah fakta yang sudah di tulis dalam bentuk catatan
atau di rekam ke dalam berbagai bentuk media (computer). Sedangkan indrajit (2002)
mengungkapkan bahwa informasi adalah hasil dari pengolahan data yang secara
prinsip memiliki nilai atau value yang lebih bila di bandingkan dengan data mentah.
Data dapat di katakan memiliki nilai informasi bila ia dapat mempengaruhi perilaku
seseorang. Artinya, seseorang akan bergerak untuk berperilaku sesuai dengan maksud
dan tujuan. Berguna tidaknya informasi bergantung pada beberapa hal. Yakni tujuan
penerima; keliatan penyampaian dan pengolahan data ; waktu; ruang dan tempat;
bentuk (efektivitas, hubungan yang di perlukan, kecenderungan) dan bidang-bidang
yang memerlukan perhatian pimpinan organisasi/badan public serta kejelasan,
kesesuaian dengan tujuan, dan ketepatan sasaran.

Nilai manfaat informasi pun dapat di perhatikan kualitasnya. Salah satu


kriterianya adalah ketersediaan informasi itu sendiri. Bila informasi yang di butuhkan
oleh masyarakat tersedia dengan lengkap dan mudah untuk di peroleh, informasi
tersebut dapat terkategorikan sebagai available, informasi pun harus mudah di pahami
oleh siapapun, relevan dengan permasalahan yang hendak di pecahkan, dan
bermanfaat bagi yang mengaksesnya. Informasi juga harus tersedia agar tepat waktu,
terutama apablia yang membutuhkan ingin segera memecahkan permasalahan yang di
hadapi.

Sumber-sumber informasi harus dapat di andalkan (realibitas) kebenarannya


serta akurat. Maksudnya bahwa informasi sayogyanya bersih dari kesalahan, harus
jelas, dan secara tepat memiliki makna lugas dari data pendukungnya. Terakhir,
informasi tidak boleh mengandung kontradiksi dalam penyajiannya atau konsisten.
Ciri-ciri informasi sebagai sumber yang baik dan berkualitas tersebut dapat
memberikann manfaat tidak hanya bagi seseorang, masyarakat, tetapi juga organisasi
profit ataupun nonprofit. Karenanya informasi tersebut harus di kelola dan di simpan
dengan baik sehingga mudah di telusuri jika di perlukan. Kualitas informasi tersebut
tentu akan sangat membantu bagi pengakses dalam mengambil sebuah keputusan
yang cepat, tepat, rasional, dan bijak. Pula tidak lagi mendasarkan diri pada hal-hal
yang bersifat intuitif ataupun berdasarkan pengalaman belaka. Meskipun yang kedua
ini terkadang di perlukan sebagai dasar pijakan sebagai bahan pertimbangan.
Begitu pentingna informasi public, setiap orang berhak untuk mengaksesnya.
Terlebih lagi bahwa hak seseorang untuk memperoleh informasi public tersebut telah
dijamin dan di atur dalam undang-undang dasar 1945 hasil amandemen II pasal 28F
serta undang-undang keterbukaan informasi public no. 14 /2008. Bahwa hak
memperoleh informasi public merupakan hak asasi manusia.

Informasi Publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola,


dikirim dan diterima oleh suatu badan publik yang berkaitan dengan penyelenggara
dan penyelenggaraan Negara dan penyelenggara dan penyelenggaraan Badan Publik
lainnya yang sesuai dengan Undang-undang ini serta informasi lain yang berkaitan
dengan kepentingan publik.

Undang-undang No.14 tahun 208 tentang Keterbukaan Informasi Publik


adalah salah satu produk hukum Indonesia yang dikeluarkan dalam tahun 2008 dan di
undangkan pada tanggal 30 April 2008 dan mulai berlaku dua tahun setelah di
undangkan. Undang-undang yang terdiri dari 64 pasal ini pada intinya memberikan
“Kewajiban kepada setiap Badan Publik untuk membuka akses bagi setiap pemohon
informasi publik untuk mendapatkan informasi publik, kecuali beberapa informasi
tertentu.’’

