Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS BESI (Fe) DAN ALUMINIUM (Al) DALAM TANAH

LEMPUNG SECARA SPEKTROFOMETRI SERAPAN ATOM

oleh :
Fitriyani Adwiwartika
11160960000026

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017
Analisis Besi (Fe) dan Aluminium (Al) Dalam Tanah Lempung Secara
Spektrofotometri Serapan Atom

Abstrak
Telah dilakukan penelitian analisis besi dan aluminium dalam
tanah lempung secara spektrofotometri serapan atom.Penelitian ini
bertujuan untuk menentukan kandungan besi (Fe) dan aluminium (Al)
dalam tanah lempung.Sampel diperoleh dari Situmbuk Kecamatan
Salimpaung Kabupaten Tanah Datar.Destruksi sampel dilakukan
dengan variasi pelarut: HCl pekat, HNO 3 pekat, dan campuran HCl-
HNO3 pekat (3:1), variasi ukuran partikel: 63 µm, 75 µm, dan 90 µm
serta variasi volume pelarut: 25 mL, 30 mL, 35 mL, 40 mL, 45 mL.
Larutan hasil destruksi diukur dengan SpektrofotometerSerapan Atom
(SSA). Hasil penelitian menunjukkan kandungan besi diperoleh
dengan menggunakan 30 mL pelarut HCl-HNO3 pekat (3:1) dengan
ukuran partikel 63 µmyaitu 4,504%, sedangkan kadar aluminium
diperoleh dengan menggunakan 40 mL pelarut HCl-HNO3 pekat (3:1)
dengan ukuran partikel 63 µm yaitu 16,715%
BAB I
PENDAHULUAN

Tanah adalah lapisan permukaan bumi paling luar sebagai tempat tumbuhnya
tanaman.Tanah berasal dari hasil pelapukan batuan induk (anorganik) dan bahan-
bahan organik dari tumbuhan dan hewan yang telah membusuk.Bahan yang
menyusun tanah terdiri atas zat padat, cair, gas, dan organisme. Pelapukan batuan
induk pembentuk tanah di daerah tropis seperti Indonesia sangat dipengaruhi
faktor suhu dan kelembaban udara (Hanafiah, 2005: 8)
Menurut Hanafiah lapisan kerak bumi (lithosfer) tersusun oleh berbagai unsur
kimiawi baik yang berfungsi sebagai unsur hara tanaman maupun yang berfungsi
lain, seperti hidrogen, boron, karbon, nitrogen, oksigen, kalium, natrium,
magnesium, aluminium, silicon, fosfor, sulfur, klor, kalsium, skandium, vanadium,
mangan, besi, kobalt, tembaga, arsen, seng, selenium, bromium, rubidium, timah,
molibdenum, yodium dan barium‖. Tanah yang mengandung berbagai jenis
mineral ini banyak ditemukan dibeberapa daerah, salah satunya adalah Sumatera
Barat yaitu di nagari Situmbuk, Kecamatan Salimpauang, Kabupaten Tanah
Datar.Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Pertambangan Mineral
dan Energi Sumatera Barat bahwa sampel yang diperoleh di nagari Situmbuk,
Kecamatan Salimpauang, Kabupaten Tanah Datar tergolong Tanah
Lempung.Dalam tanah ini terdapat logam-logam yang terdiri atas mineral-mineral
seperti besi dan aluminium. Dari uji pendahuluan yang telah dilakukan ternyata
lempung mengandung logam besi dan aluminium.
Komponen anorganik tanah sangat penting dalam produktivitas tanah.Dalam
bentuk koloid komponen anorganik merupakan penyimpan air dan nutrien yang
dapat tersedia bagi tanaman bila diperlukan. Unsur-unsur dalam tanah, seperti Al,
Fe, Si, Ca, Na, K dan Mg serta oksigen dapat bergabung membentuk fraksi
mineral anorganik, seperti kuarsa (SiO2), orthoklase (KalSi3O8), albite (NaAl
SiO8) dan magnetit (Fe3O4). Bagi tanamanyang penting adalah unsur anorganik
tanah atau mineral tanah sebagai hara tanaman (Bachtiar, 2006).
Pada masa sekarang ini dengan kemajuan teknologi yang semakin
berkembang, unsur-unsur seperti besi dan aluminium banyak dimanfaatkan dalam
dunia industri, contohnya logam besi digunakan dalam industri baja. Besi juga
dimanfaatkan untuk tiang listrik, jembatan, pintu air, dan kerangka bangunan dan
sebagainya. Sedangkan aluminium dalam industri rumah tangga, digunakan untuk
peralatan masak atau dapur, dalam industri makanan misalnya untuk pembungkus
makanan, kaleng minuman, pembungkus pasta gigi dan lain sebagainya. Serbuk
aluminium dapat pula dipakai untuk bahan cat aluminium, dan masih banyak yang
lain (Sugiyarto, 2003: 4.4).
Salah satu metoda untuk menganalisis logam adalah secara Spektrofotometri
Serapan Atom ( SSA ). Metoda ini merupakan suatu metoda analisis unsur secara
kualitatif dan kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya
pada panjang gelombang tertentu oleh atom dalam keadaan bebas (Skoog,et.al,
2000). Pengukuran dengan menggunakan metoda ini memiliki ketepatan dalam
analisis dan tidak memerlukan pemisahan terlebih dahulu karena tiap-tiap logam
memiliki lampu katoda khusus (Khopkar, 1990 : 283). Kelebihan metoda ini
adalah memiliki kepekaan dan keselektifan yang tinggi serta pelaksanaan analisis
yang relatif sederhana.
Penelitian Al Izzah Chan (2011) tentang penentuan kandungan besi (Fe) dan
seng (Zn) dalam bijih besi secara spektrofotometri serapan atom, dari hasil
penelitian diperoleh pelarut terbaik yaitu aquaregia untuk besi (Fe) dan seng (Zn).
Berdasarkan hal diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk
menganalisis besi (Fe) dan aluminium (Al) dalam tanah lempung secara
spektrofotometri serapan atom.Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
kandungan besi (Fe) danaluminium (Al) dalam tanah lempung menggunakan
variasi pelarut, ukuran partikel dan volume pelarut.

