Anda di halaman 1dari 15

Topik: Pembuatan Sediaan Injeksi Diphenhydramine HCl 1% dengan volume 9

ml (vial)

Tujuan:
1. Mempelajari cara pembuatan sediaan steril dengan bahan aktif yang
mudah teroksidasi.
2. Melakukan sterilisasi sediaan injeksi dengan metode filtrasi (dengan
menggunakan teknik aseptik.

I. Praformulasi
1. Tinjauan Farmakologi Bahan Obat
 Indikasi
 Antihistamin (FI III, hal.228)
 Kondisi alergi termasuk urtikaria, angiodema (Martindale 36th,
hal.577)
 Kontra indikasi
 Penderita asma, bayi prematur, ibu hamil dan menyusui,
pasien yang hipersensitif (Martindale 36th, hal 562).
 Efek samping
 Hipotensi, sakit kepala, gangguan GI track, gangguan darah,
stimulasi sistem saraf, retensi urin (Martindale 34th, hal.420).
2. Tinjauan Sifat Fisikokimia Bahan Obat
 Kelarutan
 1:1 dalam air
 1:2 dalam alkohol
(Martindale 36th ed, p. 577)
 Stabilitas
 Terhadap cahaya: tidak stabil berubah menjadi gelap jika
terkena cahaya (Martindale 28th ed, p.1311).
 Terhadap suhu: tidak stabil, titik lebur 167ºC-172ºC disimpan
pada suhu 15ºC - 30ºC (Martindale 28th, hal. 1311).
 Terhadap pH: stabil pada pH 4-6,5 (Martindale 28th, hal.
1312).
 Terhadap oksigen: tidak stabil, mudah teroksidasi, disimpan
dalam wadah kedap udara (Martindale 28th, hal.1311).
 Inkompatibilitas
 Diphenhydramin HCl inkompatibel dengan amphoterisin B,
Cefmetazol Sodium, Cefalatin Sodium, Hidrokarbon, Sodium
Succinat, golongan barbiturat, larutan alkali dan asam kuat
(Martindale 36th, hal. 577).
 Cara penggunaan dan dosis: Diphenhydramine HCl diberikan secara
injeksi yaitu i.m. dan i.v. dengan konsentrasi 1% - 5% . Dosis lazim
10-50 mg meskipun begitu 100 mg juga dapat diberikan. Tidak lebih
dari 400 mg selama 24 jam (Martindale 36th, hal.578).

II. Formulasi
1. Permasalahan dan penyelesaian
 Tidak stabil terhadap udara. Oleh karena itu ditambah antioksidan
dan disimpan dalam wadah kedap udara.
 Tidak stabil terhadap cahaya. Oleh karena itu disimpan dalam vial
coklat (terlindung dari cahaya).
 Pemanasan dapat menimbulkan degradasi. Oleh karena itu sterilisasi
dengan cara filtrasi.
 Sediaan dapat mengiritasi, maka sediaan dibuat isotonis.
 Sediaan multiple dose ditambah pengawet seperti Benzalkonium
klorida.
2. Formula yang didapat dan yang terpilih
R/ Diphenhydramine HCl 50 mg
Benzalkonium klorida 0,1 mg
Aqua pro injeksi ad 1ml
(Handbook of Injectable Drug, 14 ed, p. 535)
R/ Diphenhydramine HCl 10 mg
Aqua pro injeksi ad 1 ml
(Formularium Nasional, ed 2, hal. 113)

R/ Diphenhydramine HCl 1 %
NaCl 625 mg
Aqua pro injeksi ad 100 ml
(USP XXII, p.459)

Formula yang terpilih:


R/ Diphenhydramine 1%
NaCl 0,9%
Na Metabisulfit 0,01% (antioksidan → HPE, ed 5, hal. 590)
Sol. BAK 0,01% ad 25 ml (pelarut preservative)
(FI III, hal. XIV)

3. Perhitungan bobot dan dosis


V = (V’ + C) n
= (9 + 0,5) 2
= 19 ml ~ 25 ml
Bobot:
Diphenhydramine HCl : 1% x 25 ml = 250 mg
Na Metabisulfit : 0,01% x 25 ml = 2,5 mg

