Anda di halaman 1dari 33

RESPONSI

KEJANG PADA BAYI

Pembimbing:
dr. Retno Hernik MA, Sp.A

Penyusun:
Yurinda Nur Andrianingrum
201620401011119

SMF ILMU KESEHATAN ANAK


RSU HAJI SURABAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN
RESPONSI
KEJANG DEMAM SEDERHANA

Responsi dengan judul “Kejang Demam Komples” telah diperiksa dan disetujui sebagai
salah satu tugas dalam rangka menyelesaikan studi program pendidikan profesi dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang yang dilakukan di bagian Ilmu Kesehatan Anak
RSU Haji Surabaya.

Surabaya, Maret 2018

Pembimbing

dr. Retno Hernik MA, Sp.A

ii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat karunia-Nya lah penyusun bisa
menyelesaikan Responsi yang berjudul Kejang Demam Kompleks ini.

Penyusunan tugas kasus ini merupakan salah satu tugas yang kami laksanakan selama
mengikuti kepaniteraan klinik di SMF Ilmu Kesehatan Anak RSU Haji surabaya.

Penyusun menyadari bahwa penyusunan Responsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kritik dan saran yang membangun selalu kami harapkan. Semoga Responsi ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya serta penyusun pada khususnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Surabaya, Maret 2018

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. ii


KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iv
BAB I LAPORAN KASUS .................................................................................. 1
1.1 Identitas Penderita ............................................................................... 1
1.2 Perjalanan Penyakit ............................................................................. 1
1.2.1 Anamnesis .................................................................................. 1
1.2.2 Pemeriksaan Fisik ...................................................................... 3
1.2.3 Pemeriksaan Penunjang ............................................................. 7
1.3 Resume.............................................................................................. 11
1.4 Daftar Masalah .................................................................................. 11
1.5 Diagnosis........................................................................................... 12
1.6 Diagnosis Banding ............................................................................ 12
1.7 Planning ............................................................................................ 12
1.8 Monitoring ........................................................................................ 12
1.9 Edukasi .............................................................................................. 12
1.10 Prognosis ......................................................................................... 13
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 24

iv
BAB I
LAPORAN KASUS

1.1. IDENTITAS PENDERITA


Nama : An . M. R

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 5 bulan

BB : 4,1 kg

Nama Ayah / Umur : Tn. S / 40 tahun

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Swasta

Nama Ibu / Umur : Ny. Y / 39 tahun

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Guru

MRS : 6 Februari 2018 pukul 10.00

Tanggal Pemeriksaan : 15 Februari 2018 pukul 13.00

1.2. PERJALANAN PENYAKIT

1.2.1 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis ibu pasien pada tanggal 15 Februari
2018 pukul 13.00 WIB di dalam ruang AL-Aqso Lantai 5 RSU Haji Surabaya.

Keluhan Utama : Kejang

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dibawa oleh kedua orang tuanya ke Poli RSU Haji Surabaya
dengan keluhan kejang, kejang dimulai sejak lahir. Kejang seluruh badan, tangan dan

1
kaki. Saat kejang badannya kaku lurus kaku lurus. Biasanya kejang sehari 10 kali, setiap
kejang bisa 1-5 menit. Saat kejang dengan kejang biasanya pasien tidak sadar dan mata
melihat satu arah. Setelah kejang pasien biasanya tidur. Saat kejang juga disertai dengan
panas. Suhu badan biasanya diukur 37-41ºC saat panas biasanya pasien langsung kejang.
Panasnya naik turun tidak tentu. Panasnya sejak lahir. Sejak lahir pasien panas dan
kejang . Diberikan obat penurunan panas biasanya panasnya turun namun naik lagi. Tidak
didapatkan muntah namun saat terlalu kenyang pasien pasti langsung mengeluarkan
minumannya. Buang air besar agak susah dan jarang. Buang air kecilnya sering biasanya
sehari 5 kali ganti pampers. Badan pasien sering kaku. Saat lahir langsung dirawat di nicu
RS di Sampang selama 15 hari, setelah 3 hari di nicu pasien baru menangis. Selanjutnya
di rawat di ruangan selama 1 bulan karena kejang dan demam. Di rumah 1 minggu
kemudian dibawa ke RS AL-Irsyad untuk memeriksaakan panasnya kemudian dibawa RS
PHC Surabaya untuk dilakukan pemeriksaan jantung dan dokter menyatakan ada
penyakit jantung bawaan yang katub jantung terbuka. Setelah itu kembali ke RS
Sampang kemudian dirujuk ke RSU Haji Surabaya untuk dilakukan CT-Scan. Pada
kemarin dilakukan pemasangan vp shunt untuk hidrocephalus di RSU Haji Surabaya.

Riwayat Penyakit Dahulu :

 Riwayat kejang sebelumnya (+)


 Riwayat Alergi (-)
 Riwayat Trauma (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

 Tidak ada yang seperti ini

Riwayat Antenatal :

 Saat hamil ANC rutin di bidan


 Pernah sakit panas namun tidak diperiksakan
 Riwayat tekanan darah tinggi saat hamil (+)
 Rutin mengkonsumsi vitamin dari dokter
 Mengkonsumsi jamu (-)

2
Riwayat Persalinan :

Anak ketiga / aterm / SC karena bekas operasi sebelumnya 2x / ditolong dokter /


3100g

Riwayat Neonatal

Tidak lansung menangis/badan pucat/kejang saat lahir/demam saat lahir

Dirawat di nicu 3 hari baru menangis

Riwayat Imunisasi:

BCG : 1 x, saat lahir

Riwayat Tumbuh Kembang :

 Pandangan 1 arah
 Telungkup (-)
 Mengangkat kepala (-)
 Merespon setelah dipasang vp shunt

Riwayat Gizi :

 Pasien minum ASI 1 minggu pertama


 Sejak sakit pasien diberi tambahan susu formula (SGM), sebanyak 1 sendok takar
dengan air 30 ml setiap kali minum 10 kali sehari
Riwayat Sosial:

 Pasien tinggal dengan kedua orang tuanya


 Rumah dengan ventilasi dan kebersihan yang cukup
 MCK di dalam rumah
 Lingkungan rumah banyak nyamuk

1.2.2 Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum: Sakit sedang

Kesadaran: Compos mentis, GCS 4-5-6

3
Vital Sign : N: 136 X/menit ; RR : 48 x/menit ; T axila : 38,1 oC

Berat badan : 4,1 kg

Panjang badan : 59 cm

Lingkar kepala : 34 cm

Kepala/leher :

Anemis/Icterus/Cyanosis/Dyspneu : - / - / - / -

- Kepala : microchepali, UUB cekung dan belum menutup, terdapat kassa post vp

shunt.

