Anda di halaman 1dari 18

BUDAYA

Pengertian Budaya, Unsur, Ciri & Budaya Menurut Para Ahli|Secara Umum, Pengertian
Budaya adalah mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat,
menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Istilah Budaya berasal dari
kata Culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal
dari kata latin "colere" yang berarti mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau
petani.

Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan


jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya,
agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan pada keperluan masyarakat.

Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berpikir dari orang-orang yang hidup
bermasyarakat dan antara lain menghasilkan filsafat serta ilmu pengetahuan, baik yang berwujud
murni, maupun yang telah disusun untuk langsung diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Rasa
dan Karsa dinamakan kebudayaan rohaniah (spritual dan immaterial culture).

Dalam konteks ini, hasil rasa masyarakat mewujudkan norma-norma dan nilai-nilai
kemasyarakatan yang sangat perlu untuk mengadakan tata tertip dalam pergaulan
kemasyarakatan. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi dari kekuatan-kekuatan yang buruk
yang tersembunyi dalam masyarakat. Dengan demikian, hakikatnya penciptaan norma-norma
dan kaidah-kaidah adalah merupakan petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus
bertindak dan berlaku di dalam pergaulan hidup.
Oleh karena itu, setiap masyarakat terdapat apa dinamakan pola-pola perilakuan (pattern of
behavior). Pola-pola perilakuan tersebut adalah cara-cara bertindak atau berkelakuan yang sama
daripada orang-orang yang hidup bersama dalam masyarakat yang harus diikuti oleh semua
anggota masyarakat tersebut. Pola perilakuan masyarakat sangat dipengaruhi oleh
kebudayaannya.

Pengertian Budaya Menurut Para Ahli

 E. B Taylor dalam Soekanto (1996:55) memberikan definisi mengenai kebudayaan


ialah: "kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan kepercyaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat".
 Selo Soemardjan dan Soelaeman Somardi dalam Soekanto (1996:55) merumuskan
"kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.
 Koentjaraningrat Dari asal arti tersebut yaitu "colere" kemudian "culture" diartikan
sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam
(Koentjaraningrat dalam Soekanto, 1969: 55).
 Linton, Budaya adalah keseluruhan sikap & pola perilaku serta pengetahuan yang
merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan & dimilik oleh suatu anggota masyarakat
tertentu.
 KBBI, Budaya adalah sebuah pemikiran, adat istiadat atau akal budi. Secara tata bahasa,
arti dari kebudayaan diturunkan dari kata budaya dimana cenderung menunjuk kepada
cara pikir manusia.
 Effat Al-Syarqawi mendefinisikan bahwa pengertian budaya dari pandangan agama
islam, adalah khzanah sejarah sekelompok masyarakat yang tercermin didalam kesaksian
& berbagai nilai yang menggariskan bahwa suatu kehidupan harus mempunyai makna
dan tujuan rohaniah.

Unsur-Unsur Budaya

Terdapat beberapa pendapat ahli mengenai komponen atau unsur kebudayaan atau budaya yaitu
sebagai berikut...
1. Melville J. Herkovits, menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok yaitu:

 alat-alat teknologi
 sistem ekonomi
 keluarga
 kekuasaan politik

2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi

 sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat
untuk menyesuaikan diri dengan alam yang ada disekelilingnya
 organisasi ekonomi
 alat-alat, dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah
lembaga pendidikan utama)
 organisasi kekuatan (politik)

3. C. Kluckhohn, mengemukakan terdapat 7 unsur budaya atau kebudayaan yang sifatnya secara
universal yaitu...

 bahasa
 sistem pengetahuan
 sistem teknologi, dan peralatan
 sistem kesenian
 sistem mata pencaharian hidup
 sistem religi

4. Unsur-Unsur Budaya Secara Umum, Berdasarkan dari beberapa unsur budaya yang
dikemukakan oleh para ahli maka dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur kebudayaan
adalah sebagai berikut..

 Perilaku-perilaku tertentu
 Gaya berpakaian
 Kebiasaan-kebiasaan
 Adat istiadat
 Kepercayaan http://www.pengertianpakar.com/2015/09/pengertian-budaya-unsur-dan-
ciri-cirinya.html
 Tradisi

Ciri-Ciri Budaya

ciri-ciri budaya adalah sebagai berikut..

 Merupakan budaya sendiri yang berada di daerah tersebut dan dipelajari


 Dapat disampaikan kepada setiap orang dan setiap kelompok serta diwariskan dari setiap
generasi
 Bersifat dinamis, artinya suatu sistem yang berubah sepanjang waktu
 Bersifat selektif, artinya mencerminkan pola perilaku pengalaman manusia secara
terbatas
 Memiliki unsur budaya yang saling berkaitan
 Etnosentrik artinya menggangap budaya sendiri sebagai budaya yang terbaik atau
menganggap budaya yang lain sebagai budaya standar.

KESEHATAN
Pengertian Kesehatan Menurut WHO

Pengertian Kesehatan menurut wikipedia adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan
Pengertian Kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 menyebutkan
bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai “suatu keadaan fisik, mental, dan sosial
kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan”

Pada tahun 1986, WHO, dalam Piagam Ottawa untuk Promosi Kesehatan, mengatakan bahwa
pengertian kesehatan adalah “sumber daya bagi kehidupan sehari-hari, bukan tujuan hidup
Kesehatan adalah konsep positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi, serta kemampuan
fisik.

