Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut cross tahun 1988, hazard adalah sumber potensi kerusakan atau situasi yang
berpotensi untuk menimbulkan kerugian sesuatu disebut sumber bahaya jika, memiliki resiko
menimbulkan hasil yang negatif.
Menurut tranter 1999 hazard adalah potensi dari rangkaian sebuah kejadian untuk
muncul dan menimbulkan kerusakan atau kerugian jika salah satu bagian dari rantai kejadian
hilang maka suatu kejadian tidak akan terjadi. Bahaya dapat terjadi dimana mana baik ditempat
kerja atau lingkungan naamun bahaya akan menimbulkan efek jika terjadi sebuah kontak atau
eksposure.
Kimia adalah Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang
potensial untuk mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian yang dapat
dialami oleh pekerja atau instansi. Ada berbagai macam jenis potensi bahaya salah satunya
yaitu potensi bahaya kimia.
Bahan kimia berbahaya dengan mudah dapat kita temui di pabrik kimia bahkan
laboratorium. Kecelakaan yang terjadi karena bahan kimia berbahaya pun sering terjadi.
Diperlukan tindakan pengendalian yang tepat agar bahan kimia berbahaya tersebut tidak
membahayakan kita sebagai pekerja, peralatan dan terutama lingkungan sekitar. Yaitu perlunya
pengetahuan tentang sifat dan karakter bahan kimia mengingat bahan kimia memiliki potensi
untuk menimbulkan bahaya baik terhadap kesehatan maupun bahaya kecelakaan
Bahan kimia yang ada disekitar pekerja pada dasarnya merupakan sebuah potensi
bahaya. Bahan-bahan tersebut mempunyai resiko untuk mengganggu kesehatan pekerja.
Banyak penyakit salah satunya keracunan dan kanker yang sering terjadi akibat paparan zat
kimia yang berlebihan pada pekerja.
Dikarenakan seorang pekerja tidak akan lepas dari potensi bahaya dalam aktivitas
kerjanya. Oleh karena itulah manajemen pengendalian kecelakaan kerja perlu dilakukan
semaksimal mungkin untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman sehingga pekerja dapat
bekerja dengan keadaan sejahtera baik fisik maupun psikisnya.

1.2 TUJUAN PENULISAN


1. dapat mengetahui pengertian hazard

2
2. dapat mengetahui pengertian kimia
3. dapat mengetahui jenis jenis potensi bahaya hazard kimia
4. dapat mengetahui tempat kerja yang beresiko
5. dapat mengetahui faktor resiko hazard kimia
6. dapat mengetahui nilai ambang batas dari hazard kimia
7. dapat mengetahui efek kesehatan dan keselamatan kerja

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Hazard adalah suatu potensi yang menimbulkan bahaya terhadap kehidupan kesehatan,
harta benda atau lingkungan. Resiko adalah kemungkinan yang dapat diukur dari suatu
kejadian yang menimbulkan bahaya terhadap kehidupan, kesehatan, harta benda atau
lingkungan (Majid, A. 2005).
Hazard yaitu segala suatu hal yang dapat berpotensi menjadi bahaya bahkan accident
atau incident. Di beberapa lingkungan kerja di pastikan kita dapat temukan hazard itu dengan
melakukan identifikasi. Ada beberapa cara yang bisa dipakai dalam mengidentifikasi hazard di
suatu lingkungan, namun kita harus tau dahulu ada berapakah pengelompokan hazard berdasar
pada teori yang ada. Hazard di kelompokkan jadi 4, berdasar pada potensi bahaya yang ada.
yakni :

Hazard Biologi
Hazard biologi yaitu potensi bahaya yang diakibatkan dari aspek makluk hidup.
Biasanya hazard biologi ini berada di lingkungan-lingkungan yg tidak bersih, kotor,
dan lain-lain.contoh dari hazard biologi yaitu seperti cacing tambang, cacing tambang
dapat bikin kaki kita berlubang seperti dikonsumsi oleh cacing itu. Oleh karena itu,
dipertambangan diinginkan selalu memakai APD sepatu safety agar sebagai mencegah
pada hazard biologi.
Hazard Kimia
Hazard kimia yaitu potensi bahaya yang dikarenakan oleh karakter dan ciri-ciri kimia
yang dipunyai bahan itu. Hazard kimia ini sangat beresiko bila kita tidak
menggetahuinya dengan cara detil seperi apa karakter berbahan itu. Pentingnya
perlakuan yang intensif pada potensi bahaya ini.contoh dari hazard kimia yaitu amoniak