Tujuan dari Undang-undang tersebut antara lain :

1. Menjamin hak warga Negara untuk mengetahui rencana pembuatan kebijakan


publik, program kebijakan publik, dan proses pengambilan keputusan publik,
serta alasan pengambilan suatu keputusan publik.
2. Mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan
publik.
3. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik
dan pengelolaan Badan Publik yang baik.
4. Mewujudkan penyelenggaraan Negara yang baik, yaitu yang transparan,
efektif, dan efisien, akuntabel serta dapat dipertanggungjawabkan.
5. Mengetahui alasankebijakan publik yang memengaruhi hajat hidup orang
banyak.
6. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
7. Meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di lingkungan Badan
Publik untuk menghasilkan layanan informasi yang berkualitas.

Salah satu sumber atau penyedia Informasi Publik tersebut adalah badan atau
sector. Keterbukaan dan transparansi informasi pada sector atau badan public di atur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Publik. Hak warga Negara untuk memperoleh informasi publik di jamin
oleh UUD, yaitu tercantum pada pasal 28F yang berbunyi :

“Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk


mengembangkan pribadi dan lingkungan socialnya, serta berhak untuk mencari,
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia”.

Penyajian Informasi Publik adalah yang bersifat sertamenta dan setiap saat.
Pasal 10 menyatakan bahwa badan public wajib mngumumkan secara sertamenta
suatu informasi yang dapat mengancam hajat hidup orang banyak dan ketertiban
umum. Kewajiban menebar luaskan informasi public tersebut di sampaikan dengan
cara yang mudah di jangkau oleh masyarakat dan dalam bahasa yang mudah di
pahami.

Jenis informasi yang wajib tersedia setiap saat di atur dalampasal 11 ayat 1
yang menyatakan bahwa badan public wajib menyediakan informasi public setiap
saatyang meliputi:
1. Daftar seluruh informasi public yang berada di bawah penguasaannya, tidak
termasuk informasi yang di kecualikan.
2. Hasil keputusan badan public dan pertimbangannya
3. Seluruh kebijakan yang ada berikut dokumen pendukungya
4. Rencana kerja proyek termasuk di dalamnya perkiraan pengeluaran tahunan
badan public
5. Perjanjian badan public dengan pihak ketiga
6. Informasi dan kebijakan yang di sampaikan pejabat public dalam pertemuan
yang terbuka untuk umum
7. Prosedur kerja pegawai badan public yang berkaitan dengan pelayanan
masyarakat
8. Laporan mengenai pelayanan aksesinformasi public sebagaimana di atur
dalam undang-undang

Badan usaha milik negara (BUMN) merupakan badan public yang juga harus
mematuhi UUKIP, dan di atur tersendiri pasal 14. Informasi public yang wajib di
sediakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah dan badan usaha
lainnya yang di miliki oleh negara dalam undang-undang ini adalah:

1. Nama dan tempat kedudukan, maksud dan tujuan serta jenis kegiatan usaha,
jangka waktu pendirian, dan permodalan, sebagaimana tercantuk dalam
anggaran dasar.
2. Nama lengkap pemegang saham anggota direksi, dan anggota dewan
komisaris perseroan.
3. Laporan tahunan, laporan keuangan, neraca laporan laba rugi, dan laporan
tagging jawab social perusahaan yang telah di audit.
4. Hasil penilaian oleh auditor eksternal lembaga pemeringkat kredit dan
lembaga pemerigkat lainnya.
5. System dan alokasi dana remunerasi anggota komisaris atau dewan pengawas
dan direksi.

Salah satu amanat dari UUKIP adalah pembentukan komisi informasi yang
juga merupakan public, yang di bentuk di tingkat pusat dan di setiap propinsi.
Pengaturan tentang komisi informasi tersebut tercantum pada bab VII pada UUKIP,
yang terdiri dari pasal 23-34. Komisi informasi adalah lembaga mandiri yang
berfungsi menjalankan undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya menepatkan
petunjuk teknis standar layanan informasi public dan menyediakan sengketa
informasi public melalui mediasi dan ajudikasi dan non litigasi.

2.3 Badan Publik, Peran koordinasi dan Komunikasi

Berkepentingan dalam memberikan layanan informasi yang berkualitas


kepada publik yaitu Badan Publik. Badan Publik adalah semua lembaga publik yang
penyelenggaraannya mendapatkan dana yang bersumber dari sebgaian atau seluruh
APBN dan APBD, sumbangan masyarakat, dan luar negeri. Partai politik pun
termasuk bagian dari Badan Publik. Ia juga berkewajiban untuk memberikan
informasi yang berkaitan dengan kewenangannya.