Pengertian Kesehatan Menurut Undang-Undang

Dalam Undang-Undang ini yang pengertian kesehatan adalah:

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan
oleh pemerintah dan atau masyarakat.
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.
Sarana kesehatan adalah tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan.
Kesehatan adalah sesuatu yang sangat berguna.

Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penaggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang
memerlukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.

Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri
ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang
memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain.

Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang menulis bahwa
pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk
mempermudahadaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan.

Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu
mendapatjaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan, seperti
Akses, Taspen, dan Jamsostek.

Golongan masyarakat yang dianggap ‘teranaktirikan’ dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari
golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik,
berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia,
tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri

Aspek-Aspek Kesehatan

Pada dasarnya kesehatan itu meliputi empat aspek, antara lain :


Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan
dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak
mengalami gangguan.
PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA TERHADAP
KESEHATAN
HUBUNGAN BUDAYA DAN GIZI
Pengaruh Budaya Terhadap Status Gizi Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah gizi yang kurang saat ini masih tersebar luas dinegara-negara berkembang,
termasuk Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya
manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat dan
kesehatan yang prima di samping penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Kekurangan
gizi dapat merusak kualitas SDM Indonesia. Pada sisi lain, masalah gizi di Negara maju, yang juga mulai
terlihat di Negara-negara berkembang,termasuk Indonesia sebagai dampak keberhasilan di bidang
ekonomi. Penyuluhan gizi secara luas perlu digerakan bagi masyarakat guna perubahan prilaku untuk
meningkatkan keadaan gizinya. Kualitas gizi di Indonesia Sangat memprihatinkan, hal ini dapat dilihat
dari rendahnya nilai gizi masyarakat, banyak gizi buruk, busung lapar di daerah-daerah karena tingginya
tingkat kemiskinan. Kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor ekonomi,
sosial budaya, kebiasaan dan kesukaan. Kondisi kesehatan termasuk juga pendidikan atau pengetahuan.
Selain tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan masyarakat, banyak faktor yang mempengaruhi
status gizi seseorang, baik faktor individu, keluarga maupun masyarakat. Pada saat ini, sebagian besar
atau 50% penduduk Indonesia dapat dikatakan tidak sakit akan tetapi juga tidak sehat, umumnya
disebut kekurangan gizi. Kejadian kekurangan gizi sering terluputkan dari penglihatan atau pengamatan
biasa, akan tetapi secara perlahan berdampak pada tingginya angka kematian ibu, angka kematian bayi,
angka kematian balita, serta rendahnya umur harapan hidup. United Nations memfokuskan usaha
perbaikan gizi dalam kaitannya dengan upaya peningkatan SDM pada seluruh kelompok umur, dengan
mengikuti siklus kehidupan. Hal ini dapat dilihat kelompok penduduk yang perlu mendapat perhatian
pada upaya perbaikan gizi. diperlihatkan juga faktor yang mempengaruhi memburuknya keadaan gizi,
yaitu pelayanan kesehatan yang tidak memadai, penyakit infeksi, pola asuh, konsumsi makanan yang
kurang, dan lain-lain yang pada akhirnya berdampak pada kematian. Secara sistimatis determinan yang
berpengaruh pada masalah gizi dapat terjadi pada masyarakat. Sehingga upaya perbaikan gizi akan lebih
efektif dengan selalu mengkaji faktor penyebab tersebut. Pengaruh determinan masyarakat perkotaan
dan pedesaan bisa menjadikan tolak ukur masyarakat terhadap kebutuhan gizi yang mereka konsumsi.
status gizi dan kesehatan penduduk yang menunjukkan fakta yang terjadi pada masyarakat Indonesia.
Indonesia adalah bangsa yang memiliki keanekaragaman budaya yang terbentang dari sabang sampai
merauke dengan latar belakang dari etnis,suku dan tata kehidupan sosial yang berbeda satu dengan
yang lainnya hal ini telah memberikan suatu formulasi struktur sosial masyarakat yang turut memenuhi
menu makanan maupun pola makanan. Diantaranya masyarakat perkotaan dan pedesaan, banyak sekali
penemuan para ahli sosiologi dan ahli gizi menyatakan bahwa faktor budaya sangat berperan terhadap
proses terjadinya kebiasaan makanan dan bentuk makanan itu sendiri, sehingga tidak jarang
menimbulkan berbagai masalah gizi apabila faktor makanan itu tidak diperhatikan baik oleh kita yang
mengkonsumsi. Kecenderungan muncul dari suatu budaya terhadap makanan sangat bergantung pada
fotensi alamnya atau faktor pertanian yang dominan. Budaya masyarakat perkotaan dan pedesaan
sangatlah berbeda dalam masalah kebutuhan pangan dan status sosial yang mereka miliki. Pengaruh
budaya antara masyarakat perkotaan dan pedesaan selalu dijadikan pembanding. Membedakan tingkat
pengetahuan masalah tentang gizi dan pola hidup yang mereka jalani, masyarakat perkotaan lebih
cenderung terhadap kemajuan ekonomi, pengetahuan tentang gizi, menu seimbang, dan kesehatan.
Sedangkan masyarakat pedesaan pada umumnya disebabkan kemiskinan, kurangnya persediaan
pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasis), dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
gizi. Hal ini merupakan tanggung jawab kita bersama untuk mengurangi angka kekurangan gizi dan
pengaruh status gizi pada masyarakat. 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang akan dibahas dalam tulisan
ini adalah sebagai berikut : Pengertian budaya Pengertian gizi Pengertian masyarakat perkotaan dan
pedesaan pengaruh budaya masyarakat terhadap status gizi masyarakat perkotaan dan pedesaan Cara
menanggulangi status gizi masyarakat perkotaan dan pedesaan 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan yang
dikemukakan adalah sebagai berikut : Untuk mengetahui pengertian budaya Untuk mengetahui
pengertian gizi Untuk mengetahui pengertian masyarakat perkotaan dan pedesaan Untuk mengetahui
pengaruh budaya masyarakat terhadap status gizi masyarakat perkotaan dan pedesaan Untuk
mengetahui cara menangulangi status gizi masyarakat perkotaan dan pedesaan BAB II PENGARUH
BUDAYA TERHADAP STATUS GIZI MASYARAKAT PERKOTAAN DAN PEDESAAN 2.1 Pengertian budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu
mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga
kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Latin yaitu Colere yang
memiliki arti mengerjakan tanah, mengolah, memelihara ladang (menurutSoerjanto Poespowardojo
1993). Menurut The American Herritage Dictionary mengartikan kebudayaan adalah sebagai suatu
keseluruhan dari pola perilaku yang dikirimkan melalui kehidupan sosial, seniagama, kelembagaan, dan
semua hasil kerja dan pemikiran manusia dari suatu kelompok manusia. Menurut Koentjaraningrat
budaya adalah keseluruhan sistem gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan miliki diri manusia dengan cara belajar. Arti Kata Budaya Secara Terminologis
Budaya adalah suatu hasil dari budi dan atau daya, cipta, karya, karsa, pikiran dan adapt istiadat
manusia yang secara sadar maupun tidak, dapat diterima sebagai suatu perilakuyang beradab.
Dikatakan membudaya bila kontinu, konvergen “Kebudayaan didefinisikan sebagai keseluruhan
pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan
menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya, serta menjadi landasan bagi tingkah-lakunya.
Dengan demikian, kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-
rencana, dan strategi-strategi yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang dipunyai oleh
manusia, dan digunakannya secara selektif dalam menghadapi lingkungannya sebagaimana terwujud
dalam tingkah-laku dan tindakan-tindakannya.” Kebudayaan dapat didefinisikan sebagai suatu
keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan
menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi pedoman bagi tingkah lakunya. Suatu
kebudayaan merupakan milik bersama anggota suatu masyarakat atau suatu golongan sosial, yang
penyebarannya kepada anggota-anggotanya dan pewarisannya kepada generasi berikutnya dilakukan
melalui proses belajar dan dengan menggunakan simbol-simbol yang terwujud dalam bentuk yang
terucapkan maupun yang tidak (termasuk juga berbagai peralatan yang dibuat oleh manusia). Dengan
demikian, setiap anggota masyarakat mempunyai suatu pengetahuan mengenai kebudayaannya
tersebut yang dapat tidak sama dengan anggota-anggota lainnya, disebabkan oleh pengalaman dan
proses belajar yang berbeda dan karena lingkungan-lingkungan yang mereka hadapi tidak selamanya
sama. 2.2 Pengertian Gizi dan Pengertian Status Gizi . Gizi adalah ilmu tentang makanan dan
hubungannya dengan kesehatan dan aktivitas fisik. Sedangkan pengertian dari gizi yang tepat adalah
mengkonsumsi makanan dan cairan dalam jumlah memadai untuk menyediakan :Bahan bakar
(karbohidrat dan lemak) yang cukup sebagai sumber tenaga Protein yang cukup untuk membangun,
mempertahankan dan memperbaiki semua jaringan tubuh Zat pengatur (vitamin dan mineral) yang
cukup yang membantu proses metabolisme Secara klasik Gizi dihubungkan dengan kesehatan tubuh,
yaitu untuk menyediakan energi, membangun, dan memelihara jaringan tubuh. Tetapi sekarang kata gizi
mempunyai pengertian lebih luas, disamping untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi
seseorang, karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktivitas
kerja. Gizi kurang adalah gangguan kesehatan akibat kekurangan atau ketidak seimbangan zat gizi yang
diperlukan untuk pertumbuhan, aktivitas berfikir dan semua hal yang berhubungan dengan kehidupan.
Kekurangan zat gizi adaptif bersifat ringan sampai dengan berat. Gizi kurang banyak terjadi pada anak
usia kurang dari 5 tahun. Pengertian Status Gizi merupakan ekspresi satu aspek atau lebih dari nutriture
seorang individu dalam suatu variabel (Hadi, 2002). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan
keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel
tertentu (Supariasa, dkk, 2001). Sedangkan menurut Gibson (1990) menyatakan status gizi adalah
keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam
tubuh dan utilisasinya. Gizi seimbang merupakan aneka ragam bahan pangan yang mengandung unsur-
unsur zat gizi yang diperlukan oleh tubuh, baik kualitas (fungsinya), maupun kuantitas (jumlahnya).
Direktorat Gizi Depkes pada tahun 1995 telah mengeluarkan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS).
Tujuan PUGS merupakan alat untuk memberikan penyuluhan pangan dan gizi kepada masyarakat luas,
dalam rangka memasyarakatkan gizi seimbang. Pedoman disusun dalam rangka memenuhi salah satu
rekomendasi Konferensi Gizi Internasional di Roma pada tahun 1992. PUGS merupakan penjabaran lebih
lanjut dari pedoman 4 sehat 5 sempurna yang memuat pesan-pesan yang berkaitan dengan pencegahan
baik masalah gizi kurang, maupun masalah gizi lebih yang selama 20 tahun terakhir mulai menampakkan
diri di Indonesia (diambil dari Almatsier, 2002) PUGS merupakan susunan makanan yang menjamin
keseimbangan zat-zat gizi. Hal ini dapat dicapai dengan mengkonsumsi beraneka ragam makanan tiap
hari. Tiap makanan dapat saling melengkapi dalam zat-zat gizi yang dikandungnya. Pengelompokan
bahan makanan disederhanakan, yaitu didasarkan pada tiga fungsi utama zat-zat gizi, yaitu sebagai: (1)
sumber energi/tenaga; (2) sumber zat pembangun; dan (3) sumber zat pengatur. Sumber energi
diperlukan tubuh dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan kebutuhan zat pembangun dan zat
pengatur, sedang kebutuhan zat pengatur diperlukan dalam jumlah yang lebih besar dari pada
kebutuhan zat pembangun (diambil dari Almatsier, 2002) Sumber energi diperoleh dari beras, jagung,
sereal/gandum, ubi kayu, kentang dan yang semisal dengannya. Zat pengatur diperoleh dari sayur dan
buah-buahan, sedang zat pembangun diperoleh dari ikan, telur, ayam, daging, susu, kacang-kacangan
dan sebagainya. Ketiga golongan bahan makanan dalam konsep dasar gizi seimbang tersebut
digambarkan dalam bentuk kerucut dengan urutan-urutan menurut banyaknya bahan makanan tersebut
yang dibutuhkan oleh tubuh. Dasar kerucut menggambarkan sumber energi/tenaga, yaitu golongan
bahan pangan yang paling banyak dimakan, bagian tengah menggambarkan sumber zat pegatur,
sedangkan bagian atas menggambarkan sumber zat pembangun yang secara relatif paling sedikit
dimakan tiap harinya.PUGS memuat 13 pesan dasar yang diharapkan dapat digunakan masyarakat
sebagai pedoman untuk mengatur makanan sehari-hari yang seimbang dan aman guna mencapai dan
mempertahankan status gizi dan kesehatan yang optimal. Pesan dasar tersebut antara lain: (1)
makanlah aneka ragam makanan; (2) makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energi; (3)
makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi; (4) batasi konsumsi lemak dan
minyak sampai seperempat dari kebutuhan energi; (5) gunakan garam beryodium; (6) makanlah
makanan sumber zat besi; (7) berikan ASI saja kepada bayi sampai umur empat bulan; (8) biasakan
makan pagi; (9) minumlah air bersih, aman yang cukup jumlahnya; (10) lakukan kegiatan fisik dan
olahraga secara teratur; (11) hindari minum minuman beralkohol; (12) makanlah makanan yang aman
bagi kesehatan; (13) bacalah label makanan yang dikemas. (Subdit. Gizi Masyarakat. Depkes) Kebutuhan
Zat-Zat Gizi Kesehatan tubuh yang optimal adalah hasil interaksi kecukupan berbagai zat gizi dengan
faktorfaktor lain yang mempengaruhi kesehatan seseorang. Di lain pihak, kecukupan zat gizi ini
ditentukan oleh banyak hal, dimana kegiatan fisik (temasuk olahraga di dalamnya) merupakan salah satu
diantaranya. Bergantung pada jenis olahraga, kebutuhan energi dapat berkisar antara 2500-4500 kalori
dengan proporsi karbohidrat: 55-67%, lemak: 20-30%, dan protein: 13-15%. Protein tidak dipakai
sebagai sumber enregi dalam olahraga. Zat ini lebih berfungsi sebagai pengatur cairan tubuh dan untuk
mempertahankan kondisi jaringan yang dipakai. Kebutuhan tubuh akan protein harus diperhitungkan
dengan kebutuhan energi total. Pertimbangannya bila di dalam diet proporsi protein berlebihan, maka
protein akan diubah menjadi lemak atau dibakar menjadi energi. Diet seperti ini tidak ekonomis.
Kebutuhan protein dipengaruhi pula oleh mutu hayati menu yang dihidangkan. Pada umumnya, mutu
hayati protein nabati lebih rendah daripada protein hewani. Mutu protein hewani yang rendah
meningkat dalam diet campuran dengan perbandingan protein nabati:hewani (1:1) Zat Gizi dan
Fungsinya Zat-zat gizi tersebut adalah: karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Di samping
kelima jenis zat tersebut, ada dua zat gizi lain yang sering dimasukkan ke dalam kelompok tersebut
karena mutlak diperlukan tubuh yaitu air dan oksigen. Karbohidrat dan lemak di dalam tubuh akan
dioksidasikan guna menghasilkan energi. Protein dapat diubah menjadi energi apabila di dalam tubuh
tidak tersedia lagi karbohidrat dan lemak yang dapat dioksidasi menjadi energi pada keadaan darurat.
Zat-zat gizi tersebut diperlukan dalam proses fungsi normal tubuh yaitu: a)maintenance tubuh, b)
pertumbuhan, c) perbaikan jaringan tubuh yang rusak, d) reproduksi, e) kerja, dan f) specific dynamic
action (SDA) bahan makanan itu sendiri. Penyebab dari gizi kurang antara lain : kebiasaan makan dimana
makanan yang dikonsumsi kurang mengandung kalori dan protein. Faktor social budaya dapat juga
menjadi factor penyebab gizi buruk dimana adanya pantangan mengkonsumsi makanan tertentu,
seperti anak tidak boleh makan ikan karena takut kecacingan. Faktor-faktor lain yang dapat
menimbulkan gizi kurang adalah penyakit metabolic, infeksi kronik atau kelainan organ tubuh lain.
Akibat Gizi Kurang Pada Proses Tubuh akibat kurang gizi terhadap proses tubuh berlangsung pada zat-
zat gizi apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas)
menyebabkan pada proses-proses : pertumbuhan anak-anak tidak tumbuh menurut potensialnya.
Protein digunakan sebagai zat pembakar, sehingga otot-otot menjadi lembek dan rambut mudah
rontok. Anak-anak yang berasal dari tingkat social ekonomi menengah keatas rata-rata lebih tinggi
daripada yang berasal dari keadaan social ekonomi rendah. Produksi Tenaga Kekurangan energy berasal
dari makanan, menyebabkan seorang kekurangan tenaga untuk bergerak,bekerja, dan melakukan
aktivitas. Orang menjadi malas, merasa lemah, dan produktivitas kerja menurun. Pertahanan Tubuh
Daya tahan terhadap tekanan atau stress menurun. System imunitas dan anti bodi berkurang, sehingga
orang mudah terserang infeksi seperti pilek, batuk, dan diare. Pada anak-anak hal ini dapat membawa
kematian. Struktur dan Fungsi Otak Kurang gizi pada usia muda dapat berpengaruh terhadap
perkembangan metal, dengan demikian kemampuan berpikir. Otak mencapai bentuk maksimal pada
usia dua tahun. Kekurangan gizi dapat berakibat terganggunya fungsi otak secara permanen.
Perilaku Bagi anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukan perilaku tidak tenang.
Mereka mudah tersinggung, cengeng, dan apatis Dari keterngan diatas tampak, bahwa gizi yang baik
merupakan modal bagi pengembangan sumberdaya manusia. Akibat Gizi Lebih pada Proses Tubuh Gizi
lebih menyebabkan kegemukan atau obesitas. Kelebihan energi yang dikonsumsi disimpan di dalam
jaringan dalam bentuk lemak. Kegemukan merupakan salah satu faktor risiko dalam terjadinya berbagai
penyakit degenerative, seperti hipertensi atau tekaan darah tinggi, penyakit-penyakit diabetes, jantung
koroner, hati dan kantung empedu. Kebutuhan gizi tiap orang berbeda-beda dan hal tersebut
berhubungan dengan jenis kelamin, usia, berat badan, tinggi badan dan juga aktifitas seseorang. Oleh
karena itu setiap individu sangat berbeda dalam menerima konsumsi makanan. Di samping itu
keanekaragaman makanan juga harus diperhatikan karena pada dasarnya setiap jenis makanan tertentu
tidak mengandung semua kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh sehingga perlu beberapa makanan
lain untuk mendapatkan komposisi makanan sesuai yang dianjurkan. Oleh karena makanan yang
beraneka ragam yang mengandung protein, lemak, karbohidrat serta beberapa mineral lain yang
dibutuhkan tubuh dari beragam jenis makanan yang dikonsumsi setiap hari.

2.3. pengertian masyarakat perkotaan dan pedesaan


Masyarakat perkotaan sering disebut urban community. Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan
pada sifat kehidupannya serta cirri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan. Ada
beberap cirri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu : 1. kehidupan keagamaan berkurang bila
dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa 2. orang kota pada umumnya dapat mengurus
dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan
atau individu 3. pembagian kerja di antra warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai batas-batas
yang nyata 4. kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh
warga kota dari pada warga desa 5. interaksi yang terjai lebih banyak terjadi berdasarkan pada factor
kepentingan daripaa factor pribadi 6. pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat
mengejar kebutuhan individu 7. perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota, sebab
kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar. Kota secara internal pada hakekatnya
merupakan suatu organisme, yakni kesatuan integral dari tiga komponen meliputi penduduk, kegiatan
usaha dan wadah. Ketiganya saling terkait, pengaruh mempengaruhi, oleh karenanya suatu
pengembangan yang tidak seimbang antra ketiganya, akan menimbulkan kondisi kota yang tidak positif,
antara lain semakin menurunnya kualitas hidup masyarakat kota. Dengan kata lain, suatu
perkembangan kota harus mengarah paa penyesuaian lingkungan fisik ruang kota dengan
perkembangan sosial dan kegiatan usaha masyarakat kota Di pihak lain kota mempunya juga
peranan/fungsi eksternal, yakni seberapa jauh fungsi dan peranan kota tersebut dalam kerangka wilayah
atau daerah-daerah yang dilingkupi dan melingkupinya, baik dalam skala regional maupun nasional.
Dengan pengertian ini diharapkan bahwa suatu pembangunan kota tidak mengarah pada suatu organ
tersendiri yang terpisah dengan daerah sekitarnya, karena keduanya saling pengaruh mempengaruhi.
Masyarakat Pedesaan Yang dimaksud dengan desa menurut Sukardjo Kartohadi adalah suatu kesatuan
hukum dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan sendiri. Menurut Bintaro desa
merupakan perwujudan atau kesatuan geografi, sosial, ekonomi, politik dan cultural yang terdapat
disuatu daerah dalam hubungannya danpengaruhnya secara timbal-balik dengan daerah lain.. Menurut
paul H.Landis : desa adalah penduduknya kurang dari 2.500 jiwa dengan cirri-ciri sebagai berikut : 1.
Mempunyai pergaulan hidup yang saling kenal mengenal antra ribuan jiwa 2. Ada pertalian perasaan
yang sama tentang kesukuaan terhadap kebiasaan 3. Cara berusaha (ekonomi) aalah agraris yang paling
umum yang sangat dipengaruhi alam sekitar seperti : iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedangkan
pekerjaan yang bukan agraris adalah bersifat sambilan. Masyarakat pedesaan ditandai dengan pemilikan
ikatan perasaan batin yang kuatsesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat
yagn amat kuat yang hakekatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari masyarakat dimanapun ia hidup dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk
berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat, karena beranggapan
sama-sama sebgai masyarakat yang saling mencintai saling menghormati, mempunyai hak tanggung
jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat. Adapun yang
menjadi ciri masyarakat desa antara lain : 1. Didalam masyarakat pedesaan di antara warganya
mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan
lainnya di luar batas wilayahnya. 2. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar
kekeluargaan 3. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian 4. Masyarakat
tersebut homogen, deperti dalam hal mata pencaharian, agama, adapt istiadat, dan sebagainya Didalam
masyarakat pedesaan kita mengenal berbagai macam gejala, khususnya tentang perbedaan pendapat
atau paham yang sebenarnya hal ini merupakan sebab-sebab bahwa di dalam masyarakat pedesaan
penuh dengan ketegangan –ketegangan sosial. Gejala-gejala sosial yang sering diistilahkan dengan : 1.
konflik 2. kontraversi 3. kompetisi 4. kegiatan pada masyarakat pedesaan

2.4 pengaruh budaya terhadap status gizi masyarakat perkotaan dan pedesaan
Perilaku konsumsi masyarakat desa dan kota masih memprioritaskan karbohidrat, meskipun jika
dibandingkan antara masyarakat desa dan kota konsumsi protein dan lemak lebih baik pada masyarakat
kota. Kecukupan gizi pada masyarakat kota juga relatif baik pada masyarakat kota, terutama untuk
masyarakat desa standar kalori dan lemak masih belum memenuhi standar Pola Pangan Harapan (PPH)
nasional. Jika dibandingkan antara kelompok pendapatan rendah dan tinggi, hampir semua sumber gizi
(kalori, protein dan lemak) berbeda secara signifikan baik di desa maupun di kota. Untuk masyarakat
desa hanya lemak yang tidak berbeda, sedangkan untuk masyarakat kota hanya kalori yang tidak
berbeda. Krisis ekonomi telah menyebabkan ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga menjadi
minim. Pemenuhan kebutuhan pangan sehari-hari untuk seluruh anggota keluarga sulit dijangkau,
terutama pada keluarga yang hidupnya pas-pasan. Dalam keadaan seperti ini diperkirakan terjadi
perubahan pola makan, dimana pada sebelum krisis ekonomi lebih diutamakan makanan yang beragam
dan lebih mahal agar dapat memenuhi kebutuhan gizi untuk menjamin tumbuh kembang dan
kesehatan, tetapi pada saat krisis karena keterbatasan penghasilan lebih ditujukan untuk mengisi perut
agar dapat bertahan hidup. Konsekuensinya diperkirakan banyak anggota keluarga yang menderita
kekurangan gizi, terutama bayi, balita, ibu hamil, dan ibu menyusui. Pemeriksaan status gizi masyarakat
pada prinsipnya merupakan upaya untuk mencari kasus malnutrisi dalam masyarakat, terutama meraka
yang golongan rentan. Merka itu ialah: wanita hamil dan menyusui karena kebutuhan akan zat gizi
mereka meningkat bayi dan anak balita karena mereka belum mampu mengonsumsi atau mencerna
makanan yang tersedia dan mereka cenderung cepat mengalami malnutrisi karena kebutuhan akan zat
gizi juga tinggi. 3.keluarga atau orang yang kebutuhannya tidak tercukupi oleh system distribusi
makanan yang lazim, karena jumlah keluarga yang besar, atau lansia yang tinggal sendiri, atau janda. .
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap makanan, penyebab
penyakit, kelahiran anak, dan produksi pangan. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak
terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi makanan menjadi
rendah. Konsumsi makanan yang rendah juga disebabkan oleh adanya penyakit, terutama penyakit
infeksi saluran pencernaan. Disamping itu jarak kelahiran anak yang terlalu dekat dan jumlah anak yang
terlalu banyak akan mempengaruhi asupan zat gizi dalam keluarga. Konsumsi zat gizi keluarga yang
rendah, juga dipengaruhi oleh produksi pangan. Rendahnya produksi pangan disebabkan karena para
petani masih menggunakan teknologi yang bersifat tradisional. 2.5 Faktor yang mempengaruhi status
gizi pada masyarakat perkotaan dan pedesaan Secara umum, status gizi masyarakat perkotaan dan
pedesaan masih banyak yang dipengaruhi oleh berbagai hal yang membedakan pola konsumsi dan
kebutuhan akibat dari budaya yang berbeda .kemiskinan masih merupakan bencana bagi jutaan
masyarakat Faktor-fakor yang mempengaruhi terhadap status gizi masyarakat perkotaan dan pedesaan
sebagaimana dikemukakan oleh seorang ahli kesehatan masyarakat HL. Blum, yaitu : lingkungan,
perilaku, pelayanan kesehatan dan herediter ( keturunan ). Tiga faktor yang pertama, yaitu lingkungan
yang mempengaruhi pola hidup sehat bagaimana antara masyarakat kota dan desa bisa hidup bersih,
perilaku menjadi dasar penentu bagaimana masyarakat bisa terjauh dari penyakit agar mampu
melakukan hidup sehat dan bersih dan pelayanan kesehatan adalah yang dominan.yang mempengaruhi
kesehatan masyarakat yang bisa memberikan informasi tentang kesehatan. kondisi lingkungan antara
masyarakat perkotaan baik pedesaan masih mencerminkan lingkungan yang kurang sehat, yang antara
lain ditandai dengan rendahnya jumlah rumah tangga yang memiliki fasilitas air minum yaitu hanya
51,60 % (64,48 % di perkotaan dan 43,25% di perdesaan); dan rendahnya kepemilikan jamban (hanya
8,6 % rumah tangga yang memiliki jamban, yaitu 13,6 % di perkotaan dan 8,6 % di perdesaan).
Sedangkan dari kondisi rumah tinggal, hanya 50,4 % yang memiliki rumah sesuai dengan standar
