Anda di halaman 1dari 10

24 Gea, Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm 24-33.

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH TERHADAP


SIKAP SISWA PADA LINGKUNGAN (Studi Eksperimen Quasi Pada
Mata Pelajaran Geografi di SMA Negeri 1 Purwadadi)

Dadang Djuandi
SMA Negeri 1 Purwadadi, Kab. Subang, email: dadjuaja@gmail.com

ABSTRAK
Earth hour, kantong plastic berbayar, dan penanaman sejuta pohon adalah wujud
meningkatnya kepedulian manusia pada lingkungan yang semestinya diikuti pula dengan
makin baiknya sikap siswa pada lingkungan, tetatpi sikap siswa pada lingkungan masih
bersifat negative. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh penggunaan model
pembelajaran berbasis masalah (PBM) terhadap sikap siswa pada lingkungan. Model
pembelajaran tersebut diterapkan karena sesuai dengan prinsip pembelajaran yang berpusat
pada permasalahan yang terjadi nyata dekat dengan siswa. Data diperoleh menggunakan
metode penelitian quasi eksperimen, dengan pengujian sikap pada pretest dan posttest,
Teknik pengolahan data penelitian menerapkan uji t. Untuk menguji hipotesis peneliti
menerapkan perhitungan statistik dengan memanfaatkan software SPSS versi 21. Subjek
penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 2 dan kelas XI IPS 4. Hasil peneltian menunjukkan:
(1) sesudah penerapan PBM sikap siswa di kelas eksperimen mengalami peningkatan; (2)
sesudah pembelajaran konvensional sikap siswa pada lingkungan di kelas kontrol
mengalami peningkatan; (3) sikap siswa pada lingkungan kelas eksperimen lebih baik
daripada kelas kontrol; (4) di kelas eksperimen sikap siswa kelompok atas pada lingkungan
lebih baik daripada kelompok bawah. Untuk meningkatkan keaktifan siswa perlu penerapan
PBM lebih intensif, dan penelitian ini sebaiknya ditindaklanjuti dengan penelitian pada
prilaku.
Kata kunci: model pembelajaran, pembelajaran berbasis masalah, sikap.

PENDAHULUAN Gerakan sejuta pohon sedunia yang


Kepedulian pada lingkungan harus diperingati setiap tanggal 10 Januari adalah
sudah menjadi bagian dari kehidupan bentuk kepedulian yang juga sangat
kita.Kepedulian ini nampaknya makin penting bagi pelestarian lingkungan.
marak disuarakan, dipublikasikan bahkan Gerakan penanaman pohon ini dilakukan
dikampanyekan, seperti misalnya bisa karena pohon diketahui dapat mengurangi
disebutkan seperti “Jam Bumi” atau earth kadar CO2 di udara dan menghasilkan O2.
hour yang digagas oleh WWF sejak tahun Pohon juga dapat menahan laju air
2008. Jam bumi merupakan wujud sehingga akan lebih banyak yang terserap
kepedulian pada lingkungan dengan ke dalam tanah. Menurut penelitian
aktivitas berupa pemadaman listrik selama national geographic bahwa tegakan hutan
satu jam. Menurut ketua MPR, Wahyudin yang berdaun jarum mampu membuat 60
"Meskipun hanya satu jam, tapi kita sudah persen air hujan terserap tanah.Tegakan
mencontohkan masyarakat tentang hutan yang berdaun lebar mampu
pelestarian lingkungan hidup dan membuat 80 persen air hujan terserap tanah
kepedulian terhadap penurunan emisi (http://madina.go.id, 2013). Hal lain yang
karbon yang memicu pemanasan global." menunjukkan kepedulian pada lingkungan
(http://www.antaranews.com, 2016). adalah upaya mengurangi pencemaran
Dadang Djuandi, Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah… 25