1.1 Tanah Lempung


Hampir semua tanah liat yang ada di Indonesia disebut "lempung". Lempung
merupakan produk alam, yaitu hasil pelapukan kulit bumi yang sebagian besar
terdiri dari batuan feldspatik berupa batuan granit dan batuan beku. Tanah
lempung dengan rumus kimia Al2O3·2SiO2·2H2O terbentuk dari partikel-
partikel yang sangat kecil berdiameter kurang dari 4 µm. Lempung
mengandung leburan silica dan aluminium yang halus.Senyawa-senyawa yang
terkandung dalam tanah lempung antara lain ± 45% SiO2, ± 29% Al2O3, ± 10%
Fe2O3(Tim Pelayanan Teknis PT Semen Padang, 1998).
Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila
basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang
mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan
lapisan oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya. Jenis
mineral lempung yang utama ialah:

kaolinit
(Al2(Si2O5(H2O)),illit
(KAl2(AlSi3O10(OH)2),montmorilonit
(Al2O3.4SiO2.H2O+xH2O),haloisit
(Al2O3.2SiO2.4H2O),klorit
((Mg.Fe)5Al(AlSiO3O10)(OH) (Setyobudi, 2010).

Besi yang murni adalah logam berwarna putih-perak, yang kukuh dan liat.
Besi melebur pada 1535°C. Jarang terdapat besi komersial yang murni,
biasanya besi mengandung sejumlah kecil karbida, silisida, fosfida, dan sulfida
dari besi serta sedikit grafit. Zat-zat pencemar ini memainkan peranan penting
dalam kekuatan struktur besi (Vogel, 1990:257).
Besi merupakan komponen kerak bumi, yang persentasenya sekitar 5%, di
alam besi tidak ditemukan dalam bentuk murni tetapi dalam bentuk senyawa
dengan unsur lain, seperti hematit (Fe2O3), magnetit (Fe3O4), dan pyrit (FeS2)
(Partington,1975:912).
Aluminium adalah logam putih, yang liat dan dapat ditempa, bubuknya
berwarna abu-abu. Ia melebur pada 659⁰C. Asam klorida encer dengan mudah
melarutkan logam ini, pelarutan lebih lambat dalam asam sulfat encer atau
asam nitrat encer (Vogel, 1990:266).
Aluminium merupakan logam yang sangat berlimpah di alam, ditemukan
dalam tanah, Sekitar 8,3% kerak bumi terdiri dari aluminium dan terbanyak ketiga
setelah oksigen 45,5% dan silikon 25,7%. Elemen ini adalah logam ringan yang
mempunyai ketahanan korosi yang baik, hantaran listrik yang baik dan sifat–sifat
yang baik lainnya sebagai sifat logam.Oleh karena aluminium sangat reaktif
khususnya dengan oksigen, unsur aluminium tidak pernah dijumpai dalam
keadaan bebas di alam, melainkan sebagai senyawa yang merupakan penyusun
utama dari bahan tambang bijih bauksit yang berupa campuran oksida dan
hidroksida aluminium (Sugiyarto, 2003: 4.7).

