Pitiriasis Versikolor
OLEH :
PRESEPTOR :
dr. Gardenia Akhyar, SpKK
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
spots, tinea flava, pitiriasis versikolor flava, panu) adalah penyakit jamur superfisial yang kronik,
biasanya tidak memberikan keluhan subyektif, ditandai oleh area depigmentasi atau diskolorasi
berskuama halus, tersebar diskret atau konfluen, terutama terdapat pada badan bagian atas.1
II. EPIDEMIOLOGI
Pitiriasis versikolor merupakan penyakit yang universal, dan terutama sering ditemukan
di daerah tropis.1 Penyakit ini sering ditemukan pada remaja terbanyak pada usia 16-40 tahun,
walaupun anak-anak dan orang dewasa tua tidak luput dari infeksi.Tidak ada perbedaan kejadian
III. ETIOLOGI
Pitiriasis versikolor disebabkan oleh Malessezia furfur ragi bersifat lipofilik yang
merupakan flora normal pada kulit. Dahulu digolongkan sebagai genus Pityrosporum orbiculare
dan Pityrosporum ovale kemudian mengalami reklasifikasi sebagai genus Malassezia.1,4 Ada
IV. PATOGENESIS
Pitiriasis versikolor timbul jika Malessezia furfur berubah bentuk menjadi bentuk miselia
karena adanya faktor predisposisi baik dari endogen maupun eksogen. Faktor endogen dapat
berupa malnutrisi, terapi imunospuresan, riwayat keluarga yang positif. Faktor eksogen dapat
2
berupa suhu, kelembaban udara, dan keringat.2 Warna lesi dapat mulai dari hipopigmentasi
V. MANIFESTASI KLINIS
Kelainan kulit pitiriasis versikolor sangat superfisial dan ditemukan terutama di badan
bagian atas, leher, dan perut, ekstremitas sisi proksimal, kadang pada wajah dan scalp, dapat juga
pada wajah, paha, dan genitalia. Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak atau makula
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis adanya lesi di daerah predileksi berupa
macula berbatas tegas berwarna putih, kemerahan samoai hitam yang bersquama halus.
Pemeriksaan dengan lampu Wood untuk melihat fluoresens berwarna kuning keemasan. Pada
sediaan langsung kerokan kulit dengan larutan KOH 20% terlihat campuran hifa pendek dan
Pitiriasis versikolor ini harus dibedakan dengan dermatitis seboroika, eritrasma, morbus
Hansen, pitiriasis alba, pitiriasis rosea, hipopigmentasi pasca inflamasi serta vitiligo.1,2
VIII. PENGOBATAN
Pengobatan bisa berupa obat topikal maupun obat sistemik, tergantung luas lesi, kepatuhan
pasien, kontra indikasi dan efeksamping. Obat topikal yang merupakan obat pilihan adalah
3
sampo selenium sulifide (selsun) 1,8% atau bentuk losio 2,5% dioleskan pada lesi tiap hari dan
didiamkan 15-30 menit dan kemudian dibilas. Obat topikal alternatif yang dapat dipilih yaitu
solusio natrium hiposulfit 20%. Untuk lesi terbatas, sebagai krim dreivat azol misalnya
yakni dengan ketokonazol 200 mg/hari selama 5-10 hari, Itrakonazol 200mg/hari selama 5-7
hari. Pengobatan rumatan antara lain sampo selenium sulfide secara periodis atau dengan obat
sistemik ketokonazol 400mg setiap bulan atau 200mg sehari selama 3 hari tiap bulan.1
IX. PROGNOSIS
Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten, serta faktor
predisposisi dihindarkan. Lesi hipopigmentasi dapat bertahan sampai beberapa bulan setelah
jamur negative.1
4
BAB 2
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. IF
Umur : 16 tahun
Agama : Islam
Suku : Minang
ANAMNESIS
Seorang pasien laki-laki berusia 16 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr. M.
Keluhan Utama
Bercak-bercak putih tersebar di punggung hingga dada yang sediki gatal sejak 2 minggu yang
lalu.
5
Riwayat Penyakit Sekarang
Awalnya bercak-bercak putih yang gatal dirasakan pada bagian punggung 2 minggu yang
Pasien adalah seorang remaja yang cukup mudah berkeringat akibat dari suhu di daerah
Pasien mandi 3 kali sehari, pada pagi hari, siang hari dan sore hari dengan menggunakan
air PAM.