Perhitungan kesetaraan isotonis/bobot NaCl yang ditimbang


Bobot NaCl yang dibutuhkan : 25 ml x 0,9% = 0,225 g
Kesetaraan Diphenhydramine HCl 1% : 0,27 x 0,25 g = 67,5 mg
(Tabel Merck Index)
NaCl yang ditimbang : 225 mg – 67,5 mg = 158 mg
No Komposisi Bahan Bobot/volume Fungsi Cara sterilisasi
1 Diphenhydramine HCl 250 mg Bahan aktif Radiasi
2 Na Metabisulfit 2,5 mg Antioksidan Radiasi
3 NaCl 158 mg Pengisotonis Oven 180ºC, 30 menit
4 Sol. BAK 0,01% ad 25 ml Pelarut dan pengawet 121ºC, 15 menit

4. Cara sterilisasi sediaan yang dibuat


Yang dipilih adalah cara sterilisasi filtrasi karena bahan aktif yaitu
Dipehnhydramine HCl adalah zat yang tidak stabil terhadap panas
(Martindale 28th, hal. 1311) sehingga tidak tahan untuk pemanasan
(filtrasi dilakukan dengan membrane 0,22 μm.

III. Pelaksanaan
a. Penyiapan alat
No Nama Alat Ukuran Jumlah Cara Sterilisasi & Suhu Waktu
1 Kaca Arloji Ɵ 5cm 3
2 Kaca Arloji Ɵ 8cm 1
3 Beaker Gelas 50ml 2
4 Beaker Gelas 100ml 2
5 Erlenmeyer 50ml 1
6 Erlenmeyer 100ml 1
7 Pengaduk Kaca standard 2 Oven 180oC 30 menit
8 Pinset standard 4
9 Tara & Wadah standard 1 set
10 Anak Timbangan standard 1 set
11 Sendok Porselen standard 1
12 Sendok Logam standard 2
13 Vial coklat 10 ml 2
14 Kantong Alat - - - -
15 Kantong Sampah 2x modul 2
16 Aluminium foil 8x8 cm 2 Oven 180°C 30 menit
17 Aluminium foil 10x10 cm 2
Corong & Kertas
18
Saring Ɵ 5ml 2
19 Gelas Ukur 10ml 2 Otoklaf 115°C 30 menit
20 Gelas Ukur 25ml 1
21 Gelas Ukur 5 ml 1
sudah steril dengan
22 Spuit Injeksi -
10ml 1 radiasi
23 Pipet Tetes panjang 4
24 Pipet Tetes pendek 4
25 Tutup vial (karet) - 2
Filter holder &
26
membrane filter 0,22 μm 1
27 Tali 20 cm 4
Otoklaf 115ºC 30 menit
28 Larutan BAK 0,01% 50 ml 1 botol
29 Jas praktikum - 1
30 Tutup kepala - 1
31 Masker - 1
1
32 Sarung tangan
- pasang

b. Pencucian, pengeringan, dan pembungkusan alat


 Pencucian wadah gelas/alat gelas dengan cara Huizinga
1. Sikat dengan larutan tepol
2. Bilas dengan air kran
3. Semprot dengan uap dan tiriskan
4. Bilas dengan Aquadem
5. Bilas dengan air suling yang baru dibuat (steril dan bebas
pirogen)
6. Keringkan dengan posisi terbalik dalam oven
 Pencucian wadah gelas/alat gelas dengan cara Cooper & Gunn’s
1. Alat/wadah direndam dalam larutan tepol panas, sebaiknya
semalam.
2. Disikat dengan sikat yang keras
3. Dibilas dengan air kran (panas/dingin) bagian luar dan dalam
4. Dibilas dengan aqua bebas pirogen yang baru dibuat (3 kali).
 Pengeringan
1. Keringkan dalam oven dalam keadaan terbalik pada suhu 100°C,
tidak boleh terlalu lama kira-kira 15 menit (terutama gleas ukur,
bahan yang terbuat dari karet & plastik).
2. Untuk menghindari debu dapat ditutup dengan kertas yang tembus
uap air.
3. Wadah kecil harus benar-benar kering.
 Pencucian karet.
1. Rendam dengan larutan HCl 2% selama 2 hari.
2. Rendam dalam larutan Tepol 1% & Natrium karbonat 0,5% selama
1 hari.
3. Didihkan dalam larutan tersebut selama 15 menit, kemudian bilas
dengan aquadest
4. Ulangi dengn larutan yang baru, sampai larutan jernih.
5. Rendam dalam aquadest (dalam beaker gelas yang ditutupi kertas
perkamen) & dicuci dengan Autoklaf pada suhu 110°C selama 20
menit (1 atau2 kali) sampai air rendaman jernih.