3
yang bercampur di hawa karena sifatnya yang beresiko untuk THT pada manusia. yaitu
salah satu cara melakukan perlakuan awal pada potensi bahaya yang diakibatkan oleh
bahan kimia.
Hazard Fisik
Hazard fisik yaitu potensi bahaya yang disebabka oleh aspek fisik dari seorang yang
tengah melakukan pekerjaan. Hazard fisik erat sekali hubungan dengan manusia, kita
sendiripun terkadang yaitu sumber permasalahan dari persoalan yang terjadi.
Managemen kegiata yaitu salah satu cara untuk mengatur hazard yang nampak ini.
Hazard Ergonomi
Hazard ergonomi yaitu potensi bahaya yang dikarenakan terjadi karena tidak efisiennya
jalinan alat kerja dengan manusianya, biasanya berhubungan dengan perilaku kerja
manusia dengan alatnya. Di sini ini yaitu yang mengakibatkan juga timbulnya penyakit
akibat kerja karena beberapa kekeliruan dalam perilaku pemakaian alat kerjanya.
Pekerja juga diwajibkan menggunakan alat pelindung saat bekerja seperti baju
keselamatan, helm keselamatan, sepatu safety, kacamata safety dll.

Potensi bahaya kimia, yaitu potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang
digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi
tubuh pekerja melalui : inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke saluran
pencernaan), skin contact (melalui kulit). Terjadinya pengaruh potensi kimia terhadap tubuh
pekerja sangat tergantung dari jenis bahan kimia atau kontaminan, bentuk potensi bahaya debu,
gas, uap. asap; daya acun bahan (toksisitas); cara masuk ke dalam tubuh.

2.2 Jenis – Jenis Potensi Bahaya

Potensi Bahaya adalah sesuatu yang berpotensi untuk terjadinya insiden yang berakibat
pada kerugian. Risiko adalah kombinasi dan konsekuensi suatu kejadian yang berbahaya dan
peluang terjadinya kejadian tersebut.
Potensi bahaya bisa berupa bahaya terhadap tubuh manusia / kesehatan, bahan terhadap
kebakaran dan bahaya terhadap reaktifitas dengan bahan lain.
Sifat-sifat bahaya :
2.2.1 Bahaya Kesehatan
Potensi bahaya kimia, yaitu potensi bahaya yang berasal dari bahan-bahan kimia yang
digunakan dalam proses produksi. Potensi bahaya ini dapat memasuki atau mempengaruhi
tubuh tenaga kerja melalui : inhalation (melalui pernafasan), ingestion (melalui mulut ke
saluran pencernaan), skin contact (melalui kulit).
Adapun potensi bahaya yang bisa ditimbulkan oleh bahan kimia adalah
a) Korosi

4
Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada permukaan tempat
dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem pencernaan adalah bagain tubuh yang
paling umum terkena.
Contoh : konsentrat asam dan basa , fosfor.
b) Iritasi
Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak. Iritasi kulit bisa
menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi pada alat-alat pernapasan
yang hebat dapat menyebabkan sesak napas, peradangan dan oedema ( bengkak )
Contoh :
Kulit : asam, basa,pelarut, minyak .
Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide, phosgene, chlorine
,bromine, ozone.
c) Reaksi Alergi
Bahan kimia alergen atau sensitizers dapat menyebabkan reaksi alergi pada kulit atau
organ pernapasan
Contoh :
Kulit : colophony ( rosin), formaldehyde, logam seperti chromium atau
nickel, epoxy hardeners, turpentine.
Pernapasan : isocyanates, fibre-reactive dyes, formaldehyde, nickel.
d) Asfiksiasi
Asfiksian yang sederhana adalah inert gas yang mengencerkan atmosfer yang ada,
misalnya pada kapal, silo, atau tambang bawah tanah. Konsentrasi oksigen pada udara
normal tidak boleh kurang dari 19,5% volume udara.
Asfiksian kimia mencegah transport oksigen dan oksigenasi normal pada darah atau
mencegah oksigenasi normal pada kulit.
Contoh :
Asfiksian sederhana : methane, ethane, hydrogen, helium
Asfiksian kimia : carbon monoxide, nitrobenzene, hydrogen cyanide, hidrogen
sulphide.
e) Kanker
Karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas telah terbukti pada
manusia.
Kemungkinan karsinogen pada manusia adalah bahan kimia yang secara jelas sudah
terbukti menyebabkan kanker pada hewan .
Contoh :
o Terbukti karsinogen pada manusia : benzene ( leukaemia); vinylchloride ( liver
angiosarcoma) ; 2-naphthylamine, benzidine (kanker kandung kemih ); asbestos
(kanker paru-paru , mesothelioma);

5
o Kemungkinan karsinogen pada manusia : formaldehyde, carbon tetrachloride,
dichromates, beryllium
f) Efek Reproduksi
Bahan-bahan beracun mempengaruhi fungsi reproduksi dan seksual dari seorang
manusia.
Perkembangan bahan-bahan racun adalah faktor yang dapat memberikan pengaruh
negatif pada keturunan orang yang terpapar, sebagai contoh :aborsi spontan.
Contoh :
Manganese, carbondisulphide, monomethyl dan ethyl ethers dari ethylene glycol,
mercury. Organic mercury compounds, carbonmonoxide, lead, thalidomide, pelarut.

