Anda di halaman 1dari 17

BAB II

ISI

2.1 Amonia Nitrat (NH4NO3)


Amonium nitrat dengan rumus kimia NH4NO3 merupakan padatan
berwarna putih berupa kristal yang mudah menyerap air (higroskopis).
Sebagian besar produk amonium nitrat digunakan sebagai bahan peledak dan
sebagian kecil digunakan sebagai campuran pupuk dan pembius. Amonium
nitrat merupakan bahan dasar pupuk nitrogen, di Amerika, 90% hasil produksi
amonium nitrat digunakan sebagai pupuk. Selain itu dapat, sebagai oxygen
agent, sebagai bahan dasar N2O (nitrous oxide). Amonium nitrat digunakan
untuk keperluan bahan peledak yang dibutuhkan oleh perusahaan
pertambangan, seperti perusahaan pertambangan batu gunung, batu kapur, dan
lain-lain.
Unsur nitrogen terdapat di atmosfer dan menyusun sebanyak 78% dari
volumenya, tetapi karena kelembaman nitrogen, senyawa-senyawa nitrogen
tidak banyak terdapat di alam. Metode untuk menyintesis senyawa-senyawa
nitrogen yang dikenal sebagai fiksasi nitrogen buatan, merupakan proses
industri yang sangat penting. Metode utama adalah mereaksikan nitrogen dan
hidrogen membentuk amonia. Amonia selanjutnya diubah menjadi senyawa
nitrogen lainnya, seperti asam nitrat dan garam nitrat. Pupuk urea (CO(NH2)2)
merupakan bahan kimia yang terbentuk melalui reaksi NH3 dengan CO2.
Reaktor yang menghasilkan amonium nitrat sering disebut juga sebagai
neutralizer karena reaksi pembentukan amonium nitrat merupakan salah satu
reaksi netralisasi (penetralan asam dengan basa atau sebaliknya). Proses
pembuatan amonium nitrat biasanya dibedakan berdasarkan kondisi dari
reaktor dan evaporator yang digunakan.

2.2 Proses Pembuatan Amoniak


Bahan baku pembuatan amoniak adalah gas bumi yang diperoleh dari
Pertamina dengan komposisi utama Methane (CH4) sekitar 70 % dan Carbon
Dioksida (CO2) sekitar 10 %. Steam atau uap air diperoleh dari air sungai Musi
setelah mengalami suatu Proses Pengolahan tertentu di Pabrik Utility.
Sedangkan udara diperoleh dari lingkungan, dimana sebelum udara ini
digunakan sebagai udara proses, ditekan terlebih dahulu oleh kompressor udara.
Secara garis besar Proses dibagi menjadi 4 Unit, dengan urutan sebagai berikut
:

1. Feed Treating Unit


2. Reforming Unit
3. Purification & Methanasi
4. Compression Synloop & Refrigeration Unit.

Untuk proses di tiap unit dapat dilihat pada penjelasan di bawah


ini :
2.2.1 Feed Treating Unit
Gas alam yang masih mengandung kotoran (impurities), terutama
senyawa belerang sebelum masuk ke Reforming Unit harus
dibersihkan dahulu di unit ini, agar tidak menimbulkan keracunan
pada Katalisator di Reforming Unit. Untuk menghilangkan
senyawa belerang yang terkandung dalam gas alam, maka gas
alam tersebut dilewatkan dalam suatu bejana yang disebut
Desulfurizer. Gas alam yang bebas sulfur ini selanjutnya dikirim
ke Reforming Unit. Jalannya proses melalui tahapan berikut :
a. Sejumlah H2S dalam feed gas diserap di Desulfurization
Sponge Iron dengan sponge iron sebagai media penyerap.
Persamaan Reaksi :
Fe2O3.6H2O + H2S → Fe2S3 6 H2O + 3 H2O
b. CO2 Removal Pretreatment Section Feed Gas dari Sponge Iron
dialirkan ke unit CO2 Removal Pretreatment Section Untuk
memisahkan CO2 dengan menggunakan larutan Benfield
sebagai penyerap. Unit ini terdiri atas CO2 absorber tower,
stripper tower dan benfield system.
c. ZnO Desulfurizer. Seksi ini bertujuan untuk memisahkan
sulfur organik yang terkandung dalam feed gas dengan cara
mengubahnya terlebih dahulu mejadi Hydrogen Sulfida dan
mereaksikannya dengan ZnO. Persamaan Reaksi :
H2S + ZnO → ZnS + H2O
2.2.2 Reforming Unit
Di Reforming Unit gas alam yang sudah bersih dicampur
dengan uap air, dipanaskan, kemudian direaksikan di Primary Reformer,
hasil reaksi yang berupa gas-gas Hydrogen dan Carbon Dioksida dikirim ke
Secondary Reformer dan direaksikan dengan udara sehingga dihasilkan gas-
gas Hidrogen , Nitrogen dan Karbon Dioksida Gas-gas hasil reaksi ini
dikirim ke Unit Purifikasi dan Methanasi untuk dipisahkan gas karbon
dioksidanya. Tahap-tahap reforming unit adalah sebagai berikut :
a. Primary Reformer Seksi ini bertujuan untuk mengubah feed
gas menjadi gas sintesa secara ekonomis melalui dapur
reformer dengan tube-tube berisi katalis nikel sebagai media
kontak feed gas dan steam pada temperature (824 oC)dan
tekanan (45 – 46 kg/cm2) tertentu . Adapun kondisi operasi
acuan adalah perbandingan steam to carbon ratio 3,2 : 1.
Persamaan Reaksi :
CH4 + H2O → CO + 3 H2 ∆H = - Q
CO + H2O → CO2 + H2 ∆H = + Q
Secara overall reaksi yang terjadi adalah reaksi endothermic
sehingga membutuhkan burner dan gas alam sebagai fuel.
b. Secondary Reformer Gas yang keluar dari primary reformer
masih mengandung kadar CH4 yang cukup tinggi, yaitu 12 –
13 %, sehingga akan diubah menjadi H2 pada unit ini dengan
perantaraan katalis nikel pada temperature 1002,5 oC.
Persamaan Reaksi :
CH4+H2O → 3 H2 + CO
Kandungan CH4 yang keluar dari Secondary reformer ini diharapkan
sebesar 0.34 % mol dry basis. Karena diperlukan N2 untuk reaksi
pembentukan Amoniak maka melalui media compressor dimasukkan
udara pada unit ini. Persamaan Reaksi :
2H2 + O2 → 2H2O
CO + O2 → 2CO2
c. Purification & Methanasi Karbon dioksida yang ada dalam gas hasil
reaksi Reforming Unit dipisahkan dahulu di Unit Purification, Karbon
dioksida yang telah dipisahkan dikirim sebagai bahan baku Pabrik
Urea. Sisa Karbon dioksida yang terbawa dalam gas proses, akan
menimbulkan racun pada katalisator Ammonia Converter, oleh karena
itu sebelum gas proses ini dikirim ke Unit Synloop & Refrigeration
terlebih dahulu masuk ke Methanator.
d. High Temperature Shift Converter (HTS) Setelah mengalami reaksi