- Rambut : hitam, lurus, tipis, tidak mudah dicabut.

- Mata : mata cowong -/-, sekret (-).

- Hidung : sekret (-), darah (-), pernafasan cuping hidung (-), terdapat 1 lubang

hidung

- Mulut : Mukosa bibir kemerahan, lidah kotor (-), gusi berdarah (-), pharynx

hyperemi (-).

- Telinga : sekret (-), darah (-).

- Leher : Pembesaran kelenjar getah bening : - / - , deviasi trakea (-)

Thorax : normochest

- Pulmo : I: Bentuk simetris, gerak dinding dada simetris, retraksi subcostal

dan sternal (+)

P: ekspansi dinding dada simetris

P: sonor di semua lapang paru

A: suara nafas vesikuler, wh -/-

- Cor : I: Ictus cordis tidak tampak

4
P: Ictus tidak kuat angkat, thrill (-)

P: Batas jantung dalam batas normal

A: S1S2 tunggal, murmur (+), gallop (-)

- Abdomen :

I : flat, simetris, distensi (-)

A : bising usus (+) normal

P : supel, nyeri tekan (-), H/L/R tak teraba, turgor dbn

P : tympani di seluruh lapang abdomen, meteorismus (-)

- Ekstremitas :

Akral Hangat + + ; Cyanosis - - ; Oedem -

+ + - - -

CRT < 2 detik

- Genetalia : Ostium uretra eksterna di depan, korde (-)

- Pemeriksaan neurologi

- GCS : 456

- Meningeal Sign: kaku kuduk (sde), brudzinsky I/II (sde), kernig sign (sde)

- Nervus cranialis: reflek cahaya +/+

- Motorik: : sde lateralisasi (-), spastik +/+

- Sensorik : sde

+3/+3 +3/+3
- Reflek fisiologis : BPR/TPR +3/+3 KPR/APR +3/+3

- Reflek patologis: Babinsky +/+, Chaddock +/+

5
- Status Gizi

Antropometris :

 Usia : 5 bulan

 Berat badan : 4,1 kg

 Panjang badan : 59 cm

 BB/U : < 3rd

 PB/U : < 3rd

6
 Kesimpulan status gizi : gizi kurang
 LK/U : < 3rd

 Kesimpulan : mikrocephali

1.2.3 Pemeriksaan Penunjang


1.2.3.1 Laboratorium (Tgl : 06 Februari 2018)
Darah Lengkap
Hb : 10,6 g/dL
Leukosit : 12.390 /mm3
Hematokrit : 32,2 %
Trombosit : 600.000 /mm3
Kimia klinik
BUN : 8 mg/dl
Creatinin serum : 0,4 mg/dl
Imuno-serologi
CRP Kuantitatif : 6,1 mg/L

7
IgG Toxoplasma : Negatif 0 IU/mL
IgM Toxoplasma : Negatif 0.05 IU/mL
IgG Anti Rubella :Positif 66 IU/mL
IgM Anti Rubella : Negatif 0.30 IU/mL
IgG Anti CMV : Negatif < 4 aU/ml
IgM Anti CMV : Negatif 0,06
1.2.3.2 Laboratorium (Tgl : 07 Februari 2018)
Tinja lengkap
Makroskopis
Bentuk : lembek
Warna : kuning kecoklatan
Lendir : negatif
Darah : negatif
Lain-lain : negatif
Mikroskopis
Eritrosit : 0-1
Lekosit : 0-1
Telur cacing : negatif
Larva : negatif
Trophozoit : negatif
Amoeba : negatif
Kista : negatif
Urine lengkap
Bj : 1.010
pH : 7.0
Nitrit : negatif
Protein : negatif
Glukosa : normal
Keton : negatif
Urobilin : normal
Bilirubin : negatif

8
Sedimen Ery : 0–1
Leko : 0–1
Cylind : negatif
Epithel : 0–1
Bact : negatif
Cryst : negatif
Lain-lain : negatif
1.2.3.3 CT-Scan (Tgl : 08 Februari 2018)

1.2.3.4 Laboratorium (Tgl : 12 Februari 2018)


Darah Lengkap
Hb : 10,7 g/dL
Leukosit : 15.910 /mm3
Hematokrit : 32,2 %
Trombosit : 490.000 /mm3

9
Imuno-serologi
CRP Kuantitatif : 2.3 mg/L
1.2.3.5 Laboratorium (Tgl :13 Februari 2018)
Kimia klinik
GDA : 82 mg/dl
K/NA/CL
Kalium : 4.5 mmol/L
Natrium : 156 mmol/L
Chlorida : 120 mmol/L
Hematologi FH
PPT : 10.9 C : 10.8 detik
INR : 0.97
APTT : 28.7 C : 25.2
Kimia klinik
SGOT : 68 U/L
SGPT : 71 U/L

10
1.2.3.6 Laboratorium (Tgl : 14 Februari 2018)
K/NA/CL
Kalium : 4.8 mmol/L
Natrium : 144 mmol/L
Chlorida : 107 mmol/L

1.3 RESUME

 An. M. R, Laki-laki, 5 bulan


 Kejang sejak lahir, sehari 10 kali, selama 1-5 menit
 Demam sejak lahir, biasanya 37-41ºC, kalau panas biasanya kejang
 BAB susah, 3 hari lembek kemudian tidak BAB 3 hari (konstipasi)
 RPD : kejang sebelumnya
 Riwayat operasi hidrocephalus  pemasangan vp shunt
 Riwayat antenatal : saat hamil ibu Demam dan Hipertensi
 Pemeriksaan fisik : microcephali, UUB terbuka, kassa vp shunt, bilateral cleft lip,
gallop (+), spastik (+)
 Pemeriksaan penunjang : serum elektrolit didapatkan hiponatremi, CT-Scan
hidrocephalus

1.4 DAFTAR MASALAH


 Kejang
 Febris
 Diare akut
 Microcephali
 Bilateral cleft lip
 Ig G Anti Rubella (+)
 Penyakit jantung bawaan
 Riwayat hidrocephalus
 Spatik (+)

11
1.5 DIAGNOSIS
Post VP shunt Hari ke-2 Hidrocephalus + cerebral palsy + PJB + bilateral cleft lip +
suspect Congenital Rubella Syndrome
1.6 DIAGNOSA BANDING
 Perdarahan Intrakranial
1.7 PLANNING
 Diagnosis
 CT-Scan Pro Evaluasi
 Konsul dokter mata
 Konsul dokter THT
 Terapi
 Infus D51/2 salin 400 cc/24 jam

 Inj. Ceftriaxone 1x500 mg

 Inj. Gentamycin 2x10 mg

 Phenitoin 2x10 mg (syringe pump)

 Ikalep 2x1 cc

 Inj. Paracetamol 3x50 mg bila T > 37.5 C

 Inj. Antrain 3x50 mg bila t > 37.5 C

 Inj. Ondancentron 2x0,5 mg

1.8 MONITORING
 Keluhan pasien dan gejala
 Vital sign

1.9 EDUKASI
 Menjelaskan kepada orang tua pasien mengenai diagnosis, etiologi, perjalanan
penyakit, pemeriksaan, terapi, komplikasi, dan prognosis pada pasien.
 Menjelaskan kepada orang tua pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan
(memasang infus, pemberian obat, pengambilan darah, dll).

12
 Edukasi kepada orang tua tentang beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali
kejang
o Tetap tenang dan tidak panik
o Kendorkan pakaian yang ketat terutama disekitar leher
o Bila tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala miring. Bersihkan
muntahan atau lendir di mulut atau hidung. Walaupun kemungkinan lidah
tergigit, jangan memasukkan sesuatu ke dalam mulut.
o Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang
o Tetap bersama pasien selama kejang
o Berikan diazepam rektal. Dan jangan berikan bila kejang telah berhenti
o Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit atau lebih
o Edukasi kepada keluarga bahwa kejang dapat timbul kembali jika pasien panas.
Oleh karena itu, keluarga pasien harus sedia obat penurun panas, termometer,
dan kompres hangat jika pasien panas.
o Dan perlu dijelaskan alasan pemberian obat rumatan adalah untuk menurunkan
resiko berulangnya kejang.

1.10 PROGNOSIS
Ad Vitam / dubia ad bonam

Ad Fungsionam / dubia at malam

Ad Sanationam / dubia at malam

13
BAB II

PEMBAHASAN

Kejang merupakan sebuah perubahan perilaku yang bersifat sementara dan tiba – tiba yang

merupakan hasil dari aktivitas listrik yang abnormal didalam otak. Kejang adalah manifestasi

klinis khas yang berlangsung secara intermitten dapat berupa gangguan kesadaran, tingkah laku,

emosi, motorik, sensorik, dan atau otonom yang disebabkan oleh lepasnya muatan listrik yang

berlebihan di neuron otak. Status epileptikus adalah kejang yang terjadi lebih dari 30 menit atu

kejang berulang lebih dari 30 menit tanpa disertai pemulihan kesadaran. Mekanisme dasar

terjadinya kejang adalah peningkatan aktivitas listrik yang berlebihan pada neuron-neuron dan

mampu secara berurutan merangsang sel neuron lain secara bersama-sama melepaskan muatan

listriknya. Hal tersebut diduga disebabkan oleh; 1] kemampuan membran sel sebagai pacemaker

neuron untuk melepaskan muatan listrik yang berlebihan; 2] berkurangnya inhibisi oleh

neurotransmitter asam gama amino butirat [GABA]; atau 3] meningkatnya eksitasi sinaptik oleh

transmiter asam glutamat dan aspartat melalui jalur eksitasi yang berulang. Status epileptikus

terjadi oleh karena proses eksitasi yang berlebihan berlangsung terus menerus, di samping akibat

ilnhibisi yang tidak sempurna.

Etiologi kejang pada bayi terjadi karena :

1. Metabolik : hipoglikemia, hipokalsemia, hipomegnesemia, hiponatremia dan

hipernatremia, defisiensi pirodiksin dan dependen piridoksin, asfiksia

2. Perdarahan intrakranial : trauma lahir seperti asfiksia atau hipoksia, defisiensi vitamin

K, trompositopenia.

3. Infeksi : tetanus, meningitis, infeksi kongenital TORCH

14
4. Genetik / kelainan bawaan

5. Malformasi serebral

6. Injeksi anestesi lokal selama persalinan

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan

sampai 5 tahun yang mengalami kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38ºC ) yang disebabkan

oleh suatu proses ekstrakranium.

Congenital Rubella Syndrome (CRS) merupakan gabungan beberapa keabnormalan fisik

yang berkembang di bayi sebagai akibat infeksi virus rubella maternal yang berlanjut dalam

fetus. Nama lain CRS ialah Fetal Rubella Syndrome. Cacat kongenital (congenital defect) yang

paling sering dijumpai ialah tuli sensoneural, kerusakan mata seperti katarak, gangguan

kardiovaskular, dan retardasi mental. CRS yang meliputi 4 defek utama yaitu :

a. Gangguan pendengaran tipe neurosensorik. Timbul bila infeksi terjadi sebelum umur

kehamilan 8 minggu. Gejala ini dapat merupakan satu-satunya gejala yang timbul.

b. Gangguan jantung meliputi PDA, VSD dan stenosis pulmonal.

c. Gangguan mata : katarak dan glaukoma. Kelainan ini jarang berdiri sendiri.

d. Retardasi mental dan beberapa kelainan lain antara lain:

- Purpura trombositopeni ( Blueberry muffin rash )

- Hepatosplenomegali, meningoensefalitis, pneumonitis, dan lain-lain.

Berdasarkan kriteria diagnosis klinis dan hasil pemeriksaan laboratorium, kasus CRS

dapat digolongkan menjadi 4 kelompok yaitu: kasus dicurigai (suspected case), kasus berpeluang

(probable case), kasus hanya infeksi (infection only-case), kasus yang dipastikan (Confirmed

case). Pemeriksaan laboratorik untuk menunjang diagnosis CRS antara lain: isolasi virus,

pemeriksaan serologik (ELISA) dan pemeriksaan terhadap RNA virus rubella.

15
Penafsiran hasil IgM dan IgG ELISA untuk rubella

IgM IgG Penafsiran


- - Tak ada perlindungan; perlu dipantau lebih lanjut
+ ≤15 IU/ml Infeksi akut dini (<1 minggu)
Baru mengalami infeksi
+ ≥15 IU/ml
(1–12 minggu)
- + Imun, tidak perlu pemantauan lebih lanjut

Hidrosefalus berasal dari bahasa Yunani yaitu hydros yang berarti air dan cephalus yang

berarti kepala. Hidrosefalus adalah suatu kondisi patologis dimana terjadi peningkatan tekanan

intrakranial akibat pengumpulan cairan serebro spinal pada sistem ventrikel (ruangan cairan

otak) yang normal. Penyebab hidrosefalus pada anak secara garis besar dapat dibagi menjadi dua,

yaitu penyebab prenatal dan postnatal. Penyebab prenatal Sebagian besar anak dengan

hidrosefalus telah mengalami hal ini sejak lahir atau segera setelah lahir. Beberapa penyebabnya

terutama adalah stenosis akuaduktus sylvii, malfromasi Dandy Walker, Holopresencephaly,

Myelomeningokel, dan Malformasi Arnold Chiari. Selain itu, terdapat juga jenis malformasi lain

yang jarang terjadi. Penyebab lain dapat berupa infeksi in-utero, lesi destruktif dan faktor

genetik. Stenosis Akuaduktus Sylvius terjadi pada 10% kasus pada bayi baru lahir. Insidensinya

berkisar antara 0,5-1 kasus/1000 kelahiran. Insidennya 0,5-1% kasus/1000 kelahiran. Malformasi

Dandy Walker terjadi pada 2-4% bayi yang baru lahir dengan hidrosefalus. Malformasi ini

mengakibatkan hubungan antara ruang subarakhnoid dan dilatasi ventrikel 4 menjadi tidak

adekuat, sehingga terjadilah hidrosefalus. Penyebab yang sering terjadi lainnya adalah

Malformasi Arnold Chiari (tipe II), kondisi ini menyebabkan herniasi vermis serebelum, batang

otak, dan ventrikel 4 disertai dengan anomali inrtakranial lainnya. Hampir dijumpai di semua

kasus myelomeningokel meskipun tidak semuanya berkembang menjadi hidrosefalus (80%

kasus). Penyebab postnatal Lesi massa menyebabkan sekitar 20% kasus hidrosefalus, kista

16
arakhnoid dan kista neuroepitelial merupakan kedua terbanyak yang mengganggu aliran likuor.

Perdarahan, meningitis, dan gangguan aliran vena juga merupakan penyabab yang cukup sering

terjadi.

Hidrocephalus dapat ditegakkan melalui tanda dan gejala klinis. Makrokrania merupakan

salah satu tanda dimana ukuran kepala lebih besar dari dua deviasi standar di atas ukuran normal

atau persentil 98 dari kelompok usianya. Hal ini disebabkan oleh peningkatan tekanan

intrakranial dan menyebabkan empat gejala hipertensi intrakranial yaitu fontanel anterior yang

sangat tegang (37%), sutura tampak atau teraba melebar, kulit kepala licin, dan sunset

phenomenon dimana kedua bola mata berdiaviasi ke atas dan kelopak mata atas tertarik. Gejala

hipertensi intrakranial lebih menonjol pada anak yang lebih besar daripada bayi, gejala ini

mencakup nyeri kepala, muntah, gangguan okulomotor, dan gejala gangguan batang otak

(bradikardia, aritmia respirasi). Gejala lainnya yaitu spastisitas pada eksremitas inferior yang

berlanjut menjadi gangguan berjalan dan gangguan endokrin. Pemeriksaan penunjang dengan

menggunakan USG dapat mendeteksi hidrosefalus pada periode prenatal, dapat pula digunakan

untuk mengukur dan memonitor ukuran ventrikel, terutama digunakan pada anak prematur. CT

Scan dapat digunakan untuk mengukur dilatasi ventrikel secara kasar dan menentukan sumber

obstruksi. CT Scan dapat menilai baik secara fungsional maupun anatomikal namun tidak lebih

baik daripada MRI.

Celah bibir (cleft lip) adalah suatu kelainan kongenital bibir atas yang membentuk celah,

yang disebabkan oleh kegagalan bersatunya prosesus maksilaris dengan prosesus medial nasal

saat masa embrio. Celah ini dapat mengenai sebagian bibir dan dapat juga mencapai dasar

hidung. Celah yang terdapat pada daerah mulut dan wajah dihasilkan oleh suatu mekanisme tidak

17
lengkap dari dua faktor yaitu gen dan lingkungan. Celah bibir disebut juga dengan cheiloschizis,

hare lip, cheft lip, lagocheilos, dan labioschizis. Etiologinya :

1. Herediter : mutasi gen, kelainan kromosom

2. Lingkungan : faktor usia ibu, faktor obat-obatan, nutrisi, infeksi (campal, sifilis dan virus

rubella), radiasi.

Penyakit jantung bawaan (PJB) atau penyakit jantung kongenital merupakan abnormalitas

dari struktur dan fungsi sirkulasi jantung pada semasa kelahiran. Malformasi kardiovaskuler

kongenital tersebut berasal dari kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal

perkembangan janin. Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada

struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya

gangguan atau kegagalan perkembangan struktur jantung pada fase awal perkembangan janin.

Ada 2 golongan besar PJB, yaitu non sianotik dan sianotik yang masing – masing memberikan

gejala dan memerlukan penatalaksanaan yang berbeda.