Tahap-tahap pencucian karet dengan otoklaf pada suhu 110°C selama


20 menit:

a) Waktu pemanasan : pkl 08.15 - 08.25 ( 10 menit )


b) Waktu pengeluaran udara : pkl 08.25 - 08.32 ( 7 menit )
c) Waktu menaik : pkl 08.32 - 08.34 ( 2 menit )
d) Waktu suhu dipertahankan : pkl 08.34 - 08.54 ( 20 menit )
e) Waktu menurun : pkl 08.54 - 08.58 ( 4 menit )
f) Waktu pendinginan : pkl 08.58 - 09.13 ( 15 menit )
Proses sterilisasi berlangsung dari: pkl 08.15 – 09.13 ( 58 menit )

6. Bilas dengan spritus dilutus (etanol 70%) - air aa sampai jernih.


7. Masukkan kantong-kantong perkamen & disterilkan dalam otoklaf.
 Pembungkusan: masing-masing alat dibungkus dalam kantong
perkamen.

c) Sterilisasi alat-alat yang digunakan


1. Sterilisasi alat-alat dengan oven pada suhu 180°C selama 30 menit.
(alat-alat yang disterilkan: kaca arloji, beaker glass, erlenmeyer,
pengaduk kaca, pinset, tara dan wadah tara, anak timbangan, sendok
porselen/logam, vial coklat, kantong sampah, aluminium foil).
Tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut:
 Waktu pemanasan : pkl 08.30 - 08.56 (26 menit)
 Waktu kesetimbangan : pkl 08.56 - 08.56 (0 menit)
 Waktu pembinasaan : pkl 08.56 - 09.26 (30 menit)
 Waktu tambahan jaminan sterilitas: pkl 09.26 - 09.26 (0 menit)
 Waktu pendinginan : pkl 09.26 - 09.41 (15 menit)
Proses sterilisasi berlangsung dari : pkl 08.30 - 09.41 (71 menit)
2. Sterilisasi alat-alat dengan otoklaf pada suhu 115°C selama 30 menit
(alat-alat yang di sterilkan: gelas ukur, pipet tetes, corong dan kertas
saring, tutup vial, filter holder dan membran filter, tali).
Tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut:
 Waktu pemanasan : pkl 09.25 - 09.29 ( 4 menit)
 Waktu pengeluaran udara : pkl 09.29 - 09.43 (14 menit)
 Waktu menaik : pkl 09.43 - 09.44 ( 1 menit)
 Waktu kesetimbangan : pkl 09.44 - 09.44 ( 0 menit)
 Waktu pembinasaan : pkl 09.44 - 10.14 (30 menit)
 Waktu tambahan jaminan sterilitas: pkl 10.14 - 10.14 ( 0 menit)
 Waktu menurun : pkl 10.14 - 10.17 ( 3 menit)
 Waktu pendinginan : pkl 10.17 - 10.22 (15 menit)
Proses sterilisasi berlangsung dari : pkl 09.25 - 10.22 (57 menit)
3. Sterilisasi pelarut BAK 0,01% dalam aqua pro injeksi dengan otoklaf
pada suhu 121°C selama 15 menit.
Tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut:
 Waktu pemanasan : pkl 09.27 - 09.33 ( 6 menit)
 Waktu pengeluaran udara : pkl 09.33 - 09.40 ( 7 menit)
 Waktu menaik : pkl 09.40 - 09.48 ( 8 menit)
 Waktu kesetimbangan : pkl 09.48 - 10.08 ( 16 menit)
 Waktu pembinasaan : pkl 10.08 - 10.23 ( 15 menit)
 Waktu tambahan jaminan sterilitas : pkl 10.23 - 10.33 ( 10 menit)
 Waktu menurun : pkl 10.33 - 10.37 ( 4 menit)
 Waktu pendinginan : pkl 10.37 - 10.52 ( 15 menit)
Proses sterilisasi berlangsung dari : pkl 08.50 - 10.52 ( 81 menit)
4. Sterilisasi perlengkapan untuk teknik aseptik dengan menggunakan
otoklaf pada suhu 115ºC selama 30 menit (jas praktikum, masker,
penutup kepala, dan sarung tangan).
Tahap-tahap sterilisasi adalah sebagai berikut:
 Waktu pemanasan : pkl 07.36 - 07.46 ( 10 menit )
 Waktu pengeluaran udara : pkl 07.46 - 08.00 ( 14 menit )
 Waktu menaik : pkl 08.00 - 08.03 ( 3 menit )
 Waktu kesetimbangan : pkl 08.03 - 08.13 ( 10 menit )
 Waktu pembinasaan : pkl 08.13 - 08.43 ( 30 menit )
 Waktu tambahan jaminan sterilitas : pkl 08.43 - 08.48 ( 5 menit )
 Waktu menurun : pkl 08.48 - 08.52 ( 4 menit)
 Waktu pendinginan : pkl 08.52 - 09.07 ( 15 menit)
Proses sterilisasi berlangsung dari : pkl 07.36 – 09.07 ( 91 menit )
d). Cara Kerja

Ruang II
1. Bersihkan meja dengan alkohol 70% dan dilap dengan kasa steril.
2. Nyalakan api spiritus.
3. Tara kaca arloji bertutup, timbang 250mg Diphenhydramine HCl
(kelarutan dalam air 1:1 → FI III, hal. 288), lalu tutup dengan kaca
arloji.
4. Tara kaca arloji, timbang Na Metabisulfit 50mg dengan kaca arloji di
timbangan milligram
5. Tara kaca arloji, timbang NaCl 158 mg (kelarutan 1: 2,8 → FI III, hal.
403) ditutup dengan kaca arloji.

Ruang I

6. Colokkan kabel LAFC ke stop kontaknya.


7. LAFC di-on-kan dengan menarik tombol hitam ke atas.
8. Fan di-on-kan.
9. On-kan lampu uv minimal 15-30 menit.
10. Setelah 15 menit lampu uv diganti dengan fluor (lampu neon).
11. Bersihkan LAFC dengan alkohol 70% dan dilap dengan kasa steril (5
sisi: kiri, kanan, 2 sisi depan, dan meja kerja).
12. Semprot wadah api spiritus dengan alkohol 70% kemudian dilanjutkan
dengan menyemprot peralatan yang akan digunakan dalam LAFC.
13. Masukkan spiritus dan peralatan yang sudah disemprot serta bahan-
bahan yang telah ditimbang dan akan digunakan untuk membuat
sediaan ke dalam LAFC.
14. Semprot tangan dengan menggunakan alkohol 70%.
15. Nyalakan api spiritus.
16. Membuat pengenceran Na Metabisulfit
a. Na Metabisulfit yang telah ditimbang 50 mg dengan kaca arloji
dimasukkan ke beaker glass 50 ml (kelarutan dalam air 1: 3,5,
20ºC, dalam air panas 1:2 → HPE ed.6, hal. 354).
b. Diukur larutan BAK 0,01% dengan gelas ukur 10 ml.
c. (a) + (b) diaduk ad larut di beaker gelas 50 ml.
d. (c) diambil 1 ml dengan gelas ukur 5 ml (dalam 1 ml terkandung
Na Metabisulfit 5 mg), masukkan ke dalam beaker glass 50 ml.
e. Diukur larutan BAK 0,01% 9 ml dengan gelas ukur 10 ml.
f. (d) + (e) diaduk ad homogen dalam gelas ukur 50 ml (1ml/10ml x
5 mg = 0,5 mg)
g. Diambil 5 ml diukur dengan gelas ukur 10 ml, masukkan dalam
beaker glass 100 ml.
17. Diphenhydramine HCl 250 mg yang telah ditimbang dalam kaca arloji
bertutup dipindahkan ke beaker glass 100ml, ditambah dengan larutan
Na Metabisulfit, aduk ad larut.
18. NaCl 158 mg dilarutkan dengan BAK 0,01% 5ml di gelas ukur 10 ml,
aduk ad larut di beaker glass 100 ml (kelarutan NaCl 1:3 dalam air →
Martindale 28th, hal. 635).
19. (17) + (18) campur ad homogen di beaker glass 100 ml + larutan BAK
0,01% ad 20 ml lalu cek pH (dengan indikator universal).
20. (19) dipindahkan ke gelas ukur 25 ml, tambahkan larutan BAK 0,01%
ad 25 ml.
21. (20) disaring dengan membran filter 0,88 μm (kertas saring + corong)
ditampung dalam erlenmeyer 50 ml kemudian tuang dalam beaker
glass 50 ml.
22. (21) diambil 9,5 ml dengan spuit injeksi 10 ml lalu disaring dengan
filter holder 0,22 μm ke dalam vial coklat10 ml dan ditutup dengan
karet penutup (rubber stopper).
23. (22) ditali mati 2x pada rubber stopper (tutup vial) kemudian ditutup
dengan aluminium foil, rangkap dua lalu ditali pita pada leher vial
coklat 10 ml.
24. Lakukan Bubble Point Test (uji titik gelembung)
a. Diisi udara 10 ml ke dalam spuit injeksi yang telah digunakan
(jarum dilepas).
b. Pasang kembali filter holder yang telah digunakan (dalam filter
holder terdapat membrane filter ukuran 0,2 μm yang masih basah).
c. Disiapkan beaker glass yang berisi Aquadest.
d. Filter holder dicelupkan pada bagian tengah aqua secara tegak
lurus.
e. Ditekan pelan-pelan udara dalam spuit injeksi hingga keluar
gelembung udara 1x dari corong filter holder dan ditahan (agar
diketahui berapa sisa udara dalam spuit injeksi).
f. Ciri-ciri gelembung udara naik ke permukaan air.
g. Apabila udara di spuit injeksi lebih dari 2 ml maka ukuran pori-
pori terbesar lebih dari 0,2 μm (ada kemungkinan tidak steril).
h. Apabila gelembung udara bukan dari ujung filter holder, maka cara
pemasangan salah.
25. (23) diberi etiket lalu dimasukkan ke dalam wadah sekunder.

Hasil Bubble Point Test: 6 ml, gelembung udara keluar dari bawah. pH:
5,0

IV. Pembahasan
Tahapan pembuatan sediaan steril injeksi Diphenhydramine HCl diawali
dengan proses sterilisasi. Sterilisasi yang dilakukan pada praktikum ini
meliputi 2 cara sterilisasi, yaitu dengan cara sterilisasi basah menggunakan
otoklaf dan sterilisasi kering dengan menggunakan oven. Alat-alat yang
disterilkan menggunakan otoklaf antara lain pipet, gelas ukur, corong dan
kertas saring, filter holder dan membrane filter, tutup vial, dan tali. Sedangkan
alat-alat yang disterilkan menggunakan oven meliputi kaca arloji, beaker glass,
erlenmeyer, pengaduk kaca, pinset, tara dan wadah, anak timbangan, sendok
porselen/logam, vial coklat, kantong sampah, aluminium foil. Pemilihan cara
sterilisasi di atas tentunya disesuaikan dengan alat yang akan disterilkan.
Pembuatan sediaan kali ini juga dilakukan dalam Ruang I oleh karena itu
perlengkapan praktikan seperti jas praktikum, masker, penutup kepala, dan
sarung tangan juga harus disterilkan.

Untuk alat-alat yang tidak tahan panas dimana keberadaan panas dapat
mengubah presisi dan akurasi dari pengukuran alat tersebut, maka digunakan
pemanasan dengan otoklaf pada suhu 115oC selama 30 menit.Sedangkan untuk
alat-alat yang tahan panas, digunakan sterilisasi dengan menggunakan oven
pada suhu 180oC selama 30 menit. Tujuan sterilisasi alat-alat praktikum yang
digunakan ini adalah untuk meminimalisir jumlah mikroba yang dapat
mengkontaminasi dan mengganggu sediaan yang akan dibuat. Dalam
pembuatan sediaan Diphenhydramine HCl ini digunakan larutan BAK 0,01%
sebagai pelarut. Pelarut BAK 0,01% yang digunakan dalam pembuatan sediaan
steril ini juga perlu disterilkan. Cara sterilisasi yang dipilih untuk mensterilkan
larutan BAK 0,01% adalah dengan menggunakan cara basah yaitu dengan
otoklaf pada suhu 121oC selama 30 menit. Proses sterilisasi semua komponen
bahan maupun alat yang akan digunakan selama praktikum dilakukan di ruang
3 sebelum nantinya alat-alat tersebut digunakan di Ruang II. Sebelum bekerja
di Ruang II, praktikan juga harus melakukan pencucian karet dan pencucian
alat-alat yang akan digunakan sebelum disterilkan. Pencucian karet
menggunakan metofe Huizinga dimana pada pelaksanaannya tidak semua
tahapan dilakukan. Tahapan pencucian karet yang dilakukan adalah merendam
karet dengan larutan tepol 1% dan larutan Na karbonat 0,5% di beaker glass.
Setelah karet pipet dan karet penutup botol terendam, beaker yang berisi karet
dan larutan pencuci tersebut dipanaskan di atas kompor dan ditunggu 15 menit
terhitung setelah campuran tersebut mendidih. Setelah itu, rendaman karet
tersebut dibilas dengan aqua pro injeksi dan etanol beberapa kali sampai
didapatkan larutan yang jernih. Setelah itu, pipet karet dan tutup botol karet
direndam kembali dengan aqua pro injeksi, lalu beaker ditutup dengan
perkamen. Proses selanjutnya adalah proses pencucian dengan otoklaf pada
suhu 110oC selama 20 menit. Setelah itu, karet pipet dan karet tutup botol siap
untuk dipasangkan ke alatnya (pipet dan botol) untuk disterilkan. Alat-alat lain
yang akan disterilisasi harus dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan
larutan tepol, lalu dibilas dengan menggunakan air lalu dikeringkan dalam
posisi terbalik dalam oven dengan suhu 100oC kira-kira 15 menit. Alat-alat
yang sudah dikeringkan ini siap untuk disterilisasi pada tahap selanjutnya.

Proses pembuatan sediaan Diphenhydramine HCl ini dilakukan pada


Ruang II dan Ruang I dimana sebelum memasuki laboratorium tersebut,
praktikan harus melalui suatu ruang penyangga. Di ruang penyangga ini
terrdapat udara steril yang dialirkan pada praktikan sehingga saat praktikan
memasuki Ruang II, praktikan diusahakan dalam keadaan bebas kontaminan.
Proses pembuatan sediaan ini diawali dengan menara kaca arloji bertutup untuk
menimbang bahan aktif yang digunakan yaitu Dipehnhydramine HCl.
Diphenhydramine HCl ditimbang sebanyak 250 mg lalu ditutup dengan kaca
arloji karena kestabilannya dapat terganggu oleh udara. Sediaan ini diharapkan
bersifat isotonis sehingga ditambahkan zat pengisotonis yaitu NaCl. Setelah
memperhitungkan kesetaraan Diphenhydramine HCl dengan NaCl, maka
dibutuhkan NaCl sebanyak 158 mg agar sediaan tersebut mencapai kondisi
isotonis. Tujuan sediaan dibuat isotonis adalah agar sediaan ini ketika
diberikan secara injeksi tidak merusak jaringan dan mengiritasi serta mencegah
hemolisa. Sediaan ini menggunakan Na Metabisulfit sebagai antioksidan
terutama karena Diphenhydramine HCl mempunyai sifat mudah teroksidasi.
Setelah semua bahan ditimbang, pembuatan sediaan dilanjutkan dalam Ruang
I. Pembuatan sediaan dalam Ruang I dilakukan dalam LAFC (Laminar Air
Flow Cabinet). Setelah LAFC dan semua perlatan serta bahan dibersihkan
dengan alkohol 70%, langkah awal yang dilakukan adalah melakukan
pengenceran Na Metabisulfit. Na Metabisulfit yang dibutuhkan adalah 2,5 mg.
pengenceran dilakukan dengan melarutkan Na Metabisulfit yang telah
ditimbang 50 mg dengan larutan BAK 0,01% sebanyak 10 ml. Kemudian dari
campuran tersebut diambil 1 ml ditambah dengan larutan BAK 0,01%
sebanyak 9 ml, sehingga campuran ini mengandung 5 mg Na Metabisulfit. Dari
campuran tersebut diambil kembali sebanyak 5 ml (mengandung Na
Metabisulfit 2,5 mg). Diphenhydramine HCl yang telah ditimbang sebanyak
250 mg dalam kaca arloji tertutup dilarutkan dengan larutan Na Metabisulfit.
Kemudian NaCl sebanyak 158 mg dilarutkan dengan larutan BAK 0,01%
sebanyak 5 ml, lalu ditambah dengan larutan campuran Na Metabisulfit dan
Diphenhydramine HCl. Setelah itu, larutan cam;uran tersebut diadkan dengan
larutan BAK 0,01% hinggga 20ml, kemudian dilakukan cek pH dengan
indikator universal. pH yang didapat yaitu 5, yang mana sudah masuk dalam
range pH seharusnya, yaitu 4-6,5 yang merupakan pH stabil Diphenhydramine
HCl. Kemudian larutan tersebut ditambah larutan BAK 0,01% hingga
mencapai volume 25 ml, kemudian disaring menggunakan corong yang sudah
diberi kertas saring, karena dalam sediaan injeksi tidak boleh mengandung
partikulat dan kejernihan sediaan harus dapat terjaga. Larutan yang sudah
disaring, dimasukkan ke dalam vial coklat dengan menggunakan jarum spuit,
dengan melebihkan sedikit volumenya dari yang tertera pada etiket yaitu 9 ml
menjadi 9,5 ml/per vial. Dalam literatur disebutkan bahwa Diphenhydramine
HCl tidak stabil terhadap cahaya dan oksigen, maka digunakan wadah berupa
vial berwarna gelap (coklat) dengan tujuan melindungi sediaan dari paparan
sinar secara langsung. Tiap vial yang sudah terisi kemudian ditutup dengan
rubber stopper (tutup vial) dan ditali mati 2x, setelah itu ditutup lagi dengan
aluminium foil dan ditali pita pada leher vial. Setelah sediaan jadi kemudian
dilakukan Bubble Point Test (uji titik gelembung) untuk mengetahui pori-pori
terbesar pada membrane filter. Pengujian ini dilakukan dengan mengisi 10 ml
udara ke dalam spuit injeksi kemudian filter holder yang telah digunakan
dipasangkan ke spuit. Setelah itu spuit dimasukkan ke dalam aquadem dalam
beaker glass secara tegak lurus. Spuit ditekan pelan-pelan hingga keluar
gelembung udara 1x yang naik hingga ke permukaan air. Udara yang tersisa
dalam spuit merupakan hasil dari pengujian. Dari hasil pengujian kelompok
kami, udara yang tertinggal di dalam spuit adalah 6 ml, sehingga dapat
disimpulkan bahwa sediaan yang dihasilkan kurang steril.
Kesulitan atau hambatan ketika melakukan praktikum membuat sediaan
steril injeksi Diphenhydramine HCl ini adalah mahasiswa belum terampil
dalam membuat sediaan khusunya di Ruang I sehingga dalam pelaksanaannya
masih banyak terdapat kesalahan dalam bekerja.
V. Kesimpulan
- Sediaan injeksi Diphenhydramine HCl yang dibuat masih belum layak
untuk diproduksi, karena hanya dilakukan uji pH dan uji titik gelembung.
- pH sediaan yang didapatkan adalah pH 5.
- Uji evaluasi yang dilakukan adalah uji bubble point test dan uji pH.

Saran :
- Perlu dilakukan evaluasi yang lain untuk mengetahui apakah sediaan yang
dibuat sudah memenuhi persyaratan mutu dan kualitas atau belum.
- Praktikan perlu lebih terampil dalam bekerja untuk dapat menghasilkan
sediaan steril yang memenuhi persyaratan.

Anda mungkin juga menyukai