Anda di halaman 1dari 22

Case Report Session

Pitiriasis Versikolor

OLEH :

Firstari Vashti 1010313046


Suri Hanifa Efendi 1310311029

PRESEPTOR :
dr. Gardenia Akhyar, SpKK

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN


RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2017
BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI

Pitiriasis versikolor (nama lainnya tinea versikolor, kromofitosis, dermatomikosis, liver

spots, tinea flava, pitiriasis versikolor flava, panu) adalah penyakit jamur superfisial yang kronik,

biasanya tidak memberikan keluhan subyektif, ditandai oleh area depigmentasi atau diskolorasi

berskuama halus, tersebar diskret atau konfluen, terutama terdapat pada badan bagian atas.1

II. EPIDEMIOLOGI

Pitiriasis versikolor merupakan penyakit yang universal, dan terutama sering ditemukan

di daerah tropis.1 Penyakit ini sering ditemukan pada remaja terbanyak pada usia 16-40 tahun,

walaupun anak-anak dan orang dewasa tua tidak luput dari infeksi.Tidak ada perbedaan kejadian

antara pria dan wanita.2

III. ETIOLOGI

Pitiriasis versikolor disebabkan oleh Malessezia furfur ragi bersifat lipofilik yang

merupakan flora normal pada kulit. Dahulu digolongkan sebagai genus Pityrosporum orbiculare

dan Pityrosporum ovale kemudian mengalami reklasifikasi sebagai genus Malassezia.1,4 Ada

beberapa faktor yang mempengaruhi infeksi, yaitu endogen dan eksogen.2

IV. PATOGENESIS

Pitiriasis versikolor timbul jika Malessezia furfur berubah bentuk menjadi bentuk miselia

karena adanya faktor predisposisi baik dari endogen maupun eksogen. Faktor endogen dapat

berupa malnutrisi, terapi imunospuresan, riwayat keluarga yang positif. Faktor eksogen dapat
2
berupa suhu, kelembaban udara, dan keringat.2 Warna lesi dapat mulai dari hipopigmentasi

sampai hiperpigmentasi, disebabkan karena terganggunya pembentukan pigmen melanin.1,4

V. MANIFESTASI KLINIS

Kelainan kulit pitiriasis versikolor sangat superfisial dan ditemukan terutama di badan

bagian atas, leher, dan perut, ekstremitas sisi proksimal, kadang pada wajah dan scalp, dapat juga

pada wajah, paha, dan genitalia. Kelainan ini terlihat sebagai bercak-bercak atau makula

hipopigmentasi, hiperpigmentasi, atau kadang eritematosa. Umumnya penderita tidak mengeluh

adanya gejala subjektif. 1,3,4

VI. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis adanya lesi di daerah predileksi berupa

macula berbatas tegas berwarna putih, kemerahan samoai hitam yang bersquama halus.

Pemeriksaan dengan lampu Wood untuk melihat fluoresens berwarna kuning keemasan. Pada

sediaan langsung kerokan kulit dengan larutan KOH 20% terlihat campuran hifa pendek dan

spora-spora bulat yang dapat berkelompok (gambaran spaghetti and meatballs).1,4

VII. DIAGNOSIS BANDING

Pitiriasis versikolor ini harus dibedakan dengan dermatitis seboroika, eritrasma, morbus

Hansen, pitiriasis alba, pitiriasis rosea, hipopigmentasi pasca inflamasi serta vitiligo.1,2

VIII. PENGOBATAN

Mengindentifikasi faktor predisposisi yang dapat dihindari selain terapi farmakologik.

Pengobatan bisa berupa obat topikal maupun obat sistemik, tergantung luas lesi, kepatuhan

pasien, kontra indikasi dan efeksamping. Obat topikal yang merupakan obat pilihan adalah

3
sampo selenium sulifide (selsun) 1,8% atau bentuk losio 2,5% dioleskan pada lesi tiap hari dan

didiamkan 15-30 menit dan kemudian dibilas. Obat topikal alternatif yang dapat dipilih yaitu

solusio natrium hiposulfit 20%. Untuk lesi terbatas, sebagai krim dreivat azol misalnya

mikonazol, klotrimokazol, isokonazol, dan ekonazol dapat digunakan. Obat-obatan sistemik

yakni dengan ketokonazol 200 mg/hari selama 5-10 hari, Itrakonazol 200mg/hari selama 5-7

hari. Pengobatan rumatan antara lain sampo selenium sulfide secara periodis atau dengan obat

sistemik ketokonazol 400mg setiap bulan atau 200mg sehari selama 3 hari tiap bulan.1

IX. PROGNOSIS

Prognosis baik bila pengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten, serta faktor

predisposisi dihindarkan. Lesi hipopigmentasi dapat bertahan sampai beberapa bulan setelah

jamur negative.1

4
BAB 2

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. IF

Umur : 16 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Siswa kelas 2 SMA

Alamat : Painan, Pesisir Selatan

Status perkawinan : Belum Menikah

Negeri asal : Pesisir Selatan

Agama : Islam

Suku : Minang

Tgl pemeriksaan : 14 Agustus 2017

ANAMNESIS

Seorang pasien laki-laki berusia 16 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr. M.