1.2 Metoda Destruksi


Destruksi adalah suatu metoda pendahuluan yang digunakan untuk
menganalisis logam dengan matrik organik yang terikat pada logam tersebut.
Destruksi merupakan suatu tahap yang penting dalam prosedur analisis
kimia,tahap-tahap yang dilalui adalah penggerusansampel,pengayakan sampel dan
diikuti dengan tahap destruksi menggunakan nasam-asam kuat seperti HCl,
HNO3, campuran HCl dengan HNO3 dengan perbandingan 3:1 (Hartati,1995).

Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Spektrometri merupakan suatu metode


analisis kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan banyaknya radiasi yang
dihasilkan atau yang diserap oleh spesi atom atau molekul analit.Salah satu bagian
dari spektrometri ialah Spektrofotometri Serapan Atom (SSA), yaitu metode
analisis unsur secara kuantitatif yang pengukurannya berdasarkan penyerapan
cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas
(Skoog,2000).Kelebihan dari metoda SSA yaitu memiliki kepekaan dan ketelitian
yang tinggi karena dapat mengukur kandungan logam dengan satuan ppm,
analisisnya cepat, memerlukan sampel sedikit dan dapat digunakan untuk
menentukan kadar logam yang konsentrasinya kecil tanpa dipisahkan terlebih
dahulu (Khopkar,1990:283). Dengan absorbsi energi, berarti memperoleh lebih
banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ketika
eksitasi. Keberhasilan analisis ini bergantung pada proses eksitasi dan
memperoleh garis resonansi yang tepat (Environmental, 2009).

Menurut hukum Lambert-Beer banyaknya sinar yang diserap sebanding


dengan banyaknya atom-atom yang menyerap. Secara matematika dapat
dinyatakan sebagai berikut:
A  log PoPt  a.b.c