Pasien biasanya tidak mengganti pakaian yang digunakan setelah mandi di siang hari,
Pasien biasa menggunakan singlet sebagai lapisan kemeja atau baju kaos yang dikenakan.
Pasien tidak mengeluhkan penurunan sensasi raba dan nyeri pada bercak-bercak putih
yang dikeluhkan.
Pasien diketahui menderita morbus Hansen sejak usia 13 tahun dan telah menjalani
6
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien pernah mememiliki bercak putih serupa pada kelas 3 SMP dan diobati dengan
salap ketokonazol 2 kali sehari yang berhasil menyembuhkan keluhan tersebut setelah
Riwayat Pengobatan
Keluhan bercak putih yang ditemukan saat ini belum mendapatkan pengobatan.
Tidak ada keluarga pasien yang menderita bercak-bercak putih yang disertai rasa gatal
Pasien dan keluarga tidak ada riwayat bersin-bersin pada pagi hari.
Riwayat Sosio-Ekonomi
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Status Dermatologikus
Lokasi : leher posterior, pundak, punggung bagian atas, dan dada bagian atas
Distribusi : regional
Batas : tegas
Ukuran : milier-lentikuler
8
FOTO PASIEN
9
Gambar 3.3. Lesi hipopigmentasi dan hiperpigmentasi pada bahu kanan pasien
Gambar 3.4. Lesi hipopigmentasi dan hiperpigmentasi pada bahu kiri pasien
10
Gambar 3.5. Lesi hipopigmentasi dan hiperpigmentasi pada leher posterior pasien
RESUME
Seorang pasien laki-laki berusia 16 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP
Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 14 Agustus 2017 dengan keluhan bercak-bercak putih yang
sedikit gatal pada punggung dan dada sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya bercak-bercak putih
yang sedikit gatal dirasakan pada punggung pasien yang kemudian ditemukan menyebar hingga
dada setelah dilihat melalui kaca. Pasien merupakan seorang siswa kelas 2 SMA yang tinggal di
daerah bersuhu panas dengan frekuensi mandi 3 kali sehari, namun dengan kebiasaan tidak
mengganti pakaian setelah mandi di siang hari. Pasien merupakan seorang penderita morbus
Hansen yang sedang menjalani pengobatan sejak 8 bulan yang lalu. Pasien tidak mengeluhkan
penurunan sensasi raba dan nyeri pada bercak putih yang dikeluhkan. Pasien pernah mengalami
keluhan yang sama pada saat kelas 3 SMP dan telah mendapatkan pengobatan salap ketokonazol
yang berhasil mengobati keluhan tersebut setelah 1 bulan pemakaian. Pasien belum mengobati
11
keluhan bercak putih saat ini. Pasien tidak memiliki riwayat alergi dan keluarga pasien tidak
Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa lesi ditemukan di bagian leher posterior,
menjalar hingga bahu dan penggung bagian atas, serta dada bagian atas dengan distribusi
regional, bentuk dan susunan yang tidak khas, berbatas tegas, dengan ukuran milier-numuler, dan
efloresensi makula hipopigmentasi dan hiperpigmentasi dengan skuama putih halus diatasnya.
DIAGNOSIS KERJA
Pitiriasis Versikolor
DIAGNOSIS BANDING
1. Pitiriasis Alba
Pitiriasis alba merupaka sebuah kelainan kulit non-spesifik yang sering dijumpai pada
anak-anak berusia 3 sampai 16 tahun. Kondisi ini memiliki ciri khas berupa makula
hipopigmentasi berbentuk bulat atau oval dengan skuama halus diatasnya. Lokasi predileksi
dari kelainan ini adalah di wajah (50-60%), paling sering disekitar mulut, dagu, pipi serta
dahi. Penyebab pasti dari kelainan ini masih tidak diketahui, namun xerosis diketahui
sebagai faktor patogenik penting,, dimana status hidrasi pada lokasi tertentu di stratum
penurunan jumlah dan aktiivtas melanosit ketika terpapar sinar ultraviolet dan menyebabkan
hipomelanosis. Paparan terhadap sinar matahari akan menyebabkan perbedaan warna kulit
semakin mencolok.