g) Racun Sistemik
Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka pada organ atau sistem
tubuh.
Contoh :
Otak : pelarut, lead, mercury, manganese
Sistem syaraf peripheral : n-hexane, lead, arsenic, carbon disulphide
Sistem pembentukan darah : benzene, ethylene glycol ethers
Ginjal : cadmium, lead, mercury, chlorinated hydrocarbons
Paru-paru : silica, asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis )

2.2.2 Bahaya kebakaran :


Bahan Kimia termasuk kategori bahan mudah terbakar, dapat dibakar, tidak dapat dibakar atau
membakar bahan lain. Kemudahan zat untuk terbakar ditentukan oleh :
a) Titik nyala : suhu terendah dimana uap zat dapat dinyalakan.
b) Konsentrasi mudah terbakar : daerah konsentrasi uap gas yang dapat dinyalakan.
Konsentrasi uap zat terendah yang masih dapat dibakar disebut LFL (low flammable
limit) dan konsentrasi tertinggi yang masih dapat dinyalakan disebut UFL (upper
flammable limit). Sifat kemudahan membakar bahan lain ditentukan oleh kekuatan
oksidasinya.
c) Titik bakar : suhu dimana zat terbakar sendirinya.
2.2.3 Bahaya reaktivitas
Sifat bahaya akibat ketidakstabilan atau kemudahan terurai, bereaksi dengan zat lain atau
terpolimerisasi yang bersifat eksotermik (menghasilkan panas) sehingga eksplosif atau
reaktivitasnya terhadap gas lain sehingga menghasilkan gas beracun.

2.3 Tempat Kerja Yang Beresiko

6
Tempat kerja adalah setiap ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap,
dimana tenaga kerja bekerja atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha
dan dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya baik di darat, di dalam tanah, di
permukaan air, di dalam air maupun di udara. Contoh tempat kerja yang beresiko hazard kimia:
1. Lab Mikrobiologi
2. Lab Kesmas
3. Lab Biomolekuler
4. Rumah Sakit & Fasilitas Kesehatan Lainnya
5. Fasilitas Bioteknologi
6. Fasilitas Dokter Hewan dan Binatang
7. Pertanian
8. Lain-lain
2.4 Faktor Risiko
Bahan berbahaya khususnya bahan kimia adalah bahan-bahan yang pada suatu kondisi
tertentu dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan, pada setiap tingkat pekerjaan yang
dilakukan (penyimpanan, pengangkutan, penggunaan, pembuatan dan pembuangan).
Secara umum, bahan-bahan kimia berbahaya dapat dikelompokkan menjadi :
a) Bahan kimia mudah meledak
Adalah bahan kimia berupa padatan atau cairan, atau campurannya yang sebagai akibat suatu
perubahan (reaksi kimia, gesekan, tekanan, panas, atau perubahan lainnya) menjadi bentuk gas
yang berlangsung dalam proses yang relative singkat Lingkungan Kerja Faktor Kimia DAN
BIOLOGI Higiene Industri disertai dengan tenaga perusakan yang besar, pelepasan tekanan
yang besar serta suara yang keras.
b) Bahan kimia mudah terbakar
Adalah bahan kimia bila mengalami suatu reaksi oksidasi pada suatu kondisi tertentu, Akan
menghasilkan nyala API. Tingkat bahaya dari bahan-bahan ini ditentukan oleh titik bakarnya,
makin rendah titik bakar bahan tersebut semakin berbahaya.
Tabel.1. Beberapa titik nyala yang umum
Bahan Kimia Titik Nyala (℃)
Gasoline -43℃
Acetene -19℃
Methyl Alcohol 11℃
Kerosene 43℃
Heptane -4℃
Toulene 6℃
c) Bahan kimia beracun
Merupakan bahan kimia dalam jumlah relative sedikit, dapat mempengaruhi kesehatan
manusia atau bahkan menyebabkan kematian, apabila terabsorbsi tubuh manusia melalui