Dimana A adalah absorbansi, P0 adalah intensitas cahaya awal, Ptadalah


intensitas cahaya yang ditransmisikan, a adalah tetapan absorptivitas, b panjang
medium penyerap dan c adalah konsentrasi (Khopkar, 1990).Dari persamaan
diatas dapat dilihat bahwa konsentrasi sebanding dengan absorban. Jadi dengan
mengetahui absorban, konsentrasi dapat ditentukan dengan cara memplot nilai
tersebut terhadap kurva kalibrasi larutan standar yang diketahui konsentrasinya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Larutan tanah adalah air tanah yang mengandung ion-ion terlarut yang
merupakan hara bagi tanaman . konsentrasi ini sangat beragam dan tergantung
pada jumlah ion terlarut serta jumlah bahan pelarut atau air. Diwaktu musim
kering dimana air banyak menguap maka konsentrasi garam akan bertambah , hal
ini ditemukan di daerah yang beriklim kering. Sebaliknya didaerah yang basah
konsentrasi garam sering berubah-ubah secara drastis. Kadar garam yang tinggi
berbahaya bagi pertummbuhan tanaman . kadar garam sebanyak 0,5 % saja sudah
bebahaya bagi tanaman karena kadar tersebut sama dengan 10 ton garam di
lapisan 20 cm teratas (lapisan olahan). (Rismunandar, 2001)
Reaksi tanah yang penting adalah masam , netral atau alkalin. Pernyataan
ini didasarkan pada jumlah ion H dan OH dalam larutan tanah . bila didalam tanah
ditemukan ion H lebih banyak dari ion OH , maka disebut masam. Bila ion H
sama dengan OH , maka disebut netral , dan bila ion OH lebih banyak dari ion H
maka disebut alakalin.
Untuk meragamkan pengertian , sifat reaksi tersebut dinilai berdasarkan
konsentrasi ion H dan dinyatakan dengan pH . dengan kata lain , pH tanah = -log
(H) tanah. Suatu tanah disebut masamdengan 7, dan basa bila lebih dari 7 . bila
konsentrasi ion H bertambah maka ion pH turun dan se3baliknya bila konsentrasi
ion OH bertambah pH naik. Distribusi ion H dalam tanah tidak homogen . ion H
lebih banyak diserap dari pada ion OH , maka ion H lebih pekat didekat
permukaan koloid ., sedangkan ion OH sebaliknyab dengan demikian pH lebih
rendah didekat koloid daripada tempat yang jauh dari koloid. (Agus et.al,2008)
Kisaran pH tanah dapat dibatasi pada dua ekstrim. Kisaran pH tanah
mineral biasanya terdapat antar pH 3,5 sampai 10 atau lebih, untuk tanah gambut
kisaran pH nya adalah sekitar kurang dari 3,0 , sebaliknya tanah alkalin biasanya
bisa menunjukan pH lebih dari 11,0 . secara sederhana kisaran pH tanah itu
ditunjukan pada gambar 7-3 . kisara pH tanah mineral di daerah basah berbeda
dengan daerah kering . diwilayah basah kisaran pH itu berada antara sedikit
dibawah 5 hingga sedikit diatas 7 . sedangkan diwilayah kering berada sedikit
antara di bawah 7 dan diatas 9. (Hardjowigeno, 2003)
Pertumbuhan tanaman dipengaruhi pH tanah melalui dua cara yaitu :
pengaruh langsung ion hidrogen dan pengaruh tidak langsung yaitu tidak
tersedianya unsur hara tertentu dan adanya unsur hara yang beracun.
Dari berbagai hasil penelitian di amerika latin dan puerto rico diketahui
batas maksimum pH tanah kapur ( adam dan pearson , 1967 ) .batas pH yang
dimaksud menunjukan bahwa diatas pH ini tanamanyang bersangkutan tidak lagi
memerlukan kapur. Sebaliknya bila pH tanah dibawah nilai ini pertumbuhannya
akan terganggu jika tidak diberi kapur.
Kebanyakan tanaman toleran pada pH yang ekstrim, tinggi dan rendah ,
asalkan dalam tanah tersebu tersedia hara yang cukup . sayangnya tersedianya
unsur hara yang cukup itu dipengaruhi oleh pH . beberapa unsur hara tidak
tersedia pada pH ekstrim, dan beberapa unsur lainnya berada pada tingkat
meracun .
Perharaan yang sangat dipengaruhi oleh pH antara lain adalah :
a. Kalsium dan magnesium dapat ditukar
b. Alumunium dan unsur mikro
c. Ketersediaan fosfor
d. Perharaan yang bersifat atau berkaitan dengan kegiatan jasad mikro
BAB III
METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Kimia Fakultas


Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang, mulai bulan
Januari sampai Juni 2012. Sampel yang digunakan adalah tanah lempung yang
diperoleh dari Nagari Situmbuk, Kecamatan Salimpauang, Kabupaten Tanah
Datar.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah labu kjedahl, lumpang
dan alu, mantel pemanas, peralatan gelas, pipet tetes, labu semprot, ayakan ukuran
63µm, 75 µm, dan 90µm, kertas saring Whatman no.1, timbangan analit dan
peralatan Spektrofotometri Serapan Atom. Bahan-bahan yang digunakan adalah
sampel tanah lempung, HCl pekat, HNO3 pekat, aquaregia (campuran HNO3 pekat
dan HCl pekat dengan perbandingan 1:3), aquades, logam Fe dan logam Al.

3.1 Prosedur Penelitian


Dalam penelitian ini dilakukan beberapa variasi yaitu :

3.2 Optimasi jenis pelarut


Ditimbang masing-masing 1 gram lempung yang telah gerus dengan ukuran
partikel 63µm dimasukkan ke dalam 3 bejana. Pada masing-masing bejana
ditambahkan 25 mL HCl, HNO3 dan aquaregia. Panaskan sampai larut.
Selanjutnya diukur dengan Spektrofotometer Serapan Atom, untuk besi pada
panjang gelombang 248,3 nm dan aluminium309,3 nm.

