Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan jaman di bidang kesehatan khususnya di bidang pelayanan
keperawatan, menuntut perawat sebagai tenaga kesehatan untuk bersikap
professional dan penuh kreatif serta inovasi dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Adapun beberapa usaha yang telah
dilakukan dari beberapa pihak untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
yaitu mulai dari Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan
diantaranya adalah dengan adanya pendidikan pada tingkat Sarjana, Diploma III
keperawatan, pendidikan profesi yaitu Ners serta adanya pelatihan bagi tenaga
keperawatan. Upaya lainnya adalah dibentuknya Direktorat Keperawatan di
Departemen Kesehatan di Indonesia. Semua upaya tersebut bertujuan untuk
meningkatkan profesionalisme keperawatan agar mutu asuhan keperawatan
dapat ditingkatkan (Sitorus, 2006).
Banyak hal positif yang telah dicapai di bidang pendidikan keperawatan,
tetapi gambaran pengelolaan layanan keperawatan belum memuaskan. Layanan
keperawatan masih sering mendapat keluhan masyarakat, terutama tentang sikap
dan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien
atau keluarga. Dari masalah yang terjadi di lapangan hal tersebut muncul karena
tidak terstrukturnya pengorganisasian dan pembagian tugas kepada perawat di
rumah sakit, banyaknya tanggung jawab yang diberikan kepada perawat, maka
dari itu salah satu usaha untuk memberikan pelayanan berkualitas dan
professional tersebut adalah pengembangan model praktek keperawatan
(MPKP).
Model pratek keperawatan professional (MPKP) dilakukan hanya pada
pelaksanaan prosedur, pelaksanaan tugas berdasarkan instruksi dokter.
Pelaksanaan tugas tidak didasarkan pada tanggung jawab moral serta tidak
adanya analisis dan sintesis yang mandiri tentang asuhan keperawatan. Untuk
mengatasi masalah tersebut diperlukan pengubahan sistem, pemberian asuhan
keperawatan melalui pengembangan Model Praktek Keperawatan Profesional
(MPKP) yang diperbaharui dengan SP2KP (Sitorus, 2006).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian MPKP?
2. Apa tujuan didirikannya MPKP?
3. Apa saja macam metode penugasan MPKP?
4. Bagaimana penetapan jenis tenaga di MPKP?
5. Apa saja komponen MPKP?
6. Bagaimana struktur organisasi MPKP?
7. Bagaimana pilar-pilar MPKP?
8. Apa kekurangan penerapan sistem MPKP di rumah sakit?

C. TUJUAN
1. Mengetahui pengertian MPKP
2. Mengetahui tujuan MPKP
3. Mengetahui macam metode penugasan MPKP
4. Mengetahui penetapan jenis tenaga di MPKP
5. Mengetahui komponen MPKP
6. Mengetahui struktur organisasi MPKP
7. Mengetahui pilar-pilar MPKP
8. Mengetahui kekurangan penerapan sistem MPKP di rumah sakit
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian MPKP
Model praktik keperawatan professional diaplikasikan dalam model
keperawatan primer adalah metode pemberian asuhan keperawatan
komprehensif. Motode keperawatan primer adalah motode pemberian asuhan
keperawatan komprehensif yang merupakan gabungan dari model praktik
keperawatan professional.
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu system
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) yang didalmnya terdapat
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat
profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang
dapat menopang pemberian asuhan tersebut.

