Anda di halaman 1dari 16

TEORI BELAJAR

(KOGNITIVISTIK, HUMANISTIK DAN SIBERNETIK)

Disusun untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan


Mata Kuliah Teori dan Permasalahan Belajar

Disusun oleh:

Kelompok 4 (Dikdas Reguler A 2017)

Fatmawati (8176181006)
Nanda Ayu Setiawati (8176181009)
Rizal Nuari (8176181017)
Yusrizal (8176181019)

Dosen Pengampu:

Drs. Aman Simare Mare, MS

PENDIDIKAN DASAR KELAS A REGULER


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-
Nya saya dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Teori dan Permasalahan Belajar dengan
judul “Teori Belajar Konstruktivisme, Humanistik, dan Sibernetik”. Shalawat berangkaikan
salam tak lupa pula kita haturkan kepangkuan alam nabi besar Muhammad SAW yang telah
bersusah payah merubah pola pikir umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang
berilmu pengetahuan.
Kami menyampaikan terimakasih kepada Ibu Drs. Aman Simare mare, M.S, yang
telah membimbing dalam proses pembelajaran sampai penyelesaian tugas ini. Kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, dan kami telah mengerjakan
makalah ini dengan sebaik-baiknya, tetapi sebagaimana hakikat manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan yang tidak sempurna, maka kami meminta maaf yang sebesar-besarnya
apabila dalam makalah ini masih terdapat kesalahan dalam penulisannya.
Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah
ini. Terimakasih.

Medan, 5 Maret 2018

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah................................................................................ ............ 1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Belajar Konstruktivistik.............................. ........................................... 3
B. Teori Belajar Humanistik................................................................................. 6
C. Teori Belajar Sibernetik ................................................................................... 10

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..................................................................................................... .. 12
B. Saran ................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA..... ............................................................................................... 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di dalam proses belajar dan mengajar ada berbagai kendala. Kendala tersebut bisa
berupa kondisi pembelajaran yang membosankan, siswa yang kurang memperhatikan dan
tidak mau mendengarkan penjelasan gurunya,serta anak didik yang bandel. Bagi guru
semua peristiwa tersebut adalah peistiwa yang sangat menjengkelkan,sehingga guru
menganggap kelas tersebut menjadi kelas yang bandel, sulit di diurus dan lain sebagainya.
Guru yang demikian tidak bisa dikatakan sebagai guru yang bijak karena hal-hal yang
membosankan pada proses pembelajaran dikelas dipicu oleh guru tersebut yang tidak
mampu mengkondisikan kelas senyaman mungkin bagi siswanya disaat proses belajar
dilaksanakan.
Ketika mengajar guru tidak berusaha mencari informasi, apakah materi yang telah
diajarkannya telah dipahami siswa atau belum. Ketika proses belajar dan pembelajaran guru
tidak berusaha mengajak siswa untuk berpikir. Komunikasi terjadi hanya pada satu arah,
yaitu dari guru kesiswa. Guru berpikir bahwa materi pelajaran lebih penting daripada
mengembangkan kemampuan berpikir peserta didik.Lalu guru menganggap peserta didik
sebagai tong kosong yang harus diisi dengan sesuatu yang dianggap penting. Hal-hal
demikian adalah kekeliruan guru dalam mengajar. Oleh karena itu makalah yang membahas
mengenai teori belajar ini disusun agar para pendidik mampu mengetahui dan memahami
secara teoritis perubahan perilaku peserta didik dalam proses belajar dan pembelajaran
sehingga proses belajar tersebut bisa berjaalan secara maksimal berdasarkan tujuan awal
pembelajaran itu sendiri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan teori Konstruksivistik ?
2. Apa yang dimaksud dengan teori Humanistik ?
3. Apa yang dimaksud dengan teori Sibernetik?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang teori Konstruksivistik ?
2. Untuk mengetahui tentang teori Humanistik ?
3. Untuk mengetahui tentang teori Sibernetik?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISME


a. Pengertian Teori Belajar Konstruktivisme
Asal kata konstruktivisme adalah "to consrtuct" yang artinya membangun atau
menyusun. Menurut Carin (dalam agirarmurti 2009) mengatakan bahwa teori
konstruktivisme adalah teori pembelajaran yang menekankan bahwa siswa sebagai
pembelajar, tidak menerima begitu saja pengetahuan yang mereka dapati, tetapi mereka
secara aktif membangun pengetahuan secara individual. Menurut Von Glesrfeld (dalam
agriamurti, 2009) bahwa konstruktivisme adalah filsafat pengetahuan yanag menekankan
bahwa pengetahuan kita adalah kontruksi (bentuk) kita sendiri.
Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat generatif,
yaitu tindakan menciptakan sesuatu makna dari apa yang kita pelajari. Beda dengan teori
behavoiristik yang memahami hakikat belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik
antara stimulus dan respon, sedangkan teori konstruktivisme lebih mamahami belajar
sebagai kegiatan manusia membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi
makna pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Pengetahuan tidak bisa
ditransfer dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri
tentang apa yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses kognitif
dimana terjadi proses asimulasi dan akomondasi untuk mencapai suatu keseimbangan
sehingga terbentuk suatu skema yang baru.
Menurut Trianto (2011:28) teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling
penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa, siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam
benaknya. Dengan demikian, belajar menurut teori konstruktivisme bukanlah sekedar
menghafal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman
pengetahuan bukanlah hasil "pemberian" dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari
proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu.

3
Pengetahuan hasil dari "pemberian" tidak akan bermakna. Adapun pengetahuan
yang diperoleh melalui proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan
memberikan makna mendalam atau lebih lama tersimpan/diingat dalam setiap individu.

b. Tujuan Teori Konstruktivisme


Adapun tujuan dari teori ini adalah sebagai berikut:
1) Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu
sendiri
2) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari
sendiri pertanyaannya
3) Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara
lengkap
4) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri
5) Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu

Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori belajar
konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga disebut teori
perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori belajar tersebut
berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan
intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud
dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan. Misalnya,
pada tahap sensori motor anak berfikir melalui gerakan atau perbuatan (Ruseffendi, 1988:
132).

c. Prinsip-prinsip Konstruktivisme
Prinsip-prinsip konstruktivisme diantaranya sebagai berikut.
1) pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri
2) pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali dengan keaktifan
murid sendiri untuk menalar
3) murid aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga slalu terjadi perubahan
konsep ilmiah

4
4) guru sekedar membantu manyediakan saran dan situasi agar proses konstruksi
berjalan lancar
5) mengahadapi masalah yyang relevan dengan siswa
6) struktur pembelajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan
7) mencari dan menilai pendapat siswa
8) menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa

Dari semua itu hanya satu prinsip yang paling penting adalah guru tidak boleh
hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa, siswa harus membangun
pengetahuan di dalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat membantu proses ini dengan
cara-cara mengajar yang membantu informasi menjadi sangat bermakna dan sangat relevan
dengan siswa, dengan memberikan kesempatan kepada siswaa untuk menemukan atau
menerapkan ide-ide dan dengan mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan
strategi-strteagi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga itu nantinya
dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat penemuan .

d. Kelebihan dan Kelemahan Teori Konstruktivistik

1) Kelebihan
 Berfikir: Dalam proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk
menyelesaikan masalah, menjadi idea dan membuat keputusan.
 Faham: Oleh karena murid terlibat secara langsung dalam membina pengetahuan
baru, mereka akan lebih faham dan boleh mengaplikasikannya dalam situasi.
 Ingat: Oleh karena murid terlibat secara langsung dengan aktif, mereka akan ingat
lebih lama semua konsep. Yakni murid melalui pendekatan ini membina sendiri
kefahaman mereka. Justru mereka lebih yakni menghadapi dan menyelesaikan
masalah dalam situasi baru.
 Kemahiran sosial: Kemahiran sosial diperoleh apabila berinteraksi dengan rakan
dan guru dalam membina pengetahuan baru.

5
2) Kelemahan
Dalam bahasan kekurangan atau kelemahan ini mungkin bisa kita lihat dalam proses
belajarnya dimana peran guru sebaagai pendidik sepertinya kurang begitu
mendukung.

B. TEORI BELAJAR HUMANISTIK


1. Pengertian Teori Humanistik
Teori belajar humanistik memandang bahwa prilaku manusia ditentukan oleh faktor
internal dirinya dan bukan oleh kondisi lingkungan atau pun pengetahuan. Menurut teori
belajar humanistik, aktualisasi diri merupakan puncak perkembangan individu.
Kebermaknaan perwujudan dirinya itu bahkan bukan saja dirasakan oleh dirinya sendiri,
tetapi juga oleh lingkungan sekitarnya.
Menurut teori belajar humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika peserta didik memamahami lingkungannya
dan dirinya sendiri. Peserta didik dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun
ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang palakunya, bukan dari sudut pandang
pengamatnya.
Bagi penganut teori humanistik, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada
manusia itu sendiri. Teori ini sangat menekankan pentingnya "isi" dari proses belajar.
Dalam kenyataannya teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar
dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan kata lain teori ini lebih tertarik pada ide belajar
dalam bentuknya yang paling ideal daripada belajar adanya, seperti apa yang biasa kita
amati dalam keseharian. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuannya untuk
"memanusiakan manusia" mencapai aktualisasi diri dan sebagainya dapat tercapai.
Dalam menyoroti masalah prilaku, para ahli psikologi behaviorist dan humanistik
mampunyai pandangan yang berbeda. Para behaviorist memandang orang sebagai makhluk
reaktif yang memberikan responnya tehadap lingkungan; pengalaman mas lampau dan
pemeliharaan akan membentuk prilaku mereka. Sebaliknya, para humanistik mempunyai

6
pendapat bahwa tiap orang itu menentukan prilaku mereka sendiri, mereka bebas memilih
kualitas hidup mereka dan tak terikat pada lingkungannya.

2. Teori Humanistik Menurut Carl Rogers


Metode yang diterapkan Rogers dalam psikotrapi awalnya disebut non direktive
atau terapi yang berpusaat pada klien (Client Centered Therapy) dan pioner dalam risetnya
pada proses terapi. Pendekatan terapi yang berpusat pada klien dari Rogers sebagai metode
untuk memahami orang ain, menangani masalah-masalah gangguan emosional Rogers
berkeyakinan bahwa pandangan humanistik dan holisme terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Dalam teorinya, klien duajak untuk memhami diri dan pada akhirnya menyadari untuk
mengembangkan diri secara utuh (berfungsi secara utuh).
Carl Rogers adalah seorang pisikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap
saling menghargaain tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu
mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers meyakini bahwa klien sebenarnya
memilki jawaban atas permasalahan yang dihapadi nya dan tugas trapist hanya
membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik
assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan
treaatment kepada klien. Menurut Rogers motivasi yang sehat adalah aktualisasi diri.
aktualisasi diri adalah proses menjadi diir sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan
potensi-potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau di halangi oleh
pengalaman dan oleh belajar khususnya pada masa kanak-kanak. Aktualisasi diri akan
berubah sejalan dengan perkembangan hidup seorang. Ketika mencapai usia tertentu
seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari psiologis ke psikologis.
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru
memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
a. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak
harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
b. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. perorganisasian bahan
pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang
bermakna bagi siswa.

7
c. Perorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru
sebagi bagian yang bermakna bagi siswa.
d. Belajar yang bermakna dalam masayarakat modern berarrti belajar tanpa proses.

3. Prinsip-prinsip Teori Belajar Humanistik


Roger sebagai ahli dari teori belajar humanisme mengemukakan beberapa prinsip
belajar yang penting yaitu: (1). Manusia itu memiliki keinginan alamiah untuk belajar,
memiliki rasa ingin tahu alamiah terhadap dunianya, dan keinginan yang mendalam untuk
mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman baru, (2). Belajar akan cepat dan lebih bermakna
bila bahan yang dipelajari relevan dengan kebutuhan siswa, (3) belajar dapat di tingkatkan
dengan mengurangi ancaman dari luar, (4) belajar secara partisipasif jauh lebih efektif dari
pada belajar secara pasif dan orang belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri
sendiri, (5) belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi, pikiran
maupun perasaan akan lebih baik dan tahan lama, dan (6) kebebasan, kreatifitas, dan
kepercayaan diri dalam belajar dapat ditingkatkan dengan evaluasi diri orang lain tidak
begitu penting.
Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang
semata-mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada banatuan untuk pertumbuhan
serta perkembangan orang lain. Rogers berpendapat bahwa orang yang berfungsi
sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang
berinteraksi dan tanggung jawab didalamnya.

4. Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Pendidikan


Menurut Rogers dalam proses pendidikan dibutuhkan rasa hormat yang positif,
empati, dan suasana yang harmonis/tulus, untuk mencapai perkembangan yang sehat
sehingga tercapai aktualisasi diri. Salah satu cara untuk mendeskripsikan pendidikan
humanistik adalah dengan melihat apa yang terjadi dikelas. Kirchenbaum dalam melihat
adaa 5 dimensi yang dapat dijadikan untuk menjadi kelas yang humanistik.

8
a. Pilihan dan kendali diri
Dalam hidupnya siswa dihadapkan dalam proses menetapkan tujuan dan membuat
keputusan. Pendidikan humanistik menfasilitasi kemampuan tersebut dengana memberikan
latihan memberikan keputusan, terkait dengan tujuan sekolah maupun dengan aktifitas
harian. Siswa dapat dilatih melalui aktifitas kegiatan siswa dengan memungkinannya
memilki pilihan dan kendali dalam merancang, menetapkan tujuan, memutuskan, dan
mempertanggungjawabkan semua keputusan yang telah dibuatnya.

b. Memperhatikan minat dan perasaan siswa


Kelas menjadi humanis ketika kurikulum dan pembelajaran menunjukan perhatian
pada minat dan perasaan siswa. Mengkaitkan materi pelajaran dengan minat, pengetahuan,
dan pengalaman yang sudah dimiliki siswa dan meminta tanggapan siswa merupakan
contoh aktivitas yang dinilai siswa memperhatikan minat mereka.

c. Manusia seutuhnya
Perlu perubahan orientasi pembelajaran dan penilaian dari orientasi aspek kognitif
menuju ke arah perhatian, penghormatan dan penghargaan terhadap siswa sebagai manusia
seutuhnya. Integrasi keterampilan berpikir dengan kecakapan hidup yang lain sangat
penting agar lebih efektif menjadi individu.

d. Evaluasi diri
Pendidikan humanistik bergerak dari evaluasi yang dikontrol guru menuju evaluasi
yang dilakukan oleh siswa. Siswa perlu difasilitasi untuk memantau kemajuan belajarnya
sendiri baik melalui tes atau umpan balik dari orang lain.

e. Guru sebagai fasilitator


Guru perlu mengubah peran, yaitu berubah dari sebagai direktur belajar menajdi
fasilitator atau penolong. Guru hendaknya lebih seportif dari pada mengkritisi, lebih
memahami dari pada menilai, lebih real dan asli dari pada berpura-pura. Jika keadaan
tersebut dapat dilakukan maka akan berkembang hubungan menajdi resiprokal, yaitu guru
sering menajdi pembelajar, dan siswa sering menolong dan mengajar juga.

9
5. Kelebihan dan Kekurangan Teori Humanistik
1) Kelebihan Teori Humanistik
 Selalu mengedepankan akan hal-hal yang bernuansa demokratis, partisipatif-
dialogis dan humanis.
 Suasana pembelajaran yang saling menghargai, adanya kebebasan berpendapat,
kebebasan mengungkapkan gagasan.
 Keterlibatan peserta didik dalam berbagai aktivitas di sekolah, dan lebih-lebih
adalah kemampuan hidup bersama (komunal-bermasyarakat) diantara peserta didik
yang tentunya mempunyai pandangan yang berbeda-beda.

2) Kekurangan Teori Humanistik


 Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah.
 Banyak konsep dalam psikologi humanistik, seperti misalnya orang yang telah
berhasil mengaktualisasikan dirinya, ini masih buram dan subjektif.
 Psikologi humanistik mengalami pembiasan terhadap nilai individualistis

C. TEORI BELAJAR SIBERNETIK


a. Pengertian Belajar Menurut Teori Sibernetik
Teori belajar menurut sibernetik merupakan teori belajar yang relative baru
dibandingkan dengan teori-teori belajar yang sudah dibahas sebelumnya. Teori ini
berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut teori
sibernetik, belajar adalah pengelolahan informasi. Seolah-olah teori ini mempunyai
kesamaaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar dibanding hasil
belajar. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting
adalah sistem informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa. Informasi inilah yang
akan menentukan proses. Bagaimana proses belajar akan berlangsung sangat ditentukan
oleh sistem informasi yang dipelajari.
Menurut Gordon Pask mendefinisikan sibernetika sebagai seni memanipulasi
berbagai macam metafora yang dapat dipertahankan. Sedangkan Stephen W. Littlejohn

10
mendefinisikan sibernetika sebagai sebuah studi tentang aturan diri dan kontrol dalam
sebuah sistem.

b. Kelebihan dan Kekurangan Teori Belajar Sibernetik


1) Kelebihan
Menurut Budiningsih 2005, kelebihan teori belajar sibernetik sebagai berikut:
a. Cara berfikir berorientasi pada proses lebih menonjol
b. Penyajian pengetahuan memenuhui aspek ekonomis
c. Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap
d. Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin dicapai
e. Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya
f. Control belajar (content control, pace control, display cobtrol, dan conscious
cognition control) memungkinkan belajar sesuai dengan irama masing-masing
individu
g. Balikan informative memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat untuk
kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan

2) Kekurangan
Teori siberentik sebagai teori belajar sering kali dikritik karena lebih menekankan
pada sistem informasi yang akan dipelajari, sementara itu bagaimana proses belajar
berlangsung dalam diri individu sangat ditentukan oleh system informasi yang dipelajari.
Teori ini memandang manusia sebagai pengolah informasi, pemikir, dan pencipta (Pask dan
Scoot, dalam budiningsih, 2005).
Teori aliran ini dikritik karena tidak secara langsung membahas tentang proses
belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini cenderung kedunia
psikologi dan informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak. Karena
pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas maka terbatas pula
kemampuan untuk menerapkan teori ini.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, yang dimaksud
dengan teori konstruktivisme adalah suatu teori dengan pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan menciptakan sesuatu makna dari apa yang kita pelajari. Selain itu
ada lag tieori belajar humanistik yang memandang bahwa prilaku manusia ditentukan oleh
faktor internal dirinya dan bukan oleh kondisi lingkungan atau pun pengetahuan. Menurut
teori belajar humanistik, aktualisasi diri merupakan puncak perkembangan individu.
Kebermaknaan perwujudan dirinya itu bahkan bukan saja dirasakan oleh dirinya sendiri,
tetapi juga oleh lingkungan sekitarnya. Selanjutnya menurut teori sibernetik, belajar adalah
pengelolahan informasi. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik, namun
yang lebih penting adalah sistem informasi yang diproses yang akan dipelajari siswa.
Informasi inilah yang akan menentukan proses. Bagaimana proses belajar akan berlangsung
sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari

B. Saran
Demikian makalah yang telah diselesaikan oleh penulis. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi semua kalangan khususnya para pendidik serta calon pendidik. Untuk
memperbaiki kualitas,maka penulis mengharapkan kritik dan saran agar makalah ini
menjadi lebih baik.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://pakarkomunikasi.com/teori-belajar-sibernetik. di akses pada 1 maret 2018.


Iswadi. 2017. Teori Belajar. Bogor: In Media.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media
Group: Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai