Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN ANTARA KEBUDAYAAN DENGAN KESEHATAN

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah,


yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal
yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture
juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J


Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang
terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh
masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.
Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu
generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai,
norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-
lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi cirri khas
suatu masyarakat Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan
yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai


kebudayaan yang mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi
sistem

ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan
sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan
adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang
berbudaya,

berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku,
bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.

SEHAT SAKIT

Mengacu pada esensi budaya, nilai budaya sehat merupakan bagian yang tak
terpisahkan akan keberadaanya sebagai upaya mewujudkan hidup sehat dan
merupakan bagian budaya yang ditemukan secara universal. Dari budaya pula, hidp
sehat dapat ditelusuri melalui keomponen pemahaman tentang sehat, sakit, derita
akibat penyakit, cacat dan kematian, nilai yang dilaksanakan dan dipercaya serta
diyakini itu, sesuai dengan pemahaman masyarakat sesuai dengan kebudyaan dan
teknologi yang masyarakat miliki.

Pemahaman terhadap keadaan sehat dan keadaan sakit tentunya berbeda di setiap
masyarakat tergantung dari kebudayaan yang mereka miliki. Pada masa lalu, ketika
pengetahuan tentang kesehatan masih belum berkembang, kebudayaan memaksa
masyarakat untuk menempuh cara “trial and error” guna menyembuhkan segala jenis
penyakit, meskipun resiko untuk mati masih terlalu besar bagi pasien. Kemudian
perpaduan antara pengalaman empirical dengan konsep kesehatan ditambah juga
dengan konsep budaya dalam hal kepercayaan merupakan konsep sehat tradisional
secara kuratif (Rusli Ngatimin,2005)

Sebagai contoh pengaruh kebudayaan terhadap masalah kesehatan adalah


penggunaan kunyit dan “tude bombang” sebagai obat untuk menyembuhkan
penyakit kuning (hepatitis) di kalangan masyarakat Indonesia. Masyarakat
menganggap bahwa warna penyakit pasti akan sesuai dengan warna obat yang telah
disediakan oleh alam. Contoh yang lainnya adalah pengklaiman “poppo” sebagai
penyebab kematian pasien yang menderita diare akut. Kemudian contoh lainnya
adalah ditemukannya system drainase pada tahun 3000 SM di kebudayaan bangsa
Cretans, dan bangsa Minoans. Ini menunjukkan bahwa kebudayaan dan
pengetahuan serta teknologi sangat berpengaruh terhadap kesehatan

KESIMPULAN

Kebudayaan adalah segala pengetahuan yang dimiliki manusia yang dituangkan


dalam wujud emosi, peradaban, artefak, bahasa, dll berdasarkan pengalaman
empiris

Kebudayaan mempunyai hubungan dengan kesehatan dalam hal pencegahan serta


pengobatan penyakit, meskipun dalam prakteknya masih dipengaruhi oleh
kepercayaan tradisional yang barbau mistis.

REFERENSI

Prof. Dr. dr. H.M. Rusli Nagtimin, MPH. dari Hippo Crates sampai Winslow dan
pengembangan ilmu kesehatan masyarakat selanjutnya. Makassar 2005

Kelompok F3, Sosiologi Dan Antropologi Kesehatan. Makalah Sosiologi Dan


ntropologi Kesehatan Hubungan Manusia Dan Budaya Pengertian Peran, Status,
Nilai, Norma Dan Budaya/ Kebudayaan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan “Surya
Global Jogjakarta”
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi telah banyak membawa perubahan terhadap kehidupan manusia baik perubahan dalam
hal pola hidup maupun tatanan sosial termasuk dalam bidang kesehatan dan sering berhubungan
langsung dengan norma dan budaya yang dianut oleh masyarakat yang tinggal atau menetap
pada tempat tertentu. Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat sangat berperan penting dalam
mencapai derajat kesehatan yang setinggi – tingginya, perkembangan sosial budaya ini
merupakan tanda bahwa masyarakat tersebut telah mengalami perubahan dalam proses berfikir.
Hubungan antara budaya dan kesehatan sangat erat karna kebudayaan atau kultur dapat
membentuk kebiasaan dan respon terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat
tanpa memandang tingkatannya. Oleh karna itu saya sebagai salah satu bagian dari tenaga
kesehatan harus mampu membuat masyarakat mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit
dan bagaimana pula cara penanganannya. Rumusan Masalah Apa yang dimaksud dengan
kesehatan dan Budaya ? Bagaimana pengaruh kebudayaan terhadap bidang kesehatan ?
Bagaimana perubahan budaya mempengaruhi kesehatan ? Tujuan Penulisan Untuk mengetahui
apa yang dimaksud dengan kesehatan dan Budaya. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh
kebudayaan terhadap bidang kesehatan. Untuk mengetahui Bagaimana perubahan budaya
mempengaruhi kesehatan Manfaat Penulisan Dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai bagaimana pengaruh kebudayaan dan lingkungan terhadap bidang kesehatan Sebagai
bahan informasi dan referensi bagi mahasiswa Atro yang lain. BAB II PEMBAHASAN
Pengertian Kesehatan dan Budaya Pengertian Kesehatan Menurut UU No.23 1992 Kesehatan
adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut WHO (World Health Organisation) Kesehatan
adalah keadaan yang sempurna dari fisik, mental dan sosial serta tidak cacat dan bebas dari
penyakit. Menurut Perkins (1938) Sehat adalah keadaan yang seimbang dan dinamis antara
bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Menurut MUI (Majelis
Ulama Indonesia) Kesehatan adalah sebagai ketahanan jasmani, ruhaniyah, dan sosial yang
dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan tuntunanNya
dan memelihara serta mengembangkannya. Menurut White (1977) Kesehatan adalah keadaan
dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan apapun ataupun tidak terdapat
tanda – tanda suatu penyakit dan kelainan. Menurut Neuman (1982) Sehat adalah suatu
keseimbangan biopsiko sosio culture dan spiritual pada tiga garis pertahanan klien yaitu
fleksibel, normal dan resisten. Pengertian Budaya Menurut Croydon (1973 : 4) Budaya adalah
suatu system pola terpadu yang sebagian besar berada di bawah ambang batas kesadaran namun
semua yang mengatur perilaku manusia seperti senar dimanipulasi dari control boneka
gerakannya. Nostrand (1989 : 51) Budaya merupakan sikap dan kepercayaan cara berfikir,
berperilaku, dan mengingat bersama oleh anggota komunitas. Richard Brisling (1990 : 11)
Kebudayaan sebagai mengacu pada cita – cita bersama secara luas nilai pembentukan dan
penggunaan kategori asumsi tentang kehidupan dan kegiatan goal directed yang menjadi sadar
tidak sadar diterima sebagai “banar” dan “benar” oleh orang – orang yang mengidentifikasi diri
mereka sebagai anggota masyarakat. Raymond Williams (1961 : 16) Budaya adalah seluruh
kehidupan materi intelektual dan spiritual. Dr. K. Kupper Kebudayaan merupakan sistem
gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi manusia dalam bersikap dan berprilaku baik
secara individu maupun kelompok. Dr. Moh. Hatta Kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu
bangsa. Sutan Takdir Alisyahbana Kebudayaan merupakan manifestasi dari cara berfikir.
Pengaruh Kebudayaan Terhadap Bidang Kesehatan Kebudayaan memiliki pengaruh yang sangat
besar dalam perkembangan ilmu kesehatan diantarnya : Pengaruh Tradisi Pengaruh tradisi adalah
pengaruh yang telah lama dilakukan dan sudah menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok
masyarakat. Ada beberapa tradisi di dalam masyarakat yang dapat berpengaruh negatif terhadap
kesehatan masyarakat. Misalnya Seorang ibu yang baru saja melahirkan mendapat pantangan
untuk memakan telur, daging, dan sebagainya. Ibu tersebut hanya diperbolehkan memakan nasi
dan garam serta kecap saja dengan alasan gatal – gatal dan alasan lain, hal ini sudah dilakukan
turun temurun dan membudaya di lingkungan masyarakat tersebut. Seharusnya adalah ibu yang
baru melahirkan memakan makanan bergizi agar mempercepat proses penyembuhan jaringan
dalam tubuh ibu tersebut. Karna hal tersebut sudah merupakan kebiasaan pada msyarakat
setempat sehingga ibu yang melahirkan melaksanakan anjuran tersebut. Pengaruh Fatalistis
Pengaruh fatalistis adalah pengaruh yang mampu membuat seseorang bersikap putus asa apabila
menghadapi suatu masalah Sikap fatalistis ini juga mempengaruhi perilaku kesehatan. Contonya
: beberapa anggota masyarakat dikalangan kelompok tertentu (fanatik) yang beraga islam
percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati adalah takdir, sehingga masyarakat
kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya. Sikap Etnosentris