Djamil Padang pada tanggal 14 Agustus 2017 dengan:

Keluhan Utama

Bercak-bercak putih tersebar di punggung hingga dada yang sediki gatal sejak 2 minggu yang

lalu.

5
Riwayat Penyakit Sekarang

 Awalnya bercak-bercak putih yang gatal dirasakan pada bagian punggung 2 minggu yang

lalu dan ditemukan tersebar hingga bagian dada.

 Gatal yang dirasakan pasien tidak terlalu berat.

 Pasien tidak dapat memperhatikan perkembangan bercak di punggung akibat letaknya

yang sulit untuk diobservasi.

 Pasien adalah seorang remaja yang cukup mudah berkeringat akibat dari suhu di daerah

pesisir yang lebih panas.

 Pasien tidak sering berolahraga dalam 1 tahun terakhir.

 Pasien mandi 3 kali sehari, pada pagi hari, siang hari dan sore hari dengan menggunakan

air PAM.

 Pasien biasanya tidak mengganti pakaian yang digunakan setelah mandi di siang hari,

namun mengganti pakaian ketika mandi di pagi dan sore hari.

 Pasien biasa menggunakan singlet sebagai lapisan kemeja atau baju kaos yang dikenakan.

 Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.

 Pasien tidak mengeluhkan penurunan sensasi raba dan nyeri pada bercak-bercak putih

yang dikeluhkan.

 Keluhan bercak putih saat ini belum mendapatkan pengobatan

 Pasien diketahui menderita morbus Hansen sejak usia 13 tahun dan telah menjalani

pengobatan selama 8 bulan.

6
Riwayat Penyakit Dahulu

 Pasien pernah mememiliki bercak putih serupa pada kelas 3 SMP dan diobati dengan

salap ketokonazol 2 kali sehari yang berhasil menyembuhkan keluhan tersebut setelah

penggunaan selama 1 bulan.

Riwayat Pengobatan

 Keluhan bercak putih yang ditemukan saat ini belum mendapatkan pengobatan.

Riwayat Penyakit Keluarga

 Tidak ada keluarga pasien yang menderita bercak-bercak putih yang disertai rasa gatal

seperti yang diderita pasien

Riwayat Atopi / Riwayat Alergi

 Pasien dan keluarga tidak ada riwayat bersin-bersin pada pagi hari.

 Pasien dan keluarga tidak ada riwayat alergi makanan.

 Pasien dan keluarga tidak ada riwayat alergi obat.

Riwayat Sosio-Ekonomi

 Pasien seorang siswa kelas 2 SMA

PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis

Keadaan Umum : Tidak tampak sakit

Kesadaran : Komposmentis kooperatif

Status Gizi : Sedang

Thorak : Dalam batas normal


7
Abdomen : Dalam batas normal

Ekstremitas : Dalam batas normal

Status Dermatologikus

Lokasi : leher posterior, pundak, punggung bagian atas, dan dada bagian atas

Distribusi : regional

Bentuk : tidak khas

Susunan : tidak khas

Batas : tegas

Ukuran : milier-lentikuler

Efluoresensi : makula hipopigmetasi dan hiperpigmentasi dengan skuama putih halus

Kelainan selaput : Diharapkan dalam batas normal

Kelainan kuku : Tidak ditemukan kelainan

Kelainan rambut : Tidak ditemukan kelainan

Status Venereologikus : Diharapkan dalam batas normal

8
FOTO PASIEN

Gambar 3.1. Pasien tampak depan

Gambar 3.2. Pasien tampak belakang

9
Gambar 3.3. Lesi hipopigmentasi dan hiperpigmentasi pada bahu kanan pasien

Gambar 3.4. Lesi hipopigmentasi dan hiperpigmentasi pada bahu kiri pasien

10
Gambar 3.5. Lesi hipopigmentasi dan hiperpigmentasi pada leher posterior pasien

RESUME

Seorang pasien laki-laki berusia 16 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP

Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 14 Agustus 2017 dengan keluhan bercak-bercak putih yang

sedikit gatal pada punggung dan dada sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya bercak-bercak putih

yang sedikit gatal dirasakan pada punggung pasien yang kemudian ditemukan menyebar hingga

dada setelah dilihat melalui kaca. Pasien merupakan seorang siswa kelas 2 SMA yang tinggal di

daerah bersuhu panas dengan frekuensi mandi 3 kali sehari, namun dengan kebiasaan tidak

mengganti pakaian setelah mandi di siang hari. Pasien merupakan seorang penderita morbus

Hansen yang sedang menjalani pengobatan sejak 8 bulan yang lalu. Pasien tidak mengeluhkan

penurunan sensasi raba dan nyeri pada bercak putih yang dikeluhkan. Pasien pernah mengalami

keluhan yang sama pada saat kelas 3 SMP dan telah mendapatkan pengobatan salap ketokonazol

yang berhasil mengobati keluhan tersebut setelah 1 bulan pemakaian. Pasien belum mengobati
11
keluhan bercak putih saat ini. Pasien tidak memiliki riwayat alergi dan keluarga pasien tidak

sedang menderita keluhan yang sama sepeti yang dialami pasien.

Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa lesi ditemukan di bagian leher posterior,

menjalar hingga bahu dan penggung bagian atas, serta dada bagian atas dengan distribusi

regional, bentuk dan susunan yang tidak khas, berbatas tegas, dengan ukuran milier-numuler, dan

efloresensi makula hipopigmentasi dan hiperpigmentasi dengan skuama putih halus diatasnya.

DIAGNOSIS KERJA

Pitiriasis Versikolor

DIAGNOSIS BANDING

1. Pitiriasis Alba

Pitiriasis alba merupaka sebuah kelainan kulit non-spesifik yang sering dijumpai pada

anak-anak berusia 3 sampai 16 tahun. Kondisi ini memiliki ciri khas berupa makula

hipopigmentasi berbentuk bulat atau oval dengan skuama halus diatasnya. Lokasi predileksi

dari kelainan ini adalah di wajah (50-60%), paling sering disekitar mulut, dagu, pipi serta

dahi. Penyebab pasti dari kelainan ini masih tidak diketahui, namun xerosis diketahui

sebagai faktor patogenik penting,, dimana status hidrasi pada lokasi tertentu di stratum

korneum ditemukan lebih rendah dibandingkan kulit sekitarnya sehingga menyebabkan

penurunan jumlah dan aktiivtas melanosit ketika terpapar sinar ultraviolet dan menyebabkan

hipomelanosis. Paparan terhadap sinar matahari akan menyebabkan perbedaan warna kulit

semakin mencolok.

Pitiriasis versikolor jarang ditemukan pada anak-anak dan tidak memiliki predileksi

pada wajah. Perbedaan antara pitiriasis alba dan pitiriasis versikolor dapat dibedakan dengan

12
melakukan pemeriksaan kerokan kulit dan KOH 10% yang hasilnya akan menunjukkan

infeksi jamur berupa tampilan spaghetti and meatball pada kondisi pitiriasis versiokolor.

2. Morbus Hansen

Morbus Hansen merupakan penyakit infeksi Mycobacterium leprae yang progresif dan

menyerang kulit serta saraf. Salah satu tampilan klinis dari penyakit tersebut adalah lesi

hipopigmentasi atau kemerahan yang mengalami penurunan sensasi raba yang terkadang

disertai dengan gejala prodromal, sedangkan pada pitiriasis versikolor tidak ditemukan

adanya penurunan sensasi raba pada lesi hipopigmentasi dan gejala prodromal. Pemeriksaan

penunjang diperlukan untuk memastikan diagnosis antara kedua gangguan kulit tersebut,

dimana hasil kerokan kulit dengan KOH akan menunjukkan infeksi jamur berupa tampilah

hifa pendek dan spora bulat, sedangkan pada lesi MH tidak akan ditemukan adanya tampilan

hifa dan spora.

3. Morbus Hansen

Vitiligo adalah suatu kondisi hipomelanosis yang bersifat progresif, seringkali familial

ditandai dengan makula hipopigmentasi pada kulit, berbatas tegas dan asimtomatis. Vitiligo

mempunyai distribusi yang khas, terutama pada daerah yang terpapar cahaya matahari

(seperti wajah, dada bagian atas, dorsum manus), daerah lipatan (seperti pada aksil atau lipat

paha), daerah orifisium (sekitar mulut, hidung, mata, rektum), dan pada bagian ekstensor

permukaan tulang yang menonjol (jari, lutut, siku). Pada pemeriksaan dengan lampu Wood,

makula hipopigmentasi pada vitiligo akan tampak putih berkilau, sedangkan pada pitiriasis

versikolor akan terlihan kekuningan.