Mekanisme untuk mendapatkan layanan informasi, setiap badan publik


haruslah tetap memprioritaskan kualitas informasi dan pelayanan. Dan secara teknik,
kualitas pelayanan juga mengedepankan prinsip cepat, tepat waktu, sederhana, dan
biaya ringan.untuk mewujudkan layanan yang berkualitas, ketentuan dalam Pasal 13
UU KIP mengisyaratkan bahwa setiap badan publik menunjuk Pejabat Pengelola
Informasi dan Dokumentasi (PPID) dengan tugas mengembangkan sistem penyediaan
layanan yang terstandardisasikan secara nasional.
Ada delapan prinsip dalam memberikan suatu layanan informasi publik. Antara
lain :
1. Fokus kepada kepuasan pelanggan.
2. Kepemimpinan untuk menyatukan pemahaman tentang peran dan arah
pengembangan pelayanan informasi.
3. Pendekatan proses dengan memperhatikan keterkaitan dengan pemasok
informasi.
4. Keterlibatan SDM di semua tingkatan organisasi.
5. Penggunaan pendekatan sistem dalam manajemen.
6. Penerapan perbaikan berkelanjutan.
7. Pengambilan keputusan berbasis fakta.
8. Hubungan saling menguntungkan dengan pemasok informasi (Imam
Sudarwo, 2006)

Lembaga Layanan Informasi juga harus mampu memenuhi persyaratan umum, yaitu :

1. Mengidentifikasikan proses sistem manajemen mutu yang diperlukan serta


menerapkannya ke seluruh organisasi.
2. Menentukan interaksi dan urutan dari proses tersebut.
3. Menerapkan kriteria dan metode untuk menjamin efektivitas operasi dan
pengendalian proses tersebut.
4. Menjamin ketersediaan sumber daya dan informasi untuk mendukung
operasi dan monitoring proses tersebut.
5. Melaksanakan pemantauan, penilaian, dan analisis kerja tersebut.
6. Melaksananakan tindakan untuk menjamin pencapaian rencana dan
perbaikan berkelanjutan.
Tolak ukur puas tidaknya warga terhadap layanan informasi tergantung kualitas
layanan yang diberikan badan publik. Unsur dasar pengukuran kualitas dan kepuasan
masyarakat antarar lain :

1. Kemudahan prosedur serta kesederhanaan masyarakat.


2. Kesesuaian persyaratan pelayanan dengan jenis pelayanan.
3. Kejelasan petugas pelayanan baik nama, jabatan, maupun kewenangan dan
tanggung jawabnya.
4. Kedisiplinan dan kesungguhan petugas petugas dalam memberikan pelayanan,
dilihat dari konsistensi waktu kerja dalam pelayanan.
5. Kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan
dan penyelesaian pelayanan.
6. Kemampuan keahlian keterampilan petugas dalam memberikan pelayanan.
7. Target waktu yang telah ditentukan untuk dapat memberikan dan
menyelesaikan pelayanan.
8. Memberikan rasa keadilan kepada masyarakat yang memiliki golongan dan
status yang berbeda.
9. Kesopanan dan keramalan petugas dalam memberikan layanan.
10. Kewajaran dan kepastian.
11. Kenyaman lingkungan dalam memberikan layanan.

Dalam UU No.14/2008 disebutkan bahwa pengumpulan dan pengelolaan


informasi diperlukan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi di
masing-masing dinas yang ada di wilyah tersebut. Terdapat dua kutub yang saling
bertentangan dalam layanan informasi namun saling melengkapi, yaitu kutub manual
dan kutup elektronik. Kutub elektronik lebih mengedepankan layanan informasi lewat
media internet atau yang dikenal dengan e-government. Lewat media e-government,
semua informasi dapat diunduh masyarakat tanpa hrus melakukan antrian panjang
dan direpotkan oleh birokrasi yang berbelit-belit serta tidak tersekat oleh batasan
ruang dan waktu.

a. Badan Publik

Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislative, yudikatif dan badan lain
yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja
negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah. Ataupun oganisasi non
pemerintah sepanjang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja Negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah,
sumbangan masyarakat, dan luar negeri.