3.3 Optimasi ukuran partikel


Ditimbang masing-masing 1 gram lempung yang telah gerus dengan ukuran
partikel 63 µm, 75µm dan 90 µm. Pada masing-masing ditambahkan 25 Ml
aquaregia. Panaskan sampai larut, selanjutnya diukur dengan SSA.
3.4 Optimasi volume pelarut
Ditimbang masing-masing 1 gram lempung yang telah gerus dengan ukuran
partikel 63 µm, ditambahkan 25 mL, 30 mL, 35 mL, 40 mL. Panaskan sampai
larut, selanjutnya diukur dengan SSA.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan Fe dan Al dalam Sampel dengan Variasi Pelarut

Kandungan besi dan aluminium dalam sampel diperoleh menggunakan


pelarut HCl

Tabel 1.Konsentrasi Fe dan Al dalam sampel dengan variasi pelarut

Konsentrasi Konsentrasi
Jenis % %
Fe Al
Pelarut w/w) (w/w)
(mg/L) (mg/L)
HCl 4,218 4,203 6,800 13,551
HNO3 3,928 3,914 5,580 11,121
Aquaregia 4,441 4,421 7,580 15,091

pekat, HNO3 pekat, dan aquaregia dilihat pada tabel 1 .

Dari tabel 1 terlihat bahwa aquaregia dapat melarutkan besi dan auminium
dengan baik sehingga menghasilkan kadar besi dan aluminium yang lebih besar
dibandingkan dengan HCl pekat dan HNO3 pekat pada ukuran partikel yang
sama. Hal ini disebabkan karena sifat aquaregia sebagai oksidator yang kuat
dan dapat dengan mudah untuk melarutkan sampel tanah lempung.Menurut
Vogel (1990) bahwa aquaregia merupakan zat pengoksid yang kuat dan juga
aquaregia bisa melarutkan berbagai macam logam termasuk logam mulia
seperti Emas dan Platinum.

4.1 Kandungan Fe dan Al dalam Sampel dengan Variasi Ukuran


Partikel
Kandungan Fe dan Al yang diperoleh pada variasi ukuran partikel, 63µm,
75µm dan 90µm menggunakan aquaregiadapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Konsentrasi Fe dan Al dalam sampel dengan variasi ukuran


partikel dalam pelarut aquaregia

Ukuran Konsentrasi % Konsentrasi %


(w/w
partikel Fe (mg/L) ) Al (mg/L) (w/w)
63 µm 4,441 4,421 7,58 15,091

75 µm 4,270 4,255 6,86 13,676

90 µm 3,897 3,895 6,10 12,157

Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa ukuran partikel 63 µm memberikan


hasil konsentrasi besi dan aluminium terbesar. Hal ini sesuai dengan konsep
laju reaksi bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi adalah
ukuran partikel. Dimana menurut teori ini, semakin kecil ukuran partikel
pereaksi maka akan semakin luas permukaan pereaksi yang bersentuhan dalam
reaksi, sehingga reaksinya semakin cepat. reaksi berlangsung maka
kelarutannya akan semakin besar (Achmad, 2001 : 59).

4.2 Kandungan Fe dan Al dalam Sampel dengan Variasi Volume Pelarut


Kandungan Fedan Al dalam sampel dengan variasi volume pelarutterlihat
pada tabel 3.
Dari tabel 3, jika dibuat kurva akan diperoleh gambar 1 dan gambar 2.
Dari data yang disajikan pada table 3dan gambar 1, dapat dilihat bahwa
volume terbaik untuk melarutkan sampel secara sempurna yaitu pada volume 30
mL,besi yang terdestruksi larut secara sempurna. Namunpada saat penambahan
volume 35mL, 40 mL dan 45 mL, terjadi penurunan konsentrasi Fe, tetapi tidak
begitu berarti.

Dari data table 3 dan gambar 2, dapat dilihat bahwa pada volume 40 mL,
konsentrasi aluminium terbaca tertinggi. Ini disebabkan aluminium tepat bereaksi
dengan volume pelarut 40 mL, sehingga aluminium larut secara sempurna.