7
injeksi. Sifat racun dari bahan dapat berupa kronik atau akut dan sering tergantung pada jumlah
bahan tersebut yang masuk kedalam tubuh.
d) Bahan kimia korosif
Adalah bahan kimia meliputi senyawa asam-asam alkali dan bahan-bahan kuat lainnya, yang
sering mengakibatkan kerusakan logam-logam bejana atau penyimpan. Senyawa asam alkali
dapat menyebabkan luka bakar pada tubuh, merusak mata, merangsang kulit dan system
pernafasan.
e) Bahan kimia radioaktif
Yaitu bahan kimia yang mempunyai kemampuan untuk memancarkan sinar-sinar radioaktif
seperti sinar alfa, beta, sinar gamma, sinar netron, dan lain-lain, yang dapat membahayakan
tubuh manusia. Suatu bahan kimia dikatakan memiliki sifat berbahaya apabila satu atau lebih
dari sifat-sifat bahaya tersebut diatas terdapat didalam bahan kimia tersebut, yang selain mudah
meledak, dapat pula menjadi bahan kimia beracun dan meracuni kehidupan.
f) Bahan kimia oksidator
Bahan kimia oksidator bersifat eksplosif karena sangat reaktif dan tidak stabil, mampu
menghasilkan oksigen dalam reaksi atau penguraianya sehingga dapat menimbulkan kebakaran
selain ledakan. Bahan oksidator terdiri dari :
 Oksidator organik : Permanganat, Perklorat, Dikromat, Hidrogen Peroksida, Periodat,
Persulfat.
 Peroksida organik : Benzil Peroksida, Asetil Peroksida, Eteroksida, Asam Parasetat.
 Peroksida-peroksida organik dapat pula terbentuk pada penyimpanan pelarut organik
seperti eter, keton, ester, senyawa-senyawa tidak jenuh dsb yang bersifat eksplosif.
g) Bahan kimia reaktif
Adalah bahan kimia yang sangat mudah bereaksi dengan bahan-bahan lainnya, disertai
pelepasan panas dan menghasilkan gas-gas yang mudah terbakar atau keracunan, atau korosi.
Sifat reaktif dari bahan-bahan kimia dapat dibedakan atas dua jenis :
 Reaktif terhadap air, yaitu bahan kimia reaktif yang sangat mudah bereaksi dengan air,
mengeluarkan panas dan gas yang mudah terbakar.
 Reaktif tehadap asam, yaitu bahan kimia reaktif yang sangat mudah bereaksi dengan
asam, menghasilkan panas dan gas yang mudah terbakar atau gas-gas beracun serta
bersifat korosif.
h) Bahan reaktif terhadap air
Beberapa bahan kimia dapat bereaksi hebat dengan air, dapat meledak atau terbakar. Ini
disebabkan zat-zat tersebut bereaksi secara eksotermik (mengeluarkan panas) yang besar atau
mengeluarkan gas yang mudah terbakar, contoh :
 Alkali (Na, K) dan Alkali tanah (Ca)
 Logam Halida (Alumunium tibromida)
 Oksida logam anhidrat (CaO)
 Oksida non logam Halida (Sulfuril Halida)

8
Jelas bahan-bahan tersebut harus jauh dari air atau disimpan ditempat yang kering dan bebas
dari kebocoran bila hujan turun, dan bahan reaktif diatas juga reaktif terhadap asam. Selain itu
juga terdapat bahan-bahan lain yang dapat bereaksi dengan asam secara hebat. Reaksi yang
terjadi adalah reaksi eksotermis atau menghasilkan gas-gas yang mudah terbakar atau
eksplosif, contoh : Kalium Klorat/perklorat, Kalium Permanganat, Asam Akromat (Cr₂O₃).
i) Gas bertekanan
Gas bertekanan telah banyak digunakan dalam industri ataupun laboratorium. Bahaya dari gas
tersebut pada dasarnya adalah karena tekanan tinggi dan juga efek yang mungkin juga bersifat
racun, aspiksian, korosif, dan mudah terbakar.

Tabel .2. penggunaan gas bertekanan dan bahayanya

GAS Penggunaan Bahaya


Asetilen Gas Bakar Mudah Terbakar, Aspiksian
Ammonia Bahan Baku Pupuk Beracun
Etilen Oksida Sterilisasi Beracun dan Mudah
Terbakar
Hidrogen Hidrogenasi, gas karier Mudah terbakar dan meledak
Nitrogen Gas pencuci, membuat udara Aspiksian
inert
Klor Klorinasi Beracun, Korosif
Vinil Klorida Produksi Plastic Beracun dan Mudah
Terbakar
Gas-gas tersebut diatas dalam silinder yang bertekanan, harus disimpan dalam keadaan
terlindung, bebas panas, dan goncangan serta terikat kuat dan bebas dari kebocoran kran.

2.5 Nilai Ambang Batas


Penjelasan NAB Faktor Kimia terdapat pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Republik Indonesia Nomor Per.13/MEN/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor
Kimia Di Tempat Kerja, yaitu:
1. Kegunaan NAB
NAB ini akan digunakan sebagai (pedoman) rekomendasi pada praktek higene perusahaan
dalam melakukan penatalaksanaan lingkungan kerja sebagai upaya untuk mencegah dampaknya
terhadap kesehatan. Dengan demikian NAB antara lain dapat pula digunakan:
a. Sebagai kadar standar untuk perbandingan.
b. Sebagai pedoman untuk perencanaan proses produksi dan perencanaan teknologi
pengendalian bahaya-bahaya di lingkungan kerja.