13
4. Hiperpigmentasi Pasca Inflamasi

Hiperpigmentasi pasca inflamasi terjadi akibat perubahan aktivitas sel imun dan

melanosit yang disebabkan oleh produk inflamasi, dimana produk inflamasi tersebut akan

meningkatkan sintesis melanin dan kemudian akan menyebabkan peningkatan penyebaran

pigmen ke sekitar keratinosit. Peningkatan stimulasi dan penyebarann tersebut akan

menyebabkan hipermelanosis epidermal. Pemeriksaan histopatologis akan menunjukkan

peningkatan pigmen melanin pada lapisal sel basa di epidermis dan pemeriksaan

menggunakan lampu Wood akan menunjukan batas lesi epidermal yang lebih tegas, berbeda

dengan pitiriasis versikolor yang akan berwarna kekuningan di bawah lampu Wood.

5. Hipopigmentasi Pasca Inflamasi

Hipopigmentasi pasca inflamasi memiliki gambaran makula berwarna keputihan dengan

batas yang difus pada tempat terjadinya kelainan kulit primer. Hipopigmentasi terjadi akibat

dari hambatan penyebaran melanosom ke keratinosit. Gambaran pemeriksaan histopatologis

akan menunjukkan gambaran penyakit kulit primernya.

PEMERIKSAAN RUTIN

 Mikologi:

- Wood’s lamp : fluoresensi kuning keemasan (+)

14
Gambar 3.6. Hasil pemeriksaan Wood’s lamp pada lesi di leher posterior

Gambar 3.7. Hasil pemeriksaan Wood’s lamp pada lesi di punggug

15
- Kerokan kulit + KOH 10% : hifa pendek dan spora-spora bulat berkelompok

(spaghetti and meatballs) (+)

Gambar 3.8. Hasil pemeriksaan kerokan kulit dengan perbesaran 4x

Gambar 3.9. Hasil pemeriksaan kerokan kulit dengan perbesaran 10x

16
Gambar 3.10. Hasil pemeriksaan kerokan kulit dengan perbesaran 40x

PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang.

DIAGNOSIS

Pitiriasis Versikolor

TERAPI

Umum:

 Hindari suasana lembab dan keringat berlebihan.

 Ganti pakaian ketika terasa lembab dan basah, terutama setelah berkeringat.

 Jaga hygiene pribadi dengan mandi setidaknya dua kali sehari.

 Berpakaian longgar dan

 Pengobatan dilakukan rutin dan teratur karena angka kekambuhan tinggi (±50% pasien).

17
 Pasien datang kembali setelah 1 minggu untuk follow up gejala klinis dan pemeriksaan

rutin.

 Infeksi jamur dapat dibunuh dengan cepat tetapi membutuhkan waktu berbulan-bulan

untuk mengembalikan pigmentasi ke normal.

Khusus:

 Sistemik:

o Ketokonazol 1x200 mg selama 7 hari

 Topikal:

o sampo selenium sulfide 1,8-2,5%, digosokkan pada bagian yang terdapat bercak

putih (lengan dan tungkai atas), 15 – 30 menit sebelum mandi, 2 – 3 kali

seminggu.

Prognosis

Quo Ad vitam : bonam

Quo Ad sanationam : bonam

Quo Ad fungsionam : bonam

Quo Ad cosmeticum : dubia ad bonam

18
RESEP

dr. Suri-Firstari
Praktek Umum
SIP : 1210313011
Hari : Senin- Jum’at
Jam: 19.00 – 21.00
Alamat : Jl. M. Hatta no.63
No Telp : (0751) 64582

Padang, 14 Agustus 2017

R/ ketokonazol tab 200 mg No. IV

ʃ 1 dd tab 1

R/ selenium sulfide 1,8% shampoo fls. No. I

ʃ ue (2-3 kali/minggu, digosok pada lesi, 15 – 30 menit sebelum mandi)


----------

Pro : Tn. IF
c
Umur : 16 Tahun
Alamat : Jalan Gajah Mada No 41B Padang (Panti Asuhan)

19
BAB 3

DISKUSI

Seorang pasien laki-laki berusia 16 tahun datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP

Dr. M. Djamil Padang pada tanggal 14 Agustus 2017 dengan keluhan bercak-bercak putih yang

sedikit gatal pada punggung dan dada sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya bercak-bercak putih

yang sedikit gatal dirasakan pada punggung pasien yang kemudian ditemukan menyebar hingga

dada setelah dilihat melalui kaca. Pasien merupakan seorang siswa kelas 2 SMA yang tinggal di

daerah bersuhu panas dengan frekuensi mandi 3 kali sehari, namun dengan kebiasaan tidak

mengganti pakaian setelah mandi di siang hari. Pasien merupakan seorang penderita morbus

Hansen yang sedang menjalani pengobatan sejak 8 bulan yang lalu. Pasien tidak mengeluhkan

penurunan sensasi raba dan nyeri pada bercak putih yang dikeluhkan. Pasien pernah mengalami

keluhan yang sama pada saat kelas 3 SMP dan telah mendapatkan pengobatan salap ketokonazol

yang berhasil mengobati keluhan tersebut setelah 1 bulan pemakaian. Pasien belum mengobati

keluhan bercak putih saat ini. Pasien tidak memiliki riwayat alergi dan keluarga pasien tidak

sedang menderita keluhan yang sama sepeti yang dialami pasien.

Hasil pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa lesi ditemukan di bagian leher posterior,

menjalar hingga bahu dan penggung bagian atas, serta dada bagian atas dengan distribusi

regional, bentuk dan susunan yang tidak khas, berbatas tegas, dengan ukuran milier-numuler, dan

efloresensi makula hipopigmentasi dan hiperpigmentasi dengan skuama putih halus diatasnya.

Berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan fisik, diagnosis yang ditegakkan adalah

pitiriasis versikolor. Berdasarkan teori, lesi pitiriasis versikolor berupa bercak atau makula

berwarna putih (hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa gatal yang
20
ringan yang umumnya muncul saat berkeringat. Ukuran dan bentuknya bervariasi, dan biasanya

memiliki batas yang tegas sampai tidak tegas, bentuknya bisa bulat, oval sampai tidak khas dan

terdapat squama halus di atasnya. Untuk menunjukkan adanya squamasi dapat dilakukan garukan

dengan kuku dan akan tampak batas yang jelas antara lesi dan kulit normal.3

Berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan fisik, diagnosis banding yang mungkin adalah

pitiriasis alba, yang ditandai dengan terdapatnya lesi warna merah muda atau sewarna kulit

disertai skuama halus diatasnya, setelah eritema menghilang, lesi yang dijumpai hanya

depigmentasi dengan skuama halus. Diagnosis banding lainnya adalah morbus Hansen, dimana

pada kasus ini dapat disingkirkan karena pasien tidak ada mengeluhkan mati rasa atau kurang

berasa pada bercak-bercak putih tersebut. Diagnosis banding hipopigmentasi paska inflamasi

juga dapat disingkirkan karena pasien mengatakan bahwa tidak terdapat riwayat trauma maupun

penyakit kulit lain sebelumnya.

Berdasarkan pemeriksaan Wood’s lamp, didapatkan fluoresensi kuning keemasan, dan

pada pemeriksaan kerokan kulit + KOH 10% ditemukan campuran hifa pendek dan spora-spora

bulat berkelompok (gambaran spaghetti and meatballs) yang mengarahkan diagnosa pada pasien

ini adalah pitiriasis versikolor.2

Untuk penatalaksaan pasien hendaknya menghindari suasana lembab dan keringat

berlebihan, segera mengganti pakaian apabila berkeringat, mengusahakan badan tetap kering,

berpakaian longgar dan menyerap keringat serta melakukan pengobatan secara rutin dan teratur.

Pada pasien ini diberikan pengobatan sistemik yaitu ketokonazol yang menghambat sitokrom

P450 jamur, dengan mengganggu sintesis ergosterol yang merupakan komponen penting dari

membran sel jamur dan sampo selenium sulfide sebagai terapi topikal.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Budimulja U, Bramono K. Pitiriasis Versikolor. In: Medaldi SL, Bramono K, Indriatmi

W editors. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin 7th Edition, Balai Penerbit FKUI Jakarta;

2015. p.103-105

2. Janik MP, Heffernan MP. Yeast infections Tinea (pityriasis) Versicolor, In: Wolff K,

Goldsmith AL, Katz IS, Gilchrest AB, Paller SA, Leffel JD editors. Fitzpatrick’s

Dermatology In General Medecine 7

3. Gupta AK, Folley KA. Anti-fungal treatment of pytiriasis versicolor. J Fungi. 2015;

29(13):13-29

4. AK Gupta, R Bluhm, R Summerbell. Pytiriasis versicolor. Journal of the European

Academy of Dermatology and Venereology. 2002; 16(1): 19-33

22

Anda mungkin juga menyukai