Badan Publik di gunakan dalam Undang-Undang keterbukaan Informasi


Publik (UU No. 14 Tahun 2008) yang mengatur hak dan kewajiban badan publik
dalam menyediakan akses informasi public bagi masyarakat, termasuk sanksi bagi
badan publik apabila tidak memberikan informasi tersebut sesuai aturan.

b. Peran Koordinasi

Dalam Kamus KBBI Koordinasi adalah Perihal megatur suatu organisasi atau
kegiatan sehingga peraturan dan tindakan yang akan dilaksanakan tidak saling
bertentangan atau simpang siur.

Menurut para ahli :

Menurut Hasibuan (2006:85)


“Koordinasi adalah kegiatan mengarahkan, mengintergrasikan, dan
mengkoordinasikan unsur-unsur manajemen dan pekerjaan-pekerjaan para bawahan
dalam mencapai tujuan Organisasi’’.

Menurut Handoko (2003:195)

‘’Koordinasi adalah proses pengintergrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada


satuan-satuan yang terpisah pada waktu organisasi untuk mencapai tujuan secara
efisien dan efektif.

Menurut Terry

‘’Koordinasi adalah suatu sinkronisasi yang tertib dalam upaya untuk memberikan
jumlah yang tepat, waktu dan mengarahkan pelaksanaan yang mengakibatkan
harmonis dan tindakan terpadu untuk tujuan lain.’’

Koordinasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pihak yang sederajat
umtuk saling memberikan informasi dan bersama mengatur atau menyepakati
sesuatu, sehingga di satu sisi proses pelaksanaan tugas dan keberhasilan pihak yang
satu tidak menganggu proses pelaksanaan tugas dan keberhasilan pihak yang lainnya.
Sementara pada sisi lain yang satu langsung atau tidak langsung mendukung pihak
lain.

Pandangan mengenai koordinasi ini menarik perbedaan antara koordinasi


dengan kerja sama. Kerja sama diartikan sebagai aksi atau orang lain menuju tujuan
bersama. Maka koordinasi diartikan sebagai kewenangan untuk menggerakan,
menyelaraskan, menyerasikan, menyeimbangkan kegiatan-kegiatan yang spesfik atau
berbeda. Koordinasi dilakukan guna mengurangi dampak negative sebagai
spesialisasi dan mengefektifkan pembagian kerja.
Tujuan koordinasi ini untuk menciptakan dan memellihara efektivitas
organisasi setinggi mungkin melaui sinkronisasi, penyerasian, kebersamaan dan
keseimbangan antara berbagai kegiatan dependen suatu organisasi, serta mencegah
konflik dan menciptakan efesiensi setinggi-tingginya disetiap kegiatan interdependen
yang berbeda-beda melalui kesepakatan yang mengikat semua pihak yang
bersangkutan.

Peran koordinasi adalah berupaya membuat struktur dan memfasilitasi


transaksi antar bagian yang saling bergantung. Terciptanya koordinasi yang baik antar
unit atau departemen dapat meminimalisir terjadinya kesalahan dan konflik sehingga
proses kegiatan dapat dengan efektif.

​Prinsip-prinsip Koordinasi

1. Komunikasi
Komunikasi berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan,
pergaulan dan hubungan. Komunikasi yang etrjalin dalam rangka koordinasi
harus menciptakan hubungan yang produktif. Komunikasi dilakukan secara
formal dan informal,komunikasi organisasi dan individu, komunikasi
eksternal dan internal. Hubungan yang produktif hasil komunikasi yang
efektif akan sangat membantu keberhasilan proyek perubahan.
2. Integrasi
Integrasi merupakan suatu usaha untuk menyatikan tindakan-tindakan
berbagai badan, instansi, unit, sehingga merupakan sauatu kebulatan
pemikiran dan kesatuan tindakan yang terarah pada suatu sasaran yang telah
ditentukan dan disepakati bersama.
3. Sinkronisasi
Sinkronisasi adalah suatu usaha untuk menyesuaikan, menyelaraskan
kegiatan, tindakan dan unit sehingga diperoleh keserasian dalam pelaksanaan
tugas atau kerja. Keserasian dalam pelaksanaan tugas mampu mempermudah
penerapan kordinasi di suatu organisasi.
4. Simplifikasi
Simplifikasi dimaksudkan adalah bahwa perumusan organisasi yang ada harus
mampu dijabarkan secara sederhana, mudah dipahami oleh masing-masing
unit akan mengkoordinasikan tentang tugas dan pelaksanaanya kepada
masing-masing bagian yang ada.

c. Komunikasi

Informasi tak mungkin lepas dari komunikasi sebagai proses penyampainnya


oleh seseorang kepada orang lain. Laswell menegaskan bahwa cara yang terbaik
untuk menerangkan Komunikasi ialah menjawab pertanyaan.