9
c. Menentukan pengendalian bahan proses produksi terhadap bahan yang lebih beracun
dengan bahan yang sangat beracun.
d. Membantu menentukan diagnosis gangguan kesehatan, timbulnya penyakitpenyakit
dan hambatan-hambatan efisiensi kerja akibat faktor kimiawi dengan bantuan
pemeriksaan biologik
2. Kategori Karsinogenitas
Bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogen, dikategorikan sebagai berikut:
A-1 Terbukti karsinogen untuk manusia (Confirmed Human Carcinogen). Bahan bahan kimia yang
berefek karsinogen terhadap manusia, atas dasar bukti dari studi-studi epidemologi atau bukti
klinik yang meyakinkan, dalam pemaparan terhadap manusia yang terpajan.
A-2 Diperkirakan karsinogen untuk manusia (Suspected Human Carcinogen). Bahan kimia yang
berefek karsinogen terhadap binatang percobaan pada dosis tertentu, melalui jalan yang
ditempuh, pada lokasi-lokasi, dari tipe histologi atau melalui mekanisme yang dianggap sesuai
dengan pemaparan terhadap tenaga kerja terpajan. Penelitian epidemologik yang ada belum
cukup membuktikan meningkatnya risiko kanker pada manusia yang terpajan.
A-3 Karsinogen terhadap binatang. Bahan-bahan kimia yang bersifat karsinogen pada binatang
percobaan pada dosis relatif tinggi, pada jalan yang ditempuh, lokasi, tipe histologik atau
mekanisme yang kurang sesuai dengan pemaparan terhadap tenaga kerja yang terpapar. 13
A-4 Tidak diklasifikasikan karsinogen terhadap manusia. Tidak cukup data untuk
mengklasifikasikan bahan-bahan ini bersifat karsinogen terhadap manusia ataupun binatang.
A-5 Tidak diperkirakan karsinogen terhadap manusia.
Repr. Menimbulkan gangguan reproduksi pada wanita, seperti abortus spontan, gangguan haid,
infertilitas, prematur, kelainan kongenital, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
3. NAB Campuran Apabila terdapat lebih dari satu bahan kimia berbahaya yang bereaksi terhadap sistem
atau organ yang sama, di suatu udara lingkungan kerja, maka kombinasi pengaruhnya perlu
diperhatikan. Jika tidak dijelaskan lebih lanjut, efeknya dianggap saling menambah.
Dilampaui atau tidaknya Nilai Ambang Batas (NAB) campuran dari bahan-bahan kimia tersebut, dapat
diketahui dengan menghitung dari jumlah perbandingan diantara kadar dan NAB masing-masing,
dengan rumus-rumus sebagai berikut:
C1 + C2 + ……….. Cn = …………..
NAB (1) NAB (2) NAB (n)
Kalau jumlahnya lebih dari 1 (satu), berarti Nilai Ambang Batas Campuran dilampaui.
a. Efek Saling Menambah
Keadaan umum
NAB campuran : C1 + C2 + C3 + ………. =
NAB(1) NAB(2) NAB(3)
Contoh 1 a:
Udara mengandung 400 bds Aseton (NAB-750 bds), 150 bds Butil asetat sekunder (NAB-200
bds) dan 100 bds Metil etil keton (NAB-200 bds).

10
Kadar campuran =400 bds + 150 bds + 100 bds = 650 bds. Untuk mengetahui NAB campuran
dilampaui atau tidak, angka-angka tersebut dimasukkan ke dalam
rumus : 400 + 150 + 100 = 0,53 + 0,75 + 0,5 = 1,78
750 200 200
Dengan demikian kadar bahan kimia campuran tersebut di atas telah melampaui NAB
campuran, karena hasil dari rumus lebih besar dari 1 (satu).
b. Kasus Khusus
Yang dimaksud dengan kasus khusus yaitu sumber kontaminan adalah suatu zat cair dan
komposisi bahan-bahan kimia di udara dianggap sama dengan komposisi campuran diketahui
dalam % (persen) berat, sedangkan NAB campuran dinyatakan dalam milligram per meter
kubik (mg/m3).

1 1
NAB Campuran = fa + fb + fc + fn1
NAB (a) NAB (b) NAB (c) NAB (n)
Contoh 1 b: Zat cair mengandung :50 % heptan (NAB 400 bds atau 1640 mg/m3), 30 % Metil
kloroform (NAB = 350 bds atau 1910 mg/m3), 20 % Perkloroetelin (NAB = 25 bds atau 170
mg/m3).
1 1 1
NAB campuran = 0,5 + 0.3 + 0,2 = 0,00030 + 0,00016 + 0,00018
1640 1910 170
1 1 1
0,00030 + 0,00016 + 0,00018 = 0,00164 = 610 mg/m3
Komposisi campuran adalah :
50 % atau (610) (0,5) mg/m3 = 305 mg/m3 Heptan = 73 bds.
30 % atau (610) (0,3) mg/m3 = 183 mg/m3 Metil kloroform = 33 bds.
20 % atau (610) (0,2) mg/m3 = 122 mg/m3 Perkloroetilen = 18 bds.
NAB campuran : 73 + 33 + 18 = 124 bds atau 610 mg/m3
c. Berefek Sendiri-Sendiri
NAB campuran =
C1 = 1; C2 = 1; C3 = 1 dan seterusnya
NAB (1) NAB (2) NAB (3)
Contoh 1 c: Udara mengandung 0,15 mg/mg3 timbal (NAB = 0,15 mg/m3) dan 0,7 Mg/m3
asam sulfat (NAB = 1 mg/m3).
0,15 = 1 : 0,7 = 0,7
0,15 1
Dengan demikian NAB campuran belum dilampaui
d. NAB Untuk Campuran Debu-Debu Mineral Untuk campuran debu-debu mineral yang secara
biologi bersifat aktif, dipakai rumus seperti pada campuran di A.2.