minimal rumah sehat. Selain itu, merebaknya berbagai penyakit menular seperti demam
berdarah,malaria,muntaber dan sebagainya menujukkan kualitas lingkungan yang rendah. Dalam hal
perilaku, masyarakat belum menunjukkan perilaku sehat, antara lain ditandai oleh rendahnya partisipasi
penduduk usia 10 tahun ke atas yang berolahraga (hanya 22,6%), Jumlah Perokok Aktip yang cukup
tinggi (laki-laki 62,9 % dan perempuan 1,4 %). Selain itu, pemanfaatan tempat pelayanan kesehatan
hanya 40 %. Dari masyarakat pedesaan masih kurangnya informasi tentang kesehatan, sedangkan
masyarakat perkotaan lebih dominan dengan aktivitas kerja. Perilaku sehat yang sederhana seperti
mencuci tangan sebelum makan, membuang sampah pada tempatnya, tidak meludah di sembarang
tempat, menggunakan jamban dan menjaga kebersihan air sungai, memasak air sebelum diminum
belum menjadi kebiasaan di masyarakat kita. Dalam hal Pelayanan kesehatan, akses masyarakat
terhadap pelayanan kesehatan masih rendah, antara lain ditandai oleh rendahnya kunjungan ke
Puskesmas (61,6%), rendahnya kunjungan ke Balai Pengobatan Umum (61,6%), dan rendahnya
kunjungan ke BKIA (20,22 %). Sulitnya akses ke rumah sakit ditandai dengan rendahnya penggunaan
tempat tidur dari kapasitas yang tersedia baik di RS Pemerintah maupun swasta Banyak orang sakit yang
tidak mendapat perawatan dan pengobatan sebagaimana mestinya dengan berbagai alasan termasuk
karena ketidak tahuan dan ketiadaan biaya. Belum baiknya kondisi ketiga faktor di atas bukan semata-
mata disebabkan oleh kemiskinan, tetapi juga karena rendahnya tingkat pendidikan serta kurangnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan kesehatan. Disamping itu, kurangnya kegiatan
penyuluhan kesehatan bagi masyarakat, tidak berfungsinya posyandu akhir-akhir ini, ketiadaan dokter di
banyak Puskesmas/Pustu terutama dikawasan Indonesia Timur adalah penyebab yang juga harus
mendapat perhatian. 2.5 Penanggulangan status gizi masyarakat perkotaan dan pedesaan . Masyarakat
perlu diber-dayakan agar mampu mengatasi masalah gizi keluarganya sendiri. Cara memberdayakan
masyarakat antara lain melalui penyuluhan gizi yang komunikatif dan efektif merubah perilaku. Selain
itu untuk jangka panjang, sebagai usaha penyelamatan dampak krisis ekonomi tidak cukup hanya
mengandalkan bantuan-bantuan yang bersifat darurat melainkan harus pula memperhatikan potensi
masyarakat. Berangkat dari besarnya masalah gizi dan kesehatan serta bervariasinya faktor penyebab
masalah ini maka diperlukan program yang komprehensif dan terintegrasi .diantaranya : 1. Banyak hal
yang harus diperkuat untuk melaksanakan program perbaikan gizi pada msyarakat perkotaan dan
pedesaan, mulai dari ketersediaan data dan informasi secara periodik untuk dapat digunakan dalam
perencanaan program yang benar dan efektif. Kajian strategi program yang efisien untuk masa yang
datang mutlak diperlukan, mulai dari tingkat nasional sampai dengan kabupaten. 2. Melakukan
penanggulangan program perbaikan gizi dan kesehatan yang bersifat preventif untuk jangka panjang,
sementara kuratif dapat diberikan pada kelompok masyarakat yang benar-benar membutuhkan. Bentuk
program efektif seperti perbaikan perilaku kesehatan dan gizi tingkat keluarga dilakukan secara
professional mulai dipikirkan, dan tentunya dengan ketentuan atau kriteria yang spesifik lokal. 3.
Melakukan strategi program khusus untuk penanggulangan kemiskinan, baik di daerah perkotaan
maupun perdesaan dalam bentuk strategi pemberdayaan keluarga dan menciptakan kerja sama yang
baik dengan swasta. 4. Secara bertahap melakukan peningkatan pendidikan, strategi ini merupakan
strategi jangka panjang yang dapat mengangkat Indonesia dari berbagai masalah gizi dan kesehatan. Hal
lain juga yang mesti ditanggulangi masalah kadar gizi (kadarzi) Tahap awal strategi pemberdayaan
kadarzi dimulai dari melibatkan secara aktif keluarga dalam pemetaan kadarzi untuk identifikasi masalah
perilaku dan gizi keluarga. Dan identifikasi masalah perilaku dan gizi keluarga. Hasil pemetaan dibahas
bersama masyarakat untuk merencanakan tindaklanjut. Apabila masalah tersebut bisa diselesaikan
langsung oleh keluarga maka perlu dilakukan pembinaan, akan tetapi apabila ditemui masalah
kesehatan dan masalah lain maka perlu dirujuk ke petugas kesehatan dan petugas sektor lain. Strategi
yang dilakukan dalam mewujudkan Kadarzi adalah : 1. Pemberdayaan keluarga dengan menitikberatkan
pada peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku gizi seimbang, misalnya melalui pengembangan
konseling dan KIE sesuai kebutuhan setempat 2. Melakukan advokasi dan mobilisasi para pengambil
keputusan, pejabat pemerintah di berbagai tingkat administrasi, penyandang dana dan pengusaha
dengan tujuan meningkatkan kepedulian/komitmen terhadap masalah gizi di tingkat keluarga 3.
Mengembangkan jaring kemitraan dengan berbagai perguruan tinggi, tokoh masyarakat, organisasi
masyarakat, tokoh agama, media massa, kelompok profesi lainnya untuk mendukung tercapainya tujuan
Kadarzi 4. Menerapkan berbagai teknik pendekatan pemberdayaan petugas ditujukan untuk
mempercepat perubahan perilaku dalam mewujudkan kadarzi. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ,
Budaya merupakan keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk
memahami dan menginterprestasikan lingkungan dan pengalamanya budaya bisa menjadikan
perbedaan dari prilaku manusia Pengaruh budaya tentang gizi masyarakat adalah faktor untuk
menentukan berinteraksi dengan masyarakat dari dalam maupun luar budaya Pengaruh budaya antara
masyarakat perkotaan dan pedesaan selalu dijadikan pembanding. Status Gizi adalah keadaan tubuh
sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Zat Gizi sangat diperlukan sekali dalam
kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan tubuh dan memberikan sumber energi. masyarakat
pedesaan masih banyak yang kurang mengerti tentang pola hidup sehat dan bersih. Pola makan
menurut standar gizi bahwa penduduk miskin masih kurang untuk memenuhi kebutuhan makan
.masyarakat pedesaan dengan budayanya yang masih tahayul terhadap pola makanan masyarakat
perkotaan. Masyarakat perkotaan adalah masyarakat yang masih bersifat induvidualis masalah pola
hidup sehat dan lingkungan sehat menjadi tanggung jawab sendiri sedangkan masyarakat pedesaan
bersifat kekeluargaan lingkungan sehat menjadi tanggung jawab bersama. Membedakan tingkat
pengetahuan masalah tentang gizi dan pola hidup masyarakat perkotaan lebih cenderung terhadap
kemajuan ekonomi, pengetahuan tentang gizi, menu seimbang, dan kesehatan. Sedangkan masyarakat
pedesaan pada umumnya disebabkan kemiskinan, kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya
kualitas lingkungan (sanitasis), dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi Penilaian gizi
terhadap masyarakat perkotaan dan pedesaan umumnya disebabkan kemiskinan, kurangnya persediaan
pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasis), dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang
gizi. lingkungan yang mempengaruhi pola hidup sehat bagaimana antara masyarakat kota dan desa bisa
hidup bersih, perilaku menjadi dasar penentu bagaimana masyarakat bisa terjauh dari penyakit agar
mampu melakukan hidup sehat dan bersih dan pelayanan kesehatan adalah yang dominan.yang
mempengaruhi kesehatan masyarakat yang bisa memberikan informasi tentang kesehatan. 3.2 Saran
Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penggulangannya tidak
dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan gizi adalah multifactor. Oleh
karena itu pendekatan penanggulangan harus melibatkan berbagai sector yang terkait. Selama faktor-
faktor status gizi masyarakat perkotaan dan pedesaan belum dapat kita tingkatkan, maka selama itu
pula masalah-masalah kesehatan masyarakat yang kita hadapi selama tidak dapat terselesaikan secara
baik. Budaya terhadap pola konsumsi dan hidup bersih haruslah kita penuhi untuk hidup yang lebih baik
dari masalah kekurang gizi dan lingkungan yang tidak sehat kebutuhan gizi tetap kita jaga baik
masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan yang bisa membantu Negara dari kekurangan gizi
Meningkatkan status gizi penduduk, perlu ditingkatkan penyediaan beraneka ragam pangan dalam
jumlah mencukupi, disamping peningkatan daya beli masyarakat. Lingkungan sangat berpengaruh sekali
dengan pola hidup sehat masyarakat perlu bimbingan tentang kesehatan dan pola konsumsi yang
memenuhi standar gizi.

CONTOH

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN

Anda mungkin juga menyukai