udara melalui pengurangan jumlah di depan setiap kelas. Sampah akan


kendaran yang berusia lebih dari sepuluh beserakan di bawah meja dan kursi atau di
tahun. Misalnya pemerintah DKI dengan bagian belakang ruang kelas terutama
program scrapping mobil yang pernah terjadi setelah waktu istirahat, dan ini
dilontarkan oleh Gubernur Ahok berlangsung setiap hari sekolah. Sehingga
(http://megapolitan.kompas.com, 2015), menjadi pemandangan yang tidak sedap
Scrapping yaitu tempat penghancuran dilihat dan kurang nyaman untuk kegiatan
mobil-mobil berusia di atas 10 tahun, atau belajar mengajar. Himbauan dan ajakan
penerapan pajak progresif seperti yang mulai dari yang halus sampai yang keras
diungkapkan oleh Ketua Masyarakat hanya dapat diikuti sesaat. Hukuman dan
Transportasi Indonesia (MTI) bahwa pengahargaan yang diberikan pun tidak
“pemerintah DKI Jakarta perlu member- mampu membuat prilaku siswa secara
lakukan pengenaan pajak progresif bagi kontinyu menjaga kebersihan kelasnya.
kendaraan pribadi yang telah berusia di Manusia dengan lingkungan tidak
atas 10 tahun. Dengan penerapan pajak dapat dipisahkan, keduanya saling mem-
progresif ini semakin tua kendaraan pengaruhi. Hidup dan prilaku manusia
semakin mahal pajak yang harus dibayar- pun dipengaruhi oleh lingkungan, prilaku
kan oleh pemilik.Hal ini dilakukan dengan manusia mempengaruhi lingkungan.
orientasi untuk mengurangi polusi. Bahkan dapat dikatakan bahwa manusia
(Kompas.com, 2015). itu tergantung pada lingkungannya.
Kebersihan sebagian dari iman atau “seharusnya manusia menghormati
Jagalah kebersihan dan Buanglah sampah lingkungan hidup guna keberlangsungan
ke tempatnya merupakan kata-kata atau hidup manusia itu sendiri. Karena itu,
pernyataan yang berisi ajakan untuk selalu manusia seharusnya mampu menanamkan
membiasakan diri berprilaku hidup bersih rasa tanggung jawab terhadap lingkungan
di manapun berada.Kata-kata ajakan agar kelestarian alam tetap terjaga.”
tersebut sudah menjadi kata-kata yang (Martanti, 2009, hal. 17).
populer di kalangan para peserta didik Pendidikan merupakan wahana yang
maupun masyarakat pada umumnya.Tidak sangat efektif untuk menumbuhkan dan
hanya tertulis di dinding, atau di papan mewujudkan harmonisasi antara manusia
kayu Kata-kata ajakan bahkan tertulis pula dengan lingkungannya. Saat ini permasa-
di kemasan-kemasan produk makanan/ lahan lingkungan merupakan perma-
minuman.Tidak hanya berupa ajakan salahan yang mendesak untuk segera
bersifat persuasif, bahkan ajakan bersifat diatasi (Muhaimin, 2014, hal. 14).
represif pun terpampang di pinggir jalan, Bagaimana agar kemampuan mengatasi
seperti di Kota Bandung, “Membuang masalah lingkungan ini dimiliki oleh
sampah sembarangan didenda Rp. siswa? Apakah kemampuan ini dapat
5.000.000”. Ajakan-ajakan tersebut menun- ditumbuhkembangkan melalui pembel-
jukkan bahwa sikap dan prilaku ajaran? Proses pembelajaran pada
masyarakat terhadap lingkungan masih hakekatnya merupakan proses komunikasi,
bersifat negatif atau kurang peduli. yaitu proses penyampaian pesan atau
Berdasarkan pengamatan penulis, sikap informasi dari guru kepada peserta didik.
dan prilaku negatif tersebut juga terjadi di Oleh karena itu maka agar siswa memiliki
lingkungan sekolah seperti di SMA Negeri kemampuan memecahkan masalah ling-
1 Purwadadi Subang.Kata-kata ajakan itu kungan perlu diperhatikan strategi
sudah mereka pahami maksudnya, dan penyampaiannya. Dengan demikian guru
melekat kuat pada memorinya akan tetapi harus mampu memilih model pembelajaran
mereka tidak mampu menjaga kebersihan yang mampu mendorong semangat siswa
kelasnya padahal tempat sampah tersedia untuk secara aktif terlibat dalam
26 Gea, Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm 24-33.