Tabel 3. Konsentrasi Fe dan Al dalam sampel dengan variasi volume pelarut


Volume Konsentrasi % Konsentrasi %
Pelarut Fe (mg/L) (w/w) Al (mg/L) (w/w)
25 mL 4,441 4,421 7,580 15,091
30 mL 4,520 4,504 7,640 15,227
35 mL 4,437 4,427 8,120 16,204
40 mL 4,386 4,385 8,360 16,715
45 mL 4,380 4,370 8,280 16,524

Kurva Konsentrasi Fe dengan


Variasi Volume Pelarut

5.00
Fe(mg/L)

4.00

3.00
Konsentrsi

2.00
20 30 40 50

volume pelarut (mL)

Gambar 1.Kurva Konsentrasi Fe dengan versus volume pelarut.


Pada volume 25 mL, 30 mL dan 35 mL aluminium yang terbaca rendah
karena aluminium yang terdestruksi tidak larut sempurna. Jadi, semakin banyak
volume, semakin meningkat kemampuan pelarut untuk melarutkan logam.Pada
volume 45 mL konsentrasi aluminium yang terbaca menurun, karena
pemanasannya lama sehingga terjadi penguapan.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang diperoleh dapat diambil kesimpulan sebagai


berikut :

Kandungan besi (Fe) dalam tanah lempung dari nagari Situmbuk, Kecamatan
Salimpauang, Kabupaten Tanah Datar menggunakan pelarut aquaregia dengan
volume 30 mL dan ukuran partikel 63 µm adalah 4,504%, serta kandungan
aluminium (Al) dalam tanah lempung menggunakan pelarut aquaregia sebanyak
40 mL pada ukuran partikel 63 µm adalah 16,715%.

5.2 Saran

Melakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari kandungan logam lain


dalam tanah

Lempung dari nagari Situmbuk, Kec.Salimpauang, Kab. Tanah Datar.

DAFTAR PUSTAKA
Anneahira.2008. http://www.anneahira.com/tanah-lempung.htm. Diakses
tanggal20 Desember 2011.

Aris.2007. http://geoforworld.wordpress.co m/2007/11/13/bijih-besi/.


Diakses tanggal 19 agustus 2011.

Bachtiar, E. 2006. Ilmu tanah. Medan: Fakultas Pertanian USU.

Chan, Al Izzah. 2011. Penentuan Kandungan Besi (Fe) dan Seng


(Zn)dalam Bijih Besi Secara Spektrofotometri Serapan Atom.Padang UNP.

Fauzi, Ahmad. 2008. Analisa Kadar Unsur Hara Karbon Organik dan
Nitrogen di dalam Tanah Perkebunan Kelapa Sawit Bengkalis Riau.Medan:
Skripsi FMIPA USU.

Hakim, Nurjati, dkk. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Lampung: Universitas


Lampung

Hakim, N., M. Yusuf Nyakpa, A. M. Lubis, Sutopo Ghani Nugroho, M. Amin


Diha, Go Ban Hong, H. H. Bailey, 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung, Lampung

Hardjowigeno, H. Sarwono., 2002. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta

Hanafiah, Kemas Ali. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT Raja


Grafindo Persada

Hartati, R.D. 1995. Penentuan Kandungan Cu, Pb, Zn, Mg, Ag, Fe, dan Au
dalam contoh Batuan Sulfida dengan SSA dan Beberapa Cara Dekomposisinya
dalam Standarisasi Metode Analisis dan Produk Olahan Bijih Sulfida. Padang:
LIPI
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas
Indonesia.

Pairunan, Anna K., J. L. Nanere, Arifin, Solo S. R. Samosir, Romualdus


Tangkaisari, J. R. Lalopua, Bachrul Ibrahim, Hariadji Asmadi, 1999. Dasar-
Dasar Ilmu Tanah. Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur,
Makassar

Rosmarkam dan Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. 2002. Kanisius,


Jakarta

Setyobudi, Tri. 2010. http://ptbudie.wordpress.com/2010/05/3 1/mineral-


lempung/.Diakses tanggal 30 Januari 2012.

Skoog, Douglas A. 2000. Principle of Instrumental Analysis. Philadelphia:


Saunders.

Sugiyarto, Kristian H. 2003. Dasar-Dasar Kimia Anorganik


Logam.Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Tim Pelayanan Teknis PT Semen Padang. 1998. Teknologi Semen. Padang:


PT Semen Padang

Partington. 1975. A Text Book og Inorganic Chemistry, edisi keenam.


Macmillan and Co Ltd, New York.

Vogel. 1990. Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro Bagian I.


Jakarta: Kalman Media Pustaka

Anda mungkin juga menyukai