Pitiriasis versikolor jarang ditemukan pada anak-anak dan tidak memiliki predileksi
pada wajah. Perbedaan antara pitiriasis alba dan pitiriasis versikolor dapat dibedakan dengan
12
melakukan pemeriksaan kerokan kulit dan KOH 10% yang hasilnya akan menunjukkan
infeksi jamur berupa tampilan spaghetti and meatball pada kondisi pitiriasis versiokolor.
2. Morbus Hansen
Morbus Hansen merupakan penyakit infeksi Mycobacterium leprae yang progresif dan
menyerang kulit serta saraf. Salah satu tampilan klinis dari penyakit tersebut adalah lesi
hipopigmentasi atau kemerahan yang mengalami penurunan sensasi raba yang terkadang
disertai dengan gejala prodromal, sedangkan pada pitiriasis versikolor tidak ditemukan
adanya penurunan sensasi raba pada lesi hipopigmentasi dan gejala prodromal. Pemeriksaan
penunjang diperlukan untuk memastikan diagnosis antara kedua gangguan kulit tersebut,
dimana hasil kerokan kulit dengan KOH akan menunjukkan infeksi jamur berupa tampilah
hifa pendek dan spora bulat, sedangkan pada lesi MH tidak akan ditemukan adanya tampilan
3. Morbus Hansen
Vitiligo adalah suatu kondisi hipomelanosis yang bersifat progresif, seringkali familial
ditandai dengan makula hipopigmentasi pada kulit, berbatas tegas dan asimtomatis. Vitiligo
mempunyai distribusi yang khas, terutama pada daerah yang terpapar cahaya matahari
(seperti wajah, dada bagian atas, dorsum manus), daerah lipatan (seperti pada aksil atau lipat
paha), daerah orifisium (sekitar mulut, hidung, mata, rektum), dan pada bagian ekstensor
permukaan tulang yang menonjol (jari, lutut, siku). Pada pemeriksaan dengan lampu Wood,
makula hipopigmentasi pada vitiligo akan tampak putih berkilau, sedangkan pada pitiriasis
13
4. Hiperpigmentasi Pasca Inflamasi
Hiperpigmentasi pasca inflamasi terjadi akibat perubahan aktivitas sel imun dan
melanosit yang disebabkan oleh produk inflamasi, dimana produk inflamasi tersebut akan
peningkatan pigmen melanin pada lapisal sel basa di epidermis dan pemeriksaan
menggunakan lampu Wood akan menunjukan batas lesi epidermal yang lebih tegas, berbeda
dengan pitiriasis versikolor yang akan berwarna kekuningan di bawah lampu Wood.
batas yang difus pada tempat terjadinya kelainan kulit primer. Hipopigmentasi terjadi akibat
PEMERIKSAAN RUTIN
Mikologi:
14
Gambar 3.6. Hasil pemeriksaan Wood’s lamp pada lesi di leher posterior
15
- Kerokan kulit + KOH 10% : hifa pendek dan spora-spora bulat berkelompok
16
Gambar 3.10. Hasil pemeriksaan kerokan kulit dengan perbesaran 40x
PEMERIKSAAN PENUNJANG
DIAGNOSIS
Pitiriasis Versikolor
TERAPI
Umum:
Ganti pakaian ketika terasa lembab dan basah, terutama setelah berkeringat.
Pengobatan dilakukan rutin dan teratur karena angka kekambuhan tinggi (±50% pasien).
17
Pasien datang kembali setelah 1 minggu untuk follow up gejala klinis dan pemeriksaan
rutin.
Infeksi jamur dapat dibunuh dengan cepat tetapi membutuhkan waktu berbulan-bulan
Khusus:
Sistemik:
Topikal:
o sampo selenium sulfide 1,8-2,5%, digosokkan pada bagian yang terdapat bercak
seminggu.