Sikap etnosentris adalah sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika
dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Masyarakat tentu memiliki budaya dan ilmu
kesehatan juga memiliki budaya. Misalnya : pada masyarakat tertentu seorang anak yang sedang
luka dilarang memakan telur karna alasan telur dapat membuat luka tersebut infeksi gatal – gatal
dan lama sembuh, itu adalah budaya yang salah dan tidak sesuai dengan budaya kesehatan yang
mengharuskan anak tersebut memakan telur agar mempercepat penyembuhan jaringan. Pengaruh
perasaan bangga pada statusnya Pengaruh perasaan bangga pada statusnya misalnya dalam upaya
perbaikan gizi disuatu daerah pedesaan tertentu menolak untuk makan daun singkong, walaupun
mereka tahu kandungan vitaminnya tinggi. Setelah diselidiki ternyata masyarakat beranggapan
daun singkong hanya pantas untuk makanan kambing dan mereka menolaknya karna status
mereka tidak dapat disamakan dengan kambing. Pengaruh Norma Contonya dalam hal upaya
untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami hambatan karna ada norma
yang melarang hubungan antara dokter yang memberikan pelayanan dengan ibu hamil sebagai
pengguna pelayanan. Pengaruh Nilai Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh
terhadap perilaku kesehatan. Contonya : masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih
daripada beras merah, padahal mereka mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi diberas
daripada beras putih. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses
sosialisasi terhadap perilaku kesehatan Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan berpengaruh
terhadap kebiasaan pada seseorang ketika ia dewasa. Misalnya manusia biasa makan nasi sejak
kecil akan sulit diubah kebiasaan makannya setelah dewasa. Perubahan Budaya Mempengaruhi
Kesehatan Ada tiga alur tingkatan pengaruh budaya terhadap kesehatan. Pengaruh ini dari urutan
atas ke bawah menunjukkan peningkatan kompleksitas dan pengaruhnya bersifat semakin tidak
langsung pada kesehatan. Pada alur paling atas terlihat bagaimana perubahan pada kondisi
mendasar lingkungan fisik contonya : suhu ekstrim atau tingkat radiasi ultraviolet yang dapat
mempengaruhi biologi manusia dan kesehatan secara langsung. Misalnya sejenis kanker kulit.
Alur dua tingkatan lain yaitu ditengah dan bawah mengilustrasikan proses – proses dengan
kompleksitas lebih tinggi termasuk hubungan antara kondisi lingkungan fungsi – fungsi
ekosistem dan kodisi sosial ekonomi. Alur tengah dan bawah menunjukkan tidak mudahnya
menemukan korelasi langsung antara perubahan lingkungan dan kondisi kesehatan. Akan tetapi
dapat ditarik benang merah bahwa perubahan – perubahan lingkungan ini secara langsung atau
tidak langsung bertanggung jawab atas faktor – faktor penyangga utama kesehatan dan
kehidupan manusia, seperti : Produksi bahan makanan Air bersih Kondisi iklim Keamanan fisik
Kesejahteraan manusia dan jaminan keselamatan serta kualitas sosial Para praktisi kesehatan dan
lingkungan pun akan menemukan banyak domain permasalahan baru, menambah deretan
permasalahan pemunculan toksi ekologi lokal, sirkulasi lokal penyebab infeksi sampai
kepengaruh lingkungan dalam skala besar yang bekerja pada gangguan kondisi ekologi dan
proses penyangga kehidupan ini. Jelaslah bahwa resiko terbesar dari dampak perubahan budaya
atas kesehatan dialami mereka yang paling rentan lokasi geografisnya atau paling rentan tingkat
sumber daya sosial dan ekonominya. BAB III PENUTUP Kesimpulan Menurut UU No.23 1992
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Menurut Dr. Moh. Hatta Kebudayaan adalah
ciptaan hidup dari suatu bangsa. Pengaruh Kebudayaan Terhadap Bidang Kesehatan dipengaruhi
oleh : Pengaruh Tradisi dan Pengaruh Fatalistis Sikap Etnosentris Pengaruh perasaan bangga
pada statusnya Pengaruh nilai dan Pengaruh norma Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada
tingkat awal dari proses sosialisasi terhadap perilaku kesehatan Resiko terbesar dari dampak
perubahan budaya atas kesehatan dialami mereka yang paling rentan lokasi geografisnya atau
paling rentan tingkat sumber daya sosial dan ekonominya. Saran Penulis menyarankan kepada
pembaca,agar mencari keterangan-keterangan yang lebih mendetail tentang materi-materi yang
dipaparkan di atas demi kesamaan persepsi dan interprestasi dalam berbagai masalah yang ditulis
oleh penulis. Penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan motivasi bagi para pembaca
,khususnya bagi penulis untuk lebih giat dalam mempelajari dan memahami ilmu pengetahuan
dibidang radiologi. DAFTAR PUSTAKA http://sitirohmie.blogspot.com/2013/04/makalah-
pengaruh-sosial-budaya.html http://kesehatankeluarga.net/pengaruh-taraf-budaya-terhadap-
kesehatan-198.html http://kesehatankeluarga.net/pengaruh-kemajuan-pengetahuan-terhadap-
kesehatan-202.html http://cowkerf11.blogspot.com/2014/01/contoh-makalah-konsep-dasar-
kesehatan.html http://www.bascommetro.com/2009/04/pengaruh-budaya-terhadap-
kesehatan.html http://kesehatankeluarga.net/bagaimana-pengaruh-lingkungan-terhadap-
kesehatan-128.html
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan budayanya, dengan beragam budaya ini
masyarakat Indonesia memiliki perbedaan perspektif akan suatu hal salah satunya adalah
mengenai kesehatan. Dalam ilmu Antropologi kesehatan, mempelajari tentang bagaimana
budaya-budaya masyarakat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan masyarakat itu sendiri serta
cara masyarakat menangani suatu penyakit.