Cerebral palsy merupakan kelainan diakibatkan adanya kesulitan gerak berasal dari

disfungsi otak, ada juga kelainanan gerak atau palsy yang diakibatkan bukan karena disfungsi

otak tetapi disebabkan poliomyelitis disebut dengan spinal palsy atau organ palsy yang

diakibatkan oleh kerusakan otot (disthophy mascular). Karena adanya disfungsi otak maka

penyandang cerebral palsymempunyai kelainan dalam bahasa, bicara, menulis, emosi, belajar

dang gangguang psikologis. Cerebral palsy didefinisikan sebagai laterasi perpindahan yang

abnormal atau fungsi otak yang muncul karena kerusakan, luka atau penyakit pada jaringan saraf

yang terkadung dalam rongga tengkorak. Penyabab cerebral palsy tidak disebabkan oleh satu

penyebab. Beberapa penyebab cerebral palsy adalah infeksi selama kehamilan, ikterus

neonatoum, kekurangan oksigen berat (hipoksik iskemik) pada otak atau trauma kepala selama

18
proses kehamilan, pranatal (ibu menderita TORCH, masalah gizi), perinatal (terkena infeksi jalan

lahir, asfiksia, hipoksis iskemik ensefalopati), postnatal (infeksi selaput otak atau jaringan otak,

kejang, trauma).

Penyakit-penyakit penyerta yang sering terjadi adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut

(ISPA), diare persisten, cacingan, tuberculosis, malaria dan HIV/AIDS.6 Faktor penyebab gizi

buruk terdiri atas penyebab tak langsung dan langsung. Adapun penyebab tak langsung seperti

kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat

bawaan, menderita penyakit kanker dan penyebab langsung yaitu ketersediaan pangan rumah

tangga, perilaku dan pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan,

tetapi juga merupakan masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah,

ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Diagnosis malnutrisi dapat diketahui melalui gejala

klinis, antropometri dan pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis malnutrisi berbeda-beda

tergantung dari derajat dan lamanya deplesi protein dan energi, umur penderita, modifikasi

disebabkan oleh karena adanya kekurangan vitamin dan mineral yang menyertainya. Gejala

klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak terlalu jelas, yang ditemukan hanya pertumbuhan yang

kurang seperti berat badan yang kurang dibandingkan dengan anak yang sehat. Gizi buruk ringan

sering ditemukan pada anak-anak dari 9 bulan sampai 2 tahun, akan tetapi dapat dijumpai pula

pada anak yang lebih besar.

Pada pasien ini kejang dialami sejak lahir, sehari bisa 10 kali selama 1-5 menit. Kejang

biasanya dalam keadaan tidak sadar. Saat kejang perlu dipikirkan kejang intrakranial atau

ekstakranial. Untuk membedakannya dilihat dari kesadarannya. Pada kejang intrakranial disertai

dengan penurunan kesadaran sedangkan ekstrakranial tidak disertai penuruanan kesadaran. Perlu

dilihat juga apakah terusan dari kejang ekstrakranial. Pasien juga mengalami panas badan sejak

19
lahir, panas biasanya 37-41ºC. Saat panas biasanya kejang. Kejang dan demam harus dibedakan

apakah kejang demam atau kejang disertai demam. Untuk kriteria kejang demam adalah

bangkitan kejang yang terjadi pada anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun yang mengalami

kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38ºC ) yang disebabkan oleh suatu proses

ekstrakranium. Perlu dicari penyebab pasien terus kejang dan demam.

Pada saat hamil, ibu pasien mengalami hipertensi saat hamil dan apabila terjadi maka

nutrisi dari ibu untuk janin akan berkurang sehingga bisa mengalami hipoksia janin. Efek dari

semua itu bisa menjadikan berbagai macam penyakit bawaan. efek preeklamsia pada fetal dan

bayi baru lahir adalah insufisiensi plasenta, asfiksia neonatorum, intra uterine growth retardation

(IUGR), premature, abrasio plasenta, berat badan lahir rendah dan kematian janin. Kematian

pada masa perinatal yang disebabkan karena asfiksia. Pada pasien ini dirawat di nicu RS

Sampang selama 3 hari bayi baru menangis.

Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan TORCH dan dihasilnya IgG Anti Rubella (+) 66

IU/ml ini merupakan tanda bahwa ibu pasien pernah terkena Rubella saat hamil. Ibu saat hamil

hanya pernah mengalami demam ringan diberikan obat penurun panas panas turun. Virus rubella

bisa asimptomatik pada ibu hamil. Pengaruh rubella ini bisa menpengaruhi bayi. Saat lahir

pasien mengalami kecacatan seperti cleft lip, mikrosepali, hidrocephalus, penyakit jantung

bawaan. Pada pasien ini dilakukan pengukuran lingkar kepala 34 cm dengan usia 5 bulan

menurut kurva who < 3rd artinya berarti pasien mengalami mikrocephali. Untuk hidrocephalus

telah dikonfirmasi dengan CT-Scan. Pada CT-Scan pasien terlihat gambaran hipodens menutupi

gyrus. Pasien juga telah dilakukan pemasangan VP shunt untuk evakuasi cairan cerebrospinal

pada hidrocephalus. Perlu dilakukan pemeriksaan CT-Scan pro evaluasi untuk post pemasangan

vp shunt. Karena pasien setelah operasi masih mengalami kejang.

20
Pada infeksi virus rubella saat hamil perlu dicurigai Congenital Rubella Syndrome (CRS).
Diagnosis CRS apabila mengalami 2 gejala pada kriteria A atau 1 kriteria A dan 1 kriteria
B, sebagai berikut:

(A) Katarak, glaukoma kongenital, penyakit jantung kongenital (paling sering adalah
PDA atau peripheral pulmonary artery stenosis), kehilangan pendengaran,
pigmentasi retina.
(B) Purpura, splenomegali, jaundice, mikroemsefali, retardasi mental, meningoensefalitis
dan radiolucent bone disease (tulang tampak gelap pada hasil foto roentgen).
Pada ini mengalami penyakit jantung bawaan yang didiagnosis di RS AL-Irsyad. Sehingga perlu

dipastikan untuk katarak, glaucoma kongenital pada dokter spesialis mata dan konsul dokter

THT untuk pemeriksaan pendengarannya.

Pasien juga selalu mengalami badan kaku. Pada pemeriksaan fisik juga didapatkan spatik.