11
2.6 Efek Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Dalam upaya melakukan pencegahan, dapat menggunakan perangkat MSDS ( Material
Safety Data Sheet) atau yang dalam Indonesia dikenal dengan nama LDKB (Lembar Data
Keselamatan Bahan) merupakan sebuah dokumen yang wajib disertakan pada setiap bahan
kimia, apapun jenis nya.

Dokumen MSDS atau LDKB dibuat khusus tentang suatu bahan (kimia) mengenai
pengenalan umum, sifat-sifat bahan, cara penanganan, penyimpanan, pemindahan dan
pengelolaan limbah buangan bahan kimia tersebut. Berdasarkan isi dari MSDS maka dokumen
tersebut harus diketahui dan digunakan oleh para pelaksana yang terlibat dengan bahan kimia
tersebut yakni produsen, pengangkut, penyimpan, pengguna dan pembuang bahan kimia.

Data MSDS merupakan petunjuk standar keamanan dan keselamatan kerja digunakan
secara luas didalam industri, pengangkutan (logistik), laboratorium, serta pihak-pihak yang
berhubungan dengan dengan bahan-bahan yang digunakan. Pengetahuan tentang dokumen
MSDS ini dapat mendukung budaya terciptanya kesehatan dan keselamatan kerja.

MSDS dibuat oleh berbagai pihak seperti produsen bahan, industri , institusi yang
terkait dengan kesehatan dan keselamatan kerja bahkan perguruan tinggi. Dokumen ini disusun
secara ringkas dan skematik agar mudah dipahami. Setiap dokumen diharuskan memberikan
informasi yang benar dan akurat.

Untuk MSDS suatu bahan yang dibuat dari beberapa penyusun sering berbeda dalam
hal urutan penyajian, penonjolan dan prioritas materi, tidak memuat beberapa prosedur
pendukung, atau detail proses yang berlaku standar tidak dituliskan secara lengkap. Meskipun
demikian pengguna atau dapat merujuk MSDS dari beberapa sumber untuk dikomparasikan
sehingga saling melengkapi. Terkait dengan kepentingan pembuat MSDS, dokumen mungkin
menonjolkan uraian yang terkait dengan kepentingan mereka akan tetapi isi dari setiap MSDS
memiliki kandungan yang sebagian besar sama. Di dalamnya terdapat beberapa informasi yang
minimal ada pada MSDS secara umum yang terdiri dari 16 bab :

1. Product and Company Identification / Produk dan Identitas Perusahaan


Sesuai dengan judul, bagian ini menjelaskan nama produk dan nama perusahaan
pembuat produk tersebut. Nama produk adalah nama yang dikenal oleh masyarakat secara luas.

12
Identitas perusahaan meliputi nama, alamat, dan nomor telepon perusahaan serta tanggal
pembuatan dokumen MSDS tersebut.
2. Composition/Information on ingredients / Komposisi /Informasi kandungan bahan
Dalam bab ini menjelaskan deskripsi bahan/jenis, sifat, identitas, dan konsentrasi bahan
penyusun produk yang dibuat. Nama bahan kimia masing-masing penyusun tercantum jelas
beserta CAS number (Chemical Abstract Services) termasuk prosentase komposisi dan batas
kandungan maksimal yang diijinkan (batas ambang berbahaya) dalam hubungannya kontak
dengan tubuh manusia sesuai dengan standar internasional. Standar yang dipakai umumnya
adalah ANSI atau OHSA
3. Hazards Identification / Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya potensi bahaya yang ditimbulkan diterangkan dalam bab ini.
Potensi bahaya bisa berupa bahaya terhadap tubuh manusia / kesehatan, bahan terhadap
kebakaran dan bahaya terhadap reaktifitas dengan bahan lain.
Sifat-sifat bahaya :
a) Bahaya Kesehatan
b) Bahaya kebakaran
c) Bahaya reaktivitas
Dari ketiga kondisi bahaya tersebut maka dibuatlah label bahaya untuk memudahkan
identifikasi bahaya yang ditimbulkan oleh bahan tersebut.Label bahaya diberikan dalam bentuk
gambar untuk memberikan pemahaman cepat sifat bahaya. Label yang dipakai ada dua, yaitu
menurut PBB (internasional) dan NFPA (Amerika). Label MSDS tanda bahaya dikelompokkan
menjadi 4 hal sesuai dengan simbol belah ketupat yang terdiri dari 4 bagian.

Arti label tersebut adalah :


a. Bagian sebelah kiri berwarna biru menunjukkan
skala bahaya kesehatan.
b. Bagian sebelah atas berwarna merah
menunjukkan skala bahaya kemudahan terbakar
c. Bagian sebelah kanan berwarna kuning
menunjukkan skala bahaya reaktivitas.
d. Bagian sebelah bawah berwarna putih
menunjukkan skala bahaya khusus lainnya.

4. First Aid Measures / Tindakan Pertolongan Pertama


Pada bab ini menjelaskan cara tindakan awal apabila terjadi kontaminasi, paparan .
karena penghirupan uap / gas, terkena mata dan kulit atau tertelan dari bahan.

13
5. Fire fighting measures / Penanganan Penanggulangan Kebakaran
Tindakan penganggulangan kebakaran menjelaskan media pemadam api dan kebakaran
akibat dari terbakarnya bahan ini. Selain itu juga disertakan tatacara pemadaman kebakaran
disertai APD (alat pelindung diri) yang memadai. Selain itu keterangan mengenai sifat bahan
mudah terbakar, titik nyala, Batas kemampuan terbakar, batas suhu terendah dan tertinggi
mudah terbakar dan bahaya khusus juga disertakan dalam bab ini
6. Accidential Release measures / Penanggulangan kondisi darurat Tumpahan dan Kebocoran
Dalam bab ini dijelaskan tentang hal-hal yang harus dilakukan apabila bejana
penyimpan bahan kimia bocor atau tumpah (bahkan menguap).
7. Handling and storage / Penanganan dan Penyimpanan
Bab ini menjelaskan tata cara penanganan dan penyimpanan bahan serta kondisi khusus
yang diperlukan dalam penyimpanan bahan. Kondisi gudang yang aman serta suhu dan
kelembaban yang aman bagi bahan
8. Exposure control / personal protection / Pengendalian Pemaparan / Perlindungan Diri
Dalam bahasa sehari-hari disebut Alat pelindung diri. Bab ini menjelaskan Informasi
tentang alat bantu dan pelindung yang perlu pada saat pemakaian bahan tersebut. Alat
pelindung diri sebagai usaha untuk mengurangi keterpaan bahan, antara lain sebagai berikut:
a) Perlindungan pernafasan
b) Ventilasi
c) Sarung tangan pelindung
d) Pelindung mata
e) Peralatan pelindung lainnya
f) Pengawasan perlindungan
9. Physical and Chemical Properties / Spesifikasi Fisika dan Kimiawi
Bab ini menjelaskan informasi secara fisika dan kimia. Pengaruhnya terhadap kondisi
sekitarnya dan menunjukkan batas atau saat material tersebut bisa berubah bentuk (mencair,
menyublim atau membeku) Penjelasan sifat-sifat fisikan dan kimia antara lain : titik didih,
massa jenis, tekanan uap, kerapatan uap, titik beku atau titik cair, kerapatan cairan, pH,
kelarutan, penampakan fisik dan bau, dan sebagainya.
10. Stability and Reactivity / Stabilitas dan Reaktivitas
Mencantumkan sifat stabilitas dan reaktivitas. Berisi tentang kondisi yang harus
dihindari, reaksi bahan apabila tercampur dengan bahan lain seperti air, minyak, udara, produk
dekomposisi yang berbahaya, produk polimerisasi yang berbahaya atau bahan kimia lain.
Selain itu bab ini menjelaskan situasi dan kondisi yang harus dihindari untuk mencegah resiko
reaksi bahan tersebut.
11. Toxicological Information / Data Toksikologi
Bab ini menjelaskan sifat racun terhadap tubuh berdasarkan analisis kimiawi medis.
Sifat-sifat racun yang mungkin pada tubuh berdasarkan hasil pengujian secara medis dan
maupun hasil laporan yang pernah diterima. Keterangan sifat racun seperti: efek lokal,

14
pemaparan akut, dan kronik, termasuk efek karsinogen, teratogen, reproduksi, mutagen, dan
interaksi bahan dengan obat, alcohol.
12. Ecological Information and Consideration / Informasi Ekologi Lingkungan
Menjelaskan bahaya terhadap lingkungan, dampak lingkungan, degradasi, dan
bioakumulasi dan bagaimana menangani limbah atau buangan bahan baik berupa padat, cair
maupun gas. Termasuk di dalamnya cara pemusnahan
13. Disposal Consideration / Pembuangan Limbah
Informasi tentang teknis pembuangan limbah termasuk pembuangan wadah bekas bahan
kimia. Dalam bab ini menjelaskan hal-hal berikut :
a) Langkah-langkah yang harus diambil untuk pengumpulan limbah
b) Prosedur pengelolaan dan pengolahan limbah di lapangan
c) Prosedur pengelolaan dan pengolahan limbah di laboratorium
d) Metoda pemusnahan limbah bahan kimia
14. Transport Information / Informasi Pengangkutan
Pengangkutan bahan menjadi perhatian khusus dalam penanganan. Beberapa
persyaratan internasional harus dicantumkan agar pemegang MSDS bisa mengidentifikasi
secara jelas cara pengangkutan yang aman. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pengangkutan antara lain : nama dan jenis transportasi, tanda kelas bahaya bahan, tanda label
(yang tertera pada bab 3 identifikasi bahaya), tanda merk, prosedur darurat akibat kecelakaan,
prosedur penanganan awal yang harus dilakukan selama tranportasi. Untuk informasi standar
pengangkutan ke luar negeri mengikuti peraturan peraturan internasional. Di dalamnya
terdapat pasal-pasal dan kode yang menjelaskan tatacara pengangkutan bahan.
15. Regulatory Information / Informasi Peraturan Perundang-undangan
Bab ini menjelaskan tentang pertaturan perundang-undangan yang terkait dengan bahan
yang tertera pada MSDS ini, termasuk pemberian tanda/simbol dan label, standar dan norma
yang berlaku baik dalam kemasan maupun dalam handling pengangkutan.
16. Other Information / Informasi Lainnya
Dalam bab ini diberikan informasi lain yang perlu bagi keselamatan dan kesehatan pekerja
seperti pelatihan, saran penggunan bahan, dan persyaratan, peraturanperaturan lainnya yang
mengikat serta sumber informasi lebih lanjut.

15
BAB III
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Hazard adalah suatu potensi yang menimbulkan bahaya terhadap kehidupan kesehatan,
harta benda atau lingkungan. Resiko adalah kemungkinan yang dapat diukur dari suatu
kejadian yang menimbulkan bahaya terhadap kehidupan, kesehatan, harta benda atau
lingkungan (Majid, A. 2005).
Potensi bahaya bisa berupa bahaya terhadap tubuh manusia / kesehatan, bahan terhadap
kebakaran dan bahaya terhadap reaktifitas dengan bahan lain.
Sifat-sifat bahaya :
a) Bahaya Kesehatan
b) Bahaya kebakaran
c) Bahaya reaktivitas
Upaya yang dapat dilakukan sebagai solusi menangani potensi bahaya kimia sesuai
dengan MSDS ( Material Safety Data Sheet) antara lain
1. Product and Company Identification / Produk dan Identitas Perusahaan
2. Composition/Information on ingredients / Komposisi /Informasi kandungan bahan
3. Hazards Identification / Identifikasi Bahaya
4. First Aid Measures / Tindakan Pertolongan Pertama
5. Fire fighting measures / Penanganan Penanggulangan Kebakaran
6. Accidential Release measures / Penanggulangan kondisi darurat Tumpahan dan
Kebocoran
7. Handling and storage / Penanganan dan Penyimpanan
8. Exposure control / personal protection / Pengendalian Pemaparan / Perlindungan Diri
9. Physical and Chemical Properties / Spesifikasi Fisika dan Kimiawi
10. Stability and Reactivity / Stabilitas dan Reaktivitas
11. Toxicological Information / Data Toksikologi
12. Ecological Information and Consideration / Informasi Ekologi Lingkungan
13. Disposal Consideration / Pembuangan Limbah
14. Transport Information / Informasi Pengangkutan
15. Regulatory Information / Informasi Peraturan Perundang-undangan
16. Other Information / Informasi Lainnya

16
4.2 Saran

1. Segala jenis usaha baik sebuah home industry maupun perusahaan besar seharusnya pihak
perusahaan menerapkan SMK3 dengan baik.
2. Pekerja hendaknya diberi pelatihan tentang safety agar dalam melakukan aktivitasnya bisa
aman sesuai prosedur kerja.
3. Pemakaian APD hendaknya diterapkan oleh pekerja demi keamanan pekerja baik itu pekerja
perusahaan yang besar ataupun kecil seperti home industry.

17
Daftar Pustaka

A.M. Sugeng Budiono, 2005. “Pengenalan Potensi Bahaya Industrial Dan Analisis Kecelakaan
Kerja”. (Dalam Artikel) Depnaketrans.
Ashfal, C, Ray, 1999. “Industrial safety And Health Management”. Fourth Edition. Prentice-
Hall, Inc., New Jersey.
Gempur Santoso, 2004. “Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja” Ghalia Indonesia,
Bogor selatan.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomer : PER.05/MEN/1996. Tentang “Sistem Manajemen
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja”.
http://nrkamri.blogspot.co.id/2012/10/identifikasi-faktor-bahaya-di-tempat.html
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per.13/MEN/X/2011
Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia Di Tempat Kerja

18

Anda mungkin juga menyukai