Prognosis
18
RESEP
dr. Suri-Firstari
Praktek Umum
SIP : 1210313011
Hari : Senin- Jum’at
Jam: 19.00 – 21.00
Alamat : Jl. M. Hatta no.63
No Telp : (0751) 64582
ʃ 1 dd tab 1
Pro : Tn. IF
c
Umur : 16 Tahun
Alamat : Jalan Gajah Mada No 41B Padang (Panti Asuhan)
19
BAB 3
DISKUSI
Seorang pasien laki-laki berusia 16 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP
Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 14 Agustus 2017 dengan keluhan bercak-bercak putih yang
sedikit gatal pada punggung dan dada sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya bercak-bercak putih
yang sedikit gatal dirasakan pada punggung pasien yang kemudian ditemukan menyebar hingga
dada setelah dilihat melalui kaca. Pasien merupakan seorang siswa kelas 2 SMA yang tinggal di
daerah bersuhu panas dengan frekuensi mandi 3 kali sehari, namun dengan kebiasaan tidak
mengganti pakaian setelah mandi di siang hari. Pasien merupakan seorang penderita morbus
Hansen yang sedang menjalani pengobatan sejak 8 bulan yang lalu. Pasien tidak mengeluhkan
penurunan sensasi raba dan nyeri pada bercak putih yang dikeluhkan. Pasien pernah mengalami
keluhan yang sama pada saat kelas 3 SMP dan telah mendapatkan pengobatan salap ketokonazol
yang berhasil mengobati keluhan tersebut setelah 1 bulan pemakaian. Pasien belum mengobati
keluhan bercak putih saat ini. Pasien tidak memiliki riwayat alergi dan keluarga pasien tidak
Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa lesi ditemukan di bagian leher posterior,
menjalar hingga bahu dan penggung bagian atas, serta dada bagian atas dengan distribusi
regional, bentuk dan susunan yang tidak khas, berbatas tegas, dengan ukuran milier-numuler, dan
efloresensi makula hipopigmentasi dan hiperpigmentasi dengan skuama putih halus diatasnya.
pitiriasis versikolor. Berdasarkan teori, lesi pitiriasis versikolor berupa bercak atau makula
berwarna putih (hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa gatal yang
20
ringan yang umumnya muncul saat berkeringat. Ukuran dan bentuknya bervariasi, dan biasanya
memiliki batas yang tegas sampai tidak tegas, bentuknya bisa bulat, oval sampai tidak khas dan
terdapat squama halus di atasnya. Untuk menunjukkan adanya squamasi dapat dilakukan garukan
dengan kuku dan akan tampak batas yang jelas antara lesi dan kulit normal.3
Berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan fisik, diagnosis banding yang mungkin adalah
pitiriasis alba, yang ditandai dengan terdapatnya lesi warna merah muda atau sewarna kulit
disertai skuama halus diatasnya, setelah eritema menghilang, lesi yang dijumpai hanya
depigmentasi dengan skuama halus. Diagnosis banding lainnya adalah morbus Hansen, dimana
pada kasus ini dapat disingkirkan karena pasien tidak ada mengeluhkan mati rasa atau kurang
berasa pada bercak-bercak putih tersebut. Diagnosis banding hipopigmentasi paska inflamasi
juga dapat disingkirkan karena pasien mengatakan bahwa tidak terdapat riwayat trauma maupun
pada pemeriksaan kerokan kulit + KOH 10% ditemukan campuran hifa pendek dan spora-spora
bulat berkelompok (gambaran spaghetti and meatballs) yang mengarahkan diagnosa pada pasien
berlebihan, segera mengganti pakaian apabila berkeringat, mengusahakan badan tetap kering,
berpakaian longgar dan menyerap keringat serta melakukan pengobatan secara rutin dan teratur.
Pada pasien ini diberikan pengobatan sistemik yaitu ketokonazol yang menghambat sitokrom
P450 jamur, dengan mengganggu sintesis ergosterol yang merupakan komponen penting dari
membran sel jamur dan sampo selenium sulfide sebagai terapi topikal.
21
DAFTAR PUSTAKA
W editors. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin 7th Edition, Balai Penerbit FKUI Jakarta;
2015. p.103-105
2. Janik MP, Heffernan MP. Yeast infections Tinea (pityriasis) Versicolor, In: Wolff K,
Goldsmith AL, Katz IS, Gilchrest AB, Paller SA, Leffel JD editors. Fitzpatrick’s
3. Gupta AK, Folley KA. Anti-fungal treatment of pytiriasis versicolor. J Fungi. 2015;
29(13):13-29
22