Anda di halaman 1dari 5

Proses pembuatan pulp dengan pelarut organik (organosolv pulping) merupakan salah satu

proses alternatif dalam pembuatan pulp yang dikembangkan dari konsep fraksionasi biomassa.
Proses pembuatan pulp organosolv memiliki beberapa keunggulan dibanding proses
pembuatan pulp konvensional (kraft, soda, dan sulfit), yakni relatif ramah lingkungan, murah,
serta cocok untuk proses skala kecil dan menengah. Salah satu pelarut organik yang banyak
diminati dan dikembangkan pemakaiannya adalah asam asetat, dan sering disebut dengan
proses acetosolv. Kelebihan utama asam asetat sebagai pelarut organik dalam proses
organosolv adalah proses pemasakan dapat dilangsungkan pada suhu dan tekanan rendah
maupun tinggi, harganya murah, serta dapat diselenggarakan dengan ataupun tanpa bantuan
katalis [Sarkanen 1990, Shukry et al. 1991, Parajo et al. 1993]. Media asam asetat dengan
ataupun tanpa katalis dapat memisahkan dengan selektif selulosa, hemiselulosa dan lignin dari
berbagai biomasaa, baik kayumaupun non-kayu [Shukry et al. 1991, Vazquez et al. 1995,
Zulfansyah et al. 2002, Sahin dan Young 2008]. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas
pulp pada proses acetosolv adalah konsentrasi asam asetat, jenis dan konsentrasi katalis, suhu,
nisbah cairan terhadap padatan dan waktu pemasakan.

Selama ini batang ubi kayu tersedia dalam jumlah yang cukup besar namun belum
dimanfaatkan secara optimal. Batang ubi kayu memiliki kandungan lignoselulosa yaitu
selulosa 39,29%, hemiselulosa 24,34%, dan lignin 13,42%.

Antaresti dkk (2011) mengemukakan bahwa proses asetosolv dalam pengolahan pulp memiliki
keunggulan, antara lain: bebas senyawa sulfur, daur ulang limbah dapat dilakukan hanya
dengan menggunakan metode penguapan dengan tingkat kemurnian yang cukup tinggi dan
juga bahan pemasak yang digunakan dalam bekas pemasakan. Aziz dan Sarkanen (2012)
mengemukakan pernyataan bahwa pengolahan pulp dengan metode asetosolv memiliki
rendemen pulp lebih tinggi, pendauran lindi hitam dapat dilakukan dengan mudah, dapat
diperoleh hasil samping berupa lignin dan furfural dengan kemurnian yang relatif tinggi, dan
ekonomis dalam skala yang relatif kecil. Dalam proses pulping tidak dapat 100% melarutkan
lignin sehingga pada pulp yang dihasilkan masih terdapat sisa lignin yang berwarna coklatatau
gelap

Proses Biopulping adalah mikroorganisme menguraikan berbagai jenis materi


hidrokarbon termasuk kayu.

1
5. Proses Asetosolv Proses pemisahan serat dengan menggunakan asam asetat sebagai pelarut
organic seperti asam asetat disebut asetosolv. Kekuatan tarik pulp asetosolv setara dengan
kekuatan tarik pulp kraft. Proses asetosolv dalam pengolahan pulp memiliki beberapa
keunggulan antara lain bebas senyawa sulfur, daur ulang limbah dapat dilakukan dengan
metode penguapan dengan tingkat kemurnian cukup tinggi, yaitu dengan destilasi saja daur
ulang pemakaian asam asetat sabagai bahan pemasaknya, dan nilai hasil daur ulangnya lebih
mahal dibanding dengan hasil daur ulang limbah kraft. Keuntungan lain dari asetosolv adalah
bahwa bahan pemasak yang digunakan dapat diambil kembali tanpa adanya proses pembakaran
bahan bekas pemasak. Tidak seperti proses pemasakan pulp dengan metode kraft, yang limbah
larutan pemasaknya atau black liquor harus dimasukkan ke dalam furnace yang panas, dan
bertekanan tinggi untuk mendapatkan sisa larutan pemasak yang mengandung senyawa sulfir
dalam bentuk abu, yang kemudian abu ini harus dicampur dengan lime atau CaO untuk
menghilangkan bahan kimia asal seperti NaOH, Na2S, dan Na2CO3 membentuk green liquor.
Proses asetoslv lebih menguntungkan karena tidak perlu menggunakan dapur untuk
pembakaran daur ulang black liquor, karena hanya dengan pemisahan secara destilasi saja
sudah bias, tidak terlalu memahan biaya untuk bahan bakar pada pembakaran didapur.
Degradasi dari lignin menyebabkan alfa selulosa yang sebelumnya terikat oleh lignin akan
terlepas dari lignin sehingga didapatkan kandungan pulp dengan kadar alfa selulosa yang lebih
tinggi. Mekanisme reaksi pemasakan serta degradasi lignin dapat dilihat pada persamaan reaksi
1. [C10H10O2 ] n+ n CH3COOH+n H2O → n C6H3C4H9O3+ n CH3COOH….(1)

2
Nisabah cairan-padatan (C/P) memberikan pengaruh terhadap yield dan kadar lignin pulp ,
sebagaimana sifat lignin yang akan mengendap dalam air pada jumlah yang mencukupi

Bertambahnya waktu reaksi dalam pembuatan pulp akan lebih


menyempurnakan reaksi yang terjadi, baik delignifikasi maupun hidrolisis
polisakarida. Namun demikian, waktu reaksi yang lebih lama dapat menyebabkan
reaksi delignifikasi terhambat, lignin yang telah larut dalam media pemasak bisa
terpolimerisasi kembali. Selain itu, reaksi hidrolisis polisakarida yang terjadi tidak
hanya pada hemiselulosa, tetapi juga terjadi pada selulosa.

Bertambahnya waktu reaksi dalam pembuatan pulp akan lebih


menyempurnakan reaksi yang terjadi, baik delignifikasi maupun hidrolisis
polisakarida. Namun demikian, waktu reaksi yang lebih lama dapat menyebabkan
reaksi delignifikasi terhambat, lignin yang telah larut dalam media pemasak bisa
terpolimerisasi kembali. Selain itu, reaksi hidrolisis polisakarida yang terjadi tidak
hanya pada hemiselulosa, tetapi juga terjadi pada selulosa dapat mempercepat reaksi asetilasi
dengan asetat anhidrat dan menaikkan reaktivitas selulosa maupun untuk menurunkan derajat
polimerisasi hingga tingkat yang sesuai untuk diasetilasi.

3
Tumbuhan ini juga mengandung lignin yang akan mengikat selulosa
sehingga membuat tumbuhan menjadi kokoh, tetapi lignin yang terkandung dalam
pulp menyebabkan berkurangnya aktifitas selulosa dan hemiselulosa dalam
pembentukan ikatan antar serat dan juga pulp menjadi lebih gelap sehingga untuk
membuat pulp harus dilakukan proses menghilangkan lignin.

4
5

Anda mungkin juga menyukai