Kebudayaan atau budaya itu sendiri menurut Joyomartono merupakan konsep sentral dari
Antropologi. Goodenough mengemukakan “kebudayaan adalah suatu system kognitif –suatu
system yang terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, dan nilai- yang berada dalam pikiran
anggota-anggota individual masyarakat”.[1] Dengan demikian kebudayaan dalam suatu
masyarakat akan selalu dinamis, karena system ide, pengetahuan, dan kepercayaan serta nilai-
nilai dalam suatu masyarakat dapat berubah sesuai kebutuhan tantangan zaman. Kaitannya
dengan permasalahan kesehatan, System ide dan budaya yang mereka miliki akan berpengaruh
terhadap perilaku yang berbeda-beda dalam menjaga suatu kesehatan, serta memiliki cara-cara
yang berbeda dalam menanggapi sakit dan penyakit. Budaya bukanlah satu-satunya faktor yang
berpengaruh terhadap perilaku kesehatan seorang individu maupun masyarakat, terdapat faktor-
faktor lain yang mempengaruhi seperti; gender, pendidikan, pengalaman, dan kondisi social
maupun ekonomi.

 Konsep Sehat, dan Sakit

Kesehatan menurut World Health Organization (WHO) adalah “a state of complete physical,
mental, and social well being, and not merely the absence of desease or infirmity”. Yang artinya:
“suatu keadaan lengkap dan baik secara fisik, mental, dan social, dan tidak semata-mata tidak
hadirnya penyakit atau kelemahan tubuh saja”.

Definisi ini umumnya digunakan oleh lembaga kesehatan, namun dalam kehidupan sehari-hari,
masyarakat memiliki tolok ukur sendiri melihat kondisi seseorang apakah dia dianggap sehat
atau sakit. Orang akan pergi mencari pelayanan kesehatan ketika dia merasa dirinya sakit, namun
dilain sisi terdapat seseorang yang sudah menderita penyakit tetapi dia tidak mau mencari
pelayanan kesehatan karena merasa diriya baik-baik saja. Sebagai contoh, seorang karyawan
suatu perusahaan yang terkena flu, dia akan segera mencari layanan kesehatan agar flunya
sembuh dan tidak mengganggu aktivitas dia bekerja di kantornya, namun bagi petani yang
tinggal di desa, ketika ia terkena flu dia tidak segera mencari solusi untuk mengobati flunya
tersebut, karena petani ini menganggap flu adalah suatu hal yang wajar mengenai seseorang jika
sedang terjadi pergantian musim, selagi si petani masih bisa bekerja dan pergi ke sawah maka dia
merasa dirinya dalam keadaan sehat. Persepsi seseorang mengenai kondisi kesehatannya
dipengaruhi oleh lingkungan social dan budayanya. Keadaan demikian juga dipengaruhi instink,
pengalaman, dan apa yang mereka pelajari dari anggota masyarakat lingkungan sekitar mereka.

Sakit bagi masyarakat Jawa lebih terkait dengan permasalahan fungsional-disfungsional dalam
peran aktivitas social, selanjutnya Arnold Van Gennep mengemukakan dimana terdapat ritus
peralihan dalam kehidupan individu. Sakit diare pada balita dalam masyarakat Jawa dianggap
sebagai suatu pertanda akan adanya perubahan dalam diri balita tersebut, seperti menambah
ketrampilan (akal-akal), ketrampilan berbicara, ketrampilan berlari (ngenteng-ngentengi), dll.
Ada beberapa jenis penyakit yang tidak dianggap sakit oleh masyarakat Jawa, seperti: masuk
angin, pilek/ umbelen (flu), sakit gigi, mumet, gudigen, yang kesemuanya itu merupakan bagian
dari dunia anak-anak yang dianggap wajar.

 System Medis Sebagai Strategi Adaptasi Sosial-Budaya

Strategi adaptasi social budaya melahirkan system-sistem medis, tingkahlaku, bentuk-bentuk


kepercayaan yang berdasarkan budaya, yang timbul sebagai respon terhadap ancaman-ancaman
yang disebabkan oleh penyakit. Sifat adaptif dari suatu system medis Nampak jelas dari definisi
Dunn yang baru: “pola-pola dari pranata-pranata social dan tradisi-tradisi budaya yang
menyangkut perilaku yang sengaja untuk meningkatkan kesehatan, meskipun hasil dari
tingkahlaku tersebut belum tentu menghasilkan kesehatan yang baik”.

Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa system medis merupakan hasil dari adanya gagasan
yang melekat dalam diri masyarakat untuk merespon suatu penyakit, mereka menggunakan
berbagai cara untuk menghilangkan sebuah penyakit yang diderita seseorang. Seperti dalam
salah satu suku di Kalimantan yang ketika salah satu anggota suku terkena suatu penyakit
misalnya “stroke” dan tidak bisa beraktivitas seperti biasanya, maka keluarga dan warga sekitar
akan melakukan suatu upacara penyembuhan penyakit. Upacara ini dilakukan karena mereka
menganggap si pasien yang tidak bisa menggerakan anggota tubuhnya (stroke) adalah karena ada
sebagian jiwa dalam dirinya yang hilang, dan untuk memanggil jiwa itu kembali kepada si pasien
maka perlu dilakukan upacara pemanggilan jiwa tersebut. Upacara ini melibatkan banyak orang
dan banyak sesaji, untuk memanggil jiwa yang hilang mereka akan melakukan tarian-tarian
khusus untuk memanggil roh-roh nenek moyang dan meminta restu. Sejatinya meskipun secara
medis modern upacara ini tidak menyembuhkan pasien secara total, tetapi dalam suatu
komunitas tersebut sudah menunjukan adanya solidaritas, serta upacara yang dilakukan
memberikan dampak bagi kondisi psikis si pasien, setidaknya ia merasa lebih nyaman setelah
diadakan upacara penyembuhan penyakitnya.

Secara singkat, system medis adalah mencakup semua kepercayaan tentang usaha meningkatkan
kesehatan, dan tindakan serta pengetahuan ilmiah maupun ketrampilan anggota-anggota
kelompok yang mendukung system tersebut. Kita semua dapat melihat bagaimana suatu
masyarakat menciptakan suatu strategi untuk menghadapi penyakit. Dalam usahanya untuk
menanggulangi penyakit, manusia mengembangkan suatu kompleks yang luas dari pengetahuan,
kepercayaan, teknik, adat-istiadat, ideology dan lambing-lambang yang saling berkaitan dan
membentuk suatu system yang saling menguatkan dan saling membantu. Kompleks yang luas
tersebut dan hal-hal yang lain membentuk suatu system medis.[2]

Sesuai pengertian dari Foster dan Anderson, merinci suatu system medis dalam dua bagian, (1)
Sistem Teori Penyakit, dan (2) Sistem Perawatan Kesehatan.

System teori penyakit meliputi kepercayaan-kepercayaan mengenai ciri-ciri sehat, sebab-sebab


sakit, serta pengobatan dan teknik penyembuhan lain yang digunakan oleh para dokter , Sistem-
sistem teori penyakit berkenaan dengan kausalitas, penjelasan yang diberikan penduduk
mengenai hilangnya kesehatan, dan penjelasan mengenai pelanggaran tabu, mengenai kehilangan
jiwa orang, mengenai gangguan keseimbangan unsur panas dingin dalam tubuh atau kegagalan
sistem imun terhadap virus. Dengan demikian, suatu sistem teori penyakit merupakan suatu
sistem ide konseptual, suatu konstruk intelektual, bagian dari orientasi kognitif anggota-anggota
kelompok tersebut.

System teori penyakit menjelaskan kepada kita bagaimana suatu kelompok memaknai sakit,
terdapat suatu kelompok masyarakat yang percaya ketika seseorang sakit itu dikarenakan orang
tersebut telah melanggar tabu, misalnya menebang pohon besar dihutan yang mengakibatkan
penghuni pohon marah dan mengganggu orang tersebut, sehingga orang tersebut jatuh sakit.
Kelompok masyarakat yang masih mempercayai adanya gangguan makhluk halus yang
menyebabkan seseorang sakit memberikan dampak konservatif untuk lingkungan, dimana pada
akhirnya suatu anggota kelompok tidak dengan semena-mena menebang pohon dihutan. Dengan
system teori penyakit maka selanjutkan dilakukan System perawatan kesehatan. Sistem
perawatan kesehatan memperhatikan cara-cara yang dilakukan oleh berbagai masyarakat untuk
merawat orang sakit dan untuk memanfaatkan pengetahuan tentang penyakit untuk menolong
pasien. Suatu sistem perawatan kesehatan merefleksikan sistem penyebab penyakit, dengan ini
dapat menentukan keputusan yang diambil dan tindakan yang diambil dalam menangani pasien.
Dengan adanya teori penyakit dapat membantu masyarakat untuk menentukan perawatan
kesehatan mereka, ketika seseorang terkena penyakit dari gangguan makhluk halus maka mereka
dapat memutuskan system perawatan kesehatan dengan cara melakukan upacara penyembuhan
serta pemberian sesaji kepada makhluk halus. Namun, untuk masyarakat modern ketika
pemikiran mereka tentang penyakit dikatakan lebuh realistis, mereka juga akan mencari layanan
kesehatan sesuai dengan pemahaman mereka.

System medis tradisional secara khusus terbagi menjadi dua tipe berdasarkan system etiologi
penyakit, yang pertama yaitu system medis personalistik dimana dalam system medis ini
masyarakat percaya bahwa penyakit datang dari agen-agen personal yang aktif, seperti makhluk
supranatural (makhluk gaib), makhluk bukan manusia (hantu, ruh leluhur, roh jahat), maupun
makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung) dimana orang sakit adalah korban dari adanya
agen-agen aktif tersebut. Kemudian, system medis naturalistic dimana penyakit (illness)
dijelaskan dengan istilah sistemik pribadi, mengakui adanya system keseimbangan dalam tubuh,
seperti panas, dingin, cairan tubuh, yin dan yang, berada dalam keadaan yang seimbang menurut
usia dan lingkungannya. Apabila keseimbangan terganggu maka akan menyebabkan suatu
penyakit.

Menurut Fred Dunn (1976) secara geografis dan setting budaya, system medis dapat
dikelompokan dalam tiga gabungan: (1) system medis local, suatu kategori yang dapat
mengelompokkan sebagian besar system medis “primitive” atau “folk medicine”; (2) system
medis regional, seperti system medis Ayurveda, Yunani, dan Cina; (3) dan system medis
cosmopolitan (universal, system medis modern, ilmiah).

System medis local, system medis ini umumnya hanya berkembang pada daerah tertentu atau
secara local. Umumnya pengobatan ini dilakukan oleh seorang dukun, dengan menggunakan
diagnose terhadap pasien guna menentukan pengobatan yang tepat, diagnose dilakukang dengan
kombinasi metode petungan (numerology), meditasi serta analisa. Obat yang diberikan juga tidak
berbeda-beda pada setiap daerah, namun pada umumnya adalah berupa ramuan dari tumbuh-
tumbuhan atau biasanya jika orang Jawa menyebutnya dengan sebutan Jamu, serta adapula
pengobatan mekanis dengan memijat, menggosok-gosok kulit, memulihkan letak tulang, dengan
disertai mantra. Pada msyarakat Trobrian menurut Malinowski, mantra merupakan bagian yang
paling essensial, sementara pada masyarakat Jawa menurut Geerts justru aspek keadaan pemberi
obat dianggap sebagai elemen yang essensial.

Selanjutnya adalah system medis regional, pemunculan system kesehatan regional menurut
Mayer (1991) kira-kira dalam masa yang sama yaitu berabad-abad sebelum masehi. Tokoh
legendaries yang dianggap sebagai pendiri adalah Hippocrates di Yunani, Kaisar Kuning di Cina,
dan Caraka atau susruta di India. System medis ini berbeda dengan system medis local karena
didasari dari bahan tertulis, kesamaan dari ketiga nya adalah mengakui keseimbangan, sehat
terjadi apabila unsure-unsur yang tetap dalam tubuh humoral dalam keadaan seimbang, menurut
usia dan kondisi lingkungan. Apabila keseimbangan ini terganggu akan memunculkan sebuah
penyakit.[3]

System medis Yunani juga dikenal dengan system “Patologi Humoral”, yang mana tercatat
dalam sejarah tradisi Yunani oleh Hippocrates, Patologi humoral berdasarkan atas konsep humor
(cairan) dalam tubuh manusia. Akarnya ditemukan dalam teori yunani mengenai empat unsure
(tanah, air, udara, dan api) yang telah dikenal sejak abad ke-6 SM, Dalam patologi homoral
Amerika Latin masakini, penyakit dianggap karena masuknya panas dan dingin yang berlebihan.
Kadang-kadang, suhu aktual juga dianggap sebagai penyebab. Seperti halnya penjelasan seorang
wanita bahwa ia menderita kejang karena kelalaiannya mencuci tangannya di air dingin, padahal
sebelumnya tangannya panas karena menyetrika pakaian. Dalam teori penyakit yang disebabkan
oleh panas diobati dengan sesuatu yang dingin, juga dengan tindakan2 yang dapat mendinginkan.
Umumnya, sebagian besar pengobatan merupakan campuran dari sejumlah unsur dimana
ditekankan keseimbangan panas dan dingin.

Kemudian system pengobatan Ayurveda dari India, Di India pada masa ini, banyak makanan
dianggap mempunyai kualitas memanaskan atau mendinginkan, dan seperti dalam patologi
humoral, kombinasi yang tepat dari macam-macam makanan dan ramuan-ramuan dapat
memulihkan keseimbangan tubuh yang terganggu. Kepercayaan ini berasal dari pengobatan
Ayurveda India, suatu sistem pengobatan pribumi yang pertamakali muncul dalam tulisan-tulisan
veda pada tahap awal di abad pertama sebelum masehi. Menurut teori Ayurveda, alam semesta
terdiri dari empat unsur yang sama seperti yang dikenal oleh orang Yunani (bumi, api, air, udara)
ditambah unsur kelima yaitu Ether. Pengaturan kelima unsur tersebut dalam tubuh, dimana
masing-masing unsur memiliki lima bentuk “halus” dan lima bentuk “material”, merupakan
mikrokosmos dari alam semesta. Tubuh manusia juga memiliki tiga humor dosha (tridosha) :
flegma, empedu/cairan pada empedu, serta angin/ gas dalam saluran pencernaan, keadaan sehat
terjadi apabila satu atau lebih dosha tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Pengobatan tradisional cina mewakili kasus khusus tentang konsep sentral dalam kosmologi
Cina, “pasangan kekuatan yin dan yang, dimana interaksi mereka yang terus menerus berada
dibalik seluruh gejala alam,termasuk pembentukan dan berfungsinya tubuh manusia” ( Crozier
1968:17), Hubungan antara tubuh manusia, kesehatan, dan alam semesta juga ditemukan dalam
keselarasan antara jumlah hari dalam setahun dengan 365 obat-obatan yang berasal dari
farmakopea masalalu yang kini masih bertahan ( Crozier 1968:20) dan dengan 365 titik pada
permukaan tubuh yang dikenal untuk penusukan jarum-jarum akupuntur (veith, 1972:62).[4]
Kesehatan merupakan aspek penting yang harus dimiliki seseorang untuk melangsungkah
kehidupan sehari-hari, dengan banyaknya sosialisasi mengenai pola hidup sehat, banyaknya
model pelayanan medis, seharusnya tidak ada lagi alasan bagi seseorang untuk tidak hidup sehat.
Karena dengan kondisi sehat secara fisik, psikis, dan social, seseorang dapat beradaptasi dengan
baik di lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungan social.

Demikian penjelasan mengenai bagaimana kebudayaan berpengaruh terhadap kesehatan dan


model pengobatan penyakit yang dapat saya sampaikan.

[1] Joyomartono, Mulyono. 2010. Pengantar Antropologi Kesehatan. Semarang: Unnes Press (
Hal.7)

[2] Foster and Anderson. 1978. Antropologi Kesehatan. UI Press (hal.44)

[3] Joyomartono, Mulyono. 2010. Pengantar Antropologi Kesehatan. Semarang: Unnes Press
(Hal.55)

[4] Foster and Anderson. 1978. Antropologi Kesehatan. UI Press


Kebudayaan atau disebut juga kultur merupakan keseluruhan cara hidup manusia sebagai
warisan sosial yang diperoleh individu dari kelompoknya. Pengetahuan tentang suatu
kebudayaan tertentu dapat digunakan untuk meramalkan berbagai kepercayaan dan perilaku
anggotanya. Untuk itu petugas kesehatan perlu mempelajari kebudayaan sebagai upaya
mengetahui perilaku masyarakat di kebudayaan tersebut sehingga dapat turut berperan serta
memperbaiki status kesehatan di masyarakat tersebut.
Budaya Sumatera Barat
Suku Minangkabau adalah salah satu dari ratusan suku bangsa di Indonesia yang berasal
dari Propinsi Sumatera Barat. Suku ini merupakan etnik mayoritas setelah Batak Mandailing dan
Mentawai. Mereka memiliki kebudayaan yang telah dianggap mapan, yang sesungguhnya
memiliki hubungan etnik kultural dengan nenek moyang.
Menurut beberapa ibu-ibu yang bersuku Minang, perawatan ibu postpartum menurut
budaya Minang biasanya sang ibu dianjurkan minum telur dan kopi, penguapan dari bahan
rempah-rempah (betangeh), pemanasan batu bata (duduk di atas batu bata), meletakkan bahan-
bahan alami di atas perut ibu (tapal), minum jamu dari bahan rempah-rempah, dan
membersihkan alat kelamin dengan air rebusan daun sirih.
masyarakat Kerinci di Sumatera Barat, pada usia sebulan bayi
sudah diberi bubur tepung, bubur nasi nasi, pisang dan lain-lain. Ada pula kebiasaan
memberi roti, pisang, nasi yangsudah dilumatkan ataupun madu, teh manis kepada
bayi baru lahir sebelum ASI keluar. Demikian pula halnya dengan pembuangan
colostrum (ASI yang pertama kali keluar). Di beberapa masyarakat tradisional,
colostrum ini dianggap sebagai susu yang sudah rusak dan tak baik diberikan pada
bayi karena warnanya yang kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang menganggap
bahwa colostrum dapat menyebabkan diare, muntah dan masuk angin pada bayi.
Sementara, colostrum sangat berperan dalam menambah daya kekebalan tubuh
bayi.
Walaupun pada masyarakat tradisional pemberian ASI bukan merupakan
permasalahan yang besar karena pada umumnya ibu memberikan bayinya ASI,
namun yang menjadi permasalahan adalah pola pemberian ASI yang tidak sesuai
dengan konsep medis sehingga menimbulkan dampak negatif pada kesehatan dan
pertumbuhan bayi. Disamping pola pemberian yang salah, kualitas ASI juga kurang.
Hal ini disebabkan banyaknya pantangan terhadap makanan yang dikonsumsi si ibu
baik pada saat hamil maupun sesudah melahirkan. Sebagai contoh, pada
masyarakat Kerinci ibu yang sedang menyusui pantang untuk mengkonsumsi
bayam, ikan laut atau sayur nangka. Di beberapa daerah ada yang memantangkan
ibu yang menyusui untuk memakan telur.
http://blog.unnes.ac.id/anisaauliaazmi/2015/11/12/hubungan-kebudayaan-dengan-kesehatan-dan-
pengobatan-penyakit/
http://dokumen.tips/documents/hubungan-konsep-budaya-dengan-kesehatan.html
https://www.scribd.com/doc/55809297/Hubungan-Kebudayaan-Dengan-Kesehatan
http://dokumen.tips/documents/pengaruh-budaya-terhadap-status-gizi-masyarakat.html
http://www.caramedis.com/pengertian-gizi-dan-manfaatnya-bagi-tubuh-manusia/

Anda mungkin juga menyukai