Pada usia 5 bulan pasien hanya bisa melihat belum bisa mengangkat kepala, belum bisa

mengeluarkan kata atau bicara apapun. Sedangkan cerebral palsy meruakan brain injury yaitu

suatu kondisi yang mempengaruhi pengendalian sistem motorik sebagai akibat lesi dalam otak

atau suatu penyakit neuromuskular yang disebabkan oleh gangguan perkembangan atau keruskan

sebagian dari otak yang berhubungan dnegan pengendalian fungsi motorik. Perlu dilakukan

fisioterapi untuk motoriknya. Pada cerebral palsy yang menyebabkan fungsi motorik dapat

menyebabkan kejang.

Larutan dekstrose 5% sering digunakan jika pasien memiliki gula darah yang rendah atau

memiliki kadar natrium yang tinggi. Namun penggunaannya untuk resusitasi dihindarkan karena

komplikasi yang diakibatkan antara lain hiperomolalitashiperglikemik, diuresis osmotik, dan

asidosis serebral. Pada pasien ini mengalami malnutrisi sehingga diberikan cairan D5 ½ NS.

Pengunaaan antibiotik pasca operasi diperlukan untuk profilaksis. Diberikan antibiotik

broadspektrum ceftriaxone dan gentamicin.

21
Pada tatalaksana saat kejang dipastikan untuk jalan napas bebas, ventiasi dan sirkulasi

dalam keadaan baik. Longgarkan pakaian yang ketat, baringkan anak dalam miring agar lendir

dan cairan dapat mengalir keluar. Leher dan rahang hiperekstensi agar jalan napas bebas. Saat

kejang bsa diberikan diazepam per rektal 0,4-0,6 mg/kgBB atau bisa dilihat dari BB < 10 kg

diazepam rektal 5 mg. Diberikan dalam 30-60 menit. Jika dengan 2 kali diazepam masih kejang

dapat diberikan penitoin IV dengan dosis inisial 15-20 mg/kgBB diencerkan dalam NaCl 0.9%

dengan pengenceran 10 mg fenitoin dalam 1 mg NaCl 0,9% dengan kecepatan 1mg/kgBB/menit

maksimum 50 mg/menit, dosis inisial maksimum adlaah 1000 mg. Dosis maintenance 4-8

mg/kgBB/hari. Obat lini kedua dapat ditambahkan bila faktor pencetus dapat disingkirkan. Bila

tanpa melihat jenis bangkitan kejang dapat diberikan terapi berikut : obat lini pertama asam

valproat 10-40 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis, fenobarbital 4-5 mg/kgBB/ hari dalam 2 dosis,

karbamazepin 10-30 mg/kgBB/hari dalam 2-3 dosis, fenitoin 5-7 mg/kgBB/hari dalam 2 dosis.

Tatalaksana demam pada anak apabila suhu > 39ºC diberikan antipiretik berupa

paracetamol 10 mg/kgBB/x diberikan 3 kali sehari. Antrain mengandung metamizole yang

memilik sifat analgesik, antispasmodic dan antipiretik. Penggunaan metamizole umumnya secara

oral atau parenteral untuk mencegah dan mengobati nyeri yang terkait dengan operasi atau untuk

pengobatan nyeri akut. Pemberian ondonsentron diberikan pada pasien yang pasca dilakukan

operasi atau kemoterapi. Pengobatan mual dan muntah setelah pembedahan: injeksi

intramuskular atau intravena lambat: 4 mg dosis tunggal sewaktu induksi anestesi; anak:

pencegahan dan pengobatan mual dan muntah kemoterapi dan radioterapi: (6 bulan-18 tahun)

infus intravena lebih dari 15 menit, 5 mg/m 2 segera menjelang terapi atau oral 150 mcg/kg bb

seg era menjelang terapi (maksimal dosis 8 mg) diulang setiap 4 jam untuk 2 dosis berikutnya,

kemudian dilanjutkan oral untuk berat badan ≤ 10 kg, 2 mg setiap 4 jam sampai 5 hari, untuk

22
berat badan > 10 kg 4 mg setiap 4 jam sampai 5 hari (maksimal dosis per hari maksimal 32 mg),

pengobatan mual dan muntah setelah pembedahan: (1 bulan-18 tahun) injeksi intravena lambat,

100 mcg/kg bb (maksimal 4 mg) sebelum, selama dan setelah induksi anestesi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Apriyanto, Rhonaz dan Fadillah. 2013. Hidrocephalus pada Anak. SMF Bedah Saraf
RSUD Raden Mattaher, Jambi. JMJ, Vol 1 : 1, hal 61-67.

Diah Krisnansari. 2010. Nutrisi dan Gizi Buruk. Fakultas Kedokteran dan Ilmu-ilmu
Kesehatan Universitas Jenderal Soedirman Purwaokerto, Mandala of Health, Vol 4 : 1, hal
60-68.

Inke dan Chairuddin. 2011. Penanganan Demam pada Anak. Departemen Ilum
Kesehatan Anak, RS H. Adam Malik, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,
Medan. Sari pediatri Vol 6 : 409-418

Kadek, Darmadi S. 2007. Gejala Rubela Kongenital (Kongenital) berdasarkan


Pemeriksaan Serologis dan RNA Virus. Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical
Laboratory Vol 2 :13, hal : 63-71.
Metcalf CJE et al. 2011. Rubella Metapopulation Dynamics and Importance of
Spatial Coupling to the Risk of Congenital Rubella Syndrome in Peru. J R Soc Interface.
Vol : 8, pp 369-76.

Reef SE, Strebel P, Dabbagh A, Gacic-Dobo M, Cochil S. 2010. Progress Toward


Control of Rubella and Prevention of Congenital Rubella Syndrome—Worldwide, 2009. Journal
American Medical Association, Vol 24:304, pp 2690-2.
Tita Menawati. 2015. Malnutrisi pada Anak Balita. Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala. ISSN 2355-102X, Vol 2 : 1, hal 1-12.

Titik, Nur, Sunarto dkk. 2013. Faktor Risiko Malnutrisi pada Balita. Kesmas, Jurnal
Kesehatan Masyarakat Vol 7 : 2, hal 572-576.

Utomo. 2013. Cerebral Palsy Tipe Spastic Diplegy pada Anak Usia Dua Tahun.
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung. Medula. Vil 1 :4, Hal : 25-34

Winarsih dan Irdawati. 2009. Hubungan Preeklampsia dengan Kondisi Bayi yang
Dilahirkan Secara Sectio Caesarea di RSUD DR. Moewardi Surakarta. ISSN 19792697, Vol
2 : 1, hal 1-6.

24
LAMPIRAN LAPORAN SOAP

Tanggal S O A P

16/02/2018 -Demam (+) KU : Baik Post VP shunt Hari  Infus D51/2


- kejang (+) GCS 456 ke-2 + cerebral salin 400
-BAB 4x Vital sign: palsy + PJB + cc/24 jam
N:132x/mnt, RR:
sejak pagi bilateral cleft lip +  Inj.
66x/mnt, T:37.1oC
lembek, Suspect Congenital Ceftriaxone
warna kuning Rubella Syndrome 1x500 mg
K/L: a/i/c/d:-/-/-/-
-Minum mau Mata cowong (-)  Inj.
dan sering Nafas cuping hidung Gentamycin
-Makan mau (-), bibir kering (-), 2x10 mg
-Muntah 6x lidah kotor (-)  Phenitoin
air liur 2x10 mg
Thorax: (syringe
I : Normochest, ret
pump)
IC (-)
 Ikalep 2x1 cc
P: Nyeri tekan (-)
P:Sonor +/+  Inj.
A: ves +/+, Rh -/-, Paracetamol
wh -/-, S1S2 tunggal, 3x50 mg bila
G (+), M (-) T > 37.5 C
 Inj. Antrain
Abdomen : supel, 3x50 mg bila t
BU + N, H/L tidak > 37.5 C
teraba
 Inj.
Ekstremitas: akral
Ondancentron
hangat +/+
Genitalia: dbn 2x0,5 mg
 Lacto B 1x1
sachet
17/02/2018 - Demam (-) KU : Baik Post VP shunt Hari  Infus D51/2
- Kejang (+) GCS 456 ke-3 + cerebral salin 400
- Minum Vital sign: palsy + PJB + cc/24 jam
N:132x/mnt, RR:
mau bilateral cleft lip +  Inj.
66x/mnt, T:36,9oC
- Muntah (-) Suspect Congenital Ceftriaxone
- BAB Rubella Syndrome 1x500 mg
K/L: a/i/c/d:-/-/-/-
lembek (-) Mata cowong (-)  Inj.
Nafas cuping hidung Gentamycin
(-), bibir kering (-), 2x10 mg
lidah kotor (-)  Phenitoin

25
2x10 mg
Thorax: (syringe
I : Normochest, ret pump)
IC (-)
 Ikalep 2x1 cc
P: Nyeri tekan (-)
 Inj.
P:Sonor +/+
A: ves +/+, Rh -/-, Paracetamol
wh -/-, S1S2 tunggal, 3x50 mg bila
G (+), M (-) T > 37.5 C
 Inj. Antrain
Abdomen : supel, 3x50 mg bila t
BU + N, H/L tidak > 37.5 C
teraba  Inj.
Ekstremitas: akral
Ondancentron
hangat +/+
2x0,5 mg
Genitalia: dbn
 Lacto B 1x1
sachet
18/02/2018 - Demam (-) KU : Baik Post VP shunt Hari  Infus D51/2
- Kejang (-) GCS 456 ke-4 + cerebral salin 400
- BAB Vital sign: palsy + PJB + cc/24 jam
N:130x/mnt, RR:
lembek (-) bilateral cleft lip +  Inj.
58x/mnt, T:36,7oC
- BAK 4 kali Suspect Congenital Ceftriaxone
sehari Rubella Syndrome 1x500 mg
K/L: a/i/c/d:-/-/-/-
- Mual (-) Mata cowong (-)  Inj.
- Muntah (-) Nafas cuping hidung Gentamycin
(-), bibir kering (-), 2x10 mg
lidah kotor (-)  Phenitoin
2x10 mg
Thorax: (syringe
I : Normochest, ret
pump)
IC (-)
 Ikalep 2x1 cc
P: Nyeri tekan (-)
P:Sonor +/+  Inj.
A: ves +/+, Rh -/-, Paracetamol
wh -/-, S1S2 tunggal, 3x50 mg bila
G (+), M (-) T > 37.5 C
 Inj. Antrain
Abdomen : supel, 3x50 mg bila t
BU + N, H/L tidak > 37.5 C
teraba
 Inj.
Ekstremitas: akral
Ondancentron
hangat +/+
2x0,5 mg

26
Genitalia: dbn Lacto B 1x1
sachet

19/02/2018 - Demam KU : Baik Post VP shunt Hari  Infus D51/2


kadang- GCS 456 ke-5 + cerebral salin 400
kadang Vital sign: palsy + PJB + cc/24 jam
N:138x/mnt, RR:
- Kejang (-) bilateral cleft lip +  Inj.
44x/mnt, T:37oC
- Muntah (-) Suspect Congenital Ceftriaxone
- BAK dan Rubella Syndrome 1x500 mg
K/L: a/i/c/d:-/-/-/-
BAB biasa Mata cowong (-)  Inj.
Nafas cuping hidung Gentamycin
(-), bibir kering (-), 2x10 mg
lidah kotor (-)  Phenitoin
2x10 mg
Thorax: (syringe
I : Normochest, ret
pump)
IC (-)
 Ikalep 2x1 cc
P: Nyeri tekan (-)
P:Sonor +/+  Inj.
A: ves +/+, Rh -/-, Paracetamol
wh -/-, S1S2 tunggal, 3x50 mg bila
G (+), M (-) T > 37.5 C
 Inj. Antrain
Abdomen : supel, 3x50 mg bila t
BU + N, H/L tidak > 37.5 C
teraba
Ekstremitas: akral
hangat +/+
Genitalia: dbn

20/02/2018 - Kejang 2x KU : Baik Post VP shunt Hari  Infus D51/2


- Demam (-) GCS 456 ke-6 + cerebral salin 400
- BAB Vital sign: palsy + PJB + cc/24 jam
N:134x/mnt, RR:
lembek (-) bilateral cleft lip +  Inj.
40x/mnt, T:35.5oC
- Muntah (-) Suspect Congenital Ceftriaxone
Rubella Syndrome 1x500 mg
K/L: a/i/c/d:-/-/-/-
Mata cowong (-)  Inj.
Nafas cuping hidung Gentamycin
(-), bibir kering (-), 2x10 mg
lidah kotor (-)  Ikalep 2x1 cc
 Inj.

27
Thorax: Paracetamol
I : Normochest, ret 3x50 mg bila
IC (-) T > 37.5 C
P: Nyeri tekan (-)
 Inj. Antrain
P:Sonor +/+
3x50 mg bila
A: ves +/+, Rh -/-,
T > 37.5 C
wh -/-, S1S2 tunggal,
G (+), M (-)

Abdomen : supel,
BU + N, H/L tidak
teraba
Ekstremitas: akral
hangat +/+
Genitalia: dbn

21/02/2018 - Kejang (+) KU : Baik Post VP shunt Hari  Infus D51/2


- BAB belum GCS 456 ke-7 + cerebral salin 400
selama 3 hari Vital sign: palsy + PJB + cc/24 jam
N:140x/mnt, RR:
- Demam (-) bilateral cleft lip +  Ikalep 2x1 cc
40x/mnt, T:35.2oC
- BAK Suspect Congenital  Inj.
seperti biasa Rubella Syndrome Paracetamol
K/L: a/i/c/d:-/-/-/-
Mata cowong (-) 3x50 mg bila
Nafas cuping hidung T > 37.5 C
(-), bibir kering (-),  Inj. Antrain
lidah kotor (-) 3x50 mg bila
T > 37.5 C
 Lacto B 1x1
Thorax:
sachet
I : Normochest, ret
IC (-)
P: Nyeri tekan (-)
P:Sonor +/+
A: ves +/+, Rh -/-,
wh -/-, S1S2 tunggal,
G (+), M (-)

Abdomen : supel,
BU + N, H/L tidak
teraba
Ekstremitas: akral
hangat +/+

28
Genitalia: dbn

22/02/2018 KU : Baik Post VP shunt Hari


GCS 456 ke-8 + cerebral
Vital sign: palsy + PJB +
N:120x/mnt, RR: bilateral cleft lip +
44x/mnt, T:36.7oC
Suspect Congenital
Rubella Syndrome
K/L: a/i/c/d:-/-/-/-
Mata cowong (-)
Nafas cuping hidung
(-), bibir kering (-),
lidah kotor (-)

Thorax:
I : Normochest, ret
IC (-)
P: Nyeri tekan (-)
P:Sonor +/+
A: ves +/+, Rh -/-,
wh -/-, S1S2 tunggal,
G (+), M (-)

Abdomen : supel,
BU + N, H/L tidak
teraba
Ekstremitas: akral
hangat +/+
Genitalia: dbn

29

Anda mungkin juga menyukai

  • ANASTESI
    ANASTESI
    Dokumen1 halaman
    ANASTESI
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat
  • 60 Langkah Apn
    60 Langkah Apn
    Dokumen5 halaman
    60 Langkah Apn
    Wyatt Craig
    Belum ada peringkat
  • Jurnal
    Jurnal
    Dokumen4 halaman
    Jurnal
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat
  • Terapi
    Terapi
    Dokumen3 halaman
    Terapi
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat
  • Jurding Anak
    Jurding Anak
    Dokumen28 halaman
    Jurding Anak
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat
  • Dampak Ekonomi PONV
    Dampak Ekonomi PONV
    Dokumen4 halaman
    Dampak Ekonomi PONV
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat
  • Patofisioloi Tiroid
    Patofisioloi Tiroid
    Dokumen13 halaman
    Patofisioloi Tiroid
    phyna27
    Belum ada peringkat
  • CF Supracondyler
    CF Supracondyler
    Dokumen4 halaman
    CF Supracondyler
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat
  • Makalah Masa Nifas
    Makalah Masa Nifas
    Dokumen20 halaman
    Makalah Masa Nifas
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat
  • CF Supracondyler
    CF Supracondyler
    Dokumen4 halaman
    CF Supracondyler
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat
  • Presentation 4
    Presentation 4
    Dokumen62 halaman
    Presentation 4
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat
  • Presentation 4
    Presentation 4
    Dokumen62 halaman
    Presentation 4
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat
  • Osce KPP
    Osce KPP
    Dokumen14 halaman
    Osce KPP
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat
  • Responsi KPP
    Responsi KPP
    Dokumen12 halaman
    Responsi KPP
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat
  • Hitam
    Hitam
    Dokumen44 halaman
    Hitam
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat
  • Deviasi Septum
    Deviasi Septum
    Dokumen16 halaman
    Deviasi Septum
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat
  • Referat IUGR Annisa S & Firman A I
    Referat IUGR Annisa S & Firman A I
    Dokumen16 halaman
    Referat IUGR Annisa S & Firman A I
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat
  • Gua Gong
    Gua Gong
    Dokumen12 halaman
    Gua Gong
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat
  • Referat Anak (Asfiksia Um
    Referat Anak (Asfiksia Um
    Dokumen20 halaman
    Referat Anak (Asfiksia Um
    Sarnisyah
    100% (1)
  • Melanoma Maligna
    Melanoma Maligna
    Dokumen9 halaman
    Melanoma Maligna
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat
  • Masa Nifas, Laktasi Dan Episiotomi
    Masa Nifas, Laktasi Dan Episiotomi
    Dokumen33 halaman
    Masa Nifas, Laktasi Dan Episiotomi
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat
  • Terapi
    Terapi
    Dokumen3 halaman
    Terapi
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat
  • Presentation 4
    Presentation 4
    Dokumen62 halaman
    Presentation 4
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat
  • KB Mekanik
    KB Mekanik
    Dokumen2 halaman
    KB Mekanik
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat
  • Bell's Palsy
    Bell's Palsy
    Dokumen4 halaman
    Bell's Palsy
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat
  • Indikasi SC Pada Post Date
    Indikasi SC Pada Post Date
    Dokumen3 halaman
    Indikasi SC Pada Post Date
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat
  • BAB 3 Laporan Kasus
    BAB 3 Laporan Kasus
    Dokumen7 halaman
    BAB 3 Laporan Kasus
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat
  • Proses Terapi Omsk
    Proses Terapi Omsk
    Dokumen19 halaman
    Proses Terapi Omsk
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat
  • THT Pdrug
    THT Pdrug
    Dokumen28 halaman
    THT Pdrug
    Sofri m.tahir
    Belum ada peringkat