pengalaman belajarnya. Siswa harus aktif Pembelajaran Berbasis Masalah


sebagai “Pemecah Masalah”bukan aktif memperoleh skor rata-rata sebesar 134,5
sebagai pembuat masalah. Menurut Yani skor maksimum 149, dan skor minimum
(2014, hal. 136) Problem Based Learning (PBL) 109. Berdasarkan hasil perhitungan
atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) tersebut maka setelah diberi perlakuan
merupakan model pembelajaran yang kelas eksperimen memperoleh kenaikan
memungkinkan bagi peserta didik untuk skor rata-rata sebesar 8,86.Kenaikan tinggi
aktif dan berani mengajukan solusi dari pada kelas eksperimen terjadi pada skor
masalah yang sedang dihadapi. minimum yang memperoleh kenaikan skor
Tujuaan penelitian ini adalah: 1) sebesar 21.
Untuk menganalisis bagaimana pengaruh
penggunaan model pembelajaran berbasis Tabel 1. Data statistik pretest dan posttest
masalah (PBM) terhadap sikap siswa pada kelas eksperimen
lingkungan 2) Untuk menganalisis bagai- Data
Pretest Posttest Perubahan
mana pengaruh penggunaan model Statistik
pembelajaran yang tidak menggunakan Rata-rata 125.64 134.50 8,86
PBM terhadap sikap siswa pada ling- Skor maks 145 149 4
kungan 3) Untuk menganalisis adakah skor min 88 109 21
perbedaan sikap siswa pada lingkungan
antara kelas eksperimen dengan kelas Kategori gain sikap yang diperoleh kelas
kontrol. 4) Untuk menganalisis adakah eksperimen dapat dilihat pada tabel 2.
perbedaan sikap siswa pada lingkungan
antara kelompok atas (pandai) dengan Tabel 2.Kategori Nilai Gain
kelompok bawah (kurang) pada kelas Kelas Eksperimen
eksperimen. Nilai Gain Kategori F %
˂ 0,3 Rendah 15 42
METODE PENELITIAN 0,3 ≤ g ˂ 0,7 Sedang 21 58
Metode penelitian yang digunakan
≥ 0,7 Tinggi 0 0
adalah metode eksperimen untuk menguji
Jumlah 36 100
hubungan sebab akibat penerapan model
PBM terhadap sikap siswa pada ling- Dari tabel 2 dapat dijelaskan bahwa
kungan, kemudian hasilnya dibandingkan peningkatan nilai gain terjadi pada seluruh
dengan kelompok kontrol. Metode siswa (100 %) yang terbagi pada kategori
pengumpulan data yang digunakan adalah rendah dan sedang, tetapi tidak terjadi
tes skala sikap Likert, dan observasi. Tes peningkatan pada kategori tinggi. Pening-
skala sikap diuji validitas dan reliabilitas- katan pada kategori rendah dicapai oleh 15
nya. Data yang terkumpul kemudian orang atau sekitar 42 %.Peningkatan pada
diolah dengan uji homogenitas, uji kategori sedang dicapai oleh 21 orang atau
normalitas, persentase, peningkatan (gain), sekitar 58%. Rata-rata peningkatan sikap
dan uji-t. pada kelas eksperimen adalah sebesar 0,3
termasuk ke dalam kategori sedang.
HASIL DAN PEMBAHASAN Untuk keperluan pengujian hipotesis,
Hasil pengolahan data statistik kelas maka ketentuan terhadap diterimanya
eksperimen dapat dilihat pada tabel 1. hipotesis ditunjukkan oleh nilai sig. (2-
Berdasarkan tabel 1, skor sikap pada kelas tailed). Ketentuannya adalah jika nilai sig.
eksperimen saat sebelum diberi perlakuan > 0,05, maka H0 diterima, sebaliknya jika
memperoleh skor rata-rata sebesar 125,64, nilai sig. < 0,05 maka H0 ditolak (Gunawan,
skor maksimum 145,00, dan skor minimum 2013, hlm. 118). Hasil pengujian kelas
88. Setelah memperoleh perlakuan dengan eksperimendapat dilihat pada tabel 3.
Dadang Djuandi, Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah… 27

Tabel 3. Hasil Uji Paired Samples Test (uji-t) Kelas Eksperimen


Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-
Mean Std. Std. 95% Confidence Interval tailed)
Deviation Error of the Difference
Mean Lower Upper
Pre_Post_ 128,56944 12,26334 1,44525 125,68770 131,45119 88,960 71 ,000
Pair 1 Eks –
Kelas