2.4 Layanan Informasi Berbasis E-Government

​Melalui konvergensi teknologi komunikasi, fasilitas pelancaran arus


informasi antarlembaga ublik dapat membentuk sebuah jaringan dan koordinasi
dalam pemyediaan dan pelayanan informasi publik. Yang terpenyting dalam layanan
informais publik adalah tidak hanya sekedar di-displaykan memalui media
elektronik, e-government, ataupun lainnya tetapi juga harus bisa direspon jika ada
konstituen (pengakses resmi)_ yang meminta jasa layanan informasi tersebut. Dalam
konteks ini, ada semacam proses interaksi antara pihak pemberi dan penerima yang
dapat dinikmati masyarakat pengguna jasa. Semua harus berjalan secara kontinum
dan memliki nilai plus yakni aman, mudah, dan murah.
Mekanisme untuk mendapatkan informasi haru jelas jangka waktunya, cepat,
sederhana, dan murah. Informasi yang disampaikan harus proaktif. Serta tidak
tersekat-sekat oleh batasan organisasi dan kewenangan birokrasi. Dan tugas setiap
badan publik dalam konteks pelayanan prima harus mampu memberikan kepuasan
kepada costumer (publik) dalam memperoleh informais.

Untuk memenuhi tuntunan transfaransi serta pelayanan publik yang cepat,


mudah, murah dan tidak berbelit-belit menuju Good Governance (Pemerintahan yang
bersih), pemerintah mengeluarkan INPRES Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan
dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government. INPRES tersebut antara
lain menginstruksikan kepada gubernur dan bupati atau walikota di selutuh Indonesia
untuk mengambil langkah- langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi dan
kewenangan masing-masing guna terlaksananya program pengembanagan
e-Government secara nasional (Kasiyanto, 2004:64)

Hadirnya konvergensi teknologi informasi dalam paradigma e-Government


dapat memberikan kemudahan-kemudahan serta memampukan masyarakat untuk
memperoleh informasi ataupun berkomunikasi secara interaktif. Dalam hal ini
kualitas dan produktivitas menjadi sanagt penting bagi masyarakat. Kemudahan
aksesibilitas informasi yang tanpa batasan ruang dan waktu tersebut dapat mendorong
masyarakat untuk berpartisipasi dalam meningkatkan pelayanan publik yang
berkualitas serta mengatasi permasalahan pembangunansecara inovatif. Karenanya,
segala aktivitas birokrasi harus dapat diketahui publik secara luas termasuk informasi
yang tidak boleh dikuasai dan disembunyikan oleh badan publik. Badan publik harus
mampu memberikan akses dan menyediakan informasi bagi masyarakat baik diminta
ataupun tidak.
Pemerintah sanagat menyadari hal ini. Karena itu pemerintah menempuh
berbagai upaya. Antara lain dengan menerapkan sistem elektronik (e-Government)
atau pemerintahan berbasis elektronik. Dengan pola ini, pemerintahan tradisional
(Tradicional government) yang identik dengan paper-based administration maupun
pengerjaan secara manual mulai di tinggalkan.

Menurut World Bank, E-Government adalah penggunaan teknologi informasi


(seperti Wide Area Network, Internet dan Mobile Computing) oleh pemerintah untuk
mentransformasikan hubungan dengan masyarakat, dunia bisnis danpihak yang
berkepentingan. Dalam prakteknya, e-Government adalah penggunaan internet untuk
melaksanakan urusan pemerintah dan penyediaan pelayanan publik yang lebih baik
cara yang berorientasi pada pelayanan masyarakat.

Setidaknya implementasi e-Government dapat menciptakan pelayanan publik


secara online atau berbasis komputerisasi. Memberikan pelayanan tanpa adanya
intervensi pegawai institusi publik, dan memangkas sistem aantrian yang panjang
hanya untuk mendapatkan suatu pelayanan yang sederhana. Selain itu, e-government
juga dimaksudkan untuk mendukung pemerintahan yang baik (Good Governance).
Penggunaan teknologi yang mempermudah masyarakat untuk mengakses informasi
dapat mengurangi korupsi sehingga dengan cara meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas lembaga publik.