B. Tujuan MPKP
Tujuan dari MPKP yaitu untuk memfasilitasi agar asuhan keperawatan
yang diberikan itu lebih focus, holistic, diberikan kepada pasien jadi masalah
pasien itu bisa diatasi secara bertahap melalui program-program MPKP itu
sendiri selain itu tujuan dari MPKP yaitu mensejahterakan perawat ruangan
dengan adanya reward, namun hal ini tidak sesuai dengan keadaan dilapangan,
karena pada MPKP reward diberikan menurut kesepakatan ruangan.
Tujuan MPKP (Sitorus, Ratna.2006):
1. Menciptakan kemandirian dalam memberikan asuhan keperawatan
2. Mengurangi konflik, tumpang tindih, dan kekosongan pelaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan
3. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap tim keperawatan
4. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan
5. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan
C. Macam-macam Metode MPKP
1. Metode Kasus
Pada metode ini satu perawat akan memberikan asuhan keperawatan
kepada seorang klien secara total dalam satu periode dinas. Jumlah klien
yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan perawat
tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien (Sitorus, 2006).
2. Metode Fungsional
Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan
pada penyelesaian tugas atau prosedur. Setiap perawat diberi satu atau
beberapa tugas untuk dilaksanakan kepada semua klien di satu ruangan
(Sitorus, 2006).
Pada metode ini, kepala ruang menentukan tugas setiap perawat dalam
satu ruangan. Perawat akan melaporkan tugas yang dikerjakannya kepada
kepala ruangan dan kepala ruangan tersebut bertanggung jawab dalam
pembuatan laporan klien. Metode fungsional mungkin efisien dalam
menyelesaikan tugas-tugas apabila jumlah perawat sedikit, tetapi klien tidak
mendapatkan kepuasan asuhan yang diterimanya (Sumber : wawancara).
Metode ini kurang efektif karena (Sitorus, 2006) :
a. Proritas utama yang dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan kurang
menekankan pada pemenuhan kebutuhan holistic
b. Mutu asuhan keperawatan sering terabaikan karena pemberian asuhan
keperawatan yang utama
c. Komunikasi antar perawat sangat terbatas sehingga tidak ada satu
perawat yang mengetahui tentang satu klien secara menyeluruh.
d. Keterbatasan itu sering menyebabkan klien merasa kurang puas terhadap
pelayanan atau asuhan yang diberikan karena seringkali klien tidak
mendapat jawaban yang tepat tentang hal-hal yang ditanyakan.
e. Klien kurang merasakan adanya hubungan saling percaya dengan
perawat.
3. Metode Tim
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu
seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan
dalam memberikan asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui
upaya kooperatif dan kolaboratif. Metode tim didasarkan pada keyakinan
bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam merencanakan
dan memberikan asuhan keperawatan sehingga menimbulkan rasa tanggung
jawab yang tinggi (Sitorus, 2006).
Pelaksanaan metode tim berlandaskan konsep berikut (Sitorus, 2006) :
a. Ketua tim, sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan. Ketua tim harus dapat membuat
keputusan tentang prioritas perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan
keperawatan.
b. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas renpra terjamin.
Komunikasi yang terbuka dapat dilakukan melalui berbagai cara,
terutama melalui renpra tertulis yang merupakan pedoman pelaksanaan
asuhan, supervisi, dan evaluasi.
c. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
d. Peran kepala ruangan penting dalam metode tim. Metode tim akan
berhasil baik
4. Motode Perawat Primer
Pada metode keperawatan primer perawat yang bertanggung jawab
terhadap pemberian asuhan keperawatan disebut perawat primer (primary
nurse) disingkat dengan PP. Metode keperawatan primer dikenal dengan ciri
yaitu akuntabilitas, otonomi, otoritas, advokasi, ketegasan, dan 5K yaitu
kontinuitas, komunikasi, kolaborasi, koordinasi, dan komitmen (Sitorus,
2006).
5. Differentiated Practice
Differentiated practice adalah suatu pendekatan yang bertujuan
menjamin mutu asuhan melalui pemanfaatan sumber-sumber keperawatan
yang tepat. Terdapat dua model yaitu model kompetensi dan model
pendidikan. Pada model kompetensi, perawat terdaftar (registered nurse)
diberi tugas berdasarkan tanggung jawab dan struktur peran yang sesuai
dengan kemampuannya. Pada model pendidikan, penetapan tugas
keperawatan didasarkan pada tingkat pendidikan pendidikan, perawat akan
ditetapkan apa yang menjadi tnggung jawab setiap perawat dan bagaimana
hubungan antar tenaga tersebut diatur (Sitorus, 2006).
6. Manajemen Kasus
Manajemen kasus merupakan system pemberian asuhan kesehatan
secara multi disiplin yang bertujuan meningkatkan pemanfaatan fungsi
berbagai anggota tim kesehatan dan sumber-sumber yang ada sehingga dapat
dicapai hasil akhir asuhan kesehatan yang optimal. Metode manajemen kasus
meliputi beberapa elemen utama yaitu, pendekatan berfokus pada klien,
koordinasi asuhan dan pelayanan antar institusi, berorientasi pada hasil,
efisiensi sumber dan kolaborasi (Sitorus, 2006).
Pada penerapan MPKP di RSUP dr. Kariadi Semarang dulu terdiri dari
kepala bidang keperawatan, kelapa ruangan, ketua tim atau perawat penanggung
jawab dan lainnya perawat pelaksana, namun 1 ruangan hanya terdiri 1 ketua
tim dan lainnya sebagai perawat pelaksana yang bertanggung jawab semua
pasien diruangan (Sumber : wawancara).