Dari tabel 3 tersebut dapat diketahui Geografi Melalui Model Pembelajaran


bahwa nilai t adalah 88,960, dan derajat Problem Based Learning”. Hasil penelitian-
kebebasan 71, serta nilai sig. (2-tailed) yang nya bahwa penerapan pembelajaran model
diperoleh adalah 0,000. Dengan demikian Problem Based Learning dapat meningkatkan
nilai sig. yang diperoleh < 0,05 sehingga kemampuan memecahkan masalah dan
dapat disimpulkan H0 ditolak dan mene- hasil belajar.
rima H1. Berdasarkan pengujian tersebut Hasil temuan di kelas kontrol secara
dapat disimpulkan: ada perbedaan sikap statistik dapat diketahui dari tabel 4.
siswa pada lingkungan di kelas eksperimen
sebelum dan sesudah perlakuan. Tabel 4. Data statistik pretest dan posttest
Setelah perlakuan dengan menggu- kelas kontrol
nakan model PBM kelas eksperimen secara Data Statistik Pretest Posttest Perubahan
signifikan mengalami peningkatan sikap
yang lebih baik. Pembelajaran Berbasis Rata-rata 125,39 130,58 5,19
Masalah yang diterapkan pada kelas Skor maks 145 147 2
eksperimen berpengaruh terhadap perkem- skor min 84 90 6
bangan sikap siswa. Artinya sikap siswa di Dari tabel 4 dapat diketahui bahwa rata-
kelas eksperimen meningkat secara rata hasil pretest dan posttest kelas kontrol
signifikan setelah memperoleh pembel- masing-masing adalah 125,39 dan 130,58,
ajaran dengan model PBM. Peningkatan berarti mengalami kenaikan skor sebesar
nilai gain meliputi semua siswa dengan 5,19. Skor maksimum yang diperoleh hasil
rata-rata peningkatan gain sebesar 0,3 yang pretest dan posttest kelas kontrol masing-
tergolong kategori sedang. Pembelajaran masing adalah sebesar 145 dan 147, berarti
yang dilaksanakan di kelas eksperimen mengalami kenaikan skor sebesar 2. Skor
yang menggunakan model Pembelajaran minimum yang diperoleh hasil pretest dan
Berbasis Masalah (Problem Based Learning) posttest kelas kontrol masing-masing
telah berhasil membawa perubahan sikap adalah sebesar 84 dan 90, berarti menga-
siswa pada lingkungan menjadi lebih baik lami kenaikan skor sebesar 6. Dari
atau lebih positif. Pernyataan ini didukung keseluruhan hasil tes pada kelas kontrol
oleh Shoimin (2014, hal. 20) bahwa, “Oleh ternyata peningkatan pada skor minimum
karenanya diperlukan strategi bagaimana adalah yang paling tinggi.
pendidikan bisa menjadi sarana untuk Kategori gain sikap yang diperoleh
membuka pola pikir peserta didik bahwa kelas eksperimen dapat dilihat pada tabel 5.
ilmu yang mereka pelajari memilki
kebermaknaan untuk hidup sehingga ilmu Tabel 5. Kategori Nilai Gain Kelas Kontrol
tersebut mampu mengubah sikap,
Nilai Gain Kategori F %
pengetahuan, dan keterampilan menjadi
lebih baik”. Demikian pula Asna ˂ 0,3 Rendah 30 83
Khuroidah, dkk (2013) melakukan peneli- 0,3 ≤ g ˂ 0,7 Sedang 6 17
tian tentang “Peningkatan Kemampuan ≥ 0,7 Tinggi 0 0
Memecahkan Masalah Dan Hasil Belajar Jumlah 36 100
28 Gea, Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm 24-33.

Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa meningkatkan sikap siswa pada


setiap siswa pada kelas kontrol mengalami lingkungan menjadi lebih baik.
peningkatan. Peningkatan tersebut meliputi Untuk keperluan pengujian hipotesis,
kategori rendah dan sedang tetapi tidak maka ketentuan terhadap diterimanya
terjadi peningkatan pada kategori hipotesis ditunjukkan oleh nilai sig. (2-
tinggi.Peningkatan pada kategori rendah tailed). Ketentuannya adalah jika nilai sig.
mencapai 30 orang atau 83 %, peningkatan > 0,05, maka H0 diterima, sebaliknya jika
pada kategori sedang mencapai 6 orang nilai sig. < 0,05 maka H0 ditolak (Gunawan,
atau 17%.Hal ini menunjukkan bahwa 2013, hlm. 118). Hasil pengujian kelas
pembelajaran di kelas kontrol juga eksperimendapat dilihat pada tabel 6.

Tabel 6. Hasil Uji t Kelas Kontrol


Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-
Mean Std. Std. 95% Confidence tailed)
Deviation Error Interval of the
Mean Difference
Lower Upper
Pre_Pos
t_Kontr
Pair 1 126,48611 11,09751 1,30785 123,87832 129,09390 96,713 71 ,000
ol -
Kelas

Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa berhasil membawa perubahan sikap


kelas kontrol memiliki nilai rata-rata 126, menjadi lebih baik. Hasil penelitian ini
49, nilai t adalah 96,713, dan derajat sesuai dengan pendapat Sudjana (1989:56)
kebebasan sebesar 71, serta nilai sig (2- pendidikan dan pengajaran dikatakan
tailed) 0,000. Berdasarkan ketentuan di berhasil apabila perubahan-perubahan
atas yaitu apabila nilai sig (2-tailed) < dari yang tampak pada siswa harus merupakan
0,05 maka H0 ditolak dan menerima H1. akibat dari proses belajar mengajar yang
Berdasarkan pengujian tersebut maka dialaminya. Sehingga proses pembelajaran
dapat disimpulkan: ada perbedaan sikap berpengaruh terhadap perubahan diri
siswa pada lingkungan di kelas kontrol siswa, salah satunya adalah pada sikap.
sebelum dan sesudah perlakuan. Perubahan sikap yang lebih baik ini juga
Berdasarkan pengujian tersebut maka sejalan dengan hasil penelitian Novia
dapat disimpulkan: ada perbedaan sikap Kresnawati (2013) bahwa “ada korelasi
siswa pada lingkungan di kelas kontrol positif yang signifikan antara kualitas
sebelum (pre test) dan sesudah (post test). pembelajaran Geografi dengan sikap peduli
Hal ini berarti bahwa di kelas kontrol pun lingkungan”.
setelah pembelajaran mengalami pening-
katan sikap menjadi lebih baik. Perbedaan antara kelas eksperimen dan
Pembelajaran di kelas kontrol berpengaruh kelas kontrol
terhadap perkembangan sikap siswa. Perbandingan prosentase sikap siswa
Artinya sikap siswa di kelas kontrol pada lingkungan antara kelas eksperimen
meningkat secara signifikan.Peningkatan dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 7.
nilai gain meliputi semua siswa dengan Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa
rata-rata peningkatan gain sebesar 0,2 yang sikap siswa baik di kelas eksperimen
tergolong kategori rendah. Pembelajaran maupun di kelas kontrol keduanya
yang dilaksanakan di kelas kontrol telah mengalami peningkatan yang makin positif
Dadang Djuandi, Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah… 29

