LP Post Partum
LP Post Partum
LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM (MASA NIFAS)
1
2
1.1.4 Vagina
Merupakan bagian dalam kelamin wanita yang berbentuk
seperti tabung dilapisi dengan otot yang arahnya membujur ke
arah bagian belakang dan atas. Bagian dinding vagina lebih
tipis dibandingkan dengan dinding rahim dan terdapat banyak
lipatan-lipatan. Lipatan-lipatan tersebut berguna untuk
mempermudah jalannya proses kelahiran bayi. Di samping itu,
pada vagina juga terdapat lendir yang dikeluarkan oleh dinding
vagina dan sepasang kelenjar yang dikenal sebagai kelenjar
bartholi. Vagina ini merupakan organ persetubuhan (kopulasi)
pada wanita.
2.2 Etiologi
2.2.1 Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:
2.2.1.1 Atonia Uteri
2.2.1.2 Retensi Plasenta
2.2.1.3 Sisa Plasenta dan selaput ketuban:
a. Pelekatan yang abnormal (plasenta akreta dan
perkreta)
b. Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta
seccenturia).
2.2.1.4 Trauma jalan lahir
a. Episiotomi yang lebar
b. Laserasi perineum, vagina, serviks, forniks dan
Rahim
c. Rupture uteri.
2.2.1.5 Penyakit darah
Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia
/ hipofibrinogenemia. Tanda yang sering dijumpai
yaitu :
a. Perdarahan yang banyak
b. Solusio Plasenta
c. Kematian janin yang lama dalam kandungan
d. Pre eklampsia dan eklampsia
e. Infeksi, hepatitis dan syok septik
f. Hematoma
g. Inversi Uterus
2.4 Patofisiologi
2.4.1 Adaptasi Fisiologi
2.4.1.1 Involusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil
setelah melahirkan, proses ini dimulai segera setelah
plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus.
Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di
garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilicus
dengan bagian fundus bersandar pada promontorium
sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai
kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Fundus turun
kira-kira 1 smpai 2 cm setiap 24 jam Pada hari pasca
partum keenam fundus normal akan berada
dipertengahan antara umbilikus dan simpisis pubis.
Uterus, pada waktu hamil penuh baratnya 11 kali berat
sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr 1
minggu setelah melahirkan dan 350 gr 2 minggu
setelah lahir. Satu minggu setelah melahirkan uterus
berada di dalam panggul. Pada minggu keenam,
beratnya menjadi 50-60 gr. Peningkatan esterogen dan
progesteron bertabggung jawab untuk pertumbuhan
masif uterus selama hamil. Pada masa pasca partum
penurunan kadar hormone menyebapkan terjadinya
autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi
yang berlebihan. Sel-sel tambahan yang terbentuk
selama masa hamil menetap. Inilah penyebap ukuran
uterus sedikit lebih besar setelah hamil.
11
2.4.1.2 Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna
segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon
terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat
besar. homeostasis pasca partum dicapai terutama
akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium,
bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan
bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar
hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengopresi pembuluh darah dan membantu
hemostasis. Salama 1-2 jam pertama pasca partum
intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi
tidak teratur. Untuk mempertahankan kontraksi uterus,
suntikan oksitosin secara intravena atau intramuskuler
diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang
merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan
membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir
karena isapan bayi pada payudara merangsang
pelepasan oksitosin.
2.4.2 Adaptasi psikologis
Menurut Hamilton, 1995 adaptasi psikologis ibu post partum
dibagi menjadi 3 fase yaitu :
2.4.2.1 Fase taking in/ ketergantungan
Fase ini dimuai hari pertama dan hari kedua setelah
melahirkan dimana ibu membutuhkan perlindungan
dan pelayanan.
2.4.2.2 Fase taking hold / ketergantungan tidak
ketergantungan
Fase ini dimulai pada hari ketiga setelah melahirkan
dan berakhir pada minggu keempat sampai kelima.
Sampai hari ketiga ibu siap untuk menerima peran
barunya dan belajar tentang semua hal-hal baru.
Selama fase ini sistem pendukung menjadi sangat
bernilai bagi ibu muda yang membutuhkan sumber
informasi dan penyembuhan fisik sehingga ia dapat
istirahat dengan baik
12
2.5 Patway
13
2.6 Komplikasi
2.6.1 Perdarahan
Perdarahan adalah penyebab kematian terbanyak pada wanita
selama periode post partum. Perdarahan post partum adalah :
kehilangan darah lebih dari 500 cc setelah kelahiran kriteria
perdarahan didasarkan pada satu atau lebih tanda-tanda sebagai
berikut:
2.6.1.1 Kehilangan darah lebih dai 500 cc
2.6.1.2 Sistolik atau diastolik tekanan darah menurun sekitar
30 mmHg
2.6.1.3 Hb turun sampai 3 gram %.
Perdarahan post partum dapat diklasifikasi menurut kapan
terjadinya perdarahan dini terjadi 24 jam setelah melahirkan.
Perdarahan lanjut lebih dari 24 jam setelah melahirkan, syok
hemoragik dapat berkembang cepat dan menadi kasus lainnya,
tiga penyebap utama perdarahan antara lain:
a. Atonia uteri : pada atonia uteri uterus tidak mengadakan
kontraksi dengan baik dan ini merupakan sebap utama dari
perdarahan post partum. Uterus yang sangat teregang
(hidramnion, kehamilan ganda, dengan kehamilan dengan
janin besar), partus lama dan pemberian narkosis
merupakan predisposisi untuk terjadinya atonia uteri.
b. Laserasi jalan lahir : perlukan serviks, vagina dan
perineum dapat menimbulkan perdarahan yang banyak bila
tidak direparasi dengan segera.
c. Retensio plasenta, hampir sebagian besar gangguan
pelepasan plasenta disebapkan oleh gangguan kontraksi
uterus.retensio plasenta adalah : tertahannya atau belum
lahirnya plasenta atau 30 menit selelah bayi lahir.
d. Lain-lain
1) Sisa plasenta atau selaput janin yang menghalangi
kontraksi uterus sehingga masih ada pembuluh darah
yang tetap terbuka
2) Ruptur uteri, robeknya otot uterus yang utuh atau
bekas jaringan parut pada uterus setelah jalan lahir
hidup
14
3) Inversio uteri
2.6.2 Infeksi puerperalis
Didefinisikan sebagai; inveksi saluran reproduksi selama masa
post partum. Insiden infeksi puerperalis ini 1 % - 8 %, ditandai
adanya kenaikan suhu > 380 dalam 2 hari selama 10 hari
pertama post partum. Penyebap klasik adalah : streptococus dan
staphylococus aureus dan organisasi lainnya.
2.6.3 Endometritis
Adalah infeksi dalam uterus paling banyak disebapkan oleh
infeksi puerperalis. Bakteri vagina, pembedahan caesaria,
ruptur membrane memiliki resiko tinggi terjadinya
endometritis.
2.6.4 Mastitis
Yaitu infeksi pada payudara. Bakteri masuk melalui fisura atau
pecahnya puting susu akibat kesalahan tehnik menyusui, di
awali dengan pembengkakan, mastitis umumnya di awali pada
bulan pertamapost partum.
2.6.5 Infeksi saluran kemih
Insiden mencapai 2-4 % wanita post partum, pembedahan
meningkatkan resiko infeksi saluran kemih. Organisme
terbanyak adalah Entamoba coli dan bakterigram negatif
lainnya.
2.6.6 Tromboplebitis dan thrombosis
Semasa hamil dan masa awal post partum, faktor koagulasi dan
meningkatnya status vena menyebapkan relaksasi sistem
vaskuler, akibatnya terjadi tromboplebitis (pembentukan
trombus di pembuluh darah dihasilkan dari dinding pembuluh
darah) dan thrombosis (pembentukan trombus) tromboplebitis
superficial terjadi 1 kasus dari 500 – 750 kelahiran pada 3 hari
pertama post partum.
2.6.7 Emboli
Yaitu partikel berbahaya karena masuk ke pembuluh darah
kecil menyebapkan kematian terbanyak di Amerika.
2.6.8 Post partum depresi
Kasus ini kejadinya berangsur-angsur, berkembang lambat
sampai beberapa minggu, terjadi pada tahun pertama. Ibu
15
2.7 Prognosis
Seperti dikatakan oleh Tadjuluddin (1965): “Perdarahan postpartum
masih merupakan ancaman yang tidak terduga; walaupun dengan
pengawasan yang sebaik-baiknya, perdarahan postpartum masih
merupakan salah satu sebab kematian ibu yang penting”. Sebaliknya
menurut pendapat para ahli kebidanan modern: “Perdarahan
postpartum tidak perlu mambawa kematian pada ibu bersalin”.
Pendapat ini memang benar bila kesadaran masyarakat tentang hal ini
sudah tinggi dalam klinik tersedia banya darah dan cairan serta
fasilitas lainnya. Dalam masyarakat kita masih besar anggapan, bahwa
darahnya adalah merupakan hidupnya, karena itu mereka menolak
menyumbangkan darahnya, walaupun jiwa istri dan keluarganya
sendiri.
Pada perdarahan postpartum, Mochtar R. dkk, (1969) melaporkan
angka kematian ibu sebesar 7,9% dan Wiknjosastro H. (1960) 1,8% –
4,5%. Tingginya angka kematian ibu karena banyak penderita yang
dikirim dari luar negeri dengan keadaan umum yang sangat jelek dan
anemis dimana tindakan apapun kadang-kadang tidak menolong.
i. Imonusupresi
j. Ketidakadekuatan imum buatan
k. Tidak adekuat pertahanan sekunder (penurunan
Hb, Leukopenia, penekanan respon inflamasi)
l. Tidak adekuat pertahanan tubuh primer (kulit
tidak utuh, trauma jaringan, penurunan kerja
silia, cairan tubuh statis, perubahan sekresi pH,
perubahan peristaltik)
m. Penyakit kronik
3.3 Perencanaan
No Diagnosa NOC NIC
1 Nyeri akut NOC: NIC:
1. Pain Level Pain Mangement:
2. Pain Control 1. Lakukan pengkajian nyeri
3. Comfort level secara komprehensif (PQRST)
Kriteria Hasil: 2. Monitor vital sign
1. Mampu mengontrol nyeri 3. Gunakan teknik komunikasi
(tahu penyebab nyeri,mampu terapeutik untuk mengetahui
menggunakan teknik non pengalaman nyeri pasien
farmakologi untuk 4. Pilih dan lakukan penanganan
mengurangi nyeri, mencari nyeri (Farmakologi non
bantuan) farmakologi dan interpersonal)
2. Melaporkan bahwa nyeri Analgesic Administration
berkurang dengan 1. Tentukan PQRST sebelum
menggunaka manajemen pemberian obat
nyeri 2. Tentukan pilihan analgesic
3. Mampu mengenali nyeri tergantung tipe dan beratnya
(PQRST) nyeri
4. Merasakan rasa nyaman 3. Evaluasi efektifitas analgesic
setalah nyeri berkurang tanda dan gejala
2 Ketidakefektifan NOC NIC
pemberian ASI 1. Breastfeding ineffective Breastfeding Assistence
2. Bretahing pattern ineffective 1. Evaluasi pola menghisap/
3. Breasfeeding interrupted menelan bayi
Kriteria hasil: 2. Tentukan keinginan dan
1. Kementapan pemberian ASI: motivasi ibu untuk mrnyusui
Bayi: perlekatan bayi yang 3. Kaji kemampuan bayi untuk
sesuai pada dan proses latch on dan menghisap secara
menghisap dari payudara ibu efektif
untuk memperoleh nutrisi 4. Pantau integritas kulit putting
selama 3 minggu pertama ibu
pemberian ASI 5. Pantau berat badan dan pola
2. Kemantapan pemberian eliminasi bayi
ASI:IBU: kemantapan ibu Breast examination Lactation
untuk membuat bayi melekat suppression
dengan tepat dan menyusui 1. Sediakan informasi tentang
dari payudara ibu untuk laktasi dan teknik memompa
memperoleh nutrisi selama 3 ASI (secara manual atau
22