D. Penetapan Jenis Tenaga di MPKP


Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan
adalah metode modifikasi keperawatan primer. Dengan demikian, dalam suatu
ruang rawat terdapat beberapa jenis tenaga, meliputi (Sitorus, 2006).:
1. Kepala Ruang Rawat
Tugas dan tanggung jawab kepala ruang rawat
a. Mengatur pembagian tugas jaga perawat.
b. Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan.
c. Mengadakan diskusi dengan staf untuk mencegah masalah di ruangan.
d. Membimbing siswa/ mahasiswa (bekerja sama dengan pembimbing
klinik) dalam pemberian asuhan keperawatan di ruangan, dengan
mengikuti system MPKP yang sudah ada.
e. Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat.
f. Mengorientasi pegawat baru, residen, mahasiswa kedokteran dan
mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktik di ruangan.
g. Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan
klien/ keluarga dan tim kesehatan lain.
h. Memeriksa kelengkapan persedian status keperawatan minimal 5 set
setiap hari.
i. Melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal implementasi
MPKP termasuk sikap dan tingkah laku professional.
j. Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP dapat didelegasikan kepada
PA senior.
k. Merencanakan dan memfasilitasi ketersedian fasilitas yang dibutuhkan
di ruangan.
l. Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang ada
di ruangan, membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat.
m. Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan untuk
membahas kebutuhan di ruangan.
n. Merencanakan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan
untuk membahas kebutuhan di ruangan.
o. Merencanakan dan melaksanakan kebutuhan di ruangan.
p. Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan.
q. Membuat peta risiko di ruang rawat.
2. Clinical Care Manager
Tugas CCM:
a. Membimbing PP pada implementasi MPKP.
b. Memberikan masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA.
c. Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan.
d. Mengidentifikasi fakta dan temuan yang memerlukan pembuktian.
e. Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan melakukan
penelitian.
f. Menerapkan hasil-hasil penelitian dalam memberi asuhan keperawatan.
g. Bekerjasama dengan kepala ruang.
h. Mengevaluasipendidikan kesehatan yang dilakukan PP danmemberi
masukan untuk penelitian.
i. Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi/penelitian
tentang askep.
j. Mengevaluasi implementasi MPKP dengan menggunakan instrument
evaluasi implementasi MPKP.
3. Tanggung Jawab PP (Perawat Primer)
a. Melakukan kontak dengan klien dan keluarga pada awal masuk ruangan
sehingga tercipta hubungan terapeutik.
b. Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi pengkajian
yang sudah dilakukan PP pada sore, malam dan hari libur
c. Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar
renpra sesuai dengan hasil pengkajian.
d. Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA di bawah
tanggung jawabnya sesuai klien yang dirawat.
e. Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap klien, setiap kali
giliran jaga.
f. Melakukan bimbingan dan evaluasi PA dalam melakukan tindakan
keperawatan apakah sudah sesuai dengan SOP atau belum.
g. Memonitor dokumentasi yang telah dilakukan PA
h. Mmebantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA
i. Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium
j. Melakukan kegiatan serah terima klien dibawah tanggung jawabnya
bersama dengan PA
k. Mendampingi dokter visit klien dibawah tanggung jawabnya. Bila PP
tidak ada, visit didampingi oleh PA dan sesuai timnya
l. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan
perkembangan klien setiap hari
m. Melakukan pertemuan dengan klien atau keluarga minimal 2 hari sekali
untuk membahas kondisi keperawatn klien
n. Bila PP libur atau cuti, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA yang
telah ditunjuk (wakil PP). Dengan bimbingan kepala ruang atau CCM
o. Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien atau keluarga
p. Membuat perencanaan pulang
q. Bekerja sama dengan clinical care manager CCM dalam
mengidentifikasikan isu yang memerlukan pembuktian sehingga tercipta
evidence based practice (EBP)
4. Perawat Asosiet
a. Membaca renpra yang telah ditetapkan PP.
b. Membina hubungan terapeutik dengan klien/keluarga.
c. Menerima klien baru (kontrak) dan memberikan informasi berdasarkan
format orientasi klien/keluarga jika PP tidak ada di tempat.
d. Melakukan tindakan keperawatan pada kliennya berdasarkan renpra.
e. Melakukan evaluasi terdahap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikannya pada format yang tersedia.
f. Mengikuti visite dokter bila PP tidak di tempat.
g. Memeriksa kerapian dan kelengkapan status keperawatan.
h. Membut laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf.
i. Mengomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah.
j. Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostic, laboratorium,
pengobatan dan tindakan.
k. Berperan serta dalam memberikan pendkes pada klien/keluarga.
l. Melakukan inventarisasi faslitas yang terkait dengan timya.
m. Membantu tim lain yang membutuhkan.
n. Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang menjadi
tanggung jawabnya dan berkoordinasi dengan PP
E. Komponen MPKP
Menurut Hoffart & Woods (1996) dalam Sitorus (2006) terdapat 5 subsistem
sederhana dalam MPKP, antara lain:
1. Pendekatan Management (Management Approach )
Dalam melakukan asuhan keperawatan adalah untuk memenuhi
kebutuhan dasar manusia, yang bilamana ingin memenuhi kebutuhan dasar
tersebut seorang perawat harus melakukan pendekatan penyelesaian
masalah, sehingga dapat diidentifikasi masalah klien, dan nantinya dapat
diterapkan terapi keperawatan yang tepat untuk masalah klien.
2. System Pemberian Asuhan (Care Delivery System)
Dalam perkembangan keperawatan menuju layanan yang profesional,
digunakan beberapa metode pemberian asuhan keperawatan, misalnya
metode kasus, fungsional, tim, dan keperawatan primer, serta manajemen
kasus. Dalam praktik keperawatan profesional, metode yang paling
memungkinkan pemberian asuhan keperawatan profesional adalah metode
yang menggunakan the breath of keperawatan primer.
3. Nilai-Nilai Professional (Professional Values)
Nilai-nilai profesional menjadi komponen utama pada suatu praktik
keperawatan profesional. Nilai-nilai profesional ini merupakan inti dari
MPKP. Nilai-nilai seperti penghargaan atas otonomi klien, menghargai
klien, dan melakukan yang terbaik untuk klien harus tetap ditingkatkan
dalam suatu proses keperawatan.
4. Hubungan Professional (Professional Relationships)
Pemberian asuhan kesehatan kepada klien diberikan oleh beberapa
anggota tim kesehatan. Namun, fokus pemberian asuhan kesehatan adalah
klien. Karena banyaknya anggota tim kesehatan yang terlibat, maka dari itu
perlu kesepakatan tentang cara melakukan hubungan kolaborasi tersebut.
5. Kompensasi Dan Penghargaan (Compensasion And Rewards)
Pada suatu layanan profesional, seorang profesional mempunyai hak
atas kompensasi dan penghargaan. Pada suatu profesi, kompensasi yang
didapat merupakan imbalan dan kewajiban profesi yang terlebih dahulu
dipenuhi. Kompensasi dan penghargaan yang diberikan pada MPKP dapat
disepakati di setiap institusi dengan mengacu pada kesepakatan bahwa
layanan keperawatan adalah pelayanan profesional.

F. Struktur Organisasi MPKP

(Kusnanto, 2004)
Dari hasil penelitian yang dilakukan Arum Pertiwi 2008, dirumah sakit
PKU Muhamammadiyah, struktur pengorganisasian sebagai berikut perawat
pelaksana bertanggung jawab terhadap perawat primer di pagi hari, perawat
primer bertanggung jawab terhadap kepala ruang, sedangkan pada shif malam
dan sore perawat pelaksana bertanggung jawab terhadap ketua shift alasannya
adalah karena ketua tim membawahi dua orang perawat pelaksana.
Pada Rumah Sakit Moewardi struktur pengorganisasiannya sebagai
berikut: kepala ruangan, dibawahnya terdapat perawat pelaksana bertanggung
jawab terhadap perawat primer, baik pagi hari, sore, maupun malam. Perawat
primer bekerjasama dengan kepala ruang dan dokter yang merawat pasien.
G. Lima Pilar Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)

1. PILAR I, professional value


Nilai-nilai professional menjadi komponen utama pada suatu praktik
keperawatan professional. Nilai-nilai professional ini merupakan inti dari
MPKP. Nilai-nilai seperti penghargaan atas otonomi klien, menghargai klien,
dan melakukan yang terbaik untuk klien harus tetap ditingkatkan dalam suatu
proses keperawatan.
2. PILAR II, patient care delivery
Manajemen asuhan keperawatan, yaitu memberikan asuhan keperawatan pada
pasien secara sistemastis dan teroganisir.
3. PILAR III, professional relationship
Hubungan profesional komunikasi horisontal antara kepala ruang dan ketua tim
dan perawat pelaksana , ketua tim dengan perawat pelaksana.
4. PILAR IV, reward & compensatory
Sistem penghargaan pada tenaga keperawatan
a. Proses rekruitmen
Penentuan perawat yang dibutuhkan di ruang model praktik
keperawatan profesional memiliki beberapa criteria.
1. Kepala ruangan
a) Pendidikan minimal S1 keperawatan, jika tidak ada dapat
digantikan D3 yang memiliki jiwa pemimpin
b) Pengalaman menjadi kepala ruang minimal 2 tahun dan bekerja di
area keperawatan minimal 2 tahun
c) Pernah mengikuti pelatihan : manajemen bangsal, pelatihan MPKP
dan komunikasi keperawatan
d) Lulus tes tulis dan wawancara
2. Ketua tim
a) Pendidikan minimal S1 keperawatan, jika tidak ada dapat
digantikan D3 yang memiliki jiwa pemimpin
b) Pengalaman kerja minimal 2 tahun
c) Pernah mengikuti pelatihan : manajemen bangsal, pelatihan MPKP
dan komunikasi keperawatan
d) Lulus tes tulis dan wawancara
3. Perawat pelaksana
a) Pendidikan minimal D3
b) Pengalaman kerja minimal 1 tahun
c) Pernah mengikuti pelatihan
d) Lulus tes tulis dan wawancara
b. Orientasi kerja
Perawat harus melalui pelatihan awal sebelum kerja
c. Penilaian kerja
Penilaian kerja ditunjukkan kepada kepala ruangan, ketua tim, perawat
pelaksanan menggunakan supervisi
d. Pengembangan staf
Bentuk peningkatan kapasitas dengan pengembangan karir dan pendidikan
berkelanjutan
5. PILAR V, management approach
Manajemen keperawatan merupakan proses penyelesaian pekerjaan oleh
perawat, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan profesional kepada
klien dan keluarga (Sitorus, 2011). Manajemen keperawatan terdiri dari
perencaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian.
a. Perencanaan
Perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi perumusan visi,
misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek.
b. Pengorganisasian
Kepala ruang bertanggungjawab mengorganisasikan kegiatan asuhan
keperawatan di unitnya untuk mencapai tujuan organisasi. Pelayanan
keperawatan di ruangan meliputi struktur organisasi, jadwal dinas dan daftar
alokasi pasien. Struktur organisasi menunjukkan pembagian pekerjaan dan
rincian tugas PN dan PA, membuat rentang kendali kepala ruang
membawahi PN/ Ka tim, megatur logistik ruangan, mendelegasikan tugas
bila karu tidak ada di tempat, identifikasi masalah dan cara penanganan.
c. Pengarahan
Supervisi merupakan salah satu kegiatan pengarahan tentang penugasan
pemberian asuhan keperawatan, meningkatkan motivasi, pemberian pujian,
menginformasikan hal penting tentang asuhan keperawatan, meningkatkan
kolaborasi, manajemen konflik, serta pemberian bimbingan
d. Pengendalian
Pengendalian dalam manajemen keperawatan meliputi penilaian tentang
pelaksanaan rencana, pemberian instruksi dan penetapan standar. Kepala
ruang dapat melakukan survey kepuasan dan audit dokumentasi.

H. Kekurangan penerapan system MPKP di rumah sakit?


1. Beban kerja perawat lebih berat karena kurangnya system pembagian tugas
dan semua perawat bertanggung jawab atas semua pasien
2. Di dalam teori disebutkan bahwa dalam system MPKP terdapat system
pemberian penghargaan sesuai dengan kebijakan ruangan, namun dilapangan
khususnya di RSUP Dr. Kariadi, tidak ada pemberian reward yang diberikan
kepada perawat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu system
Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional
mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat
menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, D. 2012. Proses Keperawatan : Penerapan Konsep dan Kerangka Kerja.


Yogyakarta : Gosyen Publising.
Kusnanto, 2004. Pengantar Profesi dan Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta:
EGC.
Pratiwi, Arum.,& Muhlisin, Abi. 2008. Kajian Penerapan Model Praktik Keperawatan
Profesional (MPKP) dalam pemberian Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit.
Jurnal Kesehatan ISSN 1979-7621.Volume 1. Nomor 1. Halaman 73-80.
Rantung, R. Steffy., Robot, Fredna J., Hamel, Rivelino S. 2013. Perbedaan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Ruangan SP2KP dan Non-SP2KP di
Ruang Irina A dan Irina F RSUP. DR.R.D. Kandou Manado. Ejournal
Keperawatan, Volume 1.Nomor 1.Halaman 1-7
Sitorus, Ratna. 2006. Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit:
Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di
Ruang Rawat. Jakarta: EGC.
Wahid, A., & Suprapto, I. 2012. Dokumentasi Proses Keperawatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Anda mungkin juga menyukai