artinya mengalami peningkatan sikap ke yang sama, yaitu 11%. Pada kriteria kurang
arah yang lebih baik. Hal ini dapat kelas eksperimen mengalami penurunan
dibuktikan dari keduanya sama-sama sebesar 6 % sedangkan pada kelas kontrol
mengalami peningkatan persentase pada hanya menurun 2 %. Berdasarkan data
kriteria penilaian baik. Walau keduanya tersebut, hal ini menunjukkan bahwa pem-
mengalami peningkatan lebih baik, kelas belajaran di kelas eksperimen yang
eksperimen mengalami peningkatan lebih menggunakan pembelajaran berbasis
besar daripada peningkatan yang diperoleh masalah lebih baik daripada yang
kelas kontrol. Kelas eksperimen meningkat menggunakan pembelajaran konvensional.
17 % sedangkan kelas kontrol meningkat 13 Peningkatan atau data gain sikap
%. Kelas eksperimen dan kelas kontrol kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat
pada kriteria cukup mengalami penurunan dilihat dari tabel 8.

Tabel 7. Kriteria penilaian sikap kelas eksperimen dan kelas kontrol


K. Eksp K. Kontr
Hasil Kriteria
Hasil Skor
Persentase Penilaian
Pretest Posttest Pretest Posttest
76 % - 100 % 121 - 160 Baik 75 % 92 % 81 % 94 %
56 % - 75 % 90 - 120 Cukup 19 % 8% 17 % 6%
< 56 % < 90 Kurang 6% 0% 2% 0%
Jumlah 100 % 100 % 100 % 100 %

Tabel 8. Data gain sikap berkategori sedang (0,3 ≤ g ˂


kelas eksperimen dan kelas kontrol 0,7).Berdasarkan perhitungan statistic
Nilai Gain Kategori F % F %
kedua kelas ini dapat dilihat pada tabel 9.
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui
˂ 0,3 Rendah 15 42 30 83
0,3 ≤ g ˂ 0,7 Sedang 21 58 6 17 bahwa kelas eksperimen memperoleh nilai
≥ 0,7 Tinggi 0 0 0 0 rata-rata sebesar 134,5 sedangkan kelas
Jumlah 36 100 36 100 kontrol nilai rata-ratanya adalah 129,5833
Dari tabel 8 dapat diketahui bahwa dengan demikian nilai rata-rata yang
baik pada kelas eksperimen maupun pada diperoleh kelas eksperimen lebih besar
kelas kontrol tidak ada peningkatan (gain) daripada kelas kontrol.
sikap pada kategori tinggi. Keduanya Signifikansi nilai rata-rata yang
hanya ada peningkatan pada gain diperoleh kedua kelas dapat diketahui
berkategori rendah (˂ 0,3) dan gain berdasarkan hasil uji t pada tabel 10.

Tabel 9. Hasil Perhitungan Kelas Eksperimen dan kelas Kontrol


Group Statistics
Kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Post_Eks Eksperimen 36 134,5000 10,40467 1,73411


_Kontrol Kontrol 36 129,5833 10,13727 1,68955

Berdasarkan tabel 10 diketahui perbedaan sikap siswa pada lingkungan


bahwa nilai t-test yang diperoleh adalah antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
2,031, dan nilai sig (2-tailed) 0,046. Berdasarkan pengujian tersebut maka
Berdasarkan ketentuan yaitu apabila nilai dapat disimpulkan: ada perbedaan sikap
sig (2-tailed) < dari 0,05 maka H0 ditolak siswa pada lingkungan antara kelas
dan menerima H1. Berdasarkan pengujian eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini
tersebut maka dapat disimpulkan: ada berarti pembelajaran yang menggunakan
30 Gea, Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm 24-33.