Layanan publik berbasis e-government juga dapat memperluas partisipasi


publik dimana masyarakat dimungkinkan untuk terlibat aktif dalam pengambilan
keputusan maupun kebijakan oleh pemerintah, memperbaiki produktivitas dan
efisiensi birokrasi serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Di Indonesia, inisiatif e-Government telah diperkenalkan melalui Intruksi


Presiden Nomor 6 Tahun 2001 tentang Telematika (Telekominikasi, Media, dan
Informatika). Dalam intruksi tersebut dinyatakan bahwa aparat pemerintah harus
menggunakan teknologi telematika untuk mendukung Good Governance dan
mempercepat proses demokrasi.

E-Government wajib diperkenalkan untuk tujuan yang berbeda-beda dikantor


pemerintahan. Administrasi publik adalah salah satu area dimana internet dapat di
gunakan untuk menyediakan akses bagi semua masyarakat berupa pelayanan yang
mendasar dan mensimflikasi hubungan antar masyarakat dan pemerintah.
E-Government dengan menyediakan pelayanan melalui internet dapat dibagi dalam
beberapa tingkatan yaitu penyediaan informasi, interaksi satu arah, interaksi dua arah,
dan transaksi yang berarti pelayanan elektronik secara penuh.

Interaksi satu arah bisa berupa fasilitas men-download formulir yang


dibutuhkan. Pemroresan atau pengumpulan formulir secara online merupakan contoh
interaksi dua arah. Sedangkan pelayanan elektronik penuh berupa pengambilan
keputusan dan delivery (Pembayaran).

Terdapat dua model layanan informasi publik yang dapat diguanakan oleh
setiap badan publik untuk memberikan layanan informasi. Yaitu model manual dan
elektronik. Prinsip yang harus tetap dikedepankan adalah kualitas informasi itu
sendiri dan pelayanan. Model elektronik government tidaklah harus berupa CMC
(Communication Mediated Computer) tetapi dapat diawali dengan teknologi yang
familiar dengan masyarakat, seperti telepon ataupun HP. Yang terpenting lagi adalah
peran koordinasi dan kerjasama dalam agregasi, pengelolaan, dan diseminasi
informasi yang dilakukan oleh badan publik. Pola koordinasi dan kerjasama tersebut
tidak hanya sebatas pada hubungan kerja tetapi harus sebagai sistem yang holistic.
Administrasi publik adalah salah satu area dimana internet dapat digunakan
untuk menyediakan akses bagi semua masyarakat berupa pelayanan yang mendasar
mensimflikasi hubungan antar masyarakat dan pemerintah.

Bab III

Penutup

3.1 Kesimpulan

Setiap manusia membutuhkan pelayanan, bahkan secara ekstrim dapat


dikatakan pelayanan tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia.
Masyarakat setiap waktu mnuntut pelayanan publik yang berkualitas dari birokrat,
meskipun tuntutan tersebut seiring tidak sesuai dengan harapan dengan secara
empiris pelayanan publik yang tejadi selama ini masih bercirikan berbelit-belit,
lambat, mahal, dan melelahkan. Kecenderungan seperti itu terjadi karena
masyarakat maish diposisikan sebagai pihak yang ‘’Melayani’’ bukan yang
‘’Dilayani’’.

Hadirnya konvergensi teknologi informasi dalam paradigma e-Government


dapat memberikan kemudahan-kemudahan serta memampukan masyarakat untuk
memperoleh informasi ataupun berkomunikasi secara interaktif. Dalam hal ini
kualitas dan produktivitas menjadi sanagt penting bagi masyarakat. Kemudahan
aksesibilitas informasi yang tanpa batasan ruang dan waktu tersebut dapat
mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam meningkatkan pelayanan
publik yang berkualitas serta mengatasi permasalahan pembangunansecara
inovatif.

Daftar Pustaka

Deddy Mulyadi 2016 Edisi Revisi. ​Studi Kebijakan Publik dan Pelayanan Publik
Bandung: Alfabeta

Harbani Pasalong 2013. ​Teori Administrasi Publik. ​Bandung : Alfabeta


Moekijat. ​Pengantar Sistem Informasi Manajemen. ​Bandung : PT Remaja
Rosdakarya

Onong Uchjana Effendy 1996. ​Sistem Informasi Publik. ​Bandung : Mandar Maju

Ppid.bpsdm.jatengprov.go.id

Ppidjepara.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai