Pengertian Budaya, Unsur, Ciri & Budaya Menurut Para Ahli|Secara Umum, Pengertian
Budaya adalah mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat,
menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Istilah Budaya berasal dari
kata Culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal
dari kata latin "colere" yang berarti mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau
petani.
Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir dari orang-orang yang hidup
bermasyarakat dan antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan, baik yang berwujud
murni, maupun yang telah disusun untuk langsung diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Rasa
dan Karsa dinamakan kebudayaan rohaniah (spritual dan immaterial culture).
Dalam konteks ini, hasil rasa masyarakat mewujudkan norma-norma dan nilai-nilai
kemasyarakatan yang sangat perlu untuk mengadakan tata tertip dalam pergaulan
kemasyarakatan. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi dari kekuatan-kekuatan yang buruk
yang tersembunyi dalam masyarakat. Dengan demikian, hakikatnya penciptaan norma-norma
dan kaidah-kaidah adalah merupakan petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus
bertindak dan berlaku di dalam pergaulan hidup.
Oleh karena itu, setiap masyarakat terdapat apa dinamakan pola-pola perilakuan (pattern of
behavior). Pola-pola perilakuan tersebut adalah cara-cara bertindak atau berkelakuan yang sama
daripada orang-orang yang hidup bersama dalam masyarakat yang harus diikuti oleh semua
anggota masyarakat tersebut. Pola perilakuan masyarakat sangat dipengaruhi oleh
kebudayaannya.
Unsur-Unsur Budaya
Terdapat beberapa pendapat ahli mengenai komponen atau unsur kebudayaan atau budaya yaitu
sebagai berikut...
1. Melville J. Herkovits, menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok yaitu:
alat-alat teknologi
sistem ekonomi
keluarga
kekuasaan politik
sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat
untuk menyesuaikan diri dengan alam yang ada disekelilingnya
organisasi ekonomi
alat-alat, dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah
lembaga pendidikan utama)
organisasi kekuatan (politik)
3. C. Kluckhohn, mengemukakan terdapat 7 unsur budaya atau kebudayaan yang sifatnya secara
universal yaitu...
bahasa
sistem pengetahuan
sistem teknologi, dan peralatan
sistem kesenian
sistem mata pencaharian hidup
sistem religi
4. Unsur-Unsur Budaya Secara Umum, Berdasarkan dari beberapa unsur budaya yang
dikemukakan oleh para ahli maka dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur kebudayaan
adalah sebagai berikut..
Perilaku-perilaku tertentu
Gaya berpakaian
Kebiasaan-kebiasaan
Adat istiadat
Kepercayaan http://www.pengertianpakar.com/2015/09/pengertian-budaya-unsur-dan-
ciri-cirinya.html
Tradisi
Ciri-Ciri Budaya
KESEHATAN
Pengertian Kesehatan Menurut WHO
Pengertian Kesehatan menurut wikipedia adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan
Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 menyebutkan
bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu keadaan fisik, mental, dan sosial
kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”
Pada tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa
pengertian kesehatan adalah “sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup
Kesehatan adalah konsep positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan
fisik.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan
oleh pemerintah dan atau masyarakat.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna.
Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang
memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.
Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri
ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang
memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.
Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang menulis bahwa
pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk
mempermudahadaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan.
Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu
mendapatjaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan, seperti
Akses, Taspen, dan Jamsostek.
Golongan masyarakat yang dianggap ‘teranaktirikan’ dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari
golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik,
berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia,
tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri
Aspek-Aspek Kesehatan
2.4 pengaruh budaya terhadap status gizi masyarakat perkotaan dan pedesaan
Perilaku konsumsi masyarakat desa dan kota masih memprioritaskan karbohidrat, meskipun jika
dibandingkan antara masyarakat desa dan kota konsumsi protein dan lemak lebih baik pada masyarakat
kota. Kecukupan gizi pada masyarakat kota juga relatif baik pada masyarakat kota, terutama untuk
masyarakat desa standar kalori dan lemak masih belum memenuhi standar Pola Pangan Harapan (PPH)
nasional. Jika dibandingkan antara kelompok pendapatan rendah dan tinggi, hampir semua sumber gizi
(kalori, protein dan lemak) berbeda secara signifikan baik di desa maupun di kota. Untuk masyarakat
desa hanya lemak yang tidak berbeda, sedangkan untuk masyarakat kota hanya kalori yang tidak
berbeda. Krisis ekonomi telah menyebabkan ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga menjadi
minim. Pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari untuk seluruh anggota keluarga sulit dijangkau,
terutama pada keluarga yang hidupnya pas-pasan. Dalam keadaan seperti ini diperkirakan terjadi
perubahan pola makan, dimana pada sebelum krisis ekonomi lebih diutamakan makanan yang beragam
dan lebih mahal agar dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk menjamin tumbuh kembang dan
kesehatan, tetapi pada saat krisis karena keterbatasan penghasilan lebih ditujukan untuk mengisi perut
agar dapat bertahan hidup. Konsekuensinya diperkirakan banyak anggota keluarga yang menderita
kekurangan gizi, terutama bayi, balita, ibu hamil, dan ibu menyusui. Pemeriksaan status gizi masyarakat
pada prinsipnya merupakan upaya untuk mencari kasus malnutrisi dalam masyarakat, terutama meraka
yang golongan rentan. Merka itu ialah: wanita hamil dan menyusui karena kebutuhan akan zat gizi
mereka meningkat bayi dan anak balita karena mereka belum mampu mengonsumsi atau mencerna
makanan yang tersedia dan mereka cenderung cepat mengalami malnutrisi karena kebutuhan akan zat
gizi juga tinggi. 3.keluarga atau orang yang kebutuhannya tidak tercukupi oleh system distribusi
makanan yang lazim, karena jumlah keluarga yang besar, atau lansia yang tinggal sendiri, atau janda. .
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap makanan, penyebab
penyakit, kelahiran anak, dan produksi pangan. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak
terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi makanan menjadi
rendah. Konsumsi makanan yang rendah juga disebabkan oleh adanya penyakit, terutama penyakit
infeksi saluran pencernaan. Disamping itu jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang
terlalu banyak akan mempengaruhi asupan zat gizi dalam keluarga. Konsumsi zat gizi keluarga yang
rendah, juga dipengaruhi oleh produksi pangan. Rendahnya produksi pangan disebabkan karena para
petani masih menggunakan teknologi yang bersifat tradisional. 2.5 Faktor yang mempengaruhi status
gizi pada masyarakat perkotaan dan pedesaan Secara umum, status gizi masyarakat perkotaan dan
pedesaan masih banyak yang dipengaruhi oleh berbagai hal yang membedakan pola konsumsi dan
kebutuhan akibat dari budaya yang berbeda .kemiskinan masih merupakan bencana bagi jutaan
masyarakat Faktor-fakor yang mempengaruhi terhadap status gizi masyarakat perkotaan dan pedesaan
sebagaimana dikemukakan oleh seorang ahli kesehatan masyarakat HL. Blum, yaitu : lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan dan herediter ( keturunan ). Tiga faktor yang pertama, yaitu lingkungan
yang mempengaruhi pola hidup sehat bagaimana antara masyarakat kota dan desa bisa hidup bersih,
perilaku menjadi dasar penentu bagaimana masyarakat bisa terjauh dari penyakit agar mampu
melakukan hidup sehat dan bersih dan pelayanan kesehatan adalah yang dominan.yang mempengaruhi
kesehatan masyarakat yang bisa memberikan informasi tentang kesehatan. kondisi lingkungan antara
masyarakat perkotaan baik pedesaan masih mencerminkan lingkungan yang kurang sehat, yang antara
lain ditandai dengan rendahnya jumlah rumah tangga yang memiliki fasilitas air minum yaitu hanya
51,60 % (64,48 % di perkotaan dan 43,25% di perdesaan); dan rendahnya kepemilikan jamban (hanya
8,6 % rumah tangga yang memiliki jamban, yaitu 13,6 % di perkotaan dan 8,6 % di perdesaan).
Sedangkan dari kondisi rumah tinggal, hanya 50,4 % yang memiliki rumah sesuai dengan standar
minimal rumah sehat. Selain itu, merebaknya berbagai penyakit menular seperti demam
berdarah,malaria,muntaber dan sebagainya menujukkan kualitas lingkungan yang rendah. Dalam hal
perilaku, masyarakat belum menunjukkan perilaku sehat, antara lain ditandai oleh rendahnya partisipasi
penduduk usia 10 tahun ke atas yang berolahraga (hanya 22,6%), Jumlah Perokok Aktip yang cukup
tinggi (laki-laki 62,9 % dan perempuan 1,4 %). Selain itu, pemanfaatan tempat pelayanan kesehatan
hanya 40 %. Dari masyarakat pedesaan masih kurangnya informasi tentang kesehatan, sedangkan
masyarakat perkotaan lebih dominan dengan aktivitas kerja. Perilaku sehat yang sederhana seperti
mencuci tangan sebelum makan, membuang sampah pada tempatnya, tidak meludah di sembarang
tempat, menggunakan jamban dan menjaga kebersihan air sungai, memasak air sebelum diminum
belum menjadi kebiasaan di masyarakat kita. Dalam hal Pelayanan kesehatan, akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan masih rendah, antara lain ditandai oleh rendahnya kunjungan ke
Puskesmas (61,6%), rendahnya kunjungan ke Balai Pengobatan Umum (61,6%), dan rendahnya
kunjungan ke BKIA (20,22 %). Sulitnya akses ke rumah sakit ditandai dengan rendahnya penggunaan
tempat tidur dari kapasitas yang tersedia baik di RS Pemerintah maupun swasta Banyak orang sakit yang
tidak mendapat perawatan dan pengobatan sebagaimana mestinya dengan berbagai alasan termasuk
karena ketidak tahuan dan ketiadaan biaya. Belum baiknya kondisi ketiga faktor di atas bukan semata-
mata disebabkan oleh kemiskinan, tetapi juga karena rendahnya tingkat pendidikan serta kurangnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan. Disamping itu, kurangnya kegiatan
penyuluhan kesehatan bagi masyarakat, tidak berfungsinya posyandu akhir-akhir ini, ketiadaan dokter di
banyak Puskesmas/Pustu terutama dikawasan Indonesia Timur adalah penyebab yang juga harus
mendapat perhatian. 2.5 Penanggulangan status gizi masyarakat perkotaan dan pedesaan . Masyarakat
perlu diber-dayakan agar mampu mengatasi masalah gizi keluarganya sendiri. Cara memberdayakan
masyarakat antara lain melalui penyuluhan gizi yang komunikatif dan efektif merubah perilaku. Selain
itu untuk jangka panjang, sebagai usaha penyelamatan dampak krisis ekonomi tidak cukup hanya
mengandalkan bantuan-bantuan yang bersifat darurat melainkan harus pula memperhatikan potensi
masyarakat. Berangkat dari besarnya masalah gizi dan kesehatan serta bervariasinya faktor penyebab
masalah ini maka diperlukan program yang komprehensif dan terintegrasi .diantaranya : 1. Banyak hal
yang harus diperkuat untuk melaksanakan program perbaikan gizi pada msyarakat perkotaan dan
pedesaan, mulai dari ketersediaan data dan informasi secara periodik untuk dapat digunakan dalam
perencanaan program yang benar dan efektif. Kajian strategi program yang efisien untuk masa yang
datang mutlak diperlukan, mulai dari tingkat nasional sampai dengan kabupaten. 2. Melakukan
penanggulangan program perbaikan gizi dan kesehatan yang bersifat preventif untuk jangka panjang,
sementara kuratif dapat diberikan pada kelompok masyarakat yang benar-benar membutuhkan. Bentuk
program efektif seperti perbaikan perilaku kesehatan dan gizi tingkat keluarga dilakukan secara
professional mulai dipikirkan, dan tentunya dengan ketentuan atau kriteria yang spesifik lokal. 3.
Melakukan strategi program khusus untuk penanggulangan kemiskinan, baik di daerah perkotaan
maupun perdesaan dalam bentuk strategi pemberdayaan keluarga dan menciptakan kerja sama yang
baik dengan swasta. 4. Secara bertahap melakukan peningkatan pendidikan, strategi ini merupakan
strategi jangka panjang yang dapat mengangkat Indonesia dari berbagai masalah gizi dan kesehatan. Hal
lain juga yang mesti ditanggulangi masalah kadar gizi (kadarzi) Tahap awal strategi pemberdayaan
kadarzi dimulai dari melibatkan secara aktif keluarga dalam pemetaan kadarzi untuk identifikasi masalah
perilaku dan gizi keluarga. Dan identifikasi masalah perilaku dan gizi keluarga. Hasil pemetaan dibahas
bersama masyarakat untuk merencanakan tindaklanjut. Apabila masalah tersebut bisa diselesaikan
langsung oleh keluarga maka perlu dilakukan pembinaan, akan tetapi apabila ditemui masalah
kesehatan dan masalah lain maka perlu dirujuk ke petugas kesehatan dan petugas sektor lain. Strategi
yang dilakukan dalam mewujudkan Kadarzi adalah : 1. Pemberdayaan keluarga dengan menitikberatkan
pada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku gizi seimbang, misalnya melalui pengembangan
konseling dan KIE sesuai kebutuhan setempat 2. Melakukan advokasi dan mobilisasi para pengambil
keputusan, pejabat pemerintah di berbagai tingkat administrasi, penyandang dana dan pengusaha
dengan tujuan meningkatkan kepedulian/komitmen terhadap masalah gizi di tingkat keluarga 3.
Mengembangkan jaring kemitraan dengan berbagai perguruan tinggi, tokoh masyarakat, organisasi
masyarakat, tokoh agama, media massa, kelompok profesi lainnya untuk mendukung tercapainya tujuan
Kadarzi 4. Menerapkan berbagai teknik pendekatan pemberdayaan petugas ditujukan untuk
mempercepat perubahan perilaku dalam mewujudkan kadarzi. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ,
Budaya merupakan keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk
memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya budaya bisa menjadikan
perbedaan dari prilaku manusia Pengaruh budaya tentang gizi masyarakat adalah faktor untuk
menentukan berinteraksi dengan masyarakat dari dalam maupun luar budaya Pengaruh budaya antara
masyarakat perkotaan dan pedesaan selalu dijadikan pembanding. Status Gizi adalah keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Zat Gizi sangat diperlukan sekali dalam
kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan memberikan sumber energi. masyarakat
pedesaan masih banyak yang kurang mengerti tentang pola hidup sehat dan bersih. Pola makan
menurut standar gizi bahwa penduduk miskin masih kurang untuk memenuhi kebutuhan makan
.masyarakat pedesaan dengan budayanya yang masih tahayul terhadap pola makanan masyarakat
perkotaan. Masyarakat perkotaan adalah masyarakat yang masih bersifat induvidualis masalah pola
hidup sehat dan lingkungan sehat menjadi tanggung jawab sendiri sedangkan masyarakat pedesaan
bersifat kekeluargaan lingkungan sehat menjadi tanggung jawab bersama. Membedakan tingkat
pengetahuan masalah tentang gizi dan pola hidup masyarakat perkotaan lebih cenderung terhadap
kemajuan ekonomi, pengetahuan tentang gizi, menu seimbang, dan kesehatan. Sedangkan masyarakat
pedesaan pada umumnya disebabkan kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya
kualitas lingkungan (sanitasis), dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi Penilaian gizi
terhadap masyarakat perkotaan dan pedesaan umumnya disebabkan kemiskinan, kurangnya persediaan
pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasis), dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
gizi. lingkungan yang mempengaruhi pola hidup sehat bagaimana antara masyarakat kota dan desa bisa
hidup bersih, perilaku menjadi dasar penentu bagaimana masyarakat bisa terjauh dari penyakit agar
mampu melakukan hidup sehat dan bersih dan pelayanan kesehatan adalah yang dominan.yang
mempengaruhi kesehatan masyarakat yang bisa memberikan informasi tentang kesehatan. 3.2 Saran
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penggulangannya tidak
dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan gizi adalah multifactor. Oleh
karena itu pendekatan penanggulangan harus melibatkan berbagai sector yang terkait. Selama faktor-
faktor status gizi masyarakat perkotaan dan pedesaan belum dapat kita tingkatkan, maka selama itu
pula masalah-masalah kesehatan masyarakat yang kita hadapi selama tidak dapat terselesaikan secara
baik. Budaya terhadap pola konsumsi dan hidup bersih haruslah kita penuhi untuk hidup yang lebih baik
dari masalah kekurang gizi dan lingkungan yang tidak sehat kebutuhan gizi tetap kita jaga baik
masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan yang bisa membantu Negara dari kekurangan gizi
Meningkatkan status gizi penduduk, perlu ditingkatkan penyediaan beraneka ragam pangan dalam
jumlah mencukupi, disamping peningkatan daya beli masyarakat. Lingkungan sangat berpengaruh sekali
dengan pola hidup sehat masyarakat perlu bimbingan tentang kesehatan dan pola konsumsi yang
memenuhi standar gizi.
CONTOH