model Pembelajaran Berbasis Masalah menggunakan model pembelajaran kon-


memberikan perubahan sikap yang lebih vensional”. Penerapan model Pembelajaran
baik daripada pembelajaran di kelas Berbasis Masalah mampu memberikan
kontrol. Hasil penelitian ini sejalan dengan peningkatan sikap lebih baik secara
hasil penelitian Didik Juliawan (2012) signifikan daripada Pembelajaran dengan
mengenai “Pengaruh Model Pembelajaran model konvensional. Hal ini dapat
Berbasis Masalah Terhadap Pemahaman dijelaskan oleh adanya manfaat dari
Konsep dan Keterampilan Proses Sains pembelajaran berbasis masalah seperti yang
Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Kuta dikemukakan oleh Amir (2014, hlm. 28): 1)
Tahun Pelajaran 2011/2012”, yaitu bahwa, Menjadi lebih ingat dan meningkatnya
“terdapat perbedaan pemahaman konsep pemahaman atas materi ajar; 2)
yang signifikan antara siswa yang Meningkatkan fokus pada pengetahuan
mengikuti model pembelajaran berbasis yang relevan; 3) Mendorong untuk berfikir;
masalah dan konvensional. Rata-rata 4) Membangun kerja tim, kepemimpinan
pemahaman konsep siswa yang menggu- dan keterampilan social; 5) Membangun
nakan model pembelajaran berbasis kecakapan belajar (life long learning skill); 6)
masalah lebih besar daripada yang Memotivasi pemelajar.

Tabel 10. Hasil Uji t Kelas Eksperimen dan kelas Kontrol


Independent Samples Test
Levene's t-test for Equality of Means
Test for
Equality of
Variances
F Sig. t df Sig. (2- Mean Std. Error 95% Confidence
tailed) Difference Difference Interval of the
Difference
Lower Upper
Equal ,907 ,344 2,031 70 ,046 4,91667 2,42110 ,08794 9,74539
varia
nces
assu
med
Post_Eks_
Kontrol Equal 2,031 69,953 ,046 4,91667 2,42110 ,08789 9,74545
varia
nces
not
assu
med

Perbedaan kelompok pandai dan g ˂ 0,7). Tidak ada peningkatan (gain)


kelompok kurang pada kelas eksperimen kelompok kelas pada kategori tinggi.
Sikap siswa kelas eksperimen yang Hasil uji t terhadap kelompok
dikelompokkan berdasarkan tingkat menurut kemampuannya di kelas
kemampuannya menjadi kelompok atas, eksperimen dapat dilihat pada tabel 12.
menengah, dan bawah dapat dilihat pada Berdasarkan tabel 12, diketahui bahwa nilai
tabel 11. Dari tabel 11 dapat diketahui t yang diperoleh adalah -13,161, derajat
bahwa semua kelas baik kelas atas, kebebasannya adalah 35, dan nilai sig (2-
menengah maupun bawah semuanya tailed) adalah 0,000. Berdasarkan
mengalami peningkatan sikap. Kelas ketentuan, yaitu apabila nilai sig (2-tailed)
sedang, dan kelas bawah sama-sama < dari 0,05 maka H0 ditolak dan menerima
meningkat pada kategori gainrendah (g ˂ H1. Berdasarkan pengujian tersebut maka
0,3) sedangkan kelas atas meningkat dapat disimpulkan: ada perbedaan sikap
semuanya pada kategori gain sedang (0,3 ≤ siswa pada lingkungan antara kelompok
Dadang Djuandi, Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah… 31

atas dan kelompok bawah pada kelas rata sikap peduli pada lingkungan yang
eksperimen. Kesimpulan tersebut menun- lebih baik daripada kelompok kelas
jukkan bahwa kelompok atas memiliki rata- menengah maupun bawah.

Tabel 11. Kategori Gain Kelas Eksperimen Menurut Kemampuan


Kelas Atas Kelas Sedang Kelas Bawah
Nilai Gain Kategori
F % F % F %
˂ 0,3 Rendah 0 0 9 100 18 100
0,3 ≤ g ˂ 0,7 Sedang 9 100 0 0 0 0
≥ 0,7 Tinggi 0 0 0 0 0 0

Jumlah 9 100 9 100 18 100

Tabel 12. Hasil uji t kelompok siswa dalam kelas eksperimen


Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-
Mean Std. Std. 95% Confidence tailed)
Deviat Error Interval of the
ion Mean Difference
Lower Upper
Data ,
_Eks
Pair 1
– -1,73201 78958 ,13160 -1,99917 -1,46485 -13,161 35 ,000
Kelas