pembentukan H2 di Primary dan Secondary Reformer maka gas proses
didinginkan hingga temperature 371 oC untuk merubah CO menjadi
CO2 dengan persamaan reaksi sebagai berikut :
CO + H2O → CO2 + H2
Kadar CO yang keluar dari unit ini adalah 3,5 % mol dry basis dengan
temperature gas outlet 432 oC- 437 oC.
e. Low Temperature Shift Converter (LTS) Karena tidak semua CO
dapat dikonversikan menjadi CO2 di HTS, maka reaksi tersebut
disempurnakan di LTS setelah sebelumnya gas proses didinginkan
hingga temperature 210 oC. Diharapkan kadar CO dalam gas proses
adalah sebesar 0,3 % mol dry basis.
f. CO2 Removal Karena CO2 dapat mengakibatkan degradasi di
Amoniak Converter dan merupakan racun maka senyawa ini harus
dipisahkan dari gas synthesa melalui unit CO2 removal yang terdiri
atas unit absorber, striper serta benfield system sebagai media
penyerap. System penyerapan di dalam CO2 absorber ini berlangsung
secara counter current, yaitu gas synthesa dari bagian bawah absorber
dan larutan benfield dari bagian atasnya. Gas synthesa yang telah
dipisahkan CO2-nya akan keluar dari puncak absorber, sedangkan
larutan benfield yang kaya CO2 akan diregenerasi di unit CO2 stripper
dan dikembalikan ke CO2 absorber. Sedangkan CO2 yang dipisahkan
digunakan sebagai bahan baku di pabrik urea. Adapun reaksi
penyerapan yang terjadi :
K2CO3 + H2O + CO2 → 2KHCO3
g. Methanasi
Gas synthesa yang keluar dari puncak absorber masih mengandung
CO2 dan CO relative kecil, yakni sekitar 0,3 % mol dry basis yang
selanjutnya akan diubah menjadi methane di methanator pada
temperature sekitar 316 oC. Persamaan Reaksi :
CO + 3H2 → CH4 + H2O
CO2 + 4H2 → CH4 + 2H2O
2.2.3 Synthesa loop dan Amonik Refrigerant Gas
Proses yang keluar dari Methanator dengan perbandingan Gas Hidrogen
dan Nitrogen = 3 : 1, ditekan atau dimampatkan untuk mencapai tekanan yang
diinginkan oleh Ammonia Converter agar terjadi reaksi pembentukan, uap ini
kemudian masuk ke Unit Refrigerasi sehingga didapatkan amoniak dalam fasa
cair yang selanjutnya digunakan sebagai bahan baku pembuatan urea. Tahap-
tahap poses Synthesa loop dan Amonik Refrigerant adalah :
a. Synthesis Loop Gas, synthesa yang akan masuk ke daerah ini harus
memenuhi persyaratan perbandingan H2/N2 = 2,5 – 3 : 1. Gas
synthesa pertama-tama akan dinaikkan tekanannya menjadi sekitar
177.5 kg/cm2 oleh syn gas compressor dan dipisahkan kandungan
airnya melalui sejumlah K.O. Drum dan diumpankan ke Amoniak
Converter dengan katalis promoted iron. Persamaan Reaksi :
3H2 + N2 → 2NH3 .
Kandungan Amoniak yang keluar dari Amoniak Converter adalah
sebesar 12,05-17,2 % mol.
b. Amoniak Refrigerant. Amoniak cair yang dipisahkan dari gas
synthesa masih mengandung sejumlah tertentu gas-gas terlarut. Gas-
gas inert ini akan dipisahkan di seksi Amoniak Refrigerant yang
berfungsi untuk Mem-flash amoniak cair berulang-ulang dengan cara
menurunkan tekanan di setiap tingkat flash drum untuk melepaskan
gas-gas terlarut, sebagai bagian yang integral dari refrigeration,
chiller mengambil panas dari gas synthesa untuk mendapatkan
pemisahan produksi amoniak dari Loop Synthesa dengan
memanfaatkan tekanan dan temperature yang berbeda di setiap
tingkat refrigeration.
2.2.4 Produk Amoniak
Produk Amoniak yang dihasilkan terdiri atas dua, yaitu Warm
Ammonia Product (30 oC) yang digunakan sebagai bahan baku untuk
pabrik urea, Cold Ammonia Product (-33 oC) yang disimpan dalam
Ammonia Storage Tank.

2.3 Sifat kimia dan fisika amoniak


Sifat Fisika Sifat Kimia
1. Bentuk fisik : Cair Berbau menyengat
2. Berat molekul : 35,05 g/mol Tidak berwarna
3. Titik didih : -33,4 oC Larut dalam air
4. Titik beku : -69,2 oC Memiliki pH 11,6
5. Densitas : 0,898 g/cm3 Merupakan produk stabil

Sifat Fisika Amonia


 Amonia dalam suhu kamar berwujud gas yang tidak berwarna.
 Memiliki bau yang sangat menyengat dan mempunyai rasa seperti logam
alkali atau sabun. Ketika dihirup bisa membua air mata mengalir.
 Lebih ringan dari udara sehingga akan bergerak ke atas pada keadaan
normal. Gas ini sering jatuh ke bawah dan terakumulasi bersama air hujan.
 Amonia larut dalam air. Perbandingannya 1 liter air berbanding dengan 1300
liter volume gas amonia. Karena kelarutannya dalam air sangat tinggi gas ini
jarang dijumpai di atas permukaan air.
 Gas amonia dapat dengan mudah diubah wujudnya ke cair dengan
mengkondisikannya pada tekanan 8 sampai dengan 10 atmosfer (atm).
 Gas amonia mendidih pada suhu 239º K (-35º C) pada tekanan 1 atm.

Sifat Kimia Amonia


 Stablilitas Termal
Amonia termasuk senyawa yang sangat stabil. Akan tetapi ia masih dapat
diuraikan atau didekomposisi menjadi unsur nitrogen dan hidrogen dengan
katalis logam panas dan dialiri arus listrik. Reaksinya
2NH3 → N2 + 3H2
 Keterbakaran
Amonia mudah terbakar di udara. Ia akan terbakar oleh oksigen di atmosfer
menurut reaksi di bawah ini dan menghasilkan gas nitrogen dan uap air.
4NH3 + 3O2 → 2N2 + 6H2O

Molekul dari senyawa amonia memiliki kecenderungan kuat untuk


menymbangkan sepasang elektron dari atom nitrogen ketika
bereaksi. Dengan dimikian menurut teori asam basa lewis ia adalah basa
kuat. Akan tetapi dalam larutannya amonia adalah basa yang lemah. Ketika
dilarutkan dengan air ammonia terionisasi menurut reaksi
Derajat ionisasi amonia dalam larutan tersebut sangat rendah sehingga
larutan amonia adalah basa lemah.
 Reaksi dengan Logam
Amonia akan teroksidasi ketika direaksikan dengan oksida logam pada
suhu tinggi nampak seperti rekasi oksida dari tembaga dan oksida plumbum
dengan amonia di bawah ini

 Reaksi dengan Halogen


Amonia bereaksi dengan halogen dan menghasilkan produk yang
berbeda-beda tergantung dari jenis halogen yang direaksikan.
 Klor
Ketika amonium direaksikan dengan klorin terbatas akan
menghasilkan ammonium klorida dan jika direaksikan dengan klorin
berlebih akan menghasilkan nitrogen triklorida. Berikut reaksinya
8NH3 + 3Cl2 (terbatas) → 6NH4Cl + N2
NH3 + 3Cl2 (berlebih) → NCl3 + 3HCl
 Bromin
Reaksi amonia dengan bromin akan menghasilkan amonium bromida
dan gas nitrogen
8NH3 + 3Br2 → 6NH4Br + N2
 Reaksi dengan Karbon Dioksida
Urea dihasilkan dari reaksi antara amonium dengan karbon dioksida.
Ketika amonium dipanaskan (suhu 200ºC) bersama gas karbondioksida pada
tekanan tertentu (80-200 atm) akan menghasilkan urea menurut reaksi
2NH3 + CO2 → NH2CONH2 + H2O
 Reaksi dengan Logam Alkali
Ketika amonia direaksikan dengan logam alkali seperti natrioum atau
kalium akan menghasilkan senyawa amida dan hidrogen. Dengan natrium
akan menghasilkan natrium amida dengan kalium akan menghasilkan
kalium amida. Reaksinya sebagai berikut:
2Na + 2NH3 → 2NaNH2 + H2
2K + 2NH3 → 2KNH3 + H2
logam alkali ketika di masukkan ke dalam amonia cair akan larut dan
menghasilkan larutan berwarna biru diiringi dengan pelepasan nitrogen.
Warna biru mucul karena adanya elektron terlarut misalnya elektron yang
berasal dari unsur natrium atau kalium.

2.4 Pupuk Urea


Pupuk urea adalah pupuk anorganik yang berbahan dasar kimia dan
mengandung 46% Nitrogen, berbentuk butiran putih, memiliki sifat higroskopis dan
mudah larut di dalam air. Pupuk yang memiliki rumus kimia CON2H4 atau (NH2)2CO
ini dikenal juga dengan nama isourea, carbamide resin, carbonyldiamine, dan carbonyl
diamide. Pupuk ini pertama kali disintetis oleh Hilaire Roulle pada 1773. Di Indonesia,
pupuk urea sering ditemukan dalam 2 warna yaitu pupuk urea berwarna putih untuk
yang non-subsidi dan pupuk urea berwarna pink untuk yang subsidi.
Kandungan pupuk urea secara keseluruhan terdiri dari 46% nitrogen dan 54%
zat pembawa (carrier). Hal ini berarti, di dalam 100 kg urea terdapat minimal 46 kg
nitrogen dan 56 kg zat pembawa yang tidak memberikan efek positif bagi tanaman.
Itupun dari 46% nitrogen tersedia yang terkandung dalam pupuk urea, biasanya hanya
separuhnya saja yang dapat dikonsumsi tanaman, selebihnya nitrogen tersebut hilang
karena pencucian (leaching) oleh air tanah mapun karena penguapan (evaporasi).
Kandungan nitrogen adalah satu-satunya zat yang memberikan keuntungan
bagi pertumbuhan tanaman. Nitrogen yang sangat dibutuhkan oleh tanaman memang
tersedia cukup banyak dalam pupuk urea. Berbeda dengan zat pembawanya yang justru
banyak memberikan efek negatif bagi tanah seperti pemadatan, nitrifikasi, dan lain
sebagainya. Kendati demikian, tanpa zat pembawa, urea tidak akan dapat diproduksi
dan diaplikasikan seperti sekarang ini.
Berbicara masalah kandungan pupuk urea, tentu tidak terlepas dari komposisi
zat pembawanya. Dalam 54% zat pembawa tersebut nyatanya terdapat kandungan
karbondioksida yang terikut saat proses pembuatan pupuk urea berlangsung.
Kandungan karbondioksida ini jumlahnya cukup banyak, apalagi jika pupuk urea telah
mengalami penguraian, jumlah karbondioksidanya pun akan semakin banyak.

2.5 Proses Pembuatan Pupuk Urea


Pembuatan pupuk urea memerlukan teknologi tinggi dengan sistem produksi
dan menejemen yang transedental. Pupuk urea secara umum dibuat dari bahan baku
berupa gas karbon dioksida (CO2) dan cairan amoniak (NH3). Suplai bahan baku
karbon dioksida dilakukan secara sintetis, sedangkan suplai cairan amoniak dipenuhi
dari pabrik amoniak yang biasanya terletak tidak jauh dari pabrik pembuatan pupuk
urea.

Diagram Alir Proses Pembuatan Urea

Pada dasarnya, proses pembuatan pupuk urea melalui 6 unit tahapan yaitu unit
sintesa, unit purifikasi, unit kritaliser, unit prilling, unit recovery, dan unit kondensat
treatment. Ke enam tahapan tersebut secara rinci adalah sebagai berikut:
 Unit Sintesa
Unit sintesa adalah unit terpenting dalam proses pembuatan pupuk urea. Unit
ini bekerja untuk mereaksikan gas karbondioksida dengan cairan amoniak.
Pereaksian kedua bahan baku pupuk urea tersebut dilakukan di dalam urea
reaktor yang kedap udara bertekanan 175 kg/cm2 G. Selama proses reaksi,
recycle katalisator berupa karbamat yang berasal dari unit recovery
dimasukan ke dalam urea reaktor. Setelah selesai, hasil sintesa urea
kemudian di kirim ke unit purifikasi untuk memisahkan Ammonium
Karbamat dan amonia berlebih setelah stripping CO2 dilakukan.
 Unit Purifikasi
Unit purifikasi adalah unit yang bekerja memisahkan Amonium Karbamat
yang tidak terkonversi dan kelebihan Ammonia dari hasil unit sintesa.
Pemisahan dilakukan dengan 2 langkah penurunan tekanan secara berkala,
yaitu 17 kg/cm2 G dan 22,2 kg/cm2 G. Hasil purifikasi yang berupa gas
karbondioksida dan cairan amoniak lalu dikirim ke unit recovery, sedangkan
larutan urea dikirim ke unit kristaliser.
 Unit Kristaliser
Unit kristaliser adalah unit yang bekerja mengkristalkan larutan urea yang
dikirim dari unit purifikasi. Pengkristalan dilakukan secara kedap udara, lalu
kristal urea yang dihasilkan dipisahkan dengan cara sentrifugasi. Kristal urea
kemudian dikirim ke unit prilling.
 Unit Prilling
Unit prilling adalah unit yang bekerja membentuk kristal urea menjadi urea
butiran (urea prill). Kristal urea yang datang dari unit kristaliser di keringkan
hingga minimal 99,8% dari berat awalnya dengan udara panas. Pengeringak
kemudian dilakukan menggunakan udara dingin hingga terbentuklah
butiran-butiran urea yang selama ini kita lihat. Urea butiran tersebut
kemudian dikirim ke bagian bulk storage melalui belt conveyor.
 Unit Recovery
Unit recovery adalah unit yang berguna mendaur ulang gas amoniak (NH3)
dan gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari unit purifikasi. Daur
ulang dilakukan dengan 2 tahap absorbsi melalui Mother Liquor. Gas hasil
daur ulang kemudian dikirim kembali ke unit sintesa.
 Unit Kondensat Treatment
Unit kondensat treatment adalah unit yang bekerja mendaur ulang sejumlah
kecil kondensat urea, uap air, karbondioksida, dan amoniak yang terbuat saat
proses kritalisasi dilakukan. Gas NH3 dan CO2 yang dihasilkan dari
kondensat kemudian dikirim ke unit purifikasi untuk diolah kembali,
sedangkan air kondensat dikirim ke unit utilitas.
2.5.1 Sifat-sifat Reaktan dan Bahan Pembantu
Sifat-sifat dari reaktan, bahan pembantu yang digunakan dan produk
samping yang dihasilkan adalah sebagai berikut :
NH3 (Ammonia)
A. Sifat-sifat Fisika
• Berat Molekul : 17,03
• Spesific Gravity : 0,817 (-790C)
• Titik lebur : -77,70C
• Titik didih : -33,40C
• Kelarutan : 89,9 (00C dalam 100 bagian air dingin)
7,4 (960C dalam 100 bagian air panas)
• Temperatur kritis : 1330C
• Densitas : 0,880 g/cm3

B. Sifat-sifat Kimia
• Ammonia dapat bereaksi dengan klorida.
2NH3 + Cl2 NH2Cl + NH4Cl
• Ammonia dapat bereaksi dengan natrium.
2Na + 2NH3 2NaNH2 + H2
• Ammonia dapat bereaksi dengan magnesium.
3Mg + 2NH3 Mg3N2 + 3H2
• Ammonia dapat bereaksi dengan kalsium oksida.
3CuO + 2NH3 3Cu + 3H2O + N2
• Ammonia dapat dioksidasi dengan oksigen.
4NH3 + 3O2 2N2 + 6H2O
(Perry dan Green, 1997)

CO2 (Karbon dioksida)


A. Sifat-sifat Fisika

• Berat Molekul : 44,01 kg/kmol

• Spesific Gravity : 1,53

• Titik lebur : -56,6 (5,2 atm)


• Titik didih : -78,50C

• Kelarutan dalam 100 bagian : 179,7 (00C air dingin) 90,1 (200C
air panas)
• Densitas : 0,770 g/cm3
B. Sifat-sifat Kimia

• Karbon dioksida dapat bereaksi dengan natrium karbonat dan air.


Na2CO3 + CO2 + H2O ↔ 2NaHCO3
• Kalsium karbonat dapat terurai menjadi kalsium oksida dan karbon
dioksida bila dilakukan pemanasan.
CaCO3 CaO + CO2
• Karbon monoksida dapat bereaksi dengan gas hidrogen untuk
menghasilkan benzen dan karbon dioksida.
12CO + 3H2 C6H6 + 6O2
• Tembaga oksida dapat bereaksi dengan karbon monoksida untuk
menghasilkan karbon dioksida dan tembaga.
CuO + CO Cu + CO2
• Karbon dioksida dapat dihasilkan dari reaksi respirasi.
C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O + Energi
(Perry dan Green, 1997)

Nitrogen (N2)
A. Sifat-sifat Fisika
• Berat molekul : 28 kg/kmol

• Titik didih : –195,50C

• Titik lebur : –209,860C

• Temperatur kritis : 126,260C

• Tekanan kritis : 33,54 atm

• Densitas : 1,25046 g/cm3


B. Sifat-sifat Kimia

• Merupakan Unsur Diatomik

• Apabila bereaksi dengan Ozon akan membentuk NO


N + O3 NO + O2
• Dapat bereaksi dengan magnesium dengan proses pembakaran pada
tekanan satu atmosfer, dan akan menghasilkan magnesium nitrit
3Mg + N2 MgN2
• Dapat bereaksi dengan hidrogen dengan menggunakan katalis yang
dikenal dengan proses Haber-Bosch dan menghasilkan NH3
3H2 + N2 2NH3
(www.wikipedia.com)

Hidrogen (H2)
A. Sifat-sifat Fisika
• Berat Molekul : 2,016 gr/mol

• Specific Gravity : 0,0709(-252,7 oC)

• Titik Cair : -259,1 oC

• Titik Didih : -252,7 oC

• Kelarutan : 2,1 cc/100gr pelarut air (0 oC)


0,85 cc/100gr pelarut air (80 oC)
• Temperatur Kritis :33,3 K
2.5.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sintesis Urea
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi reaksi pembuatan urea yaitu:
a. Temperatur
Reaksi sintesis urea berjalan pada temperatur optimal adalah 1850C dengan
waktu pemanasan sekitar 30 menit. Jika temperatur turun akan menyebabkan
konversi amonium karbamat menjadi urea akan turun.
b. Tekanan
Untuk menghasilkan urea yang optimal, maka diperlukan tekanan tinggi
yaitu 250kg/cm2 karena konversi amonium karbamat menjadi urea hanya
berlangsung pada fasa cair sehingga tekanan harus dipertahankan pada keadaan
tinggi.
c. Perbandingan NH3 dan CO2
Industri urea di Indonesia pada umumnya mensintesis urea dengan
perbandingan NH3 dan CO2 adalah 2-2,5 mol. Hal ini dikarenakan perbandingan
mol dapat mempengaruhi suhu, tekanan operasi dan jumlah amonia yang
terbentuk.
d. Jumlah air
Jumlah air dalam reaktor dapat berpengaruh terhadap reaksi yang kedua
yaitu penguraian amonium karbamat menjadi urea dan air. Jika terdapat air dalam
jumlah yang cukup banyak, maka akan memperkecil konversi terbentuknya urea
dari larutan karbamat. Berikut ini diberikan kualitas urea yang dihasilkan pada
Pabrik Sriwijaya. (Muliawati, 2008)
Tabel 2.1 Kualitas Urea yang Kandungan dalam pupuk
dihasilkan Komponen Urea
Nitrogen 46,2 % berat (minimum)
Air 0,3 % berat (minimum)
Karbamat 0,5 % berat (minimum)
Besi 1 ppm berat (maksimum)
Amonia bebas 150 ppm berat (maksimum)
Abu 15 ppm (maksimum)

Anda mungkin juga menyukai