Kesimpulan tersebut sejalan dengan akan lebih baik terhadap lingkungan. Hasil
pendapat Wantania (tanpa tahun) dalam penelitian Semara Putera, Ida. Bagus
penelitiannya tentang “Hubungan antara Nyoman (2012) yaitu bahwa:
Pendidikan Lingkungan dengan Sikap Siswa yang memiliki IQ tinggi, hasil
Siswa SLTP terhadap Pelestarian belajar Biologi dengan model
Lingkungan (Survei tentang Pendidikan pembelajaran problem based learning
Lingkungan pada siswa SLTP di Jakarta)” lebih tinggi daripada siswa yang belajar
menemukan bahwa ada hubungan yang dengan model pembelajaran
cukup bermakna antara tingkat pengeta- langsung.Siswa yang memiliki IQ
huan materi pendidikan lingkungan hidup rendah, hasil belajar Biologi dengan
dengan sikap siswa terhadap pelestarian model pembelajaran langsung lebih
lingkungan. Demikian pula dengan hasil tinggi daripada siswa yang belajar
penelitian yang dilakukan oleh Muryanto dengan model pembelajaran problem
(2012) tentang “Hubungan Pendidikan based learning”.
Lingkungan dan Sikap Siswa Terhadap Model pembelajaran PBL berdasarkan
Upaya Pelestarian Lingkungan di SMP penelitian Semara Putera tersebut
Getasan Kabupaten Semarang” mene- mengindikasikan bahwa model PBL cocok
mukan bahwa ada hubungan positif antara diterapkan pada siswa yang memiliki IQ
pengetahuan siswa tentang lingkungan tinggi. Sedangkan pembelajaran langsung
dengan Upaya Pelestarian lingkungan cocok diterapkan di kelas yang memiliki IQ
hidup”. Dari kedua peneliti tersebut dapat rendah.
disimpulkan bahwa pengetahuan yang
dimiliki siswa mempengaruhi sikap siswa Kendala pelaksanaan PBM
artinya makin tinggi pengetahuan siswa Pelaksanaan pembelajaran dengan
tentang lingkungan maka sikap siswa juga menggunakan model PBM menunjukkan
32 Gea, Jurnal Pendidikan Geografi, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm 24-33.

adanya peningkatan sikap yang signifikan. PBM ini masih mengalami beberapa
Walaupun demikian pada pelaksanaannya kendala, seperti terlihat pada tabel 13.

Tabel 13.Tabel hasil observasi pelaksanaan PBM


Pertemuan
Skor Pertemuan I Rata-rata
No Fase II
maks.
skor % skor % skor %
Orientasi siswa pada
1 20 15,5 77,5 17,4 87 16,45 82,25
masalah
Mengorganisasi siswa
2 10 7.3 73 8.5 85 7.9 79
untuk belajar
Membimbing peng-
alaman
3 5 3.7 74 4.2 84 3.95 79
individual/
kelompok
Mengembangkan dan
4 menyajikan hasil 10 6,7 67 8,4 84 7.55 75.5
karya
Menganalisis dan
5 mengevaluasi proses 10 6,6 66 8,7 87 7,65 76,5
pemecahan masalah
Rata-rata 11 7,96 71,5 9,44 85,4 8,7 78,45

Dari tabel 13 dapat diketahui bahwa siswa lain yang memperhatikan penya-
pelaksanaan PBM di kelas eksperimen rata- jiannya. Kesulitan lain pada fase lima ini
rata memperoleh skor 7,96 (71,5 %) pada adalah saat penyaji harus menjawab
pertemuan pertama dan 9,44 (85,4 %) pada pertanyaan dari kelompok siswa yang lain,
pertemuan kedua. Sehingga rata-rata siswa penyaji cukup lama untuk dapat
pelaksanaan PBM keseluruhannya menca- menjawab pertanyaan yang disampaikan
pai skor rata-rata 8,7 (78,45 %). Apabila sehingga menimbulkan sedikit kegaduhan
dicermati maka dari lima fase pelaksanaan dan penurunan konsentrasi kelompok
PBM diketahui bahwa fase empat dan lima siswa peserta dan beralihnya perhatian
adalah fase yang paling rendah skornya siswa ke hal-hal lain.
dibandingkan dengan fase-fase lainnya.
Siswa selama ini jarang sekali atau bahkan SIMPULAN
belum pernah mendapatkan model Berdasarkan rumusan masalah, hasil
pembelajaran seperti PBM sehingga penelitian dan analisis data maka dapat
nampak merasa kesulitan dalam mengem- dikemukakan simpulan dari hasil
bangkan pemikiran untuk menyajikan hasil penelitian ini, yaitu: 1) ada perbedaan sikap
karya berupa laporan. Siswa lebih sering sikap siswa pada lingkungan di kelas
memperoleh materi pembelajaran secara eksperimen antara sebelum (pretest) dan
langsung dari guru tanpa harus bekerja dan sesudah perlakuan (posttest); 2) ada
berpikir keras untuk membuat laporan, perbedaan sikap siswa pada lingkungan di
siswa juga nampak merasa kesulitan dalam kelas kontrol antara pretest dan posttest; 3)
hal menganalisis dan mengevaluasi proses ada perbedaan sikap siswa pada
pemecahan masalah. Siswa juga belum lingkungan antara kelas eksperimen dan
terbiasa menjalani presentasi hasil karya di kelas kontrol; 4) ada perbedaan sikap siswa
depan kelas sehingga saat penyampaian pada lingkungan antara siswa kelompok
materi terlihat gugup. Pada saat atas dan kelompok bawah di kelas
penyampaian materi siswa harus fokus eksperimen.
terhadap materi yang disampaikan dan Adapun saran dari hasil penelitian ini
sekaligus harus memperhatikan kelompok adalah: 1) Untuk lebih mengaktifkan siswa
Dadang Djuandi, Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah… 33

dalam pembelajaran sebaiknya model Khuroidah, A. Dkk. (2013), Peningkatan


pembelajaran berbasis masalah (problem kemampuan memecahkan masalah dan
based learning) lebih diintensifkan lagi hasil belajar geografi melalui model
sehingga siswa terlatih untuk menghadapi pembelajaran problem based learning,
dan berusaha menyelesaikan masalah yang Jurnal UM, hal.1-11. Diakses dari
dekat dengan kehidupannya; 2) Diperlukan http://jurnal-online. um.ac.id data/
penelitian lanjutan tentang prilaku siswa artikel/artikel695480FE32D9CF1ECBE37
pada lingkungan sehingga mampu F411B095213.pdf.
menciptakan siswa tidak hanya bersikap Martanti, H.B. (2009), Kajian etika Islam
baik pada lingkungan tapi juga mampu tentang lingkungan hidup (Tinjauan
berprilaku baik pada lingkungan terutama filosofis), (online), Diakses dari
lingkungan yang terdekat dengan dirinya http://digilib.uinsuka.ac.id/6926/1/BA
dari hal-hal yang kecil dan memulainya B% 20I%20DAN%20II.pdf.
dari diri sendiri. Muhaimin, (2014), Pengembangan Model
problem based learning dalam ecopedagogy
DAFTAR PUSTAKA untuk peningkatan kompetensi ekologis mata
Amir, M.T. (2013).Inovasi pendidikan melalui pelajaran IPS (Studi pengembangan model
problem based learning: bagaimana Pendidik pembelajaran pada siswa SMP Negeri di
memberdayakan pemelajar di era Kabupaten Bangkalan Jawa Timur),
pengetahuan..Jakarta: Kencana. Disertasi, SPs, UPI.
Gunawan, M.A. (2013). Statistik untuk Muryanto, Heri (2012), Hubungan
penelitianpendidikan, Yogyakarta: Parama Pendidikan Lingkungan dan Sikap Siswa
Publishing. Terhadap Upaya Pelestarian Lingkungan di
http://industri.bisnis.com/read/20160210 SMP Getasan Kabupaten Semarang,Tesis:
/257/517725/pengurangan-sampah- Program Pascasarjana Universitas
plastik-ditargetkan-19-juta-ton Sebelas Maret Surakarta. Onlinetersedia:
http://madina.go.id/10-januari-selamat- http://pasca.uns.ac.id/?p=2432
hari-sejuta-pohon-sedunia/ Putera, Semara, I.B.N. (2012), Implementasi
http://www.antaranews.com/berita/5509 problem based learning (PBL) terhadap
14/mpr-dukung-jam-bumi: hasil belajar biologi SMA ditinjau dari
Juliawan, Didik (2012), Pengaruh model intelligence quotien ( IQ), Jurnal
pembelajaran berbasis masalah terhadap Undikhsa, Diakses dari:
pemahaman konsep dan keterampilan http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/
proses sains siswa kelas XI IPA SMA index.php/jurnal_ipa/article
Negeri 2 Kuta Tahun Pelajaran Sudjana, N. (1989). Penilaian hasil proses
2011/2012,Jurnal Undhiksa, Diakses dari belajarmengajar. Bandung: Remaja
http://pasca.undiksha.ac.id/e- Rosdakarya.
journal/index.php/jurnal_ipa/article/d Wantania,Carla Lucia, (tanpa tahun),
ownload/400/192. Hubungan antara Pendidikan Lingkungan
Kresnawati, Novia, (2013), Korelasi dengan Sikap Siswa SLTP terhadap
Kualitas Pembelajaran Geografi dan Pelestarian Lingkungan (Survei tentang
Hasil Belajarterhadap Sikap Peduli Pendidikan Lingkungan pada siswa
Lingkungan Siswa Kelas XII IPSSMAN 1 SLTP di Jakarta), Tesis, UI, tersedia
Ponorogo, Jurnal Pendidikan Humaniora online:
UM, 1(3), hal. 298-303. Diakses dari http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/
http://journal.um.ac.id/index.php/jph/ detail. jsp?id=78196&lokasi=lokal
article/download/4139/787. Yani, A. (2013). Mindset kurikulum 2013.
Bandung: Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai